Anda di halaman 1dari 9

Interviewer 1: [00:00:00] Namanya Pak, mohon disebutkan.

Bukhari: Nama Bukhari.

Interviewer 2: Pak Bukhari.

Interviewer 1: Yang ingin kami tahu, bagaimana pandangan Bapak tentang


pernikahan usia anak? Bagaimana menurut Bapak tentang usia anak itu?

Bukhari: Sebenarnya kita sangat-sangat miris sekali kalau ada anak pernikahan dini
di namanya kan di bawah usia. Pertama kaitannya dengan kesiapan mereka untuk
menghadapi yang namanya rumah tangga itu kan berat. [00:00:30] Kalau dia di
bawah usia ini banyak sekali terjadi kesalahpahaman di keluarga sehingga membuat
keluarga jadi broken itu. Jadi, harapan kita sebenarnya sangat-sangat kurang pas
kalau ada pernikahan di bawah usia terjadi. Tapi namanya kita di masyarakat, Sasak
khususnya, karena ada sifat maling itu. [00:01:00] Maling mengambil perempuan
dibawa ke sebelah, terjadi selabar. Itu yang terjadi. Bahkan kita beberapa kali sudah
melakukan langkah yang di bawah usia kita pisah. Kita pisah ada satu, dua, tiga kali
kemarin tapi tetap mereka berkeras untuk mau nikah itu. Jadi mau tidak mau
[00:01:30] kembali ke ajaran agama. Bila terjadi begitu kita harus nikahkan dia.

Interviewer 1: Boleh kita dijelaskan ajaran agama yang tepat yang seperti apa yang
dimaksudkan?

Interviewer 2: Yang seharusnya tidak terjadi pernikahan--

Interviewer 1: Yang dimaksudkan akhirnya mengizinkan pasangan ini menikah.

Bukhari: Karena di dalam agama kalau sudah balig itu boleh menikah. Bahkan
nikahkan anakmu, apabila kamu tidak nikahkan [00:02:00] setelah balig anakmu
nanti akan terjadi hal-hal di luar ini kepada anakmu. Dosanya kamu sebagai orang
tua akan menanggungnya, begitu pengertiannya. Artinya kita harus menikahkan
anak kita setelah balig itu.

Interviewer 2: Kalau sudah balig sudah boleh menikah begitu Pak?

Bukhari: Ya. Ini pandangannya seperti itu masyarakat kita kebanyakan. Tapi kalau
secara agama, sebenarnya kalau sudah mapan.

Interviewer 1: Kalau sudah mapan?

Bukhari: Sudah mapan.

Interviewer 1: Jadi sudah [00:02:30] mampu dalam ekonomi, sudah mampu.

Bukhari: Ya mapan artinya mapan di sini--

Interviewer 1: Fisik.

File name: 24.Bukhari interview.3gpp

1
Bukhari: Mapan secara lahir, mapan secara batin. Kalau secara agama begitu.
Cuma kadang-kadang pengertian pemahaman masyarakat yang penting anak saya
balig sudah bisa ini dilepaskan saja, nikah begitu.

Interviewer 1: Masih sering terjadi itu Pak pernikahan anak sampai saat ini?
[00:03:00]

Bukhari: Ya masih. Bahkan ini tanggal berapa [unintelligible 00:03:06] si Restu?


Restu ada berapa usianya?

Man: Delapan belas tahun.

Bukhari: Pas 18 ya?

Interviewer 2: 18 tahun.

Bukhari: Kelas tiga SMA.

Interviewer 2: Belum lulus berarti Pak ya?

Bukhari: Belum. Ini yang kita sangat sayangkan itu anaknya. Cuma kembali
kemarin kita coba pesan sama Pak Kadus, sama Pak Penghulu, bagaimana
dikondisikan untuk [00:03:30] mungkin dipisahlah atau mungkin sebagai ini. Tapi
izin dan lain sebagainya, caranya, tapi tetap mereka berkeras untuk menikah.
Sehingga kami berpikir daripada mereka melakukan perzinahan dan lain
sebagainya, kita dinikah saja untuk itu.

