Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL WAWANCARA PA KUDUS KELAS 1B

Dosen Pengampu : Lathifah Munawwarah, LC, M.A.


Mata Kuliah : Fiqh Munakahat
Nama Anggota Kelompok :
1. Muhammad Riski Akbar 2202046023
2. Muhammad Zikrullah 2202046024
3. Rosalia Firnanda Siregar 2202046031
4. Najmia Iffatunnisa 2202046034
5. Muhammad Alfian Nur Hakim 2202046038

Topik : Dispensasi Nikah

1. Latar Belakang
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat Rahmat dan Karunia-
Nya kami selaku Mahasiswa/I prodi ilmu falak dapat menyelesaikan tugas akhir dari mata
kuliah Fiqh Munakahat ini. Tak lupa pula sholawat beriringkan salam kami hanturkan
kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw yang kelak akan memberikan Syafaat
kepada umatnya di Yaumil Akhirat kelak. Semoga kita semua mendapatkan syafaat beliau
di hari akhirat kelak. Laporan ini adalah laporan terkait hasil wawancara yang kami
lakukan dengan hakim dan panitera yang bertugas di Pengadilan Agama Kudus. Laporan
ini memberikan data terkait topik dispensasi nikah yang dikeluarkan di Pengadilan
Agama Kudus. Kelompok ini telah menyelesaikan tugas Fiqih Munakahat dengan lancar
dan semestinya. Tugas fiqh munakahat ini kami susun dalam rangka untuk menyelesaikan
tugas akhir dari perkuliahan Fiqh Munakahat
Seperti yang kita ketahui adanya perubahan didalam undang undang nomor 16 tahun
2019 terkait umur didalam pernikahan. Yang mana pada awalnya diatur didalam pasal 7
ayat 11 UU nomor 1 tahun 1974 umur perkawinan tersebut adalah berusia 19 tahun
untuk mempelai Pria (Laki-laki) dan 16 tahun untuk mempelai Wanita (Perempuan).
Adanya UU 16 tahun 2019 ini adalah mengubah umur Wanita yang mana awalnya
berusia 16 tahun menjadi sama dengan pria yaitu diizinkan nikah apabila telah berusia 19
tahun baik pria maupun Wanita. Jadi apabila warga atau penduduk di Indonesia ingin
menikah atau diperlukan untuk menikah sebelum mencapai umur yang ditentukan maka
Ia harus meminta Dispensasi Nikah ke Pengadilan Agama
Menurut Data yang kami dapatkan, sebelum adanya perubahan undang undang
pernikahan nomor 16 tahun 2019 ini saja, angka pernikahan dibawah umur sudah sangat
tinggi. Dan ketika adanya undang undang ini dapat kita lihat perbedaan umur yang diatur
diawal dan sekarang itu terpaut 3 tahun yaitu dari umur awal 16 tahun untuk Wanita
menjadi 19 tahun. Logikanya saja, sebelum adanya perubahan umur ini angka dispensasi
kawin (nikah) itu sudah tinggi jadi terlebih lagi ketika adanya perubahan umur menjadi
19 tahun ini, otomatis angka dispensasi nikah tersebut menjadi lebih tinggi
Melihat perubahan ini, kami tertarik dan ingin memastikan langsung bagaimana
terapan UU 16 tahun 2019 ini dijalankan dengan cara melihat angka dispensasi kawin
(nikah) tersebut langsung ke Pengadilan Agama dan mewawancarai hakim beserta
panitera yang bertugas mengenai proses yang harus dijalani ketika mengajukan ajuan
dispensasi kawin (nikah) terus kami juga menanyakan faktor apa saja yang menyebabkan
pengajuan tersebut ditolak dan diterima. Tentunya juga mini riset kami ini berguna
sebagai tugas ujian akhir dari mata kuliah Fiqh Munakahat.

2. Tujuan
Adanya laporan kami mengenai topik Dispensasi nikah (kawin) ini bertujuan untuk
melihat bagaimana dampak yang terjadi setelah UU 16 tahun 2019 ini dijalankan, untuk
mengetahui perbandingan angka dispensasi nikah sebelum dan sesudah UU 16 tahun
2019 dijalankan, dan juga laporan kami ini bertujuan untuk bahan baca terkait apa saja
yang menjadi penyebab Dispensasi nikah dikabulkan dan tidak dikabulkan dan mengapa
alasan dikabulkan dan tidak dikabulkan terus juga bagaimana cara mengajukan dispensasi
nikah,apa saja syarat dan faktor faktor yang menyebabkan pengajuan dispensasi nikah
terus dispensasi nikah ini membawa dampak dan implikasi apa saja didalam masyarakat.

3. Hasil Wawancara
a. Waktu dan Tempat
Waktu : Selasa, 28 November 2023
Tempat : Pengadilan Agama Kudus
b. Narasumber
Hakim : Khaerozi, S.H.I., M.H.
Panitera : Kholil, S.H., M.H.
c. Pertanyaan dan Jawaban
1. Pertanyaan : Bagaimana Implementasi Peraturan Usia Perkawinan Yang Terbaru?
Jawaban : Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 Sebagai
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pada
Pasal 7 Mengatur Tentang Batas Minimal Usia Menikah Dinyatakan , “Bahwa
Perkawinan Hanya Diizinkan jika Pihak Pria Berusia Minimal 19 Tahun dan Pihak
Perempuan Berusia Minimal 19 Tahun”. Bila Ada Perbedaan dari Peraturan
tersebut maka Perkawinan Baru Dapat Dilangsungkan ketika dapat Dispensasi
Kawin dari Pengadilan.

