Makalah Kelompok 1 Bab 3 Sejarah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK

SERTA EKONOMI INDONESIA


MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Disusun Oleh :

Kelompok 1 XII MIPA


1. Ahmad Kurnia
2. Fajar Nurul Iman
3. Zikri Madani
4. Farihaz Rihafiz Dissy
5. Zaenal Mustopa

SMA PLUS BAITURRAHMAN


Tahun Pelajaran 2022/2023

JL. Prof KH. M. SyadelI Hasan NO. 44 Cigending Indah Nagrog II Ujungberung
Kota Bandung
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II. PERMASALAHAN...................................................................................................3
2.1 Masalah di Bidang Ekonomi....................................................................................3
2.2 Masalah di Bidang Politik.........................................................................................4
BAB III. PEMBAHASAN.......................................................................................................6
3.1 Pengertian Demokrasi Terpimpin...........................................................................6
3.2 Masalah Yang Dihadapi Bangsa Indonesia............................................................7
3.2.1 Permasalahan pada Bidang Ekonomi.................................................................7
3.2.2 Kebijakan Pemerintahan Mengatasi Permasalahan Ekonomi Tersebut.........8
3.2.3 Permasalahan pada Bidang Politik.....................................................................9
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................11
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
4.2 Saran.........................................................................................................................12

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kami rahmat dan hidayah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin di Bidang
Ekonomi dan Politik ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dalam pembuatan makalah
ini tentu kami menemui berbagai kesulitan, namun berkat dukungan moral, materi, dan
bimbingan terarah yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Maka kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pak Fadilah selaku guru pembimbing mata pelajaran Sejarah Indonesia
2. Orang tua yang selalu memberikan fasilitas dan dukungan
3. Teman-teman kelas XII MIPA yang selalu memberikan semangat setiap saat
4. Seluruh pihak yang terkait dalam memberikan informasi untuk mendukung
pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 15 November 2023

Penulis

i
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang sudah merdeka selama 75 tahun. Namun, perjalanan
setelah merdeka tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan dan tantangan yang harus dilewati.
Ketidakstabilan nasional terus saja terjadi di tahun-tahun awal kemerdekaan. Sudah banyak
sekali bentuk pemerintahan yang digunakan demi menemukan bentuk demokrasi yang tepat
dan sesuai dengan jiwa, semangat, dan cita-cita bangsa, salah satunya adalah Sistem
Demokrasi Terpimpin.
Diawali dari fakta bahwa kehidupan sosial politik Indonesia pada masa Demokrasi
Liberal (1950-1959) belum pernah mencapai kestabilan secara nasional. Hal ini disebabkan
karena adanya pergantian kabinet yang terlalu sering sehingga membuat program kerja
kabinet tidak dapat dijalankan secara optimal, efektif, efisien, dan belum sepenuhnya
terwujud. Bahkan partai-partai politik yang ada pada masa ini saling bersaing dan
menjatuhkan satu sama lain. Mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok sendiri
dibanding kepentingan negara dan bangsa. Menurut Presiden Soekarno, Demokrasi Liberal
ini merupakan demokrasi impor yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa dan ingin
menggantinya dengan suatu sistem Demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Pada tanggal 10 November 1956, Sistem Demokrasi Terpimpin untuk pertama kalinya
diumumkan oleh Ir. Soekarno yang pada masa itu menjabat sebagai presiden. Beliau
mengumunkannya pada pembukaan sidang konstituante tanggal 10 November 1956 dan
dilaksanakan tepat setelah lengsernya Demokrasi Parlementer. Sistem Demokrasi terpimpin
adalah sistem demokrasi di mana seluruh keputusan berpusat pada pemimpin negara. Sistem
Demokrasi Terpimpin diterapkan di Indonesia yaitu pada tahun 1959 hingga tahun 1965
Demokrasi Terpimpin diberlakukan karena berbagai alasan, selain karena kehidupan
sosial politik pada masa Demokrasi Liberal masih belum mencapai kestabilan, namun juga
dilatarbelakangi oleh adanya gerakan separatis PRRI-Permesta yang ada di daerah Sumatra
dan Sulawesi. Keadaan juga diperparah karena waktu itu Dewa Konstituante gagal dalam
usaha untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru.
Gagalnya Dewan Konstituante dalam menyusun Undang-Undang Dasar baru bagi
Republik Indonesia membuat Presiden Soekarno geram, padahal Beliau menaruh harapan
besar terhadap pemilu 1955, karena bisa dijadikan sarana untuk membangun demokrasi yang