Interviewer 2: Itu mohon maaf Pak, pernikahannya itu apakah tercatat di kantor
desa?

Bukhari: Nggak.

Interviewer 2: Atau tidak tercatat?

Bukhari: Di bawah tangan dia.

Interviewer 2: Di bawah tangan ya? [00:04:00] Tidak ada catatan bahwa ada warga
yang menikah di usia ini.

Bukhari: Nggak ada. Cuma laporannya tetap masuk.

Interviewer 1: Karena isu soal pernikahan anak di Indonesia ini sudah terkenal
begitu.

Interviewer 2: Sudah menjadi internasional.

Bukhari: Ya.

Interviewer 1: Dan yang penting untuk negara kita. Jadi, ada beberapa kelompok
File name: 24.Bukhari interview.3gpp

2
yang [00:04:30] berusaha untuk merubah regulasi atau peraturan pernikahan begitu
harus di atas 18 tahun. Bagaimana menurut Bapak untuk rencana perubahan usia
pernikahan ini?

Bukhari: Kalau itu insyaallah nggak ada masalah kalau pertuaan. Menikah mau 18
mau berapa cuma kembali ke kita untuk mengaplikasikan apa yang tercantum atau
termuat di situ, seperti tadi itu yang saya sampaikan. Jadi kita [00:05:00] mau
memaksakan tidak boleh menikah dan lain sebagainya, kita yang berat dalam artian
apa? Karena kalau adat di Sasak Lombok ini kan biasa kawin lari. Sebenarnya
usaha-usaha kita selaku pemerintah desa bersama tokoh dan sebagainya
mengingat, menimbang, mereka masih sekolah dan sebagainya kita coba berusaha
untuk memisahkan. Tapi tetap, begitu tidak mau terpisah dan sebagainya,
[00:05:30] seperti tadi mau tidak mau harus kita laksanakan. Dan juga masalah
aturan dan lain sebagainya itu sudah kita jelaskan, sehingga itu terjadi pernikahan di
bawah tangan. Ada memang beberapa kali terjadi di tempat kita ini.

Interviewer 1: Jadi menurut Bapak, apakah penting maksudnya ada peraturan jelas
untuk meningkatkan usia pernikahan anak yang awalnya berapa 18 tahun ya?

Interviewer 2: 16. Di Undang-Undang Perkawinan [00:06:00] masih dibolehkan Pak


16 tahun.

Bukhari: 16 yang perempuan.

Interviewer 2: Tapi harus melalui pengadilan.

Bukhari: Nggak kemarin 16 tahun yang perempuan.

Interviewer 2: Iya. Itu kan harus melalui pengadilan kalau di saat 16 tahun dan
harus ada izin orang tua. Tapi bagaimana menurut Bapak kalau misalkan undang-
undang itu dirubah dalam pasal 16 dan tidak diperbolehkan lagi 16 tahun, tetapi di
atas 18 tahun. Jadi, mungkin akan disamaratakan karena ada banyak yang bergerak
[00:06:30] di nasional untuk ingin merubah begitu Pak. Ingin meratifikasi undang-
undang itu supaya dia sama rata. Jadi mungkin 21 tahun untuk perempuan dan 21
tahun untuk laki-laki. Bagaimana pandangannya?

Bukhari: Masalah pemerataan mau 18, 19, 20 itu rancangan untuk membuat aturan
dan lain sebagainya. Kalau kami selaku pemerintahan desa, sebenarnya begini
prinsip kita karena [00:07:00] kita tahu kalau usia pernikahan itu di bawah usia 18
seperti yang kemarin itu sangat-sangat riskan terjadi percekcokan di rumah tangga.
Karena apa? Mereka belum siap. Yang mereka bayangkan ini kan bagaimana
asyiknya, bagaimana enaknya, bagaimana nikmatnya. Tapi masalah lika-liku rumah
tangga itu mereka belum siap. Terutama sekali pada saat usia sekolah. [00:07:30]
Seperti yang terjadi beberapa kali kemarin. Ini ada juga yang sampai dua kali dia
menikah tetap di bawah usia. Yang menikah pertama cerai, mungkin kita tidak tahu
namanya hubungan rumah tangga, nikah lagi. Belum juga usianya 18 tahun.

