P Filsafat Pendidikan Perspektif Humaniora
P Filsafat Pendidikan Perspektif Humaniora
Penulis:
PENGANTAR ................................................................................. 6
Herawati Syamsul, S.Pd.I.,M.Pd
Ahmad Syarif Hidayatullah Galib. S.Pd., M.Pd PENDAHULUAN ........................................................................... 9
kunjungi: harfacreative.com
Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 3
BAB IV PENGEMBANGAN PRIBADI............................... 52 BAB IX KRITISISME DAN KREATIVITAS ................... 103
A. Defenisi Pengembangan DiriǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ52 BAB X HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG POSITIF
B. Pengembangan Diri dalam HumanioraǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ56 ................................................................................ 109
BAB V KEBEBASAN DAN KESETARAAN ..................... 59 DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 111
A. Kebebasan BerpikirǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ59 BIODATA PENULIS ............................................................... 113
B. Mendorong kreativitas dan inovasiǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ61
C. Menghormati pluralisme dan keberagamanǤǤǤ64
D. Kesetaraan Hak dan KesempatanǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ67
E. Mengatasi ketimpanganǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ69
F. Penghapusan diskriminasiǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ72
G. Empati dan pengertianǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤǤ74
1
Ivonne Ruth Vitamaya Oishi Situmeang “ Hakikat
Filsafat Ilmu dan Pendidikan dalam Kajian Filsafat Ilmu
Pengetahuan” Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 1 Bulan
Maret 2021 hal.77
Humaniora adalah cabang ilmu pengetahuan Analisis karya-karya sastra, puisi, prosa, dan
yang berfokus pada studi tentang manusia, budaya, drama untuk memahami ekspresi artistik, nilai-
bahasa, sejarah, sastra, filsafat, seni, dan aspek-aspek nilai budaya, dan refleksi tentang kondisi manusia.
lain dari pengalaman manusia. Ini melibatkan 3. Filsafat
pemahaman mendalam tentang manusia, masyarakat,
dan warisan budaya yang mereka ciptakan. Disiplin Mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar
humaniora sering menggali pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan, pengetahuan, etika, dan nilai-
tentang nilai, makna, dan pengalaman manusia dalam nilai manusia serta refleksi filosofis tentang dunia.
konteks sejarah, linguistik, sastra, seni, dan filosofi. 4. Bahasa dan Linguistik
Studi di bidang humaniora membantu kita memahami
bagaimana manusia berevolusi, berinteraksi, dan Kajian tentang bahasa, struktur bahasa, sejarah
menciptakan makna dalam kehidupan mereka. bahasa, dan cara manusia berkomunikasi serta
dampaknya pada pemahaman budaya.
Ruang lingkup humaniora mencakup berbagai
disiplin ilmu yang mengeksplorasi dan menganalisis 5. Seni Rupa
aspek-aspek kemanusiaan, kultur, dan nilai-nilai Memahami ekspresi visual manusia melalui karya
manusia. Disiplin ini berfokus pada pemahaman seni dan arsitektur, serta analisis terhadap
mendalam tentang pengalaman manusia dalam estetika, kreativitas, dan makna dari karya seni.
berbagai konteks sejarah, sosial, budaya, dan
Pendidikan Humaniora (Pendidikan 5. Ilmu Sosial: Subjek ini mencakup disiplin ilmu
Humaniora) memiliki berbagai mata pelajaran yang seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,
termasuk dalam ruang lingkupnya. Beberapa disiplin dan ilmu politik. Hal ini bertujuan untuk
ilmu yang termasuk dalam Pendidikan Humaniora mengembangkan pemahaman siswa tentang isu-
adalah: isu sosial, berpikir kritis, dan kemampuan analisis.
1. Sejarah: Matakuliah ini mencakup studi tentang E. Relevansi Filsafat Pendidikan dan Humaniora
peristiwa, masyarakat, dan budaya masa lalu. Hal
Filsafat pendidikan dan humaniora memiliki
ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman
hubungan yang erat karena keduanya membahas
siswa tentang konteks sejarah, berpikir kritis, dan
aspek-aspek inti keberadaan manusia, pemikiran, dan
kemampuan analisis.
pengalaman manusia.
Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada aspek Mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif,
akademis, tetapi juga pada perkembangan pribadi dan inovatif. Ini melibatkan pemberian ruang bagi
yang menyeluruh, seperti kesehatan mental, eksplorasi ide, solusi kreatif terhadap masalah,
keseimbangan emosional, kreativitas, dan dan pemikiran yang tidak terbatas.
keterampilan sosial.
6. Pemberdayaan Siswa
2. Integrasi Mata Pelajaran dan Pengalaman
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk
Mengintegrasikan pembelajaran dari berbagai mengambil peran aktif dalam proses
mata pelajaran dan pengalaman dalam kehidupan pembelajaran mereka sendiri, mendorong
sehari-hari untuk menciptakan pemahaman yang inisiatif, kemandirian, dan tanggung jawab atas
lebih dalam dan beragam tentang dunia. pembelajaran mereka.
4. Empati dan Keterampilan Sosial 8. Keterampilan Kritis dan Pengambilan Keputusan
Cari keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan Membaca buku-buku klasik, karya sastra, artikel,
pribadi, dan waktu untuk diri sendiri. dan esai yang berkaitan dengan humaniora.
Menulis refleksi atau analisis pribadi tentang
Pengembangan diri merupakan perjalanan karya-karya tersebut dapat membantu dalam
seumur hidup yang melibatkan kesadaran diri, pemahaman mendalam.
kerja keras, dan kesediaan untuk terus belajar 3. Diskusi dan Debat
dan berkembang. Ini tidak hanya tentang
mencapai kesuksesan secara eksternal, tetapi Terlibat dalam diskusi kelompok atau debat
juga tentang mencapai kepuasan, kedamaian, dan tentang topik-topik humaniora dengan orang-
kesejahteraan secara internal. orang yang memiliki minat yang sama, untuk
memperluas wawasan dan memperdalam
pemahaman.
B. Pengembangan Diri dalam Humaniora 4. Penelitian Independen
Pengembangan diri dalam bidang humaniora Melakukan penelitian independen tentang topik-
melibatkan eksplorasi dan pemahaman yang topik humaniora yang menarik minat Anda, baik
mendalam tentang berbagai aspek kemanusiaan, melalui sumber-sumber online maupun dengan
seperti sejarah, seni, sastra, filsafat, dan budaya. mengunjungi perpustakaan atau institusi yang
Beberapa cara untuk mengembangkan diri dalam relevan.
humaniora meliputi:
5. Pengalaman dan Praktek
1. Pendidikan dan Pembelajaran Berkelanjutan
Menghadiri pameran seni, pertunjukan teater,
Mengambil kursus, mengikuti seminar, atau konser musik, atau mengunjungi tempat-tempat
mendaftar dalam program pendidikan berbasis bersejarah untuk mendapatkan pengalaman
humaniora untuk meningkatkan pemahaman langsung dan memperkaya pemahaman tentang
tentang topik yang diminati. aspek-aspek humaniora.
Pendidikan memegang peran penting dalam 2. Diskusi tentang Isu-isu Sosial dan Keberagaman
mengubah sikap dan perilaku terhadap diskriminasi.
Dengan mendorong diskusi terbuka dan inklusif
Dengan mendorong pemahaman yang lebih baik
tentang isu-isu sosial, seperti perbedaan budaya,
tentang kesetaraan, nilai-nilai kemanusiaan, dan
ras, agama, dan gender, pendidikan dapat
penghargaan terhadap perbedaan, pendidikan
membantu siswa untuk memahami perspektif
membentuk generasi yang lebih sadar, inklusif, dan
yang berbeda-beda.
siap memerangi diskriminasi dalam segala bentuknya.
3. Pemberdayaan Melalui Pemahaman
G. Empati dan pengertian
Pendidikan yang melibatkan pemahaman tentang
Pendidikan yang melibatkan pemahaman
realitas sosial membantu siswa merasa
tentang realitas sosial membantu membangun empati diberdayakan untuk membuat perbedaan dalam
terhadap orang lain dan memahami berbagai dunia dengan memahami dan merespons
perspektif. Pendidikan yang melibatkan pemahaman
kebutuhan orang lain.
tentang realitas sosial dan pengalaman orang lain
memiliki peran penting dalam pengembangan empati 4. Latihan Peran dan Simulasi
dan pemahaman terhadap berbagai perspektif. Melalui latihan peran atau simulasi, pendidikan
Berikut beberapa cara di mana pendidikan dapat membantu siswa untuk menempatkan diri
mendukung pembangunan empati: mereka dalam situasi orang lain, yang membantu
dalam memahami dan mengembangkan empati
terhadap pengalaman orang lain.
Budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, 4. Kesenian dan Warisan Budaya
norma, tradisi, bahasa, kesenian, dan perilaku yang Seni, musik, tarian, literatur, arsitektur, dan
dibagikan dan diwariskan dari satu generasi ke berbagai bentuk ekspresi kreatif lainnya
generasi berikutnya dalam suatu komunitas atau merupakan bagian dari budaya. Warisan budaya
kelompok sosial. Budaya mencakup segala hal yang ini mencerminkan sejarah, kehidupan sehari-hari,
membentuk identitas suatu kelompok atau dan pandangan dunia suatu masyarakat.
masyarakat tertentu. Ini bisa berupa:
5. Keyakinan dan Agama
1. Nilai dan Norma
Budaya mencakup kepercayaan, sistem agama,
Budaya melibatkan nilai-nilai yang dianut oleh dan filosofi hidup yang membentuk cara berpikir
suatu kelompok, seperti kejujuran, kerja keras, dan bertindak dari suatu komunitas.
kesetiaan, atau kesopanan. Norma-norma ini
mengatur perilaku sosial dan menjadi panduan 6. Makanan dan Kebiasaan Hidup
bagi interaksi dalam masyarakat. Makanan, cara berpakaian, dan gaya hidup juga
2. Bahasa merupakan bagian dari budaya. Mereka
mencerminkan nilai-nilai tertentu serta cara
Bahasa adalah komponen penting dalam budaya. orang-orang dalam suatu kelompok menjalani
Ini bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga kehidupan mereka.
membawa serta pengetahuan, tradisi, dan cara
pandang dari suatu kelompok. Budaya merupakan inti dari identitas suatu
kelompok atau masyarakat. Hal ini membentuk cara
3. Tradisi dan Adat Istiadat individu berinteraksi, memahami dunia, dan
6. Mengatasi Prasangka dan Stereotip 1. Pengenalan terhadap Perspektif Budaya yang
Berbeda
Pendidikan yang membangun kesadaran akan
prasangka dan stereotip yang mungkin ada dalam Pendidikan dapat mengenalkan siswa pada
masyarakat membantu siswa untuk menghindari berbagai perspektif budaya dari seluruh dunia. Ini
penilaian yang tidak adil terhadap individu atau dapat dilakukan melalui studi tentang sejarah,
kelompok berdasarkan asumsi yang tidak benar. kebudayaan, dan tradisi berbagai kelompok
masyarakat.
Melalui pendidikan yang menghargai dan
merayakan keragaman, siswa dapat membangun sikap 2. Mendorong Pembelajaran Aktif
toleransi, rasa saling menghormati, dan pemahaman
Diskusi kelas, proyek kolaboratif, atau pertukaran
yang lebih baik terhadap perbedaan. Hal ini
ide antar siswa dari latar belakang yang berbeda
membentuk pondasi yang kuat bagi masyarakat yang
memungkinkan mereka untuk saling berbagi
inklusif dan mengurangi konflik yang mungkin timbul
pengalaman dan perspektif budaya mereka.
akibat ketidakpahaman atau ketidakpedulian
terhadap keragaman budaya.
Festival, pameran seni, atau pertunjukan Partisipasi langsung dalam kegiatan budaya
budaya sering kali menampilkan kreativitas dan tidak hanya memperkaya pengalaman peserta didik,
keindahan seni yang unik dari berbagai budaya. tetapi juga membantu dalam membangun
Hal ini membantu siswa untuk menghargai pemahaman, penghargaan, dan rasa keterbukaan
keanekaragaman bentuk seni dan kreativitas terhadap keberagaman budaya. Hal ini merupakan
manusia. bagian penting dari pendidikan yang holistik,
memperluas wawasan siswa tentang dunia yang
4. Pengalaman Berbagi dan Interaksi
beragam di sekitar mereka.