1
lebih baik. Kondisi tersebut membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk mengubur
partai-

2
partai politik yang ada. Dalam konsepsinya beliau menghendaki dibentuknya kabinet berkaki
empat (koalisi) yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil PNi, Masyumi, NU, dan PKI, serta
menghendaki dibentuknya Dewan Nasional yang anggotanya terdiri dari golongan fungsional
dalam masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang dijelaskan diatas, Presiden Soekarno kemudian
mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 150 Tahun 1959 atau biasa
disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang memiliki 3 inti pokok yaitu ; pertama, pembubaran
Dewan Konstituante; kedua, kembali berlakunya UUD 1945; dan yang ketiga, pembentukan
MPRS dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Dekrit Presiden 5 Juli 1959
dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik
dengan melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Sejak dikeluarkannya Dekerit
Presiden ini maka babak Demokrasi Parlementer pun berakhir dan awal bagi Demokrasi
Terpimpin.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah Pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin di Bidang Ekonomi dan Politik yaitu :
1. Bagaimana permasalahan pada masa Demokrasi Terpimpin di bidang ekonomi?
2. Bagaimana permasalahan pada masa Demokrasi Terpimpin di bidang politik?
3. Bagaimana pemerintah Indonesia menyelesaikan permasalahan Demokrasi Terpimpin
di bidang ekonomi?
4. Bagaimana pemerintah Indonesia menyelesaikan permasalahan Demokrasi Terpimpin
di Bidang Politik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah makalah Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin di
Bidang Ekonomi dan Politik yaitu :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan dan masalah apa saja yang terjadi pada masa
Demokrasi Terpimpin di bidang ekonomi.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan dan masalah apa saja yang terjadi pada masa
Demokrasi Terpimpin di bidang politik.
3. Untuk mengetahui langkah dan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan pada masa Demokrasi Terpimpin

3
BAB II. PERMASALAHAN

Pada dasarnya tujuan pemerintah Indonesia menjalankan prinsip ekonomi terpimpin ialah
mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia. Pemerintah memiliki peranan besar dalam
menentukan kebijakan ekonomi sehingga pengaturan ekonomi melalui sistem komado
semakin menonjol. Bukan hanya dalam bidang ekonomi saja tetapi bidang politik juga
memiliki masalah pada masa demokrasi terpimpin. Masalah-masalah tersebut antara lain:
2.1 Masalah di Bidang Ekonomi
2.1.1 Menipisnya cadangan devisa
Besarnya defisit anggaran belanja pemerintah pada 1961-1965 meningkat. Dari
29,7 persen pada 1961 kemudian berturut-turut 38,7 persen (1962), 50,8 persen
(1963), 58,4
persen (1964), hingga menjadi 63,4 persen pada 1965. Pada 1965 cadangan emas dan
devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo negatif sebesar 3 juta dollar AS. Hal ini
juga efek dari ekspor dan investasi yang merosot
2.1.2 Harga kebutuhan pokok mahal
Kebijakan Sanering menyebabkan daya beli masyarakat menurun drastis karena
pemotongan nilai uang tidak diikuti dengan penurunan harga-harga barang. Artinya,
nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil lantaran yang dipotong adalah
nilainya. Perilaku para spekulan dan profitur membuat keadaan semakin runyam.
Sehari sebelum kebijakan diterapkan, mereka memborong aset-aset milik masyarakat
yang belum paham soal sanering. Setelah sanering diterapkan, uang yang diterima
sudah turun nilainya.
2.1.3 Ekspor dan investasi merosot
Kegiatan ekspor dan investasi pada masa itu merosot dikarenakan konfrontasi
Indonesia dengan negara Malaysia dan negara – negara lain di dunia terutama negara
anggota PBB. Kebijakan Soekarno terhadap hubungan luar negeri di bidang politik
menyebabkan hal ini terjadi. Kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri yang
belum dirasa cocok untuk investor menyebabkan investasi merosot pada masa ini.
Adanya gangguan keamanan akibat pergolakan di berbagai daerah di Indonesia juga
menyebabkan ekspor menurun.
2.1.4 Inflasi mencapai ratusan persen
Berdasarkan data yang tertulis dalam The Indonesian Economy: Facing a New
Era? (1966) karya J. Panglaykim & H.W. Arndt, sejak 1961 terjadi inflasi yang lebih
4
tinggi daripada jumlah uang yang beredar. Tahun 1961, peredaran uang meningkat 41
persen,

5
sementara laju inflasi 156 persen. Situasi ini semakin parah dari tahun ke tahun.
Puncaknya terjadi pada 1965, tingkat edar uang naik hingga 161 persen dengan inflasi
yang menembus angka 592 persen. Pendapatan per kapita Indonesia turun secara
signifikan antara 1962-1963.

