Disusun Oleh :
Asni Khoirunnisa
Asri Nurisma Yuniawati
Ferial Fajar Suri
Ghina Nurfauziah Azka
Marwa Anindhya Mahardika
Siti Zarah Adelia Putri
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia
serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Politik dan
Ekonomi Indonesia Pada Demokrasi Terpimpin” dengan baik. Kami juga berterimakasih pada
Ibu Dra. Hj. Yani Herayani selaku guru mata pelajaran Sejarah Indonesia SMA Negri 1
Padalarang yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari
lebih dalam mengenai masa demokrasi terpimpin di Indonesia.
Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya tentang demokrasi terpimpin di Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan juga saran kami terima guna memperbaiki
makalah ini ke depannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sedikitnya,
makalah ini dapat berguna bagi kami untuk memenuhi nilai mata pelajaran Sejarah Indonesia
juga bagi teman – teman sekelas kami. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan
kata – kata yang kurang berkesan di hati pembaca.
Kelompok 5
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penyusunan .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN (ISI) ............................................................................................................ 2
2.1 Proses Menuju Demokrasi Terpimpin .................................................................................... 2
2.2 Perkembangan Politik Pada Masa Demokrasi Terpimpin .................................................... 2
a. Kabinet – Kabinet Pada Masa Demokrasi Terpimpin ..................................................... 4
b. Peta Kekuatan Politik Ekonomi ......................................................................................... 4
c. Pembebasan Irian Barat ..................................................................................................... 4
d. Konfrontasi Terhadap Malaysia ........................................................................................ 6
2.3 Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin ................................................ 6
a. Dewan Perancang Nasional (Depernas)............................................................................. 6
b. Sannering ............................................................................................................................. 7
c. Deklarasi Ekonomi (Dekon) ............................................................................................... 7
2.4 Akhir Demokrasi Terpimpin.................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 9
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 9
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan politik dan ekonomi di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal ( 1950 –
1959 ) belum pernah mencapai kestabilan secara nasional. Kabinet yang silih berganti
membuat program kerja kabinet tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Partai –
partai politik saling bersaing dan saling menjatuhkan. Mereka lebih mengutamakan
kepentingan kelompok masing – masing daripada untuk bangsa sendiri. Presiden Soekarno
menaruh harapan pada Dewan Konstituante untuk menyelesaikan tugasnya menyusun
UUD baru untuk revublik Indonesia, namun kenyataanya mereka tidak berhasil.
Kondisi tersebut membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk mengubur partai –
partai politik yang ada, setidaknya menyederhanakan partai politik yang ada dan
membentuk cabinet yang berintikan 4 partai yang menang dalam Pemilihan Umum 1955.
Presiden Soekarno juga menekankan bahwa Demokrasi Liberal yang dipakai saat itu
merupakan demokrasi impor yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, ia ingin mengganti dengan suatu demokrasi yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi Terpimpin merupakan suatu system pemerintahan yang ditawarkan
Presiden Soekarno pada Februari 1957. Demokrasi Terpimpin juga merupakan suatu
gagasan pembaruan kehidupan politik, kehidupan sosial, dan kehidupan ekonomi.
Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal dengan Konsepsi Presiden 1957. Pokok – pokok
pemikran yang terkandung dalam konsepsi tersebut, pertama, dalam pembaruan struktur
politik harus diberlakukan system Demokrasi Terpimpin yang didukung oeh kekuatan –
kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang. Kedua, pembentukan
cabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas wakil
partai – partai politik dan kekuatan golongan politik baru yang diberi nama oleh Presiden
Soekarno golongan fungsional atau golongan karya.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN (ISI)
gantinya, pada tanggal 10 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan Kabinet baru yang
disebutk Kabinet Kerja. Dalam Kabinet ini Presiden Soekarno sebagai perdana menteri san
Djuanda sebagai menteri dengan dua orang wakil yaitu dr. Leimina dan dr. Subandrio.
Setelah pembentukkan kabinet, diikuti oleh pembentukkan Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS) yang langsung diketuai oleh Presiden Soekarno dan Roeslan
Abdulgani sebagai wakil ketuanya. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Penetepan Presiden
Nomor 3 22 Juli 1959. DPAS bertugas menjawab pertanyaan Presiden dan berhak
mengajukan usul kepada pemerintah.