Kegiatan budaya sering kali melibatkan
interaksi dengan orang-orang dari latar belakang
Menyajikan buku dan literatur dari penulis yang Platform online, situs web, atau media sosial dapat
berasal dari latar belakang budaya yang berbeda menjadi sumber informasi dan pengalaman
membantu siswa untuk memahami pengalaman budaya. Memanfaatkan teknologi untuk
dan perspektif yang beragam. Ini bisa berupa fiksi, terhubung dengan orang-orang dari budaya yang
non-fiksi, atau literatur yang mencerminkan berbeda dapat memperluas pandangan siswa
keberagaman dalam cerita, pengalaman hidup, tentang dunia secara global.
dan pemikiran. 5. Kunjungan ke Museum dan Pameran
Kunjungan ke museum, pameran seni, atau
tempat-tempat budaya lainnya memberikan
100 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 101
2. Aplikasi Pengetahuan BAB IX
Mendorong aplikasi pengetahuan dalam KRITISISME DAN KREATIVITAS
kehidupan nyata, memungkinkan siswa melihat
manfaat dari apa yang dipelajari.
Kritik terhadap Immanuel Kant Ketegangan
3. Pengembangan Kemandirian antara rasionalisme dan empirisme selama lebih dari
Melalui pengalaman dan interaksi, siswa dapat satu setengah abad telah menghilangkan rasa hormat
mengembangkan kemandirian dalam belajar dan kita tidak hanya terhadap ajaran filsafat tetapi juga
mengambil inisiatif. terhadap sains secara umum. Rasionalisme tidak bisa
menegaskan supremasi Tuhan atas alam. Alih-alih
Pembelajaran melalui pengalaman dan membuktikan alam semesta transenden Tuhan,
interaksi bukan hanya tentang memahami konsep rasionalisme membungkus dirinya dalam panteisme
secara lebih dalam, tetapi juga tentang pengembangan implisit seperti panteisme eksplisit Descartes,
keterampilan, kreativitas, dan penguasaan atas materi Malabranca, Leibniz, dan Spinoza.
pelajaran yang dipelajari.
Di sisi lain, empirisme juga tidak membuktikan
keberadaan alam yang dianggap berbeda dengan
pikiran. Empirisme justru kehilangan identitasnya
karena skeptisisme. Tidak dapat dipungkiri bahwa
kegagalan rasionalisme dan empirisme merupakan
konsekuensi logis dari fenomenalisme yang
sebenarnya menjadi landasan rasionalisme dan
empirisme, khususnya ajaran bahwa manusia tidak
dapat mengetahui sesuatu atau kenyataan; bahwa
yang diketahui manusia hanyalah penampakan-
penampakan saja, di mana obyek-obyek atau
kenyataan-kenyataan itu timbul atau dihasilkan
dalam pikiran manusia. Pemikiran Immanuel Kant
102 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 103
dan kritik Kantian mencoba menggabungkan dimaksudkan untuk merujuk pada apa yang disebut
rasionalisme dan empirisme menjadi semacam Kant sebagai "Ding-an sich", yaitu benda- ). dalam
fenomenalisme “baru” (fenomenalisme jenis yang dirinya sendiri). , atau objek, sebagai lawan dari
lebih tinggi). fenomena, kesan atau efek subjektif yang dihasilkan
oleh kesadaran kita).
Bagi Kant, manusia adalah aktor yang
mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui formal Jika dikaji ulang, kritik Kant menandai
apriori, jiwa manusia mengorganisasikan data mentah persinggungan dan sublimasi antara rasionalisme dan
pengalaman (persepsi) dan kemudian membangun empirisme, maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa
ilmu-ilmu matematika dan fisika. Jiwa membangun kritik Kant mengandung benih-benih seluruh
moralitas melalui kemauan yang otonom. Dan melalui pemikiran filsafat berikutnya, termasuk filsafat
perasaan (emosi), orang membingkai realitas modern. Dua gerakan filsafat utama abad terakhir,
berdasarkan tujuan tertentu yang dapat dicapai idealisme dan positivisme, bermula dari ajaran Kant.