2.2 Masalah di Bidang Politik


2.2.1 Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 1959.
Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Dekrit ini
menandakan berakhirnya Demokrasi Liberal) di Indonesia. Salah satu isi dari Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 adalah pembentukan lembaga negara, yakni MPRS dan DPAS.
2.2.2 Dibubarkannya Partai Masyumi dan PSI
Presiden Soekarno memmbubarkan partai-partai politik guna menyederhanakan
sistem partai politik. Soekarno beranggapan bahwa system multipartai yang
dijalankan selama demokrasi parlementer menimbulkan banyak masalah dan
mengutamakan kepentingan golongan saja.
2.2.3 Menerapkan Paham Nasakom(Nasionalis, Agama, dan Komunis)
Konsep ini dicetuskan oleh Soekarno. Rumusan yang mewakili tiga pilar utama
ini menjadi kekuatan politik bangsa Indonesia, sejak era pergerakan nasional hingga
pasca- kemerdekaan. Namun, sebenarnya konsep ini bersifat kontradiksi, dipaksakan
dengan dalih untuk kepentingan bersama padahal . Bung Karno menyatukan tiga
kekuatan politik ini hanya bertujuan untuk memperkuat posisinya.
2.2.4 Dibentuk Front Nasional
Hal ini sebagai satu-satunya organisasi yang memperjuangkan cita-cita
proklamasi dan UUD 1945. Front demokrasi rakyat dibentuk sebagai taktik
komunisme internasional sebagai persiapan kearah terbentuknya demokrasi rakyat.
Dengan didukung oleh konsep NASAKOM, PKI dapat menyebarkan pengaruhnya
dalam system politik Indonesia
2.2.5 Penetapan Ir. Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup
Sesuai dengan ketetapan MPRS Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Bung Karno menjadi Presiden Republik
Indonesia Seumur Hidup di mana sebelumnya presiden hanya memiliki masa jabatan
lima tahun. Ketetapan ini telah membatalkan pembatasan lima tahun tersebut dengan
alasan UUD memungkinkan seorang presiden untuk dipilih kembali. Pada saat yang

6
sama belum diatur pembatasan berapa periode seorang presiden menjabat dalam
UUD.

7
2.2.6 Keluar dari PBB
Pada Januari 1965 Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB akibat
diterimanya Malaysia sebagai dewan keamanan tidak tetap PBB. Aksi ini sangat
disayangkan karena Indonesia kehilangan forum yang besar untuk memperjuangkan
penyelesaian konfliknya dengan Malaysia. Hal ini berlawanan dengan sikap politik
luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Namun pada akhirnya Indonesia masuk
kembali ke PBB pada masa Orde Baru.

8
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Demokrasi Terpimpin


Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden Soekarno yang
memegang seluruh kekuasaan negara. Presiden Soekarno didampingi Angkatan Darat dan
PKI di sampingnya. Presiden Soekarno selalu mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia
memiliki lima gagasan penting yang terangkum dalam Manisfeesto Politik, yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Sosialisme Indonesia
c. Demokrasi Terpimpin
d. Ekonomi Terpimpin
e. Kepribadian Indonesia
f. Sejak tahun 1961, Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu yang harus dipelajari
dalam dunia pendidikan.
Jadi demokrasi terpimpin yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan sesuai dengan UUD 1945. Sedangkan Soekarno menjelaskan
Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan, tanpa anarkinya liberalisme, tanpa
otokrasinya diktator.
Mengapa Indonesia memilih demokrasi terpimpin?
Presiden Soekarno mengamati Demokrasi tidak semakin mendorong bangsa Indonesi
untuk mendekati tujuan revolusi yang dicita-citakan. Tapi malah sebaliknya dari tujuan yang
sudah dicita-citakan bangsa Indonesia. Sehingga Presiden Soekarno mencetuskan sistem
Demokrasi Terpimpin dengan alasan sebagai berikut :
a. Dari segi keamanan nasional, banyaknya gerakan separatis pada masa Demokrasi
Liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
b. Dari segi perekonomian, sering terjadinya pergantian kabinet pada masa Demokrasi
Liberal. Menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
c. Dari segi politik, Konstituante gagal dalam merumuskan UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.

