Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH KH.

AHYAT HALIMY DALAM


MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA DI MOJOKERTO

Chelsea Euginia Maria Renata,Eva Nunzilla Ramadhani,Ghania Danish Ardiana,Intan


Nur Ayni,Meysayu Eka Febbyana,Roro Anggraeni Neigusti Nandita,Sherlyta Permata
Putri.
SMA Negeri 1 Puri, Jl. Jayanegara 02 Kab.Mojokerto
chelsearenata456@gmail.com, evanunzilla85@gmail.com,danishghania622@gmail.com,
ayniintannur@gmail.com, anafebby509@gmail.com , neigustianggraeni@gmail.com,
xuelita2@gmail.com

Abstrak:
Analisis makalah ini berjudul “PERAN KH. AHYAT HALIMY DALAM PERJUANGAN
LASKAR HIZBULLAH MOJOKERTO (1945-1949”). Adapun penelitian ini difokuskan
pada: (1) Bagaimana riwayat hidup KH. Ahyat Halimy? (2) Bagaimana latar belakang
berdirinya Hizbullah di Mojokerto? (3) Bagaimana peran KH. Ahyat Halimy dan Pejuangan
Lakar Hizbullah Mojokerto? Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis menggunakan
metode Sejarah (historis), yaitu suatu langkah merekonstruksi masa lampau secara Sistematis
dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengkritik, dan menafsirkan Data dalam rangka
menegakkan fakta serta kesimpulan yang kuat. Dalam teori Penelitian ini menggunakan teori
politik dan teori peran Levinson. Selanjutnya Data tersebut dianalisis dengan metode
deskriptif naratif. Skripsi ini menyimpulkan bahwa (1) KH. Ahyat Halimy lahir di Mojokerto
tahun 1918, menjadi santri di pondok Tebuireng dan aktif dalam Berbagai organisasi seperti
Ansor, juga aktif di dunia kemiliteran, dan mempunyai Pondok pesantren. (2) Resolusi Jihad
jatuh pada tahun 1945, dan Mojokerto Membentuk Laskar Hizbullah. (3) KH. Ahyat Halimy
membentuk Hizbullah Mojokerto, juga memimpin barisan pertahanan di Mojokerto, KH.
Ahyat Halimy Juga berperan aktif pada perang Revolusi, perang yang untuk mempertahankan
Kedaulatan Indonesia, akhir hayat beliau, beliau diberikan gelar kepahlawanan Oleh
pemerintah Republik Indonesia.
Kata kunci: KH. Ahyat Halimy, Perjuangan, Resolusi Jihad, Laskar Hizbullah

Abstract :
This thesis is entitled “THE ROLE OF KH. AHYAT HALIMY IN THE STRUGGLE OF
THE MOJOKERTO HIZBULLAH ARMY (1945-1949”).This research focuses on: (1) What
is the life history of KH. Ahyat Halimy? (2) What is the background to the establishment of
Hezbollah in Mojokerto? (3)What is the role of KH. Ahyat Halimy and the Mojokerto
Hezbollah Fighting?To answer this problem the author uses a method history (historical),
namely a step in reconstructing the past Systematic and objective by collecting,criticizing and
interpreting Data in order to establish strong facts and conclusions. In theory This research
uses political theory and Levinson’s role theory. Furthermore.The data was analyzed using
narrative descriptive methods.This thesis concludes that (1) KH. Ahyat Halimy was born in
Mojokerto in 1918, became a student at Tebuireng Islamic boarding school and was active in
various organizations such as Ansor, are also active in the military world, and have Islamic
boarding school. (2) The Jihad Resolution fell in 1945, and Mojokerto Formed Laskar
Hizbullah. (3) KH. Ahyat Halimy founded Hizbullah Mojokerto, also led the defense line in
Mojokerto, KH. Ahyat Halimy Also played an active role in the Revolutionary War, a war to
defend sovereignty of Indonesia, at the end of his life, he was given the title of hero by the
government of the Republic of Indonesia.
Keywords: KH. Ahyat Halimy, Struggle, Jihad Resolution, Laskar Hezbollah

