Anda di halaman 1dari 9

Interviewee: [00:00:00] Kepala Dusun Taman Sejati.

Interviewer 1: Inggih. Kita boleh tanya dua sisi Pak, Side sebagai orang tua,
kemudian Side sebagai kepala dusun di sini?

Interviewee: Ya, boleh.

Interviewer 1: Pertama yang ingin saya tanyakan, boleh tidak Pak diceritakan
bagaimana anak Anda menikah?

Interviewee: [unintelligible 00:00:20] ?

Interviewer 1: Inggih.

Interviewee: Kalau kita kemas, kami [inaudible 00:00:25] kepala dusun sekaligus
orang tua, [00:00:30] sehingga banyak terjadi nikah di bawah umur, padahal itu ada
undang-undang dari pihak kepala sekolah atau dewan-dewan guru. Kami yang ada
di Desa Taman Baru, itu ada perjanjian juga. Kalau dia nikah di bawah umur itu kan
punya sangsi, dalam arti kena denda uang pertamanya. Ternyata itu tidak pernah
dilakukan sehingga terjadilah hal-hal seperti itu. Saya juga sebagai kepala dusun
atau sebagai orang tua [00:01:00] merasa rugi atau dirugikan. Kenapa saya bilang
begitu? Kita sedang membina anak kita agar dia ikut sekolah, ternyata ketika dia
kawin di bawah umur, kenapa itu-- Seharusnya kita selesaikan secara hukum atau
secara islamiah, tapi secara undang-undang itu kenapa tidak berlaku? Kenapa
hingga terjadi seperti itu? Dampaknya [00:01:30] itu kalau kita kemas atau kita kaji
fahami dari segi-segi perjalanan tahun-tahun sekarang ini, Ibu ya. Ini dampaknya
dari hati yang sebenarnya, hati ini sangat-sangat merusakkan, tapi kenapa sekarang
yang kita selalu basmi, sekarang kita terlalu teliti karena ini barang sudah terlanjur
lah, istilahnya melanggar peraturan atau undang-undang Pemerintah. Sebenarnya
dari sebelum terjadi hal-hal seperti itu [00:02:00] harus kita adakan sosialisasi,
bagaimana caranya. Itu pun sudah ada undang-undang seperti itu. Kadang-kadang
kita nunggu dari pihak guru atau dari pihak kepala sekolah tidak ada tuntutan sama
sekali. Kami yang sebagai kepala dusun, orang tua, sesepuh di sini, ya mari kita
lakukan dengan secara agama.

Interviewer 1: Tidak ada tuntutan maksudnya bagaimana Pak?

Interviewee: Tidak ada tuntutan dari pihak guru. Karena pada waktu itu tahun
berapa, lupa saya, itu kalau dia mau nikah di bawah umur, ada dia punya sangsi
[00:02:30] atau kita pisah lah begitu.

Interviewer 1: Oh jadi--

Interviewer 2: Tidak berlaku sekarang.

Interviewee: Tidak berlaku seperti itu, Ibu.

Interviewer 1: Tidak dilakukan sama sekolah?


File name: 19.H. Mardi.3gpp

1
Interviewee: Ya, dan kedua, kita coba ke orang tuanya. Ini bagaimana? Karena
khawatirnya Pemerintah itu, sehingga ada pencegahan atau dilarang menikah di
bawah umur, karena nanti pas waktu melahirkan, itu kan begitu yang sebenarnya
atau putus hubungan sekolah. Karena itu terutama yang sangat dianut sama
Pemerintah, tapi kenapa itu [00:03:00] tidak berlaku undang-undang itu. Kita coba
tanya orang tuanya, bagaimana ini anaknya kita nikah di bawah umur. Seandainya
tetap berlaku jadi masalah saja, atau kita pisah. Jangan sampai pas itu kita pisah,
lari dia lagi ke rumah yang laki, itu kan bikin malu juga dari pihak orang tua. Itu
masalahnya, Ibu.

Interviewer 1: Kalau kita tanya kenapa, apa alasan Side membiarkan anak Side
akhirnya menikah itu karena?