9
3.2 Masalah Yang Dihadapi Bangsa Indonesia
Di dalam pelaksanaanya Demokrasi Terpimpin Pemerintah Indonesia mengalami
beberapa permasalahan dianataranya adalah adanya masalah ekonomi dan politik. Pemerintah
juga sudah berusaha untuk menyelesaikan masalah masalah tersebut berikut ini masalah yang
terjadi dan penyelesainnya;
3.2.1 Permasalahan pada Bidang Ekonomi
1. Pada masa pemerintahan tahun 1965 simpanan devisa negara menurun
dikarenakan besarnya defisit anggaran belanja pemerintah pada 1961-1965
meningkat. Dari 29,7 persen pada 1961 kemudian berturut-turut 38,7 persen
(1962), 50,8 persen (1963), 58,4 persen (1964), hingga menjadi 63,4 persen pada
1965. Pada 1965 cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan
saldo negatif sebesar 3 juta dollar AS. Hal ini juga efek dari ekspor dan investasi
yang merosot.
2. Di sisi lain harga kebutuhan pokok yang juga semakin mahal disebabkan
Kebijakan Sanering menyebabkan daya beli masyarakat menurun drastis karena
pemotongan nilai uang tidak diikuti dengan penurunan harga-harga barang.
Artinya, nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil lantaran yang
dipotong adalah nilainya. Perilaku para spekulan dan profitur membuat keadaan
semakin runyam. Sehari sebelum kebijakan diterapkan, mereka memborong aset-
aset milik masyarakat yang belum paham soal sanering. Setelah sanering
diterapkan, uang yang diterima sudah turun nilainya.
3. Kegiatan ekspor dan investasi pada masa itu merosot dikarenakan konfrontasi
Indonesia dengan negara Malaysia dan negara – negara lain di dunia terutama
negara anggota PBB. Kebijakan Soekarno terhadap hubungan luar negeri di
bidang politik menyebabkan hal ini terjadi. Kondisi dan kebijakan ekonomi dalam
negeri yang belum dirasa cocok untuk investor menyebabkan investasi merosot
pada masa ini. Adanya gangguan keamanan akibat pergolakan di berbagai daerah
di Indonesia juga menyebabkan ekspor menurun.
4. Inflasi mata uang Indonesia pada saat itu juga sampai hingga ratusan persen
berdasarkan data yang tertulis dalam The Indonesian Economy: Facing a New
Era? (1966) karya J. Panglaykim & H.W. Arndt, sejak 1961 terjadi inflasi yang
lebih tinggi daripada jumlah uang yang beredar. Tahun 1961, peredaran uang
meningkat 41 persen, sementara laju inflasi 156 persen. Situasi ini semakin parah

10
dari tahun ke tahun. Puncaknya terjadi pada 1965, tingkat edar uang naik
hingga 161 persen

11
dengan inflasi yang menembus angka 592 persen. Pendapatan per kapita Indonesia
turun secara signifikan antara 1962-1963.
3.2.2 Kebijakan Pemerintahan Mengatasi Permasalahan Ekonomi Tersebut
1. Devaluasi Mata Uang
Hal yang dilakukan pemerintah yang paling utama adalah devaluasi mata uang
Indonesia. Pada 25 Agustus 1959, pemerintah mengumumkan keputusan
mengenai devaluasi dengan nilai:
a. Uang kertas Rp 500 menjadi Rp 50
b. Uang kertas Rp 1.000 menjadi Rp 100
c. Pembekuan semua simpanan di bank yang melebihi Rp 25.000
Kebijakan ini diambil untuk membendung tingginya inflasi. Dengan devaluasi,
diharapkan uang yang beredar di masyarakat berkurang. Selain itu, nilai rupiah
meningkat. Namun usaha tersebut tidak dapat mengatasi kemerosotan ekonomi.
Para pengusaha di daerah tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan tersebut.
Pemotongan nilai uang memang berdampak harga barang menjadi murah. Namun
tetap saja rakyat kesusahan karena tidak memiliki uang. Kas negara sendiri defisit
akibat proyek politik yang menghabiskan anggaran. Untuk menyetop defisit,
pemerintah justru mencetak uang baru tanpa perhitungan matang. Devaluasi
kembali dilakukan pada 1965 dengan menjadikan uang Rp 1.000 menjadi Rp 1.
Akibatnya, bukannya berkurang, inflasi malah makin parah
2. Deklarasi Ekonomi
Untuk memperbaiki ekonomi secara menyeluruh, pada 28 Maret 1963, pemerintah
mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) yang berisi 14 peraturan pokok. Dekon
dikeluarkan sebagai strategi untuk menyukseskan pembangunan yang dirancang
Bappenas. Pemerintah menyatakan bahwa sistem ekonomi Indonesia adalah
Berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri.
Tujuan Dekon yakni untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional,
demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme. Sayangnya, Dekon tak mampu
mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah inflasi. Dekon malah mengakibatkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Kegagalan Dekon disebabkan:
a. Tidak terwujudnya pinjaman dari IMF sebesar 400 juta dollar ASA
b. Perekonomian terganggu karena pemutusan hubungan diplomatik dengan
Malaysia

