Anda di halaman 1dari 3

Status Hukum Nikah Siri Tanpa

Sepengetahuan Keluarga
Pertanyaan
Saya pernah menikah siri tanpa sepengetahuan keluarga. Semuanya pihak laki-laki
yang mengurus. Itu saya lakukan karena pihak laki-laki berjanji akan mengikuti agama
saya, tetapi ternyata tidak. Yang mau saya tanyakan adalah: 1. Apakah yang saya
lakukan itu sah menurut hukum? 2. Saya sudah berjalan hampir 3 bulan tidak serumah
lagi dan laki laki itu tidak memberi nafkah lahir dan batin, apakah saya masih berstatus
istrinya atau bukan? 3. Saya sudah tidak mau bersatu lagi karena laki-laki itu terlalu
kasar berbicara dan tidak menghargai saya, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana
jika saya mau menikah dengan yang lain?

Ulasan Lengkap
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran kedua dari artikel dengan judul Status Hukum
Perkawinan Siri Tanpa Sepengetahuan Keluargayang dibuat oleh Liza Elfitri, S.H.,
M.H. dari PAHAM Indonesia dan pertama kali dipublikasikan pada Senin, 18 Maret 2013,
kemudian dimutakhirkan pertama kali pada Kamis, 20 Februari 2014.

Untuk menjawab pertanyaan Anda mengenai syarat nikah siri tanpa sepengetahuan keluarga,
kami asumsikan Anda menikah dengan tata cara agama Islam.

Apa Syarat Nikah Siri?


Pertanyaan tentang apa saja syarat nikah siri cukup sering diajukan. Sebelum membahas perihal
apa syarat nikah siri, termasuk syarat nikah siri tanpa sepengetahuan keluarga, mari pahami
syarat sah menikah di Indonesia terlebih dahulu.

Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya


Terjangkau
Mulai Dari
Rp 149.000
Lihat Semua Kelas 

Pada prinsipnya, pernikahan sah jika dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaan kedua calon mempelai.[1] Bagi yang beragama Islam, pernikahan sah jika
dilangsungkan menurut hukum Islam.[2]

Bagi yang beragama Islam, agar sah, pernikahan harus memenuhi rukun nikah berikut:[3]

1. Calon suami;
2. Calon istri;
3. Wali nikah;
4. 2 orang saksi; dan
5. Ijab dan kabul.

Calon suami dan istri yang hendak melangsungkan pernikahan tidak boleh memiliki halangan
perkawinan, di antaranya:[4]

a. Calon istri tidak beragama Islam; atau


b. Calon suami tidak beragama Islam.

Jadi, agar pernikahan sah menurut hukum Islam, kedua calon mempelai suami-istri harus
beragama Islam dan pernikahan yang dilangsungkan memenuhi rukun nikah, termasuk saksi dan
wali nikah. Syarat ini juga berlaku bagi pasangan nikah siri. Sebab, nikah siri hukumnya sah
secara agama asalkan syarat dan rukun nikah terpenuhi, sebagaimana ditegaskan dalam Fatwa
MUI tentang nikah siri.

Baca juga: Nikah Tanpa ‘Restu’ Orang Tua dalam Islam, Sahkah?

Nikah Siri Tanpa Sepengetahuan Keluarga, Apakah Sah?


Selanjutnya, membahas mengenai syarat nikah siri tanpa sepengetahuan keluarga, sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, nikah siri sah jika memenuhi syarat dan rukun nikah, di antaranya
yaitu dihadiri 2 orang saksi dan adanya wali nikah yang sah.

Jika nikah siri dilangsungkan tanpa sepengetahuan keluarga, namun memenuhi syarat 2 orang
saksi dan dinikahkan oleh wali nikah yang sah, maka nikah siri tersebut sah menurut hukum
agama.

Jadi, menjawab pertanyaan nikah siri tanpa sepengetahuan keluarga apakah sah atau tidak, nikah
siri tersebut sah jika memenuhi syarat dan rukun menikah. Sebaliknya, jika pernikahan
dilangsungkan oleh wali nikah yang tidak sah, maka nikah siri tidak sah.

Pernikahan Wajib Dicatatkan ke KUA


Selain memenuhi syarat nikah, pasangan suami istri juga wajib mencatatkan perkawinannya
ke Kantor Urusan Agama (pegawai pencatat nikah) dan mendapatkan buku nikah sebagai
bukti pencatatan perkawinan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan:

Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Karena nikah siri tidak dicatatkan ke KUA, maka pasangan yang menikah siri tidak memiliki
buku nikah sebagai bukti telah diakuinya pernikahan oleh negara.
Nikah Siri Beda Agama, Ini Konsekuensi Hukumnya
Dalam pertanyaan, Anda menyebutkan bahwa Anda nikah siri beda agama tanpa sepengetahuan
keluarga Anda. Sebagaimana telah kami sampaikan sebelumnya, dalam menjawab pertanyaan ini
kami asumsikan pernikahan tersebut dilangsungkan menurut hukum Islam.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa agar pernikahan sah menurut hukum Islam, kedua calon
mempelai suami-istri harus beragama Islam. Jika rukun tersebut tidak terpenuhi, maka terhadap
pernikahan tersebut dapat diajukan pembatalan perkawinan, sebagaimana diatur dalam Pasal
73 KHI:

Yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan adalah:

a. para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami
atauisteri;
b. Suami atau isteri;
c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut Undang-
Undang.
d. para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun
dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan Peraturan Perundang-
undangan sebagaimana tersebut dalam pasal 67.

Cara Bercerai bagi Pasangan Nikah Siri


Tapi, bagaimana jika pernikahan sudah dilangsungkan dengan memenuhi syarat nikah siri dan
rukun nikah, tetapi pernikahan belum dicatatkan dan pasangan nikah siri ingin bercerai?

Hal yang dapat dilakukan pasangan nikah siri yang ingin bercerai adalah terlebih dahulu
mengajukan permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama.[5] Setidaknya, terdapat 5 Langkah
Permohonan Itsbat Nikah yang dapat Anda tempuh.

Permohonan itsbat nikah ini dapat diajukan oleh suami atau isteri, anak-anak mereka, wali nikah
dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.[6]

Setelah itsbat nikah, barulah diajukan gugatan cerai, dan kemudian Pengadilan Agama setempat
akan memberikan akta cerai sebagai bentuk telah putusnya perkawinan karena putusan hakim.
Anda dapat menyimak lebih lanjut penjelasan tentang pengajuan gugatan cerai dan pengurusan
akta cerai dalam Cara Mengurus Surat Cerai Beserta Pengajuan Gugatannya.

Terakhir, perlu diperhatikan, kondisi tidak serumahnya pasangan suami istri dan tidak
diberikannya nafkah oleh suami tidak serta merta memutus hubungan perkawinan, sebab
perkawinan baru putus secara hukum jika telah ada putusan cerai dari pengadilan.[7]

Baca juga: Suami Pergi Tanpa Kejelasan, Bisakah Perkawinan Dianggap Putus?

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan semata – mata untuk
tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya). Untuk
mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika.

Anda mungkin juga menyukai