Pendahuluan :
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, baik yang dipikirkan, dikerjakan, dan dialami oleh
orang sebagai ilmu, sejarah terikat pada prosedur penelitian ilmiah. Sejarah juga terikat pada
penalaran yang sudah semestinya bersumber pada fakta. Sejarah harus memberikan informasi
yang lengkap, jelas dan objektif. Sumber yang dimiliki haruslah sumber yang sah sehingga
hasil akhir adalah adanya kecocokan antara pemahaman sejarawan dengan fakta.Peristiwa
sejarah tidak dapat diulang kembali, ibarat sebuah radio tidak dapat diputar kembali. Sejarah
bangsa Indonesia sendiri sangat signifikan karena peristiwa sejarah pada masa sebelum dan
sesudah kemerdekaan memiliki pengaruh yang sangat besar pada masa depan bangsa
Indonesia. Apalagi sejarah Indonesia yang sedikit banyak telah mengalami perubahan atau
memang sengaja dirubah dari peristiwa aslinya oleh beberapa pihak sangat merugikan
generasi selanjutnya. Seharusnya itu adalah tugas bagi seorang sejarawan untuk mengulas
semua yang sengaja dihilangkan dari fakta sejarah. Namun, semua tidak bisa terlaksana atau
masih minim karena minimnya sumber primer yang ada. Generasi penerus seolah kehilangan
akal untuk menerjemahkan sejarah menjadi nilai-nilai keteladanan yang senantiasa menjadi
acuan untuk mengarrungi kehidupan.Dalam penelitian sejarah kali ini kami akan membahas
tentang peran KH Ahyat Halimy dalam memperjuangkan penyebaran islam. Beliau
merupakan ulama kharismatik pendiri Laskar Hizbullah yang dimiliki Kota Mojokerto. Abah
Yat, sapaan akrabnya berjasa besar dalam perjuangan melawan tentara sekutu yang akan
kembali menjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Abah yat mendirikan
Ansoru Nahdlatoel Oelama (ANO) yang sekarang bernama Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
Organisasi ini dia bangun bersama teman-temannya. Antara lain M Thoyib, M Thohir,
Sholeh Rusman, Aslan, Mansur Solikhi dan Munasir.ANO saat itu dibentuk untuk membantu
seluruh kegiatan dan program NU. Pada saat bersamaan, Abah Yat juga menjabat Sekretaris
Tanfidziyah NU Mojokerto di usia yang baru menginjak 20 tahun. Beliau juga dipercaya
menjadi Ketua GP Ansor periode 1940-1942. Gerakan GP Ansor tersebut dibentuk untuk
melucuti senjata pegawai Pemerintah Hindia Belanda melawan kedatangan pasukan Nippon
yang membuat rakyat sengsara saat itu. bersama teman-temannya, yaitu KH Suhud, Ahmad
Yatim dan Mulyadi, beliau membentuk Laskar Hizbullah. Seluruh senjata pasukan ini dari
merampas milik pasukan dan pegawai Hindia Belanda serta dari tentara Jepang setelah
mereka menyerah kepada Sekutu. Pada 20 Oktober 1945, tentara sekutu di bawah komando
Jendral AWS Mallaby mendarat di Tanjung Perak, Kota Surabaya.
Makam Bersejarah
Pengertian“makam”Menurut Wikipedia Adalah Tempat Penyimpanan untuk sisa-sisa orang
yang telah mati. Makam adalah ruang Penguburan yang tertutup secara struktural dengan
berbagai ukuran.Menurut bahasa, makam artinya ‘kubur’ atau ‘perkuburan’.Di dalam tradisi
Jawa, tempat yang juga mengandung kesakralan Ialah makam. Sehingga diungkapkan
kuburan atau makam umumnya digunakan untuk menyebut tempat menguburkan atau
memakamkan mayat.Selain itu,Makam bagi sebagian masyarakat yang mempercayainya
bukan hanya sekedar tempat menyimpan mayat, akan tetapi adalah tempat yang keramat
karena di situ dikuburkan jasad orang yang keramat. Keramat adalah sebuah kata berasal dari
bahasa arab,“karamah” yang berarti kemuliaan, keutamaan yang dimiliki seseorang dan
kelebihan yang jarang dimilliki seseorang.
Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan untuk mempermudah proses pengumpulan data yang dikaji
oleh peneliti. Sugiyono (2009, him 2) mengatakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Metode tersebut merupakan sebuah cara ilmiah agar penelitian yang dilakukan berjalan
