Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA


PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
Guru Pengajar : Bu Dra. Hj. Yani Herayani
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia)

Disusun Oleh :
Asni Khoirunnisa
Asri Nurisma Yuniawati
Ferial Fajar Suri
Ghina Nurfauziah Azka
Marwa Anindhya Mahardika
Siti Zarah Adelia Putri

Kelas : XII MIPA 1

SMA Negri 1 Padalarang


Jl. Perum Babakan Loa Permai, Padalarang , Kab.Bandung Barat, Jawa Barat
40553
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia
serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Politik dan
Ekonomi Indonesia Pada Demokrasi Terpimpin” dengan baik. Kami juga berterimakasih pada
Ibu Dra. Hj. Yani Herayani selaku guru mata pelajaran Sejarah Indonesia SMA Negri 1
Padalarang yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari
lebih dalam mengenai masa demokrasi terpimpin di Indonesia.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya tentang demokrasi terpimpin di Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan juga saran kami terima guna memperbaiki
makalah ini ke depannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sedikitnya,
makalah ini dapat berguna bagi kami untuk memenuhi nilai mata pelajaran Sejarah Indonesia
juga bagi teman – teman sekelas kami. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan
kata – kata yang kurang berkesan di hati pembaca.

Padalarang, September 2022

Kelompok 5

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penyusunan .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN (ISI) ............................................................................................................ 2
2.1 Proses Menuju Demokrasi Terpimpin .................................................................................... 2
2.2 Perkembangan Politik Pada Masa Demokrasi Terpimpin .................................................... 2
a. Kabinet – Kabinet Pada Masa Demokrasi Terpimpin ..................................................... 4
b. Peta Kekuatan Politik Ekonomi ......................................................................................... 4
c. Pembebasan Irian Barat ..................................................................................................... 4
d. Konfrontasi Terhadap Malaysia ........................................................................................ 6
2.3 Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin ................................................ 6
a. Dewan Perancang Nasional (Depernas)............................................................................. 6
b. Sannering ............................................................................................................................. 7
c. Deklarasi Ekonomi (Dekon) ............................................................................................... 7
2.4 Akhir Demokrasi Terpimpin.................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 9
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan politik dan ekonomi di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal ( 1950 –
1959 ) belum pernah mencapai kestabilan secara nasional. Kabinet yang silih berganti
membuat program kerja kabinet tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Partai –
partai politik saling bersaing dan saling menjatuhkan. Mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok masing – masing daripada untuk bangsa sendiri. Presiden Soekarno
menaruh harapan pada Dewan Konstituante untuk menyelesaikan tugasnya menyusun
UUD baru untuk revublik Indonesia, namun kenyataanya mereka tidak berhasil.
Kondisi tersebut membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk mengubur partai –
partai politik yang ada, setidaknya menyederhanakan partai politik yang ada dan
membentuk cabinet yang berintikan 4 partai yang menang dalam Pemilihan Umum 1955.
Presiden Soekarno juga menekankan bahwa Demokrasi Liberal yang dipakai saat itu
merupakan demokrasi impor yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, ia ingin mengganti dengan suatu demokrasi yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi Terpimpin merupakan suatu system pemerintahan yang ditawarkan
Presiden Soekarno pada Februari 1957. Demokrasi Terpimpin juga merupakan suatu
gagasan pembaruan kehidupan politik, kehidupan sosial, dan kehidupan ekonomi.
Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal dengan Konsepsi Presiden 1957. Pokok – pokok
pemikran yang terkandung dalam konsepsi tersebut, pertama, dalam pembaruan struktur
politik harus diberlakukan system Demokrasi Terpimpin yang didukung oeh kekuatan –
kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang. Kedua, pembentukan
cabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas wakil
partai – partai politik dan kekuatan golongan politik baru yang diberi nama oleh Presiden
Soekarno golongan fungsional atau golongan karya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah kami yaitu :
a. Bagaimana jalannya Demokrasi Terpimpin ?
b. Bagaimana akhir dari Demokrasi Terpimpin ?

1.3 Tujuan Penyusunan


Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menambah wawasan
sejarah Indonesia khususnya mengenai Masa Demokrasi Terpimpin. Di samping itu,
tujuan penyusunan makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia.