Interviewee: Alasan itu [00:03:30] tepat sesuai dengan fakta, menurut kami, karena
ini yang merusakkan hati. Kalau dia secara orang kita dulu, masih masa muda kita,
secara menyenangkan duduk di sofa begini rapih. Kita tahu, "Kamu ini masih
sekolah kok ngidam seperti ini?" Karena kita begitu. Ini tidak bisa kita ayomi, tidak
bisa kita teliti, karena lewat hp ini yang sangat merusakkan. Makanya hp ini saya
bilang begitu, diajak secara baik dia paling baiknya hp. Dia diajak secara tidak baik,
[00:04:00] dia yang paling tidak baik. Karena dampaknya ini, makanya saya sering
bertengkar sama penghulu hakim di KUA, sewaktu kita nikahan di dusun
Pamegatan, itu mau dimarahkan atau sebagai orang tuanya yang dari perempuan
itu. "Tidak bisa, Pak" saya bilang begitu. Apalagi kita salahkan pihak orang tuanya
yang dari perempuan itu tidak bisa. "Seperti Side bilang itu. Berarti seakan-akan
[00:04:30] Side itu berani menuduh orang tua, orang itu tidak mendidik anaknya."
"Bukan begitu Pak", saya bilang begitu, karena dia waktu tidur di kamar itu dia
bicara. Kita sebagai orang tua itu kalau kita tidak belikan hp, sampai dia bilang,
"Jangan belikan dia itu sebenarnya hp." Oke, kalau kita tidak belikan, ada saja yang
caranya dipakai. Kadang-kadang nomer temannya, hp temannya dipinjam. Di cari
tempat yang sepi, "Halo, cewek/cowok di sini?" [00:05:00] Makanya itu saya
bingung. Itu masalahnya, Ibu. Kalau kita terlalu mau marahi orang tuanya, mau
salahkan si anak, itu tidak bisa. Karena kita ini bagaimana komitmen kita itu.
[unintelligible 00:05:15] . Kalau memang sudah ada undang-undang kita sangsikan
dengan uang, marilah semua desa dan dusun itu bergerak kita buat sebagai contoh
satu saja, mungkin insyaallah dia agak berkurang. Bukan dia akan langsung
[00:05:30] tidak ada, akan berkurang. Menurut kami begitu.

Interviewer 1: Dengan cara menegakkan-

Interviewee: Ayo harus kita tuntut, sesuai dengan perjanjian undang-undang yang
sudah dibuat. Komitmen itu harus kuat. Oh anaknya ini kawin sama ini, lalu
bagaimana caranya? Kita kumpulkan sesepuh-sesepuh atau tokoh-tokoh yang ada
di dusun maupun di desa, atau dari pihak KUA, itu untuk mengkuatkan masalah
undang-undang yang sudah berlaku, itu masalahnya. Masalah yang lain, alasan dia
putus sekolah [00:06:00] karena tidak ada, bukan begitu. Alasannya kita lain tidak
ada sebenarnya. Seharusnya itu satu-satunya jalan bagaimana caranya kita,
komitmen kita itu kuat. Kita tegakkan hukum atau undang-undang yang sudah dibuat
File name: 19.H. Mardi.3gpp

