Anda di halaman 1dari 9

SHELL MODEL

KELOMPOK 5

Fakhrul Razan (1806167320)

Hanna Silvia Debora (1806167365)

M. Naviz Mirza (1806167440)

Nida Hanifah Nasir (1806167485)

Usman H. Salman (1806253583)

FAKTOR MANUSIA DALAM K3

PROGRAM MAGISTER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
A. PENDAHULUAN

SHELL model adalah suatu diagram praktis yang menggunakan Blok-blok


menggambarkan komponen komponen yang berbeda dari faktor manusia, Shell Model sangat
membantu dalam memahami faktor manusia,. SHELL model dapat dibangun secara bertahap ,
satu persatu dengan menggambarkan hubungan antara komponen komponen yang berbeda
tersebut, oleh karena itu SHELL model memungkinkan kita untuk mengubah pola pikir kita
secara bertahap.

Gambar 1. Shell Model oleh Hawkin (Civil Aviation Authority, 2002)

Konsep SHELL ini berasal dari singkatan dari huruf huruf yang menyusunnya yaitu
Software, Hardware, Environtment, Liveware , Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh
Edwards pada tahun 1972 dan kemudian dimodifikasi oleh Hawkins pada tahun 1975 dengan
merubah diagram untuk menggambarkan konsep tersebut.i
Manfaat SHELL model adalah merubah paradigma atau cara pandang kita terhadap manusia
sebagai tenaga kerja atau bagian dari system.
• Merubah paradigma manusia sebagai penyebab masalah menjadi penerima masalah
• Merubah intervensi yang berfokus pada manusia menjadi intervensi yang berfokus pada
organisasi tekhnologi dan informasi

1
• Merubah paradigma Teknologi dan pekerjaan adalah tetap, manusia yang beradaptasi
menjadi tekhnologi dan pekerjaan yang menyesuaikan terhadap kekuatan dan kelemahan
manusia
• Merubah anggapan bahwa orang orang tertentu saja yang mampu melaksanakan suatu
pekerjaan mejadi Teknologi yang harus direkayasa untuk tahan eror dan toleran terhadap eror
tidak peduli siapapun operatornya
• Merubah respon ketika ada masalah safety di fokuskan kepada manusia menjadi difokuskan
pada tekhnologi
• Psikologi digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia menjadi psikologi digunakan
untuk memahami persepsi manusia sehingga kita bisa memodifikasi sistem untuk manusia

B. SHELL MODEL
1. Central Liveware
Central Liveware dalam pusat diagram SHELL adalah manusia, posisi paling
kritis sekaligus paling fleksible, manusia memiliki jangkauan kapasitas yang sangat besar
antara manusia satu dan manusia yang lain, serta manusia memiliki banyak keterbatasan-
keterbatasan, oleh karena itu blok atau bagian-bagian disekitar lifeware lah yang harus
disesuaikan kemampuan serta keterbatasan dari Central Liveware, sehingga sebuah
sistem kerja yang efektif dapat tercapai.
Untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian agar dapat tercipta sistem kerja
tersebut, terlebih dulu kita haru smngerti karakteristik dari Central Liveware:
1. Bentuk dan ukuran fisik
Untuk mendesign tempat kerja atau alat kerja haruslah memperhatikan
ukuran dan bentuk fisik yang berbeda antar manusia, antar suku, dan antara jenis
kelamin. Design yang didasarkan ukuran dan pergerakan tubuh yang unik ini
sangat penting dilakukan sebelum bekerja, dengan menggunakan data yang
tersedia dari pengukuran anthropomentri dan biomekanik
2. Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik manusia seperti oksigen, air dan makanan.
3. Karakteristik input