1
2

BAB II

PEMBAHASAN (ISI)

2.1 Proses Menuju Demokrasi Terpimpin


Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden Soekarno
sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Langkah pertama yang dilakukan oleh Presiden
Soekarno yaitu membentuk Dewan Nasional pada tanggal 6 Mei 1957. Melalui panitia
perumus Dewan Nasional, KSAD Letnan Jendral A.H Nasution mengusulkan untuk
kembali ke UUD 1945 sebagai landasan pelaksanaan Demokrasi Terpimpin. Namun usulan
dari Nasution tersebut kurang didukung oleh wakil partai – parta yang ada dalam Dewan
Nasional yang cenderung ingin mempertahankan UUD Sementara 1950. Kondisi tersebut
membuat Presiden Soekarno ragu untuk mengambil keputusan, namun karena terus didesak
oleh Letnan Jendral A.H Nasution, akhirnya Presiden Soekarno menyetujui kembali ke
UUD 1945.
Langkah selanjutnya, pada tanggal 19 Februari 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan
suatu keputusan tentang pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali ke UUD
1945. Keputusan ini pun kemudian disampaikan Presiden Soekarno pada tanggal 2 Maret
1959 di hadapan DPR. Karena yang berwenang menentapkan UUD adalah Dewan
Konstituante. Dalam amanatnya, Presiden Soekarno menegaskan bahwa bangsa Indonesia
harus kembali pada jiwa revolusi dan mendengarkan amanat penderitaan rakyat. Untuk itu,
Presiden Soekarno meminta anggota Dewan Konstituante untuk menerima UUD 1945.
Kemudian Dewan Konstituante mengadakan pemungutan suara untuk mengambil
keputusan terhadap usulan presiden, namun setelah melakukan pemungutan suara sebanyak
tiga kali tidak mencapai kourum untuk menetapkan kembali UUD 1945.
Untuk mencegah ekses – ekses politik sebagai akibat ditolaknya usulan Presiden
Soekarno oleh Dewan Konstituante, KSAD Letnan Jendral .H Nasution selaku Penguasa
Perang Pusat (Peperpu), atas nama pemerintah mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan
politik. Kemudian ia dan Ketua Umum PNI, Suwiryo menyarankan kepada Presiden
Soekarno untuk mengumumkan kembali berlakunya UUD 1945 dengan suatu Dekrit
Presiden.
Oleh karena itu, Presiden Soekarno memanggil Ketua DPR (Mr. Sartono), Perdana
Mentri (Ir. Djuanda), para mentri, pimpinan TNI, dan anggota Dewan Nasional (Roeslan
Abdul Gani dan Moh. Yamin), serta ketua Mahkamah Agung (Mr. Wirjono Prodjodikoro,
untuk mendiskusikan langkah yang harus diambil. Dari diskusi tersebut mengashilkan
Dekrit Presiden yang isinya :
a. Menetapkan pembubaran Konstituante
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan Dekrit dan tidak berlakunya UUD
Sementara (UUDS).
c. Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan – utusan
dan golongan, serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

2.2 Perkembangan Politik Pada Masa Demokrasi Terpimpin


Sehari setelah Dekret Presiden 5 juli 1945, Perdana Mentri Djuanda mengembalikan
mandate kepada Presiden Soekarno sehingga Kabinet Karya pun dibubarkan. Sebagai
3