2
sama Pemerintah, termasuk dari pihak pengadilan agama. Ini bagaimana dia tidak
begitu, begitu kawin di bawah umur, ini bagaimana ini sudah kawin di bawah umur,
sudah kita selektif [inaudible 00:06:27] . Itulah [00:06:30] diikuti, "Itu saja boleh
nikah dibawah umur, kenapa saya tidak?" Kan begitu dia. Makanya saya mau
salahkan anak-anak yang kawin di bawah umur tidak bisa, karena kita yang selalu
Pemerintah atau orang tua itu tidak terlalu kuat komitmen kita. Itu dasarnya
[inaudible 00:06:48] Kalau dia betul-betul begitu, dari pihak sekolah terutamanya,
menikah belum tamat sekolah. Nanti kan dari kepala sekolahnya atau dewan
[00:07:00] gurunya, bagaimana kalian diurus sama pihak walinya si anak itu,
barulah kepala dusun, barulah kepala desa. Makanya kita pisah itu buat jadi contoh
yang sebenarnya menurut saya inginkan. Karena kita itu [unintelligible 00:07:16] ,
kita bersikap secara hukum, secara agama oke. Kalau tidak begitu, kan nanti anak
kita ya rusak. Kadang-kadang itu yang lemah sekali. Kalau kita tanya dari anak-anak
sekolah yang kawin di bawah umur ini [00:07:30] punya alasan lain. Kalau dia tidak
ada cinta sama cinta, tidak mungkin juga. Tak kenal maka tak sayang menurut kami
yang bodoh sekali saya ini. Tapi kita sudah berapa tahun sudah [unintelligible
00:07:42] kepala dusun, sudah mendekati 20 tahun, Ibu, makanya saya itu bingung,
maaf-maaf saja ini bukan saya istilahnya mencela undang-undang dan Pemerintah,
tidak. Ini dengan sebenarnya, karena komitmen kita itu tidak ada. [00:08:00] Kita
larang, jangan main hp, kita tidak belikan anak kita hp, seumpama. Bukan butuhnya
sekedar untuk belajar, kadang-kadang tidak kita belikan, nanti dia minta hp
temannya, minjam dia, ambil nomer ceweknya atau cowoknya, main hp. Kita itu
sebagai orang tua atau wali anak itu tidak bisa kita teliti.

Interviewer 1: Serba salah ya?

Interviewee: Serba salah. Ini masalahnya, bukan kita lancang atau untuk
merusakkan undang-undang, [00:08:30] bukan, maap saja. Cuma setahunya kami,
coba kita kemas-kemas perjalanan dunia, alurnya memang begitu dia.
Kelemahannya dari itu, di undang-undang itu. Lebih-lebih sekarang kan sudah jadi
pimpinan harus diajari anak muda-anak muda. Apalagi anak kawin harus di bawah
muda itu lagi mau kawin.

Interviewer 1: Bagaimana?

Interviewee: Dalam arti sekarang sudah ada undang-undang kalau yang jadi kepala
dusun harus dari S1 dan umurnya 20 ke atas. [00:09:00] Sekarang begitu dia,
semakin lemah kayaknya kalau saya-- tapi ini kita punya ketua DPD, kenapa tidak
lawan undang-undang, itu harus kita terapkan dulu. Benar itu tidak? Jangan kita
bilang uji coba, uji coba. Dia kelolosan ini sudah uji cobanya. Ayo, itu.

Interviewer 2: Maksudnya kalau ada aturan kalau Kadus dan [inaudible 00:09:27]
harus di atas 20 tahun. [00:09:30]

Interviewee: Iya.

Interviewer 1: Pengaruhnya ke pernikahan usia anak menurut Side apa?

File name: 19.H. Mardi.3gpp

3
Interviewee: Jelas sekali, karena kenapa?

Interviewer 1: Bagaimana pengaruhnya?

Interviewer 2: Bagaimana pengaruhnya?

Interviewee: Pengaruhnya nanti kan lebih banyak kawin di bawah umur, karena
petugasnya juga di bawah umur, banyak orang anak-anak sekolah itu sambil dia
pintar-pintaran bicara seperti itu.

Interviewer 2: Kan harus lulus S1 ni, Pak?

Interviewee: Ya.

Interviewer 2: Kalau misalnya mereka menikah di bawah usia kan tidak lanjut
sekolah Pak.

Interviewee: Tidak lanjut sekolah. [00:10:00]

Interviewer 1: Delapan belas. Di bawah 18 tahun.

Interviewer 2: Jadi bagaimana proses pemilihan kekadusan ini mempengaruhi


anak-anak yang menikah usia anak ini?

Interviewee: Ya karena dia masih jiwa muda kan. Piimpinan juga jiwa muda, apalagi
yang ini. Jadi saling- Begitu. Kadang-kadang terjadinya seperti itu.

Interviewer 1: Karena mereka masih muda,-

Interviewee: Karena mereka masih muda itu.

Interviewer 1: - jadi mendukung-

Interviewee: Mendukung dia itu.

Interviewer 1: - pernikahan anak.

Interviewee: Iya. Itulah masalahnya.