Interviewer 2: Yang perempuan ini Pak?


File name: 24.Bukhari interview.3gpp

3
Bukhari: Yang laki-laki.

Interviewer 1: Warga sini?

Bukhari: Ya.

Interviewer 2: Itu [00:08:00] apa faktornya Pak? Apakah ada dorongan dari orang
tua atau memang dari lingkungan?

Bukhari: Kalau yang jelas kalau orang tua sangat-sangat kurang setuju sebenarnya.
Tapi, mau tidak mau kalau sudah perempuan dibawa, apalagi tidak bisa dipisah
daripada menjadi aib keluarga dan lain sebagainya tetap dilaksanakan pernikahan.
Yang kita sangat-sangat kurang pas barangkali [00:08:30] melihat anak-anak ini di
tengah jalan untuk terjadi berantakan di tengah keluarga dan sebagainya. Cuma
kembali seperti itu tadi.

Interviewer 1: Karena masyarakat berpegang pada ajaran budaya Sasak tersebut


dan apa yang dikatakan oleh agama bahwa sudah balig sudah boleh menikah.

Bukhari: Iya. Tapi di situ tampak kadang-kadang dari segi pemahaman. Di situ
memang dijelaskan apabila kamu sudah [00:09:00] mampu, menikahlah.
Sesungguhnya menikah itu akan menjaga pandangan matamu dari hal-hal yang
dilarang oleh Allah. Kan begitu anunya.

Interviewer 2: Tetapi kan mampu dalam kata itu harus disiapkan ya Pak?

Bukhari: Ya. Di sini mampu itu kan kadang-kadang mereka memahaminya mampu
memberikan nafkah batin saja barangkali, padahal di situ [00:09:30] apabila kamu
sudah mampu baik lahir maupun batin, nikahlah.

Interviewer 2: Mana lagi? Kalau misalkan kita kepingin juga ketemu sama
pengantinnya [00:10:00] itu, maksudnya yang melakukan pernikahan usia anak itu
Pak, bisa tidak kira-kira?

Bukhari: Bisa, tapi nanti jalan sendiri. Jangan kita kasih tahu alamatnya.

Interviewer 2: Kasih tahu alamatnya, siap. Kira-kira yang baru-baru ini atau yang
sudah--

Bukhari: Pak Haji, siapa anak Pak Kades kemarin? Yang nikah kemarin.

Pak Haji: Bayu. Bayu, Bayu.

Bukhari: Bisa ada.

Interviewer 2: Bayu.

Bukhari: Tulis Bayu.

File name: 24.Bukhari interview.3gpp

4
Interviewer 2: Bayu ya?

Bukhari: Pernikahan usia dini Pak?

Pak Haji: Ya.

Bukhari: Ini bahkan dua kali dia nikah.

Interviewer 2: Yang ini Pak?

Pak Haji: Lihat sini.

Interviewer 1: Ini saja.

Pak Haji: Anaknya ini. Anak yang cewek Pak. [laughs]

Bukhari: Kalau pulpen sudah dipegang perempuan itu biasanya hangat dia. [laughs]

Interviewer 2: Iya.

Interviewer 1: Kalau kita boleh tahu ini Pak, pendapat pribadi Bapak saja begitu.
Selain alasan yang tadi agama dan budaya Sasak itu, kalau Bapak secara pribadi
bagaimanakah menurut Bapak ini pernikahan usia dini ini?

Bukhari: Ya. Sebenarnya kalau kita melihat ini dari usia sekolah itu biasanya lagi
mulainya ini antara kelas satu kelas dua.

Interviewer 1: Mulai?