12
c. Konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat memperparah
kemerosotan ekonomi.
3. Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri
Menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Sebagai langkah dari
ekonomi berdikari, pemerintah berusaha membangkitkan sektor agraris yang
menjadi ciri khas perekonomian Indonesia.
Sebagai langkah dari ekonomi berdikari, pemerintah berusaha membangkitkan
sektor agraris yang menjadi ciri khas perekonomian Indonesia. Harapannya, hasil
pertanian mampu diekspor untuk memperoleh devisa dan menyeimbangkan neraca
perdagangan. Untuk mendukung rencana ini, pemerintah juga membentuk
Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP).
4. Peleburan Bank
Presiden berusaha menyatukan semua bank negara dalam bank sentral. Lewat
Perpres No 7/1965, didirikan Bank Tunggal Milik Negara. Bank Tunggal Milik
Negara berfungsi sebagai bank sirkulasi, bank sentral, sekaligus bank umum. Bank
Indonesia, adalah hasil peleburan dari bank-bank negara seperti Bank Koperasi
dan Nelayan, Bank Umum Negara, dan Bank Tabungan Negara. Tapi langkah ini
memicu spekulasi dan penyelewengan dalam penggunaan uang negara. Sebab saat
itu belum ada lembaga pengawas.
3.2.3 Permasalahan pada Bidang Politik
1. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 1959
Pada 15 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden. Dekrit ini
menandakan berakhirnya Demokrasi Liberal) di Indonesia. Salah satu isi dari
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah pembentukan lembaga negara, yakni MPRS
dan DPAS.
2. Dibubarkannya Partai Masyumi dan PSI karena terlibat dalam
pembontakan PRRI/Permesta
Presiden Soekarno memmbubarkan partai-partai politik guna menyederhanakan
sistem partai politik. Soekarno beranggapan bahwa system multipartai yang
dijalankan selama demokrasi parlementer menimbulkan banyak masalah dan
mengutamakan kepentingan golongan saja.
3. Menerapkan paham Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
Konsep ini dicetuskan oleh Soekarno. Rumusan yang mewakili tiga pilar utama ini

13
menjadi kekuatan politik bangsa Indonesia, sejak era pergerakan nasional hingga
pasca-kemerdekaan. Namun, sebenarnya konsep ini bersifat kontradiksi,

14
dipaksakan dengan dalih untuk kepentingan bersama padahal . Bung Karno
menyatukan tiga kekuatan politik ini hanya bertujuan untuk memperkuat
posisinya.
4. Dibentuk Front Nasional sebagai satu-satunya organisasi yang
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan UUD 1945
Front demokrasi rakyat dibentuk sebagai taktik komunisme internasional sebagai
persiapan kearah terbentuknya demokrasi rakyat. Dengan didukung oleh konsep
NASAKOM, PKI dapat menyebarkan pengaruhnya dalam system politik
Indonesia
5. Penetapan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Sesuai dengan ketetapan MPRS Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Bung Karno menjadi Presiden Republik
Indonesia Seumur Hidup dimana sebelumnya presiden hanya meiliki masa jabatan
lima tahun. Ketetapan ini telah membatalkan pembatasan lima tahun tersebut
dengan alasan UUD memungkinkan seorang presiden untuk dipilih kembali. Pada
saat yang sama belum diatur pembatasan berapa periode seorang presiden
menjabat dalam UUD.
6. Keluar dari PBB
Pada Januari 1965 Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB akibat
diterimanya Malaysia sebagai dewan keamanan tidak tetap PBB. Aksi ini sangat
disayangkan karena Indonesia kehilangan forum yang besar untuk
memperjuangkan penyelesaian konfliknya dengan Malaysia. Hal ini berlawanan
dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Namun pada akhirnya
Indonesia masuk kembali ke PBB pada masa Orde Baru.