Lembaga berikutnya yang dibentuk oleh Presiden Soekarno yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) melalui Penetapan Presiden No. 2/1959
tanggal 31 Desember 1959. MPRS diketuai oleh Chairil Saleh dan dibantu oleh anggota
lainnya. Anggota MPRS tidak dipilih sesuai dengan ketentuan pada UUD 1945 melainkan
melalui penunjukkan dan pengangkatan oleh Presiden Soekarno. Mereka yang sudah
terpilih harus memenuhi beberapa syarat, yaitu setuju kembali ke UUD 1945, setia kepada
perjuangan RI, dan setuju dengan Manifesto politik. Dalam tugasnya pun tidak sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, namun diatur dalam Peraturan Presiden No.2/1945, di mana
fungsi dan tugas MPRS hanya menetapkan Garis – Garis Besar Haluan Negara.
Di samping itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu 1955 tetap menjalankan
tugasnya sesuai landasan UUD 1945. Pada awalnya anggota DPR lama seperti akan
mengikuti apa saja yang akan menjadi kebijakan Presiden Soekarno, hal ini terlihat ketika
DPR menyetujui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Akan tetapi konflik kecil mulai terjadi antara
DPR dan Presiden, Sartono (Ketua DPR) menyarankan kepada Presiden Soekarno agar
meminta mandat kepada DPR untuk melakukan perombakan struktur kenegaraan sesuai
dengan UUD 1945 dan menyusun program kabinet. Namun Presiden Soekarno malah
menolaknya.
Konflik mulai terbuka ketika DPR menolak Rencana Anggaran Belanja Negara Tahun
1960 yang diajukan oleh Pemerintah. Penolakan tersebut berujung dibubarkannya DPR
oleh Presiden Soekarno. Sebagai gantinya Presiden Soekarno membentuk DPR Gotong
Royong (DPR – GR) yang anggotanya ditunjuk langsung oleh Presiden.Para anggotanya
dipilih berdasarkan pertimbangan lima golongan yaitu Nasionalis, Islam, Komunis, Kristen
– Katolik dan golongan Fungsional. Kedudukan DPR – GR adalah Pe,bantu Presiden /
Mandataris MPRS dan memberikan sumbangan tenaga kerja kepada Presiden untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Presiden.
Pembubaran DPR yang dilakukan oleh Presiden Soekarno menimbulkan beberapa
reaksi dari berbagai pihak.Pihak yang keberatan dengan pembubaran DPR yaitu pimpinan
PNI dan NU. Mereka yang mendukung DPR – GR bersatu dalam suatu kelompok yang
bernama Liga Demokrasi. Namun Liga Demokrasi ini dibubarkan oleh Soekarno,
Tindakan Presiden Soekarno lainnya yaitu membentuk Front Nasional. Lembaga ini
dibentuk sesuai Penetapan Presiden No. 13 Tahun 1959. Berdasarkan penetapan ini,
disebutkan bahwa Front Nasional adalah suatu organisasi massa yang memperjuangkan cita
– cita Proklamasi dan cita – cita yang terkandung dalam UUD 1945. Front Nasional
langsung diketuai oleh Presiden Soekarno.
Selanjutnya, Presiden Soekarno melakukan regrouping Kabinet, tentang
pengintregrasian lembaga – lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan eksekutif. MPRS,
DPR – GR, DPA, MA dan Dewan Perancang Nasional dipimpin langsung oleh Presiden.
Pengintregrasian lembaga – lembaga tersebut membuat pimpinannya diangkat menjadi
4
menteri dan ikut serta dalam siding – siding kabinet tertentu dan juga ikut merumuskan dan
mengamankan kebijakan Pemerintah pada lembaganya masing – masing.
Presiden juga membentuk lembaga baru yang bernama Musyawarah Pembantu Pimpinan
Revolusi (MPPR). MPPR merupakan badan pembantu Pimpinan Besar Revolusi (PBR)
dalam mengambil kebijkan khusus dan darurat untuk menyelesaikan revolusi.
a. Kabinet – Kabinet Pada Masa Demokrasi Terpimpin
1. Kabinet Kerja I
Program kerja :
1). Memperlengkapi sandang pangan rakyat dalam waktu sesingkat – singkatnya.
2). Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.
3). Melanjutkan perjuangan menentang imperialesme ekonomi dan imperialisme
politik, termasuk Irian Barat.