2
Manusia dibekali dengan panca indera yang mengumpulkan informasi
disekitarnya sehingga manusia tersebut dapat merespon kondisi sekitar maupun
melakukan pekerjaan. Namun panca indera ini adalah subyek dari kekurangan
manusia seperti kehilangan fokus akibat teralihkan perhatiannya oleh suara benda
jatuh misalnya.
4. Memproses informasi
Kemampuan memproses informasi pun sangat berbeda antar manusia,
oleh karena itu instrument kerja yang buruk dan desain sistem peringatan yang
buruk biasanya adalah hasil dari keterbatasan manusia dalam memproses
informasi. Banyak hal yang memperngaruhi manusia dalam memproses
informasi, seperti ingatan jangka pendek dan jangka panjang, stress dan motivasi,
5. Karakteristik output
Setelah informasi diterima dan diproses maka munculah output atau
respon yang dapat berupa gerakan ataupun informasi yang dikomunikasikan, oleh
karena kemampuan dan keterbatasan manusia berbeda-beda maka kualitas dan
kuantitas output juga akan berbeda-beda
6. Keterbatasan terhadap lingkungan
Manusia memiliki keterbatasan terhadap suhu, kelembaban, tekanan
udara, kebisingan, pencahayaan yang kesemuannya dapat mempengaruhi
produktifitas kerja serta kesejahteraan hidupnya, kondisi lingkungan kerja juga
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku manusia.

2. Liveware – Software
Hal ini membahas cara-cara bagaimana manusia berinteraksi dengan
komponen yang bersifat non-fisik, seperti prosedur, checklist, aturan-aturan
lainnya yang berisi simbol-simbol, istilah dan lay-out yang bertujuan untuk
memudahkan pemahaman manusia/pekerja pada saat memahami maksud dari
komponen non fisik tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran
atau pemahaman yang dapat menimbulkan celaka/kerugian yang bersifat fatal.
Simbol-simbol yang sederhana saja dapat membingungkan apabila tidak
memiliki penjelasan yang dapat dipahami dengan mudah oleh para pekerja.

3
Prosedur kerja yang dibuat oleh perusahan dengan harapan para pekerja akan
mengikuti prosedur tersebut bisa menimbulkan kesalahpamahan dalam
menginterpretasikan maksud dan tujuan dari prosedur tersebut karena prosedur
menggunakan kata-kata yang terlalu banyak dan kurang tepat.
Beberapa pekerja di suatu perusahaan menuliskan kembali prosedur sesuai
dengan pemahaman yang mereka terima, hal ini dikarenakan prosedur resmi dari
perusahaan sulit dimengerti oleh para pekerja, sehingga perusahaan memiliki
beberapa prosedur yang sama sesuai dengan pemahaman masing-masing pekerja.
Perusahaan yang memiliki prosedur dengan banyak versi dapat mengalami
kerugikan atau kesalahan dalam proses kerja karena perusahaan sudah tidak dapat
mengendalikan pekerjaan yang akan dilakukan pekerja. Pekerja tidak mempunyai
tupoksi yang jelas sebab perusahaan tidak mendesain prosedur, checklist atau
symbol yang sesuai dengan kegunaannya.
Karena pekerja tidak mengerti prosedur, checklist atau symbol maka
kemungkinan terjadinya kecelakaan akan sangat besar. Oleh karena itu dalam
interaksi antara Liveware – Software diperlukan sosialisasi dan evaluasi terkait
prosedur, checklist atau symbol sehingga para pekerja memahami maksud dan
tujuan sesuai dengan kegunannya.

3. Liveware-Hardware
Saat manusia bekerja, tentunya ada interaksi dengan peralatan atau benda
fisik yang digunakan untuk mempermudah pekerjaannya. Benda fisik atau
peralatan ini bisa kita sebut sebagai hardware. Hardware ini didesain sedemikian
rupa sesuai dengan bentuk tubuh, kemampuan, atau nalar manusia.
Misalnya, saat kita bekerja dengan komputer, ada interaksi antara kita
dengan kursi, mouse, monitor dan lain-lain. Kursi tersebut tentunya didesain
secara ergonomis sesuai dengan bentuk tubuh kita, sehingga kita nyaman duduk
di kursi tersebut pada waktu yang cukup lama dan tidak cepat mengalami
kelelahan bahkan cedera, begitu pula dengan desain mouse yang sesuai dengan
anatomi telapak tangan. Selain itu, mesin kokpit pesawat maupun panel pada
control room pun juga didesain sesuai supaya operator mudah menganalisa dan

4
berkonsentrasi pada alat tersebut, sehingga mudah digunakan dan potensi
terjadinya human error dapat diminimalisir. Mayoritas orang-orang yang
menggunakannya mungkin tidak menyadari akan pentingnya desain dari hardware
tersebut saat menggunakannya, karena saat kita menggunakan hardware maka kita
akan berupa supaya alat tersebut dapat kita gunakan tanpa menyadari adanya
bahaya dari kesalahan desain. Maka dari itulah pentingnya desain dari Hardware
dengan mempertimbangkan faktor manusia.