2. Pertanyaan : Berapa Angka Permohonan Dispensasi Kawin di Tahun 2020, 2021,


2022, 2023?
Jawaban : Total angka permohonan dispensasi kawin di tahun 2020 sebanyak 270,
di tahun 2021 sebanyak 270, di tahun 2022 sebanyak 228, dan di tahun 2023
sebanyak 193

3. Pertanyaan : Dari Permohonan Yang Ada, Berapa Yang Diterima?


Jawaban : pada tahun 2020 Dispensasi kawin sebanyak 270 dan yang diputus ada
269 1 dispensasi yang tidak disetujui, pada tahun 2021 Dispensasi kawin sebanyak
270 dan yang diputus ada 258, ada 12 dispensasi yang tidak disetujui, dan pada
tahun 2022 Dispensasi kawin 228 dan yang diputus ada 213, ada 15 dispensasi
yang tidak disetujui, Dan pada tahun 2023 sampai dengan bulan november
Dispensasi kawin di pengadilan agama kudus itu ada 193 dan yang diputus ada
160, ada 33 dispensasi yang tidak disetujui, dari data tersebut bisa dilihat dari
tahun ke tahun angka dispensasi nikah di pengadilan agama kudus menurun dari
tahun ke tahun berikutnya

4. Pertanyaan : Apa Alasan Mengapa Diterima Pemohonan Dispensasi Kawin?


Jawaban : Sebab disetujui dispensasi terhadap usia pernikahan, di antaranya yakni
adanya alasan mendesak serta bukti yang cukup, yang diajukan oleh orang tua atau
wali calon mempelai di hadapan hakim. Kemudian segala keputusan bergantung
pada hakim. Secara lebih terperinci, berikut sebab yang dapat dijadikan
pertimbangan dispensasi usia pernikahan dapat dikabulkan; Karena perempuan
tersebut membutuhkan pendampingan, dan calon suami dinilai mampu
mendampingi, serta orang tua bersedia membantu dan membimbing.
Beberapa alasannya karena memenuhi syarat administrasi sebagai berikut :
1. Surat Permohonan Dispensasi Kawin
2. Fotocopy dan Surat (asli) penolakan dari KUA
3. Fotocopy KTP pemohon 1 (Bapak)
4. Fotocopy KTP pemohon 2 (Ibu)
5. Fotocopy KTP akta nikah pemohon
6. Fotocopy kartu keluarga pemohon
7. Fotocopy KTP anak pemohon
8. Fotocopy ijazah anak pemohon
9. Fotocopy akta kelahiran anak pemohon
10. Fotocopy KTP calon suami/istri
11. Fotocopy kartu keluarga calon suami/istri
12. Fotocopy akta kelahiran calon suami/istri
13. Fotocopy ijazah calon suami/istri
14. Fotocopy slip gaji/surat keterangan berpenghasilan dari desa
15. Surat rekomendasi/ surat keterangan dari psikolog
16. Surat keterang sehat dari dokter obgyn/puskesmas
17. Membayar biaya panjar perkara

5. Pertanyaan : Bila Ada Yang Ditolak dan Apa Alasannya?


Jawaban : Ada yang ditolak, alasannya karena tidak memenuhi syarat-syarat
dispensasi kawin, dan adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu berupa
syarat administrasi dan syarat fisik. Syarat administrasinya sesuai dengan yang
sudah disebutkan diatas dan adapun syarat fisiknya berupa kesiapan mental bagi si
perempuan dan laki-laki, akan tetapi lebih mementingkan kepada si perempuan,
maksudnya jika si perempuan itu belum siap secara mental walaupun ia sudah
hamil 9 bulan maka tetap saja tidak dikabulkan permohonan dispensasi kawin
tersebut.

6. Pertanyaan : Apa Implikasi Dispensasi Kawin Yang Terjadi di Masyarakat?


Jawaban : Implikasi dispensasi nikah terhadap masyarakat dapat bersifat positif
atau negatif, tergantung pada kondisi dan kesiapan pasangan yang menikah.
Beberapa implikasi positif adalah:
1) Mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama, seperti zina atau aborsi
2) Menjaga kehormatan dan nama baik keluarga
3) Memperoleh keturunan yang sah dan berhak mendapatkan nafkah dan warisan

Beberapa implikasi negatif adalah:

1) Kurangnya kedewasaan dan kematangan pasangan dalam menghadapi masalah


rumah tangga.
2) Mengorbankan pendidikan dan karier yang dapat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga
3) Menghasilkan keturunan yang kurang baik secara fisik dan psikis karena belum
siap menjadi orang tua
4) Belum mampu menanggung beban hukum, seperti nafkah, waris, atau
perceraian
5) Adanya beban bagi orang tua yang harus membantu mengurus rumah tangga
dan anak-anak
6) Terjadinya perceraian yang tinggi akibat konflik, kekerasan, atau
perselingkuhan

d. Dokumentasi :

Anda mungkin juga menyukai