Interviewer 1: Pernah terjadi?

Interviewer 2: Iya betul.

Interviewee: Sehingga seperti ini. [00:10:30]

Interviewer 1: Tapi di sini Kepala Dusunnya?

Interviewee: Saya Kepala Dusunnya.

File name: 19.H. Mardi.3gpp

4
Interviewer 2: Apakah ada Kepala Dusun muda yang-

Interviewee: Banyak.

Interviewer 2: - yang mendukung pernikahan anak ini?

Interviewee: Kalau nggak ada, tidak mungkin terjadi ditikah, kan begitu. Jelas kita
mendukung, karena kenapa? Terlalu banyak yang mendukung daripada tidak. Masa
kita sendirian yang keluar, "Jangan tikah ini." [unintelligible 00:10:51] sama orang.

Interviewer 1: Kalau sekarang di luar kapasitas Side sebagai Pak Kadus nih Pak,
kapasitas Side sebagai orang tua-

Interviewee: Iya. [00:11:00]

Interviewer 1: - yang anaknya menikah usia anak. Alasan kuat kenapa Side
membiarkan anak Side menikah begitu, sebagai orang tua.

Interviewee: Saya kan-

Interviewer 1: Alasan kuatnya.

Interviewee: Kalau alasan saya ya, kalau saya dari perempuan bagaimanapun
jangan. Karena kita dari laki, seperti anak menantu tadi itu, seandainya kita
kembalikan itu, kita lagi dimaki-maki. Dikira kita nggak berani bertanggung jawab
dari perbuatan anak kita sendiri.

Interviewer 1: Jadi Side terpaksa karena-

Interviewee: Iya kita terpaksa [00:11:30]

Interviewer 1: - karena anaknya sudah melakukan itu.

Interviewee: Iya. Kita nanti dituntut. "Oh, ini Pak Kadus tidak tanggung jawab sama
anaknya." Paling begitu. Makanya sekarang kita maju kena, mundur kena. Lebih
baik ya bagaimana caranya.

Interviewer 1: Kalau sebagai orang tua, bagaimana perasaan Side, anak Side
masih terlalu muda untuk menikah?

Interviewee: Itu sebenarnya jauh saya kecewa, Ibu. Kecewa kita. Sudah kita
membiayakan [00:12:00] sekian juta, sekian tahun, kita belikan dia sepeda motor,
dan lain sebagainya. Tapi dia lihat teman-temannya itu nikah di bawah umur, dia
kadang-kadang nanti diolok-olok sama temannya, "Kamu itu orang sudah nikah
kamu belum." Kadang-kadang itu dipengaruhi lagi.

Interviewer 1: Itu banyak yang begitu ya teman-teman adik ini, ya?

Interviewee: Banyak. Semua. Paling begitu dia. Kalau kita jadi [unintelligible
File name: 19.H. Mardi.3gpp

5
00:12:26] dari perempuan, bagaimanapun harus kita pisah dia [00:12:30] itu. Kalau
saya satu nasib baik kita punya satu.

Interviewer 1: Iya. [laughs]

Interviewee: Makanya saya itu- Nggak usah heran. Karena kenapa, banyak contoh
di TV, banyak alat-alat canggih sehingga bisa dilakukan sama masyarakat sama
anak-anak kita sekolah. Itu sebenarnya. Dulu saya kan belum ada TV, cuma radio
saja. Yang ada, nggak ada yang seperti ini, nggak ada. [00:13:00] Dia kayaknya
kuliah, guru tidak diundang, pulangnya tidak diantar. Di TV saja sebentar dia lihat.
Kadang-kadang itu dilakukan, itu anak saya masih kecil sekali.

Interviewer 1: Kalau sebagai orang tua, ini Pak, kita kepingin tanya lagi.
Sebenarnya sebelum itu, kita boleh tahu nggak harapan Side untuk anak ini kepingin
jadi apa sih?