dengan baik dan sistematis. Sjamsudin (2007 hlm. 12) menyatakan bahwa “metode
merupakan prosedur, teknik atau cara-cara yang sisematis dalam melakukan suatu
penyidikan.” Metode tersebut haruslah mempunyai tahap-tahap yang dilakukan untuk
melakukan penelitian yang ideal. Dalam penentuan metode penelitian, topik dan
permasalahan yang akan dikaji menentukan metode yang tepat pula untuk digunakan dalam
penelitian.Penelitian ini menggunakan metode historis yang dipakai untuk mendeskripsikan
peristiwa yang terjadi pada masa lampau maupun pemikiran dari sebuah gagasan yang
dituangkan oleh seorang tokoh di masa lalu. Peneliti menggunakan metode historis karena
data-data mengenai K.H Achyat Halimy, baik secara biografi dan peran dalam Laskar
Hasbullah pada zamannya berasal dari masa lalu. Sedangkan menurut Louis Gottschalk
(1986, hlm 32) “metode historis adalah proses pengujian dan menganalisis secara litis
rekaman peninggalan pada masa lampau. Secara umum metode historis adalah upaya peneliti
dalam menguji dan menganalisis secara kritis sumber-sumber yang didapatkan dari pemikiran
dan kejadian masa lampau. Sumadi (2010, hlm. 73) menyatakan bahwa :Studi historis ini
memiliki tujuan membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan
cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverivikasikan, serta mensitesiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Penelitian historis lebih
tergantung kepada data yang dioberservasi.
Hasil dan Pembahasan
• BIOGRAFI KH AHYAT HALIMY
KELAHIRAN
KH. Achyat Chalimi adalah putra dari pasangan suami istri H. Abd. Halim dan Hj. Marfu’ah
binti Ali. Beliau lahir pada tahun 1918 di Mojokerto.
Ayahanda KH. Achyat Chalimi, meninggal dunia ketika usia kandungan Ibunya baru
memasuki bulan ketiga. KH. Ahyat Chalimi kemudian di asuh oleh Ibundanya bersama
Pakdenya yang bernama H. Thohir.Ibunda KH. Achyat Chalimi kemudian menyusul
suaminya. Ibudannya meninggal pada tahun 1938, ketika KH. Ahyat memasuki usia 17
tahun.
WAFAT
KH. Achyat Chalimi wafat pada tahun 1991. Beliau meninggalkan Pesantren, Sekolah,
Yayasan Yatim Piatu, Rumah Sakit, dan lain lain. Dan yang tidak kalah penting,
meninggalkan santri santri yang kelak menjadi tokoh yang berpengaruh di tengah masyarakat
khususnya Mojokerto dan sekitarnya.
PENDIDIKAN
Masa kecil KH. Achyat Chalimi beserta kakak kandungnya, dijalani di Kota Mojokerto.
Keduanya sekolah di Sekolah Rakyat Miji (Sekarang SD Miji I), setelah lulus, mereka
melanjutkan sekolahnya ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.Pada tahun 1938, KH.
Achyat Chalimi “boyong” dari pesantren Tebuireng. Beliau kembali ke Mojokerto. Bersama
dengan sahabat-sahabatnya, beliau mendirikan Ansor Nahdlatul Ulama (ANO) yang sekarang
dikenal sebagai Gerakan Pemuda Ansor. Pada tahun yang sama KH. Achyat Chalimi, juga
diangkat sebagai Sekretaris Tanfidziyah NU Mojokerto, periode kepengurusan yang kedua
(1938 s/d 1940).
MENDIRIKAN PONDOK PESANTREN
Pada tahun 1960, KH. Achyat Chalimi mulai mendapatkan santri yang menetap di mushola
kecil itu. Ada empat orang yang mulai menetap yaitu Sdr. Rubakhin dari Jatirejo, Sdr. Abd.
Munif dari Porong, Sdr. Ali Tamam dari Diwek, Jombang, dan Sdr. Marwah Efendi dari
Nganjuk.Dengan bermodalkan kegiatan Kuliah Subuh dan empat orang santri inilah akhirnya
KH. Achyat Chalimi bertekad untuk membangun Pondok Pesantren. Tanggal 29 April 1964,
KH. Ahyat Chalimi mulai membangun surau itu menjadi Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren inilah yang kemudian menjadi cikal berdirinya Pesantren Sabilul Muttaqin.
MENDIRIKAN LASKAR HIZBULLAH
Pada tahun 1943 KH. Achyat Chalimi bersama dengan sahabat-sahabatnya mendirikan
Laskar Hizbullah Mojokerto. Dan KH. Achyat Halimi menjadi tim pembantu umum yang
bertugas melakukan koordinasi antar anggota Laskar dalam berbagai palagan perang revolusi.