(keterbatasan) dan memahami kecenderungan Menolak noumenon sama sekali, idealisme mereduksi
inheren segala sesuatu menuju kesatuan. Berbagai realitas menjadi sekedar fenomena “ego” impersonal
contoh aktivitas manusia inilah yang disebut Kant yang memanifestasikan operasinya secara dialektis.
sebagai "Revolusi Copernicus". Positivisme, sebaliknya, mereduksi realitas menjadi
sekadar fenomena materi. Idealisme dan positivisme
Pemikiran seputar revolusi Copernicus dapat
kemudian melahirkan eksistensialisme modern,
dirumuskan secara singkat sebagai berikut: Apa yang
sebuah filsafat tanpa metafisika, yang bertujuan untuk
harus diketahui manusia, apa yang harus ia lakukan,
memberikan pengetahuan tentang dunia yang
dan apa yang harus diyakininya, tidak dibenarkan
diselenggarakan oleh kekuatan-kekuatan imanen.
dalam kenyataan itu sendiri (noumenon),
Seperti pendahulunya, eksepsionalisme tidak dapat
sebagaimana dipahami oleh metafisika tradisional,
memberikan solusi akhir terhadap permasalahan
melainkan dalam kemampuan teoretis, praktis. dan
abadi filsafat.4
estetika manusia. Menurut Kant, pengetahuan tentang
fungsi fakultas-fakultas ini merupakan persiapan
yang diperlukan untuk semua metafisika (ungkapan 4
http://eprints.dinus.ac.id/14389/1/[Materi]_FILSAFAT_IM
"noumenon" sulit diterjemahkan. Kata tersebut MANUEL_KANT.pdf akses 2 Januari 2024
104 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 105
Kritisisme dan Kreativitas: Mendorong Kreativitas:
pemikiran kritis dan kreativitas sebagai elemen
1. Menghasilkan Solusi Alternatif
penting dalam proses pembelajaran. Siswa diajak
untuk bertanya, menganalisis, dan mencari solusi dari Mendorong siswa untuk memikirkan solusi kreatif
berbagai sudut pandang. Mendorong kritisisme dan dan inovatif untuk masalah yang dihadapi.
kreativitas dalam proses pembelajaran memberikan
2. Berfikir "Out of the Box"
landasan yang kuat bagi pengembangan pemikiran
siswa. Memotivasi siswa untuk berpikir di luar batas
konvensional dan menggali ide-ide yang baru dan
Kritisisme:
tidak konvensional.
1. Pertanyaan dan Analisis
3. Ekspresi Kreatif
Siswa didorong untuk bertanya tentang alasan di
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
balik informasi yang diberikan, menganalisis
mengekspresikan ide-ide mereka melalui
argumen, dan mengevaluasi kebenaran atau
berbagai bentuk seperti seni, tulisan kreatif, atau
validitasnya.
proyek-proyek inovatif.
2. Beragam Sudut Pandang
Integrasi Kritisisme dan Kreativitas
Mengajak siswa untuk melihat suatu masalah dari
1. Kombinasi Pemikiran Kritis dan Kreatif
berbagai perspektif untuk memperluas
pemahaman mereka. Memadukan kemampuan menganalisis dengan
kemampuan berkreasi untuk menciptakan solusi
3. Kemampuan Kritis
yang unik dan berbasis pada logika.
Mengajarkan siswa untuk mengidentifikasi logika
2. Proses Iteratif
yang mendasari suatu argumen, membedakan
antara informasi yang valid dan tidak valid, serta Mengajarkan siswa bahwa kritisisme dan
mengeksplorasi implikasi dari suatu pernyataan kreativitas adalah proses yang berkelanjutan,
atau konsep. yang membutuhkan evaluasi terus-menerus
106 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 107
terhadap ide-ide dan solusi-solusi yang BAB X
dihasilkan.
HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG
Mendorong siswa untuk menjadi kritis
POSITIF
terhadap informasi yang mereka terima dan
mengembangkan kreativitas mereka adalah kunci
dalam membentuk individu yang mampu berpikir Hubungan interpersonal yang positif
secara mandiri, menemukan solusi baru, dan berhasil melibatkan interaksi yang sehat, saling pengertian,
dalam berbagai situasi. Kombinasi dari kritisisme yang dan saling mendukung antara individu. Beberapa
bijaksana dan kreativitas yang terbuka memberikan elemen penting yang membentuk hubungan
fondasi yang kokoh bagi pembelajaran yang interpersonal yang positif meliputi:
mendalam dan pemecahan masalah yang efektif.