gantinya, pada tanggal 10 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan Kabinet baru yang
disebutk Kabinet Kerja. Dalam Kabinet ini Presiden Soekarno sebagai perdana menteri san
Djuanda sebagai menteri dengan dua orang wakil yaitu dr. Leimina dan dr. Subandrio.
Setelah pembentukkan kabinet, diikuti oleh pembentukkan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS) yang langsung diketuai oleh Presiden Soekarno dan Roeslan
Abdulgani sebagai wakil ketuanya. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetepan Presiden
Nomor 3 22 Juli 1959. DPAS bertugas menjawab pertanyaan Presiden dan berhak
mengajukan usul kepada pemerintah.
Lembaga berikutnya yang dibentuk oleh Presiden Soekarno yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) melalui Penetapan Presiden No. 2/1959
tanggal 31 Desember 1959. MPRS diketuai oleh Chairil Saleh dan dibantu oleh anggota
lainnya. Anggota MPRS tidak dipilih sesuai dengan ketentuan pada UUD 1945 melainkan
melalui penunjukkan dan pengangkatan oleh Presiden Soekarno. Mereka yang sudah
terpilih harus memenuhi beberapa syarat, yaitu setuju kembali ke UUD 1945, setia kepada
perjuangan RI, dan setuju dengan Manifesto politik. Dalam tugasnya pun tidak sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, namun diatur dalam Peraturan Presiden No.2/1945, di mana
fungsi dan tugas MPRS hanya menetapkan Garis – Garis Besar Haluan Negara.
Di samping itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu 1955 tetap menjalankan
tugasnya sesuai landasan UUD 1945. Pada awalnya anggota DPR lama seperti akan
mengikuti apa saja yang akan menjadi kebijakan Presiden Soekarno, hal ini terlihat ketika
DPR menyetujui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Akan tetapi konflik kecil mulai terjadi antara
DPR dan Presiden, Sartono (Ketua DPR) menyarankan kepada Presiden Soekarno agar
meminta mandat kepada DPR untuk melakukan perombakan struktur kenegaraan sesuai
dengan UUD 1945 dan menyusun program kabinet. Namun Presiden Soekarno malah
menolaknya.
Konflik mulai terbuka ketika DPR menolak Rencana Anggaran Belanja Negara Tahun
1960 yang diajukan oleh Pemerintah. Penolakan tersebut berujung dibubarkannya DPR
oleh Presiden Soekarno. Sebagai gantinya Presiden Soekarno membentuk DPR Gotong
Royong (DPR – GR) yang anggotanya ditunjuk langsung oleh Presiden.Para anggotanya
dipilih berdasarkan pertimbangan lima golongan yaitu Nasionalis, Islam, Komunis, Kristen
– Katolik dan golongan Fungsional. Kedudukan DPR – GR adalah Pe,bantu Presiden /
Mandataris MPRS dan memberikan sumbangan tenaga kerja kepada Presiden untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Presiden.
Pembubaran DPR yang dilakukan oleh Presiden Soekarno menimbulkan beberapa
reaksi dari berbagai pihak.Pihak yang keberatan dengan pembubaran DPR yaitu pimpinan
PNI dan NU. Mereka yang mendukung DPR – GR bersatu dalam suatu kelompok yang
bernama Liga Demokrasi. Namun Liga Demokrasi ini dibubarkan oleh Soekarno,
Tindakan Presiden Soekarno lainnya yaitu membentuk Front Nasional. Lembaga ini
dibentuk sesuai Penetapan Presiden No. 13 Tahun 1959. Berdasarkan penetapan ini,
disebutkan bahwa Front Nasional adalah suatu organisasi massa yang memperjuangkan cita
– cita Proklamasi dan cita – cita yang terkandung dalam UUD 1945. Front Nasional
langsung diketuai oleh Presiden Soekarno.
Selanjutnya, Presiden Soekarno melakukan regrouping Kabinet, tentang
pengintregrasian lembaga – lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan eksekutif. MPRS,
DPR – GR, DPA, MA dan Dewan Perancang Nasional dipimpin langsung oleh Presiden.
Pengintregrasian lembaga – lembaga tersebut membuat pimpinannya diangkat menjadi
4

menteri dan ikut serta dalam siding – siding kabinet tertentu dan juga ikut merumuskan dan
mengamankan kebijakan Pemerintah pada lembaganya masing – masing.
Presiden juga membentuk lembaga baru yang bernama Musyawarah Pembantu Pimpinan
Revolusi (MPPR). MPPR merupakan badan pembantu Pimpinan Besar Revolusi (PBR)
dalam mengambil kebijkan khusus dan darurat untuk menyelesaikan revolusi.
a. Kabinet – Kabinet Pada Masa Demokrasi Terpimpin
1. Kabinet Kerja I
Program kerja :
1). Memperlengkapi sandang pangan rakyat dalam waktu sesingkat – singkatnya.
2). Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.
3). Melanjutkan perjuangan menentang imperialesme ekonomi dan imperialisme
politik, termasuk Irian Barat.
2. Kabinet Kerja II memiliki program kerja yang sama seperti Kabinet Kerja I.
3. Kabinet Kerja III
Program Kerja :
1) Program sandang pangan harus diperhebat.
2) Program kemanan dirampung dengan memperhebat memperhebat operasi
di Jawa Barat dan intensifikasi follow up di semua daerah.
3) Program anti imperialism dan kolonialisme serta pembebasan Irian Barat,
ditekankan kepada pelaksanaan Tri Komando Rakyat, yang dalam
keseluruhan Tri program diberi proiritas kesatu, yang harus didukung oleh
semua kegiatan lain.
4. Kabinet Kerja IV
1) Sandang pangan.
2) Penggayangan Malaysia.
3) Melanjutkan pembangunan.
5. Kabinet Dwikora I, II, dan III
1) Sandang pangan.
2) Penggayangan Malaysia.
3) Melanjtkan pembangunan.