Interviewee: Harapannya itu nggak pernah saya berharap menjadi anak saya itu
menjadi yang tidak bagus. [00:13:30] Ingin sekali saya mudah-mudahan dia bisa
jadi kepala negara. Tapi sekedar kita berharap, saat ini jadi guru tapi kalau nggak
punya ijazah nggak bisa jadi guru. Ya mau dibilang apa kita. Harapan saya itu
sebagai orang tua begitu saja. Makanya ada satunya lagi tiga, saya bilang itu saya
sudah janji.

Interviewer 2: Jadi ini anak pertama yang menikah di bawah usia?

Interviewee: Ya. [00:14:00] Tapi dia ini nomor dua, tiga- Nomor empat.

Interviewer 2: Nomor empat.

Interviewer 1: Kita kepingin tahu Pak. Saat itu, saat si adik ini mau melakukan
pernikahan usia anak ini, apakah Side sudah tahu sebelumnya atau nggak?

Interviewee: Saya bilang tidak tahu salah. Saya bilang tidak tahu juga salah. Pada
waktu itu kita tidak bisa membaca situasi karena anak di dalam sekolah. Banyak
temannya yang [00:14:30] morat-marit saling antar-mengantar pakai sepeda motor,
kan begitu rame-rame. Kita lain zaman, zaman kita dulu, Ibu, sama zaman-zaman
sekarang ini. Kalau dulu bisa kita baca situasi. Kalau sudah duduk di [unintelligible
00:14:45] sama cewek dan cowok berarti itu pacarnya. Jadi bisa kita, "Oh, jangan
begini, Nak. Kamu masih sekolah. Tidak boleh minta." Sekarang nggak bisa. Kamu
ini ceritanya pacar. "Mana bukti saya Pak?" Padahal itu dari hp. Makanya [00:15:00]
saya singgung hp itu, Bu. Maaf saja, bukan saya lancang. Ini memang
kenyataannya, sesuai dengan pengakuan saya di lapangan. Sehingga banyak
terjadi nikah di bawah umur. Padahal kita itu berminat mudah-mudahan anak saya
ini menjadi orang yang baik, sangat baik. Entah menjadi polisi, tentara, perawat,
ustad. Tidak ada orang tua mendoakan anaknya mudah-mudahan dia
[unintelligible 00:15:27] , nggak ada. [00:15:30] Itu masalahnya. Makanya
sekarang ini kalau kita perkuat, tidak bisa. Karena ini ya masalahnya sekali,
terutama ini, kadang-kadang, "Halo, di mana kita jumpa." "Oh, ini di pinggir pantai."
File name: 19.H. Mardi.3gpp

6
Banyak yang terjadi sampai sepeda motornya dicuri, gara-gara mengadakan
pertemuan saat cewek dan cowok. Dan seringkali kita itu orang mana, anak dari
mana, kita tidak tahu. Orang anak kita saja tidak bisa diurus, apalagi anak- itu dulu,
secara sakleknya Ibu, maaf saja. [00:16:00] Saya, kalau kita bolak-balik ke utara ke
selatan, sering saya ketemukan anak masih sekolah mengadakan pertemuan di
pantai sana. Kadang-kadang pulang temannya sekolah ikut dia pulang. Ini sudah,
berbahaya sekali ini, hp ini. Jadi nggak bisa kita berantas.

Interviewer 1: Kalau kita tanya Side sebagai orang tua, apa yang ingin Side
sampaikan ke orang tua lain atau ke anak-anak soal pernikahan [00:16:30] usia
anak ini Pak?

Interviewee: Sering saya sampaikan kalau anak kita nikah di bawah umur, terutama
dijaga sama pemerintah sama perawat melahirkan di bawah umur berbahaya sekali.

Interviewer 1: Melahirkan di bawah umur itu berbahaya sekali.

Interviewee: Iya, bahaya. Dan kedua, kadang-kadang kita itu sebagai orang tua
bertambah penyusah, beban. Karena belum tentu dia bisa carikan dirinya sehari-
hari.

Interviewer 1: Jadi bertambah beban-

Interviewee: Bertambah beban kita. [00:17:00]

Interviewer 2: - sebagai orang tua.