Dikemudian hari Laskar Hizbullah Mojokerto ini menjadi laskar yang paling kuat diantara
laskar-laskar lainnya.Laskar ini terhimpun menjadi dua batalyon. Batalyon pertama dipimpin
oleh Mansur Sholikhi, dan Batalyon kedua dipimpin oleh Munasir. Batalyon ini menjadi
penyokong perang 10 Nopember, dan juga perang gerilya pasca perang 10 Nopember.
Namun pasca bergabungnya Laskar Hizbullah dengan TRI (Tentara Republik Indonesia),
KH. Achyat Chalimi lebih memilih untuk kembali berdakwah di tengah masyarakat.
MENDIRIKAN YAYASAN
KH. Achyat Chalimi juga menunjukkan kepeduliannya pada kaum dhuafa. Beliau bersama
dengan P. Supaji Effendi, H. A. Marzuki dan Abd. Halim Hasyim akhirnya mendirikan
Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu dan Dzu’afa yang diberi nama Yayasan Al Ikhlas.
Yayasan ini berada di Jl. Brawijaya 76 Mojokerto.Selain penguatan pada pendidikan agama
non akademik, seperti pesantren, KH. Achyat Chalimi juga memprakarsai berdirinya sekolah-
sekolah formal. Diawali dari rintisannya pada tahun 1952, beliau pernah mendirikan Sekolah
Menengah Islam (SMI), dengan mengajak kader-kader muda NU yang memiliki latar
belakang pendidikan umum, antara lain Busyri al Aly, Asy’ary Sibly, Abdullah Iqna’ dan
lain-lainnya. SMI ini menempati gedung “Balai Muslimin” Jl. Taman Siswa 27 Mojokerto.
Sayangnya SMI ini hanya bertahan 4 tahun saja, setelah itu bubar.Setelah SMI tidak berjalan,
KH. Achyat Chalimi, tidak menyerah untuk mendirikan lembaga pendidikan Formal. Ketika
KH. Achyat Chalimi berhasil membeli tanah dan bangunan di Jl. Brawijaya 99, pada tanggal
4 Agustus 1961, didirikanlah “Madrasah Muallimin Muallimat Nahdlatul Ulama (MMNU).
• Peran KH Ahyat Halimy dalam Laskar Hisbullah
Kiprah politik Achyat Chalimy diawali dengan keterlibatannya dalam perang
mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945 s/d 1950, sebagai anggota Laskar Hizbullah
(Achjad, 1959). KH. Ahyat Halimy membentuk Hizbullah Mojokerto, juga memimpin
barisan pertahanan di Mojokerto. Pembentukan Laskar Hizbullah di Mojokerto tidak lepas
dari peran Achyat yang mendirikan organisasi semi militer sebagai wadah perjuangan untuk
perlawanan terhadap penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia. Achyat berpedoman
fatwa jihad KH. Hasyim Asy’ari untuk menyatukan pemuda Islam agar bergabung dalam
Laskar Hizbullah untuk berperang malawan sekutu. Fatwa jihad menyerukan bahwa membela
Negara Republik Indonesia hukumnya fardlu’ain bagi setiap orang muslim untuk membela
Bangsa dan Tanah Air.KH. Ahyat Halimy juga berperan aktif pada perang Revolusi, perang
yang untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia, akhir hayat beliau, beliau diberikan gelar
kepahlawanan oleh pemerintah Republik Indonesia. Selama pertempuran mempertahankan
kemerdekaan, Abah Yat bertugas khusus mengawal Laskar Sabilillah. Laskar ini terdiri dari
para ulama dan tokoh NU. Abah Yat lebih banyak masuk ke medan perang untuk
menyampaikan perintah dari mabes Hizbullah dan Sabilillah.Perang saat itu meluas sampai
ke Mojokerto. Ketika terjadi penyergapan Tentara Rakjat Djelata, gabungan laskar-laskar
rakyat yang menghadang gerakan sekutu di Pacet, Mojokerto, Ahyat Halimy terlibat dalam
pertempuran yang sengit.Memasuki tahun 1946, dalam sebuah serangan di Sepanjang,
tepatnya di desa Klopo Seepuluh, KH. Nawawi dari Laskar Sabilillah gugur sebagai
Syuhada‟. Jenazahnya dibawa ke Mojokerto, dan dimakamkan di pemakaman Losari.
Gugurnya KH. Nawawi ini tidak menyurutkan nyali para pejuang, melainkan menambah
kebencian pada Belanda, dan menyulut semangat jihad para pejuang Hizbullah dan Sabilillah.
Semangat itu, pasca gugurnya KH. Nawawi, pimpinan Sabilillah digantikan secara penuh
oleh KH. Ahyat Halimy. Disaat itu juga KH. Ahyat Halimy ditunjuk menjadi Komandan
Kompi IV.63 Sebgai Komandan Kompi IV, Yang mempunyai tugas khusus mengawal