b. Peta Kekuatan Politik Ekonomi


Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuatan politik terpusat pada tiga kekuatan
politik tervesar yaitu Presiden Soekarno, PKI dan TNI AD.Partai – partai yang ada
ditekar agar memberikan dukungan terhadap gagasan Soekarno. Partai politik yang
pergerakannya tidak sejalan dengna pemerintah akan dibubarkan dengan cara paksa.
Oleh karena itupartai politik itu tidak dapat menyuarakan gagasan dan keinginan
kelompok – kelompok yang diwakilinya.

c. Pembebasan Irian Barat


Sesuai isi Konferensi Meja Bundar (KMB), Irian Barat akan diserahkan oleh
Belanda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Tetapi pada kenyataannya setelah satu tahun pengakuan kedaulatan Indonesia Serikat,
Belandaa belum juga menyerahkan Irian Barat.
5

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk melakukan diplomasi bilateral dengan


Belanda, namun uoaya tersebut tidak berhasil. Malah Irian Barat pun sudah dibawa ke
dalam forum dan rapat PBB namun tidak mendapatkan tanggapan positif dan
mengalami kegagalan. Langkah lainnya yang dilakukan Indonesia adalah mengambil
jalan diplomasi aktif dan efektif yang puncaknya dilakukannya Konferensi Asia Afrika.
Jalan damai yang sudah ditempuh oleh Indonesia tidak berhasil mengembalikan
Irian Barat, maka pemerintah mengambil jalan lain yaitu melalui Konfrontasi Militer.
Pemerintah RI mencari bantuan ke negara lain. Awalnya Indonesia meminta bantuan
ke Amerika Serikat namun hasilnya tidak memuaskan. Kemudian upaya ini dialihkan
ke negara – negara Blok Timur (Komunis) terutama ke Uni Soviet.
Perebutan kembali Irian Barat merupakan suatu tuntutan konstitusi, sesuai dengan
cita – cita kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, pada tanggal 19
Desember 1961 di depan rapar raksasa di Yogyakarta mengeluarkan suatu komando
untuk berkonfrontasi secara militer dengan Belanda yang disebut dengan Trikora (Tri
Komando Rakyat) yang isinya:

1. Gagalkan pembentukkan negara boneka Papua buatan Belanda.


2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.
Setelah dideklarasikannya Trikora, konfrontasi terhadap Belanda di Ppua dimulai.
Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala untuk pembebasan Irian Barat di
bawah Komando Mayor Jenderal Soeharto. Namun sebelum Komando Mandala
menjalankan tugasnya, unsur militer dari kesatuan Motor Torpedo Boat (MTB) telah
melakukan penyusupan untuk melawan Belanda. Tetapi upaya ini diketahui oleh
Belanda sehingga terjadi pertempuran yang tidak seimbang di Laut Aru antara kapal –
kapal boat Indonesia dengan kapal – kapal Belanda. Sayangnya, kapal MTB Macan
Tutul berhasil ditembak Belanda sehingga kapal terbakar dan tenggelam. Peristiwa ini
memakan korban Komodor Yos Sudarso, Deputy KSAL dan Kapten Wiratno. Belanda
menganggap Komando Mandala hanya melakukan infiltrasi biasa, namun ketika
Indonesia berhasil merebut dan menduduki kota Teminabun, Belanda terpaksa untuk
berunding kembali untuk menyelesaikan masalah Irian Barat.
DI samping itu, Pemerintah Amerika Serikat juga menekankan pemerintah Belanda
untuk kembali berunding agar Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak terseret dalam
suatu konfrontasi langsung di Pasifik Barat Daya. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus
1962 ditanda tangani perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah
Belanda di New York, (Perjanjian New York). Isi dari Perjanjiannya yaitu penyerahan
pemerintahan di Irian dari pihak Belanda ke PBB. Untuk itu, dibentuklah United Nation
Temporary Excecutive Authority (UNTEA) yang akan menyerahkan Irian Barat ke
Pemerintah Indonesia sebelum tanggal 1 Mei 1963. Berdasarkan perjanjian tersebut,
Indonesia wajib untuk menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian
Barat untuk mengetahui apa keinginan rakyat. Dari hasil Pepera tersebut dinyatakan
bahwa rakyat Irian Barat memilih untuk bergabung dengan Indonesia.
Sesuai dengan Perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963 secara resmi
dilakukan penyerahan kekuasaan Pemerintaha Irian Barat dari UNTEA kepada
6