Bukhari: Ya mulai merasa bahwa saya bisa begitu. Cuma dalam hal ini sebenarnya
karena pengaruhnya banyak. Pertama pengaruh lingkungan terutama hp, mungkin
ada melihat itu, ini, dan lain sebagainya. Karena kalau secara nasihat, ceramah, kita
hampir setiap saat menyampaikan. Kebetulan setiap ada pernikahan kita juga
sebagai nasihat pernikahan. Cuma mau tidak mau kalau ini sudah terjadi, terjadinya
seperti tadi itu dicuri. Terus sering kita kumpul sama tokoh masyarakat untuk anak
nikah itu, [00:12:00] tidak bisa tercatat di KUA. Bagaimana ini nanti dan lain
sebagainya, tapi tetap memaksakan. Kadang-kadang yang bisa juga terjadi mungkin
sebelum diambil sudah ada benih yang tertanam di situ. [laughs] Itu kadang-kadang
yang membuat ini.

Interviewer 2: Sudah hamil begitu, ya Pak?

Bukhari: Ya, cuma ini merupakan aib. Jadi, mau tidak mau kita bagaimana
[00:12:30] menutup aib. Dan itu sebenarnya tidak boleh terekspos, tapi kalau nggak
begini kita juga nggak mau ditata.

Interviewer 1: Kita nggak akan publikasi siapa dan alamatnya di mana juga nggak
akan.

File name: 24.Bukhari interview.3gpp

5
Bukhari: Sebenarnya kita miris sekali kalau terjadi nikah di bawah usia itu. Karena
beberapa terjadi perceraian. Beberapa terjadi, mohon maaf ini Dik, perselingkuhan.
Kerja di sana katanya dia nggak [00:13:00] pulang. Ternyata begitu kita kirim orang
menyelidiki dan lain sebagainya sama laki-laki lain juga. Itu yang dari luar ada
kemarin cuma kita tidak perlu sebutkan. Kita miris sekali. Sebenarnya kalau kita ada
kekompakan untuk menegakkan aturan dan lain sebagainya, bila perlu diberi sanksi.
Bisa kita menjelaskan, jangan sampai nikah di usia sekian. Kalau ada ininya, kalau
ini [00:13:30] ada aturan tapi sanksinya nggak ada. Nggak bisa kita tegas, kembali
seperti tadi itu. Dari pada mereka berbuat zina kita akan nikahkan dia begitu.

Interviewer 1: Jadi kalau saya boleh merangkum percakapan itu. Tadi selain karena
agama dan budaya tersebut, yang memaksa akhirnya adanya pernikahan usia dini
itu karena memang tindakan dari si-

Bukhari: Si anaknya ini.

Interviewer 1: - pelaku usia dini itu, ya Pak? [00:14:00]

Bukhari: Yakin kalau orang tua tidak ada yang mau menikahkan anaknya dibawah
usia. Apalagi kalau anaknya perempuan dan dibawa pergi. Kapan ketemu lagi.
Bahkan kemarin di sini ada sampai nangis-nangis supaya anaknya tidak boleh
[unintelligible 00:14:16] Tapi kita berusaha maksimal tetap tidak bisa. Tidak
bisanya apa? Karena dia sudah dibawa.

Interviewer 2: Menganggap aib, ya Pak?

Bukhari: Ya, menganggap aib. [00:14:30] Bahkan keluarganya minta untuk


dipisahkan. Akhirnya si anak ini sampai begini, begini, begini. Pernah kita pisahkan
dulu ada kita pisahkan, tapi entah berapa lama lagi kembali lagi dia.

Interviewer 1: Sama mamanya ini?

Bukhari: Ya, namanya cinta itu katanya ibarat kentut. Kalau ditahan sakit perut.
[laughs]

Interviewer 1: Kemudian kalau menurut Bapak, hal-hal lain [00:15:00] yang


akhirnya memperbolehkan, hal-hal lain yang bisa mendukung pernikahan usia dini
apa kira-kira?