4. Liveware-Environment
Environment (Lingkungan) bisa berupa elemen alami seperti cuaca,
suhu, jarak pandang dan dapat juga mencakup hal-hal yang merupakan buatan
manusia seperti ruang terbatas (confined space), kebisingan, dan tingkat
pencahayaan. Kondisi lingkungan dapat mengakibatkan berbagai masalah
faktor manusia seperti kelelahan, stres, kurang fokus dan tingkat konsentrasi
yang buruk. Masing-masing elemen ini semuanya memiliki dampak negatif
pada seseorang yang melakukan pekerjaan. (www.ihf.co.uk).
Di dalam dunia penerbangan, interaksi antara Liveware-Environment
pada awalnya menitik beratkan pada penyesuaian manusia terhadap
lingkungan tempat bekerja misalkan penggunaan helmet, pakaian terbang,
masker oksigen dan pakaian anti gravitasi pada pilot pesawat terbang. Namun
di kemudian hari, pendekatannya berubah yaitu dengan mengadaptasi
lingkungan untuk mencocokkan kebutuhan manusia (misalkan penyesuaian
tekanan dan sistem pendingin udara, peredaman suara di kokpit). Semua hal
tersebut dilakukan dalam rangka untuk mengurangi dampak negatif yang dapat
ditimbulkan factor lingkungan terhadap seseorang, dalam hal ini seorang pilot.
Salah satu dampak negatif dari yang dapat ditimbulkan dari factor lingkungan
dalam dunia penerbangan adalah terjadinya kesalahan-kesalahan persepsi
seorang pilot, misalnya ilusi yang terjadi selama mendarat dan mengangkasa.
(Civil Aviation Authority 2002, Fundamental Human Factors Concepts, CAP 719)

5
5. Liveware-Liveware
Interaksi liveware-liveware adalah interaksi diantara manusia (Civil
Aviation Authority, 2002). Pekerja, dalam hal ini, adalah pusat liveware dan
liveware di perifer adalah manusia lain, seperti kolega, pelanggan dan supplier
yang berinteraksi dengan pekerja saat bekerja. Liveware meliputi semua metode
interaksi manusia, bukan hanya face to face, misalnya radio, email, dan
sebagainya.
Dua orang yang berbeda dapat mengartikan pemberian instruksi yang
sama persis dengan cara yang berbeda. Ketika orang-orang dari kultur budaya
yang berbeda bekerja bersama, kebingungan dapat muncul dengan mudah dan
kecelakaan atau insiden yang serius dapat terjadi sebagai akibatnya.
Miskomunikasi akibat perbedaan bahasa maupun budaya dapat terjadi.
Komunikasi melalui media, misalnya melalui radio pada pesawat atau
kapal laut, juga membuka peluang terjadinya miskomunikasi, baik itu karena
kesalahan menangkap informasi yang diberikan atau respon yang lambat terhadap
komunikasi (IHF, 2017).
Pada interaksi liveware-liveware diperlukan kepemimpinan, kerjasama
antara anggota-anggota tim serta interaksi teamwork dan interpersonal yang baik.
Termasuk juga di dalamnya, hubungan staff/manajemen, iklim kerja, iklim
organisasi dan tekanan organisasi yang dapat mempengaruhi performa manusia.
Komunikasi yang efektif diperlukan agar interaksi ini dapat berjalan dengan baik
(Dumitru IM dan M Boscoianu, 2015).

6
Daftar Pustaka

Dumitru, IM dan M Boscoianu. 2015. Human Factors Contribution to Aviation Safety.


http://www.afahc.ro/ro/afases/2015/afases_2015/air_force/Dumitru_%20Boscoianu.pdf.
Diunduh 12 Oktober 2018.

Integrated Human Factors. 2017. An Introduction to SHELL Model.https://ihf.co.uk/wp-


content/uploads/2017/03/Shell_Model_Ebook_v4.pdf. Diunduh 12 Oktober 2018.

Civil Aviation Authority. 2002. CAP 719 Fundamental Human Factors Concepts.

7
i

Anda mungkin juga menyukai