Interviewee: Tapi karena saking sudah langsung, jadi kita nggak bisa menolak.
Paling kita itu sebagai orang tua bilang begini, "Ya, Tuhan itu tidak bodoh. Tuhan itu
Maha Kuasa, Maha Adil. Tidak mungkin dia tidak punya rezeki." Itu saja kita tawakal
sudah. Kalau nggak begitu, mungkin begini kita sebagai orang tua, Ibu.

Interviewer 1: Gila.

Interviewee: Gila. [laughs] Tapi sebagai orang tua-

Interviewer 1: Jadi saran Side-

Interviewee: Adil.

Interviewer 1: - ke orang lain biar bertawakal begitu. [00:17:30] Menjaga anak-


anak-

Interviewee: Sudah habis. Bahkan kita punya pengeras suara Ibu, setegas bicara
tolong bagaimana caranya. Nggak bisa. Maka saya itu heran.

Interviewer 1: Bagaimana caranya untuk menjaga anak-anak kita biar tidak


menikah begitu?

File name: 19.H. Mardi.3gpp

7
Interviewee: Menikah di bawah umur? Tidak bisa. Bahkan mungkin anak-anak
sekarang itu kita kasih peringatan, dia kayak orang mengejek. Dia saling ojek, saling
bonceng, kesana kemari, nunggu di pinggir jalan. Ini sudah [00:18:00] nggak bisa.
Tapi lagi sekali mudah-mudahan ini diperbarui terkait masalah undang-undang dari
pemerintah atau dari pihak guru, insyaallah asal terjadi saja, satu, kita tekankan itu
kalau kawin di bawah umur kita pisah bagaimana caranya. Kita perkuat atau
mungkin-

Interviewer 1: Ini kan ada Pak-

Interviewer 2: Ada gerakan.

Interviewer 1: [00:18:30] Iya, ada gerakan ada rencana, ada kelompok yang ingin
merubah peraturan untuk meningkatkan usia pernikahan minimum. Jadi harus di
atas 18 tahun. Pernah nggak Side dengar ini?

Interviewee: Memang.

Interviewer 1: Di Jakarta.

Interviewee: Sering saya dengar, bahkan sampai ada tayangan di TV.

Interviewer 1: Bagaimana pendapat Side?

Interviewee: Kalau pendapat saya itu memang bagus dia kalau sudah di atas umur
atau sudah selesai sekolah, dan [00:19:00] lain sebagainya, sudah dapat pekerjaan,
sebenarnya kan harus begitu Ibu, yang kita butuhkan sebagai orang tua. Tapi apa
daya, kita ini manusia biasa. Paling kita itu bisa ngomongnya saja memang itu
garisan Allah, sudah. Takdir, itu saja larinya. Makanya tiang itu, tiang saja yang
ngomong yang beteriak sendirian nggak bisa kalau tidak kita bersamaan. Contohnya
ini, ini yang paling besar. [00:19:30] Jari tangan ini Bu, maaf, ini yang paling besar.
Tapi dia tidak berupaya ini, walaupun dia sebesar, kalau nggak kita bersamaan ini
bisa.

Interviewer 1: Jadi harus bersama-sama, begitu Pak ya?

Interviewee: Harus kita bersama-sama, barulah kita bisa cegah seperti itu. Jadi ini,
maaf-maaf saja, Ibu, bukan kita lancang atau bagaimana. Ini terbatas pengetahuan
saya, ini nggak bisa kita gambarkan begini, nggak bisa kita. Satu-satunya jalan,
[00:20:00] mari kalau memang ada undang-undang yang bisa untuk mengurangi,
ada yang bisa untuk memberantas nikah di bawah umur ini, itu sangat saya
bersyukur.

Interviewer 2: Mendukung sekali Pak ya?

Interviewee: Saya mendukung. Walaupun kita nggak punya anak perempuan, tapi
anak kita ada laki-laki. Walaupun tidak ada juga, kita punya keluarga, punya anak.
Kalau keluarga sudah punya pekerjaan, kaya, mungkin saya juga menjadi orang
File name: 19.H. Mardi.3gpp

8
kaya juga. Bahagia kita melihat, [00:20:30] memandang satu keluarga
[unintelligible 00:20:32]

[00:20:34] [END OF AUDIO]

File name: 19.H. Mardi.3gpp

Anda mungkin juga menyukai