Bukhari: Saya kira itu saja. Kalau dukungan secara keluarga yakin mungkin di
antara 100, kalau satu orang keluarga yang kepingin anaknya nikah di usia di bawah
itu, tetap kembali ke pelakunya saja. Yang mendukung itu kalau di masyarakat
namanya kalau sudah dua, tiga hari.

Interviewer 2: Diambil [00:15:30]

Bukhari: Di situ diambil dan lain sebagainya, kalau tidak jadi dinikahkan akan
menjadi aib. Sementara kalau dipisahkan pada saat itu berkeras.
File name: 24.Bukhari interview.3gpp

6
Interviewer 1: Tadi mohon maaf tadi Bapak menyinggung walaupun hanya 1%
mungkin ada orang tua yang ingin menikahkan anaknya di bawah usia. Kira-kira apa
ya? Hal apa yang kira-kira bikin-- [00:16:00]

Interviewer 2: Yang menjadi alasan yang mendukung.

Bukhari: Artinya setuju kalau anaknya dibawa lari langsung dinikahkan pada usia
segitu. Karena mengingat mungkin, "Jangan sampai aib anak saya, ini anak saya
mau tidak mau saya setuju lah." Tapi kalau yang berat setuju mungkin 99% sangat-
sangat berat untuk setuju. Karena kalau dipisah menjadi aib. Kalau diteruskan, "Biar
saja saya diomong sama orang, tapi [00:16:30] anak saya tidak membuat aib
kepada saya." Tapi yakin semua orang tua tidak mau menikahkan anaknya di usia
dini. Lain kalau dulu.

Interviewer 1: Kalau dulu bagaimana Pak ceritanya?

Bukhari: Kalau dulu mungkin karena mungkin ada faktor-faktor lain ekonomi dan
lain sebagainya. Mungkin karena, "Wah, ini kaya orang tuanya. Walaupun usianya
agak sedikit lebih, anak saya usianya sekian. Tapi dia bisa menanggung keluarga
saya." Ini kayaknya seperti itu kalau dulu. [00:17:00] Tapi kalau sekarang insyaallah
sudah pada paham semua orang tua. Cuma kadang-kadang anak-anak ini pada
tidak paham. Pacaran namanya lagi cinta monyet, akhirnya main-main mungkin
dijanjikan nikah, dibawa, terus harus dinikahkan. Kapan itu pernah terjadi di sini,
terus perempuannya di Selat. [00:17:30] Si laki-laki ini pacarannya di Selat juga,
pacarannya di Getap juga. Yang Getap ini dibawa, yang Selat ini nuntut. Padahal
yang di Selat ini di bawah usia. [local language] Yang perempuan di Selat.

Woman: [local language] 16 tahun.

Bukhari: Ya, di bawah usia. [00:18:00] Si perempuannya, keluarga perempuan


nuntut ke sini karena dia pacaran. Begitu si laki-laki kawin ambil di Getap ini, ini juga
kecil juga diambil ini. [local language] Sekitar 16 tahun yang diambil begini. Belum
sempat dinikahkan yang ini, ini nuntut. Karena, maaf ini off the record, ini juga pada
tidak tahu. [00:18:30] Sudah dihubungi, sampai saya kerasi masih bisa panggil,
"Pernah nggak kamu begini, begini?" Tidak pernah, telan batu mintanya. Kalau
begitu kita telusuri. "Wah, sekali, Pak." Pas itu kita bentak lagi, dua kali katanya.
Saya bentak lagi, tiga kali. Bahkan keluarganya ini menuntut. Ini dinikah di sini
sekarang langsung cerai yang di sini. Ini yang dipertahankan. Ini kita sangat sangat
miris sebenarnya. [00:19:00]

Interviewer 1: Jadi akhirnya yang ini menikah juga ke yang di Selat, nggak
mempertahankan yang di Getap.

Bukhari: Ya kan ribut, gugup yang begini. Sampai turun Babinsa, Kamtipmas
kemarin itu.

Interviewer 2: Jadi mereka dimadu, begitu Pak? Atau?

