Nim : C1A021162
Semester : V (Lima)
Judul : Analisis Pengaruh Ekspor Dan Impor Terhadap Cadangan Devisa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1
positif dan negatif terhadap cadangan devisa suatu negara sangat bergantung pada seberapa
besar kemampuan ekspor negara tersebut dibandingkan dengan kekuatan impornya.
Keterkaitan antara ekspor dan cadangan devisa adalah bahwa dengan melakukan
ekspor, negara akan memperoleh nilai dalam bentuk uang dalam mata uang asing, yang
dikenal sebagai devisa. Devisa merupakan salah satu sumber pemasukan penting bagi negara.
Oleh karena itu, jika tingkat ekspor suatu negara mengalami penurunan, maka akan diikuti
dengan penurunan cadangan devisa yang tersedia.
Keterkaitan antara impor dan cadangan devisa adalah bahwa impor tergantung pada
kemampuan suatu negara dalam menghasilkan barang-barang yang dapat bersaing dengan
barang impor. Selain itu, perusahaan yang melakukan impor akan memerlukan jumlah devisa
yang lebih besar untuk membayar transaksi tersebut. Oleh karena itu, ketersediaan devisa di
suatu negara memiliki peran penting dalam mengatur impor, karena negara akan melakukan
impor ketika produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan atau ketika negara
tersebut tidak mampu memproduksi barang tersebut sendiri. Jika kegiatan impor terhenti,
maka akan berdampak pada terhentinya kegiatan ekonomi di negara tersebut.
Cadangan devisa biasanya digunakan untuk membiayai impor dan membayar
kewajiban luar negeri, sementara fungsi lainnya, untuk menjaga kestabilan moneter adalah
untuk mempertahankan nilai tukar mata uang. Besar kecilnya akumulasi cadangan devisa
suatu negara biasanya ditentukan oleh kegiatan perdagangan (ekspor dan impor) serta arus
modal negara tersebut. Dampak positif dan negatif terhadap cadangan devisa suatu negara
banyak bergantung kepada seberapa jauh kemampuan ekspor negara itu dibanding dengan
kemampuan impornya.
Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor,Impor, dan cadangan Devisa Indonesia Tahun 1996-2020
Cadangan Devisa
Tahun Ekspor (Juta US$) Impor (Juta US$)
Indonesia (Milliar US$)
1996 25.675 21.837 8.661
1997 29.142 25.869 9.868
1998 33.967 27.280 11.611
1999 36.823 28.328 12.352
2000 40.053 31.984 13.158
2001 45.418 40.629 14.674
2002 49.815 42.929 19.125
2003 53.444 59.148 21.418
2004 48.848 27.337 23.762
2005 48.666 24.003 27.054
2006 62.124 33.515 29.394
2007 56.321 30.962 28.016
2008 57.159 31.289 31.571
2009 61.058 32.551 36.246
2010 71.585 46.525 36.321
2011 85.660 57.701 34.724
2012 100.799 61.065 42.586
2
2013 114.101 74.473 56.920
2014 137.020 129.197 51.639
2015 116.510 96.829 66.105
2016 157.779 135.663 96.207
2017 203.497 177.436 110.123
2018 190.032 191.691 112.781
2019 182.552 186.629 99.387
2020 175.981 178.179 111.862
Total 2.184.029 1.793.049 1.105.565
Rata-rata 87.361,2 71.722,0 44.222,6
(Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik 2020)
Gambar 1.1 Perkembangan Ekspor,Impor, dan cadangan Devisa Indonesia Tahun 1996-2020
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Ekspor (Juta US$) Impor (Juta US$) Cadangan Devisa Indonesia (Milliar US$)
Dari Tabel 1.1 dan gambar 1.1 diatas, menunjukkan perkembangan ekspor, impor dan
cadangan devisa Indonesia yang setiap tahunnya selalu mengalami fluktuasi. Ekspor pada
tahun 2004 sampai tahun 2017 terus mengalami peningkatan, namun menurun pada tahun
2015 akibat adanya pelemahan ekonomi global yang menyebabkan turunnya daya serap
negara mitra dagang. Pada tahun 2017 ekspor meningkat dan mencapai rekor baru. Menurut
Badan Pusat Statistik, pulihnya pasar ekspor setelah didera kelesuan akibat krisis finansial
global tahun 2015. Meningkatnya ekspor ini memberikan dorongan positif kepada
perkembangan ekonomi nasional termasuk bergairahnya kembali sektor riil, termasuk sektor
manufaktur yang sebelumnya mengalami kelesuan. Dengan ekspor yang meningkat dan pasar
domestik yang masih kuat, ekonomi Indonesia pada tahun 2017 mampu tumbuh sebesar 6,5%
(GDP year on year).