Pemerintah Republik Indonesia di Kota Baru/Holandia/Jayapura. Kembalinya Irian ke


Republik Indonesia berakhirlah perjuangan memperebutkan Irian Barat.
d. Konfrontasi Terhadap Malaysia
Masalah ini berawal dari munculnya keinginan Tengku Abdul Rahman dari
persekutuan Tanah Melayu dan Lee Kuan Yu dari Republik Singapura untuk
menyatukan kedua negara tersebut menjadi Federasi Malaysia. Namun hal ini ditentang
oleh Indonesia dan Filipina. Indonesia menentang karena menurut Presiden Soekarno
pembentukan Federasi Malaysia merupakan sebagian rencana dari Inggris untuk
mengamankan kekuasaannya di Asia Tenggara. Sedangkan Filipina menentang karena
ingin wilayah Sabah di Kalimantan Utara.
Untuk meredakan masalah antara ketiga negara tersebut, diadakan Konferensi
Maphilindo (Malaysia, Philipina dan Indonesia) di Filipina pada tanggal 31 Juli – 5
Agustus 1963. Dari Konferensi Maphilindo ketiga negara sepakat untuk menyelesaikan
dengan cara damai. Ketiga negara Pemerintah setuju meminta pada PBB untuk
menyelidiki keinginan rakyat dari ketiga negara tersebut. Namun, sebelum PBB
melakukan tugasnya, Federasi Malaysia diproklamasikan pada tanggal 16 September
1963. Oleh karena itu, pemerintah RI geram dan menuturkan bahwa proklamasi
tersebut merupakan tindak yang melecehkan martabat PBB dan juga melanggar
Perjanjian Maphilindo.
Hal ini membuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia
diputuskan. Pada tanggal 21 September Pemerinta RI juga memutuskan hubungan
diplomatik dengan Malaya, Singapura, Serawak dan Sabah. Konflik ini menarik
perhatian negara lain untuk membantu dengan cara damai. Namun konflik memburuk
ketika Tengku Abdul Rahman tidak menhadiri forum pertemuan tiga negara Upaya
lainnya yaitu melakukan pertemuan menteri – menteri anatara ketiga negara di
Bangkok. Pertemuan tersebut tidak mendapatkan hal yang posistif, sehingga pada 3
Mei 1964 Presiden Soekarno mengucapkan Dwikora (Dwi Komando Rakyat). Presiden
Soekarno membentuk komando siaga dengan Marsekal Madya Oemar Dani sebagai
Panglimanya.
Di tengah konfrontasi Indonesia Malaysia, Malaysia dicalonkan menjadi
anggota dewan tidak tetap Dewan Kemanan PBB. Presiden Soekarno mengambil sikap
untuk menolak pencalonan Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB. Sikap Indonesia ini langsung disampaikan oleh Presiden Soekarno dalam
pidatonya yang menyampaikan bahwa Indonesia keluar dari PBB. Dengan keluarnya
Indonesia dari PBB, penyelesaian masalah konfrontasi terhadap Malaysia tidak
tercapai. Indonesia juga kehilangan satu forum yang dapat digunakan untuk mencapai
penyelesaian persengketaan dengan Malaysia dengan damai

2.3 Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin


Kondisi dan keungan yang ditinggalkan pada masa Demokrasi Liberal berusaha diperbaiki
oleh Presiden Soekarno. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Presiden Soekarno yaitu :
a. Dewan Perancang Nasional (Depernas)
Depernas disusun di bawah Kabinet Karya pada tanggal 15 Agustus 1959 yang
dipimpin oleh Mohammad Yamin dengan beranggotakan 80 orang. Tugasnya yaitu
menyusun overall planning yang meliputi bidang ekonomi, kultural dan mental. Pada
7

tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno memberikan pedoman kerja bagi Depernas
yang tugas utamanya memberikan isi kepada proklamasi melalui gran strategy, yaitu
perencanaan overall dan hubungan pembangunan dengan Demokrasi Terpimpin dan
Ekonomi Terpimpin.
Kemudian Depernas menyusun program kerja berupa pembangunan nasional yang
disebut dengan Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan mempertimbangkan
factor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Perencanaan ini meliputi
perencanaan segala segi pembangunan jasmaniah, rohaniah, teknik, mental, etis dan
spiritual berdasarkan norma – norma dan nilai – nilai yang tersimpul dalam adil dan
makmur.
Pada tahun 1963 Depernas diganti menjadi Badan Perancangan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno sendiri. Tugas Bappenas
yaitu menyusun rancangan pembangunan jangka panjang dan jangka pendek, baik
nasional maupun daerah, serta mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan, dan
menyiapkan dan menilai Mandataris untuk MPRS.
b. Sannering
Sannering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemangkasan nilai
mata uang. Kebijakan sannering bertujuan untuk mengurangi banyaknya uang yang
beredar untuk kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian negara. Untuk
mencapai tujuan itu, uang kertas pecahan Rp.500,00 dan Rp.1000,00 yang ada dalam
peredaran pada saat berlakunya peraturan itu diturunkan nilainya menjadi Rp.50,00 dan
rp.100,00. Kebijakan ini diikuti oleh kebijakan pembekuan sebagian simpanan pada
bank – bank yang nilainya di atas Rp.25.000,00.

c. Deklarasi Ekonomi (Dekon)


Pemerintah juga membentuk Panitia 13 untuk perbaikan ekonomi, dalam
rapatnya panitia ini menghasilkan konsep yang disebut Deklarasi Ekonomi (Dekon).
Strategi Ekonomi Terpimpin dalam Dekon terdiri atas beberapa tahap; tahapan
pertama, harus menciptakan suasana ekonomi yang bersifat nasional demokratis yang
bersih dari sisa – sisa imperialisme dan colonialism. Tahap kedua yaitu ekonomi
sosialis. Beberapa peraturannya merupakan upaya mewujudkan stabilitas ekonomi
nasional dengan menarik modal luar negri serta merasionalkan ongkos produksi dan
menhentikan subsidi.
Kondisi ekonomi semakin memburuk karena anggaran belanja negara setiap
tahunnya terus meningkat tanpa diimbangi dengan pendapatan negara yang memadai.
Salah satu penyebabnya yaitu pembangunan proyek – proyek mercusuar, yang lebih
bersifat politis dari pada ekonomi. Misalnya pembangunan Monumen Nasional,
pertokoan Sarinah dan Kompleks Olahraga Senayan yang dipersiapkan untuk Asian
Games IV dan Games of the New Emerging Forces (Ganefo).
Ekonomi semakin semrawut dan kenaikan barang mencapai 200 – 300 % pada
tahun 1965. Kemudian harga bahan bakar yang melonjak mengakibatkan reaksi
penolakan dari masyarakat serta mahasiswa
8

2.4 Akhir Demokrasi Terpimpin


Pada tanggal 30 September – 01 Oktober 1965 dini hari terjadi penculikan dan
pembunuhan perwira Angkatan Darat, termasuk 7 Jendral. Kabar dari Gerakan 30
September 1965 ini menyebar pada tanggal 1 Oktober 1965 dan membuat kericuhan dan
kepanikan di masyarakat. Peristiwa G30S/PKI ini mengubah keadaan politik di Indonesia
dan menandai berakhirnya Demokrasi Terpimpin di Indonesia.
9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Era Demokrasi Terpimpin yang pada awalnya akan memajukan negara, tetapi pada
kenyataannya tidak sesuai dengan tujuan awal. Presiden Soekarno mengganti Demokrasi
Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin karena menurutnya Demokrasi Terpimpin
merupakan Demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Namun, dalam
pelaksanaannya, Demokrasi Terpimpin tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Karena
seluruh sistem pemerintahan berpusat paa presiden dan langsung diketuai oleh presiden.
Hal ini membuat tidak didengarnya suara rakyat, bahkan partai politik yang tidak sejalan
dengan pemerintah pun langsung dibubarkan secara paksa. Pada era Demokrasi Terpimpin
kondisi politik dan ekonomi tidak stabil. Ada hal positif dari Demokrasi Terpimpin
misalnya kembaliya Irian Barat, namun selebihnya adalah hal yang negative. Jadi
Demokrasi Terpimpin tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Setelah banyaknya demokrasi yang diterapkan di negara Indonesia, akhirnya Indonesia
menemukan demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu Demokrasi
Pancasila. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia haruslah menerapkan dan
nmelakukan seperti yang tertera dalam Pancasila.
10

DAFTAR ISI
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-12-kehidupan-indonesia-di-masa-demokrasi-
terpimpin
https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/
https://akupintar.id/belajar/-/online/materi/12-mia/sejarah-indonesia-wajib/sistem-dan-
struktur-politik-dan-ekonomi-masa-demokrasi-terpimpin-1959-1965/494459
Buku Sejarah Indonesia kelas 12 Edisi Revisi 2018

Anda mungkin juga menyukai