File name: 24.Bukhari interview.3gpp

7
Bukhari: Ya karena ini nuntut, ini dinikah, ini juga dinikah. Sampai sekarang di sini,
tapi katanya ini sudah dicerai. Nah ini yang dibawah usia. [00:19:30] Ini sebenarnya
nggak boleh kita ekspos. Cuma kasian yang di sana itu supaya di sana menutup aib
keluarga. Bahkan saya bilang [unintelligible 00:19:43] katanya di sekolahan. Ini
sangat kita miris.

Interviewer 1: Di sekolah?

Bukhari: Sekolah di sana.

Interviewer 2: Di sana dia di pesantren atau sekolah negeri Pak?

Bukhari: Saya kurang [00:20:00] tahu juga karena kita tugaskan kadus, pengurus,
sama Babinsa yang menyelesaikan. Kalau kita terlibat nanti kasihan, nanti jadi aib
keluarga. Itu kadang-kadang yang terjadi sehingga memaksakan terjadi pernikahan
dini. Karena ini terus terang hal-hal semacam ini, sekarang apapun ini ada di sini. Ini
yang membuat mereka ini tadi.

Interviewer 1: Maksudnya teknologi begitu Pak ya?

Bukhari: Ya. Ini mungkin kita kalau nanti memang bisa bertemu sini aturan-aturan
yang tidak [00:20:30] mengizinkan hal-hal di luar dewasa yang masuk di ini. Kan
sudah kemarin, termasuk hal prinsipnya memperjuangkan itu, karena nggak bisa.

Interviewer 2: Masih belum Pak. Kita akan berjuang lagi semoga banyak yang
mendukung.

Bukhari: Ya kita insyaallah karena banyak hal yang di luar jangkauan kita berpikir
terjadi juga di hal-hal semacam ini. Bukannya ini saja, kadang-kadang anak-anak SD
ini sudah tahu nama itu. Kan kasihan juga. [00:21:00]

Interviewer 1: Bagaimana Pak?

Interviewer 2: Anak SD sudah tahu namanya.

Bukhari: Nama-nama begini. Ini kadang-kadang orang tua saking sayangnya sama
anak, belikan hp yang paling bagus. Sementara hp yang belum bagus itu kan juga
tiktuk-tiktuk.

Interviewer 2: Sementara orang tuanya nggak mengerti.

Bukhari: Siapa namanya?

Interviewer 1: Maivin Pak.

Bukhari: Maivin kalau sudah masuk ini kan tiktuk-tiktuk. Maivin, ininya begini, sudah
tahu anak SD itu. [laughs]

Interviewer 1: Jadi seperti belum siap mereka dihadapkan oleh teknologi itu
File name: 24.Bukhari interview.3gpp

8
sebenarnya begitu. Kurang pengawasan. [00:21:30]

Bukhari: Ya. Kalau masalah penyampaian kita program sudah berapa kali
pernikahan dini. Kita undang semua remaja-remaja kaitannya dengan narkoba,
kaitannya dengan itu, ini, dan sebagainya sudah kita laksanakan di desa. Cuma
tetap ada juga. Tapi kembali itu kita mungkin cara kita menyampaikan mungkin
belum pas. Atau mungkin programnya yang belum pas. Insyaallah kalau program ini
kita [00:22:00] kalau ada 1,000% 1,000% kita bantu. Karena kita sangat miris sekali
itu anaknya. Terutama ini kita melihat di hubungan rumah tangga terjadinya
percekcokan sampai dengan orang tua terlibat. Kadang-kadang si menantu
berkelahi sama suami, orang tua ikut terlibat. Akhirnya menantu sama orang tua,
anak sama orang tua berkelahi. Setelah kita lihat ternyata akibat karena mereka
belum siap menjalin rumah tangga. [00:22:30]

Interviewer 2: Ada lagi? Mungkin boleh kita ke tempat pengantinnya?

Bukhari: Boleh. Nanti ke sana di rumahnya Pak Kadus.

[00:22:48] [END OF AUDIO]

File name: 24.Bukhari interview.3gpp

Anda mungkin juga menyukai