Selain ekspor, impor juga mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun
2018, namun menurun pada tahun 2015. Menurut Badan Pusat Statistik, peningkatan ekspor
ini disebabkan masih kuatnya permintaan domestik, dimana konsumsi masyarakat yang
3
meningkat sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat. Sementara itu dari faktor
eksternal, meningkatnya impor karena mulai berlakunya pasar bebas antara Indonesia dan
China yang menyebabkan banyaknya impor dari Cina yang relatif harganya lebih murah.
Meskipun demikian, Indonesia masih menghadapi permasalahan utama di bidang
perdagangan luar negeri, yang antara lain disebabkan karena semakin tingginya tingkat
kompetisi produk di pasar internasional. Menurut Bank Indonesia, hal ini disebabkan
meningkatnya efisiensi produksi dan strategi perdagangan dari negara-negara pesaing
Indonesia (seperti: RRT, Malaysia, Vietnam dan Korea Selatan), dimana negara-negara
tersebut dapat menjual produk berkualitas dan harga yang sangat kompetitif. Masih belum
kuatnya daya saing produk Indonesia di pasar internasional yang disebabkan oleh masih
tingginya biaya produksi dan logistik di Indonesia. Adapun faktor penyebab utamanya adalah
belum memadainya ketersediaan infrastruktur dan masih adanya berbagai pungutan tidak
resmi. Masih rendahnya kualitas produk ekspor dan masih tingginya ekspor bahan non-
olahan yang bernilai tambah masih rendah. Masih belum memadainya teknologi pendukung
produk, seperti: desain, finishing, sertifikasi dan laboratorium uji komponen, dimana faktor
pendukung ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas produk ekspor. Masih adanya
hambatan nontarif di beberapa negara tujuan ekspor, terutama terkait dengan aspek
kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Masih belum optimalnya proses penyederhanaan
prosedur ekspor-impor, terutama terkait dengan pemasukan dan pengeluaran barang dari dan
kekawasan pelabuhan internasional maupuan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas. Belum tingginya pemahaman industri domestik terhadap instrumen safeguard dan anti
dumping yang sebenarnya dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk melindungi industri
dalam negeri dari serbuan barang-barang impor.
Selain ekspor dan impor, cadangan devisa Indonesia mencapai puncaknya pada tahun
2018, setara dengan kecukupan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri
pemerintah selama 6,1 bulan. Bank Indonesia menyatakan bahwa peningkatan cadangan
devisa ini disebabkan oleh kepercayaan investor yang tetap kuat, didukung oleh tambahan
likuiditas di pasar keuangan global yang berasal dari kebijakan moneter ekspansif yang
diadopsi oleh negara-negara maju. Kenaikan cadangan devisa ini berasal dari sejumlah
faktor, termasuk peningkatan investasi portofolio asing dalam bentuk pembelian surat
berharga negara, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing. Selain itu, terjadi
penarikan dana perbankan domestik yang disimpan di luar negeri sebagai tanggapan terhadap
meningkatnya kebutuhan valuta asing di dalam negeri. Investasi langsung asing (PMA) juga
tetap stabil pada tingkat yang hampir sama seperti sebelumnya.Namun, pada tahun 2019,
cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena Bank Indonesia
harus mengintervensi pasar untuk memenuhi permintaan yang tinggi akan dolar AS, terutama
untuk membayar utang luar negeri, terutama dalam sektor swasta yang jatuh tempo, dengan
tujuan untuk mencegah pelemahan nilai tukar rupiah. Keputusan untuk menggunakan
cadangan devisa ini ditempuh karena pendapatan dari devisa hasil ekspor (DHE) tidak
mencapai target yang diharapkan, meskipun Bank Indonesia telah menerapkan peraturan
yang mewajibkan eksportir untuk melaporkan dan menyetorkan devisa hasil ekspor ke bank
devisa domestik sebagai dana pihak ketiga dalam valuta asing sejak awal tahun.