15
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Konstituante yang diharapkan mampu menghasilkan UUD ternyata gagal, sehingga
tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang membubarkan
Konstituante, menyatakan kembali ke UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS.
Keluarnya Dekrit Presiden menjadi tonggak lahirnya Demokrasi Terpimpin. Demokrasi
Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak setabil sebagai warisan
masa Demokrasi Liberal menjadi lebih mantap/stabil.
Namun pada pelaksanaannya masa Demokrasi Terpimpin mengalami berbagai macam
bentuk penyimpangan. Penyimpangan tersebut diakibatkan oleh terpusatnya kekuatan politik
pada Presiden Soekarno. Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi beberapa penyimpangan
terhadap Pancasila, dan UUD 1945 termasuk kebijakan politik luar negeri. Pembubaran DPR
hasil pemilu, pengangkatan presiden seumur hidup, terbentuknya poros Jakarta-Peking,
konfrontasi dengan Malaysia, sampai keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB merupakan
sejumlah contoh dari penyimpangan tersebut.
Demokrasi terpimpin di Indonesia diakhiri sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas
Maret pada tanggal 11 maret 1966. Demokrasi terpimpin di Indonesia dimaksudkan oleh
Sukarno sebagai demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yang berbeda dengan
system demokrasi liberal yang merupakan produk dari barat, tetapi pada pelaksanaannya,
Demokrasi Terpimpin mengalami bentuk macam penyimpangan. Penyimpangan-
penyimpangan tersebut diakibatkan oleh terpusatnya kekuatan politik pada Presiden
Soekarmo. Era tahun 1959 sampai dengan 1966 merupakan era Soekarno, yaitu ketika
keijakan-kebijakan Presiden Soekarno sangat mempengaruhi kondisi politik Indonesia.
Untuk merencanakan pembangunan ekonomi, pada tahun 1958 dibentuk undang-undang
mengenai pembentukan Dewan Perancang Nasional. Tugasnya adalah mempersiapkan
rancangan undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana, menilai penyelenggara
pembangunan itu. Pada massa demokrasi terpimpin Indonesia melakukan kredit luar negeri
dan melakukan kerja sama perdangan dengan Cina yang memberikan keuntungan materi dan
politik.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, parlemen sudah tidak mempunyai kekuatan yang
nyata. Partai politik tidak mempunyai peran besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-
tahun awal Demokrasi Terpimpin.

16
Salah satu contoh permasalahan di bidang politik pada saat itu adalah Konfrontasi
dengan Malaysia. Pada tahun 1961 muncul rencana pembentukan negara Federasi Malaysia
yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah.
Rencana tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno karena dianggap sebagai proyek
neokolonialisme dan dapat membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai
Pada akhirnya, pada masa konfrontasi ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan luar negeri
Indonesia telah keluar dari cita-cita bangsa Indonesia seharusnya. Kebijakan luar negeri ini
jelas bertentangan dengan prinsip mengusahakan perdamaian dan sikap non-blok seperti yang
menjadi semangat Konferensi Asia-Afrika dan Gerakan Non-Blok. Seharusnya, kebijakan
luar negeri Indonesia bersikap bebas aktif dan tidak memihak pihak manapun dengan
mengusahakan perdamaian dunia. konflik politik luar negeri. Melihat terpecahnya kekuatan
dunia mendorong soekarno untuk menerapkan politik mercusuar dimana hal ini bertujuan
untuk membuat indonesia menjadi kekuatan baru di dunia dan membentuk organisasi gerakan
nonblok yang tidak berpusat pada blok barat dan timur dan indonesia disegani oleh dunia
internasional.

4.2 Saran
Setelah mendapat kesimpulan dari makalah ini, kami selaku dari kelompok penyusun
mempunyai saran kepada para pembaca :
1. Para pembaca diharapkan membaca dan memahami secara seksama materi yang
dituangkan dalam makalah ini dengan baik dikarenakan pentingnya mengetahui sejarah
Indonesia.
2. Dalam mempelajari makalah ini para pembaca diharapkan dapat memastikan kejelasan
informasi yang tertera dengan menggunakan buku panduan sebagai pedoman.
3. Agar dapat memahami makalah, pembaca diharapkan mempelajari kejadian-kejadian
yang telah terjadi sebelumnya demi pemahaman yang lebih m

17

Anda mungkin juga menyukai