2. Kabinet Kerja II memiliki program kerja yang sama seperti Kabinet Kerja I.
3. Kabinet Kerja III
Program Kerja :
1) Program sandang pangan harus diperhebat.
2) Program kemanan dirampung dengan memperhebat memperhebat operasi
di Jawa Barat dan intensifikasi follow up di semua daerah.
3) Program anti imperialism dan kolonialisme serta pembebasan Irian Barat,
ditekankan kepada pelaksanaan Tri Komando Rakyat, yang dalam
keseluruhan Tri program diberi proiritas kesatu, yang harus didukung oleh
semua kegiatan lain.
4. Kabinet Kerja IV
1) Sandang pangan.
2) Penggayangan Malaysia.
3) Melanjutkan pembangunan.
5. Kabinet Dwikora I, II, dan III
1) Sandang pangan.
2) Penggayangan Malaysia.
3) Melanjtkan pembangunan.
tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno memberikan pedoman kerja bagi Depernas
yang tugas utamanya memberikan isi kepada proklamasi melalui gran strategy, yaitu
perencanaan overall dan hubungan pembangunan dengan Demokrasi Terpimpin dan
Ekonomi Terpimpin.
Kemudian Depernas menyusun program kerja berupa pembangunan nasional yang
disebut dengan Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan mempertimbangkan
factor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Perencanaan ini meliputi
perencanaan segala segi pembangunan jasmaniah, rohaniah, teknik, mental, etis dan
spiritual berdasarkan norma – norma dan nilai – nilai yang tersimpul dalam adil dan
makmur.
Pada tahun 1963 Depernas diganti menjadi Badan Perancangan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno sendiri. Tugas Bappenas
yaitu menyusun rancangan pembangunan jangka panjang dan jangka pendek, baik
nasional maupun daerah, serta mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan, dan
menyiapkan dan menilai Mandataris untuk MPRS.
b. Sannering
Sannering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemangkasan nilai
mata uang. Kebijakan sannering bertujuan untuk mengurangi banyaknya uang yang
beredar untuk kepentingan perbaikan keuangan dan perekonomian negara. Untuk
mencapai tujuan itu, uang kertas pecahan Rp.500,00 dan Rp.1000,00 yang ada dalam
peredaran pada saat berlakunya peraturan itu diturunkan nilainya menjadi Rp.50,00 dan
rp.100,00. Kebijakan ini diikuti oleh kebijakan pembekuan sebagian simpanan pada
bank – bank yang nilainya di atas Rp.25.000,00.
3.1 Kesimpulan
Era Demokrasi Terpimpin yang pada awalnya akan memajukan negara, tetapi pada
kenyataannya tidak sesuai dengan tujuan awal. Presiden Soekarno mengganti Demokrasi
Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin karena menurutnya Demokrasi Terpimpin
merupakan Demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Namun, dalam
pelaksanaannya, Demokrasi Terpimpin tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Karena
seluruh sistem pemerintahan berpusat paa presiden dan langsung diketuai oleh presiden.
Hal ini membuat tidak didengarnya suara rakyat, bahkan partai politik yang tidak sejalan
dengan pemerintah pun langsung dibubarkan secara paksa. Pada era Demokrasi Terpimpin
kondisi politik dan ekonomi tidak stabil. Ada hal positif dari Demokrasi Terpimpin
misalnya kembaliya Irian Barat, namun selebihnya adalah hal yang negative. Jadi
Demokrasi Terpimpin tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia.
3.2 Saran
Setelah banyaknya demokrasi yang diterapkan di negara Indonesia, akhirnya Indonesia
menemukan demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu Demokrasi
Pancasila. Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia haruslah menerapkan dan
nmelakukan seperti yang tertera dalam Pancasila.
10
DAFTAR ISI
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-12-kehidupan-indonesia-di-masa-demokrasi-
terpimpin
https://serupa.id/masa-demokrasi-terpimpin-kehidupan-politik-ekonomi-sosial/
https://akupintar.id/belajar/-/online/materi/12-mia/sejarah-indonesia-wajib/sistem-dan-
struktur-politik-dan-ekonomi-masa-demokrasi-terpimpin-1959-1965/494459
Buku Sejarah Indonesia kelas 12 Edisi Revisi 2018