Permasalahan dalam penelitian ini dimulai dari fenomena ketidaksinkronan antara
perubahan cadangan devisa dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan nilai ekspor,
4
serta adanya perbedaan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian
sebelumnya memiliki hasil yang berbeda: Pratiwi et al. (2018) menunjukkan bahwa ekspor
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia, sedangkan
Putra & Damanik (2017) menyatakan bahwa ekspor non-migas tidak berpengaruh signifikan
terhadap cadangan devisa di Indonesia. Selain itu, ada perbedaan hasil terkait pengaruh nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar AS pada cadangan devisa di Indonesia; Agustina & Reny
(2014) menyatakan bahwa nilai tukar Rupiah tidak memiliki pengaruh pada cadangan devisa,
sementara Pratiwi et al. (2018) mengatakan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia.
Permasalahan ini juga dialami di Brazil, pada tahun 1999-2002, pada tahun tersebut
situasi ekonomi Brazil telah semakin rumit seiring dengan meningkatnya beban utang
eksternal negara ini. Ketergantungan yang tinggi pada impor, terutama dalam sektor tertentu
seperti peralatan dan barang konsumsi, berkontribusi secara signifikan pada terjadinya defisit
perdagangan yang merugikan. Defisit perdagangan ini, pada gilirannya, berdampak langsung
pada cadangan devisa negara. Brasil, sebagai salah satu negara dengan ekonomi yang cukup
besar dan berkembang, mendapati dirinya dalam situasi yang menuntut kebijakan ekonomi
yang bijaksana untuk mengatasi tantangan ini.
Dalam konteks ekonomi global yang terus berubah dan berkembang, memahami
pengaruh ekspor dan impor terhadap cadangan devisa Indonesia menjadi sangat krusial.
Dalam era globalisasi dan integrasi ekonomi antarnegara, memahami implikasi kompleks dari
ekspor, impor, dan cadangan devisa terhadap perekonomian Indonesia menjadi sangat
menarik dan penting. Fenomena tersebut menjadi semakin menarik lantaran hubungannya
yang kompleks dengan stabilitas ekonomi, daya saing industri, kebijakan perdagangan luar
negeri, dan kesejahteraan masyarakat. Pengungkapan lebih mendalam mengenai dinamika ini
akan membawa pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kebijakan ekonomi dan
perdagangan dapat membentuk masa depan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global
yang selalu berubah. Oleh karena itu, menggali topik ini dalam penelitian adalah suatu
langkah yang penting untuk menyediakan wawasan yang berharga dan mengidentifikasi
strategi yang tepat guna meningkatkan kesejahteraan dan stabilitas ekonomi Indonesia dalam
konteks global saat ini. serta mempertimbangkan hasil yang beragam dari penelitian
sebelumnya, maka alasan tersebutlah yang melatarbelakangi bahwa topik ini penting untuk
dilakukan.
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka dapat timbul rumusan masalah yaitu:
5
A. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap cadangan devisa Indonesia?
B. Bagaimana pengaruh impor terhadap cadangan devisa Indonesia?
C. Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia?
6
asing. Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat diperoleh kerangka
pikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Ekspor (X1)
H1
Impor (X2)
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Analisis Pengaruh Ekspor dan Impor
Terhadap Cadangan Devisa Indonesia
1.6. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dari suatu penelitian serta pedoman dalam
penelitian yang disusun berdasarkan pada teori terkait dimana suatu hipotesis selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih.
Dari uraian mengenai hubungan antar variabel tersebut, maka dapat dituliskan
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh ekspor dan impor secara parsial maupun secara bersama-sama (simultan)
terhadap cadangan devisa negara.
H0 : Tidak ada pengaruh ekspor dan impor secara parsial maupun secara bersama-sama
(simultan) terhadap cadangan devisa negara.