Laskar Sabilillah yang terdiri dari para Ulama dan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama, kyai Ahyat
Halimy lebih banyak melakukan tugas koordinasi, dan untuk itu tidak jarang kyai Ahyat
Halimy masuk ke daerah pertempuran untuk menyampaikan pesan dan perintah, dari markas
besar Hizbullah dan Sabilillah. Bahkan ketika terjadi penyergapan atas Tentara Rakyat
Djelata atau TRD (gabungan laskar-laskar rakyat yang terus menghadang pergerakan tentara
sekutu), oleh sekutu di Pacet, Mojokerto, kyai Ahyat Halimy terlibat dalam pertempuran
yang sengit. Dalam pertempuran yang banyak menelan korban ini, kyai Ahyat nyaris
tertembak, tetapi salah satu kader dari Cibarosa Laskar Sabilillah, yaitu Ahmad Yatim,
tertembak dalam pertempuran di Pacet, meskipun berhasil diselamatkan oleh rekan-rekannya,
ketika sampai di Kutorejo, nyawanya tidak dapat diselamatkan lagi. Pertempuran di Pacet ini
merupakan pertempuran terbesar selama perang gerilya. Ketika tentara sekutu sudah
menguasai Sepanjang, Porong, dan Panddan, hampir semua batalyon tentara Tentara Rakyat,
berkumpul di Pacet, mereka merencanakan menggiring pasukan sekutu ke Mojosari dan
Kutorejo, sekutu akan diserang secara bersamaan oleh gabungan Tentara Rakyat dari arah
Pacet, Dlanggu, Bangsal dan Trawas. Tetapi rupanya konsentrasi pasukan TRD di Pacet ini
tercium terlebih dahulu oleh pasukan sekutu, dan mereka mualia menyerbu pasukan TRD,
bukan dari arah Mojosari, tapi dari arah Pandaan dan Trawas. Serangan mendadak ini
membuat pasukan Tentara Rakyat ini tidak bisa memberika perlawanan maksimal. Mereka
bahkan tercerai berai, dan mundur ke Wonosalam, melalui Jatirejo, dan koraban di pihak
TRD mencapai ratusan orang. Pasukan Hizbullah dan Sabilillah yang tercerai berai sepakat
untuk konsolidasi. Inilah peran kyai Ahyat Halimy yang sangat dirasakan, satu bulan lebih
beliau malang melintang ke Jombang, Sumobito, Peterongan, Wonosalam, dan Mojokerto
untuk kembali menggalang kembali Hizbullah dan Sabilillah.
• Nilai-nilai yang dapat diteladani dari KH.AHYAT HALIMY
Pantang menyerah dalam menyebarkan agama islam ,Terus berjuang dalam
mempertahankan republik Indonesia hingga akhir hayat, Sabar dalam melakukan propaganda
penyebaran agama Islam terbesar di Mojokerto, Selalu mendukung dengan ikhlas para teman
seperjuangannya dengan semangat juang.
KESIMPULAN
Tempat-tempat bersejarah tidak hanya sebatas tempat yang memiliki sejarah seusai perang.
Bisa saja tempat tersebut merupakan bagian dari peninggalan situs religi. Setiap orang
memiliki cara tersendiri untuk melakukan penyebaran agama. Dalam hal ini, K H Halimy
memiliki peranan dalam proses penyebaran agama Islam khususnya di kota Mojokerto.
Selain untuk melengkapi tugas, kunjungan kami juga bertujuan untuk menambah wawasan
terkait tempat bersejarah yang menjadi saksi dari proses penyebaran agama di suatu daerah
sekaligus untuk mempelajari peristiwa penting di masa lampau.
DAFTAR PUSTAKA
Umi Choirunnisa 2019.
https://repository.uinbanten.ac.id/1835/4/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 28 September
2023 pada pukul 16.00
Acfreelance 2020.
https://roboguru.ruangguru.com/question/uraikan-pengertian-sejarah-menurut-kuntowijoyo-
_QU-MWPNIP8M diakses pada 29 September 2023 pada pukul 20.19
Karisma Kusuma 2020.
https://jatim.nu.or.id/tokoh/pengabdian-pendiri-ansor-dari-kota-mojokerto-kh-ahyat-halimy-
qoSkt,diakses pada tanggal 29 September 2023 pada pukul ,22.00
Wikipedia 2023.“Tempat Pemakaman.”,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tempat_pemakaman,diakses pada 26
Oktober 2023 pukul 19.17.
Lampiran

Foto oleh : Chelsea Euginia Maria Renata, Jumat 15 September 2023


Foto oleh : Ghania Danish Ardiana, Jumat 15 September 2023

Foto oleh : Chelsea Euginia Maria Renata, Jumat 15 September 2023

Anda mungkin juga menyukai