1. Komunikasi yang Efektif
108 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 109
Menerima orang lain sebagaimana adanya, DAFTAR PUSTAKA
menghargai perbedaan, dan menunjukkan rasa
hormat terhadap keunikan individu memperkuat
hubungan interpersonal yang positif. Adelbert Snijders, Antropologi Filsafat: Manusia,
Paradoks dan Seruan. Kanisius, Yogyakarta, 2004
4. Keterbukaan dan Kejujuran
Ahmadi ,Abu, dan Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta:
Terbuka tentang perasaan, ide, dan harapan Rineka Cipta, 2001).
membantu menciptakan hubungan yang
didasarkan pada kepercayaan dan kedalaman. Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka
Cipta, 2001.
5. Kolaborasi dan Dukungan
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara
Membantu satu sama lain, mendukung dalam 1991).
pencapaian tujuan, dan bekerja sama
memperkuat hubungan dan menciptakan ikatan ._______, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
yang erat. Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.Golden Trayon
Press, Cet 5, 1994).
6. Resolusi Konflik yang Sehat
Ahmad, Tafsir Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam
Ketika konflik muncul, penanganan yang baik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004).
dengan tetap tenang, berbicara dengan jujur, dan
mencari solusi yang memuaskan kedua belah Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang
pihak merupakan hal yang penting. pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
Hubungan interpersonal yang positif Adisusilo, Sutardjo "Pendidikan Nilai Dalam Ilmu-Ilmu
memainkan peran penting dalam kesehatan Sosial -Humaniora", dalam A. Atmadi dan Y.
mental dan kebahagiaan secara keseluruhan. Ini Setiyaningsih, (eds.), Pendidikan Nilai Memasuki
membangun fondasi yang kokoh untuk kerja Milenium Ketiga,. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
sama, pertemanan yang sehat, dan kesejahteraan Fajar, Malik. Holistika Pemikiran Pendidikan.
individu secara keseluruhan. Bandung: raja grofindo persada, 2005
110 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 111
Ivonne Ruth Vitamaya Oishi Situmeang “ Hakikat BIODATA PENULIS 1
Filsafat Ilmu dan Pendidikan dalam Kajian Filsafat
Ilmu Pengetahuan” Jurnal IKRA-ITH Humaniora
Vol 5 No 1 Bulan Maret 2021
https://osf.io/preprints/osf/5scqb “Pendidikan
Holistik Menurut Para Ahli” Muhammad Yusuf,
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darud Da’wah
Wal-Irsyad (DDI) Kota Makassar,
http://eprints.dinus.ac.id/14389/1/[Materi]_FILSAF
AT_IMMANUEL_KANT.pdf akses 2 Januari 2024
Herawati Syamsul, S.Pd.I.,M.Pd
Mahasiswa Doktoral Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Dosen Institut Kesehatan dan Bisnis Kurnia Jaya
Persada Palopo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Lahir di Ujung Pandang 16 Januari 1984, Putri
Sulung dari Pasangan Bpk Syamsul Hadi dan Ibu
Fatmawati. Penulis menyelesaikan S1 nya di Program
Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Indonesia
Timur. Dan melanjutkan S2 Pada Program
Pascasarjana Pendidikan Islam Universitas Muslim
Indonesia. Penulis mulai tertarik dan terus menulis
hingga saat ini, sejak tahun 2015. Dua buku yang telah
dihasilkan penulis yaitu: Sejarah Peradaban Islam
112 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 113
tahun 2017 dan Pendidikan Agama Islam tahun 2020. BIODATA PENULIS 2
Dan Beberapa Book Chapter diantaranya
Digitalpreneur Berwawasan Lingkungan, Kecurangan
Pemilu dan Ancaman Disintegrasi Bangsa (Pemuda
ICMI), Serta beberapa jurnal yang telah dipublis.
Penulis juga sempat mengajar (Dosen LB) dibeberapa
Kampus Negeri dan Swasta (Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar -FDK, STIEM Bongaya Makassar).
Penulis juga aktif dibeberapa Organisasi diantaranya
PW Pemuda ICMI Sul-Sel 2022-2026, Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Garuda Kencana Indonesia Ahmad Syarif Hidayatullah Galib. S.Pd., M.Pd
Sul-Sel.
Mahasiswa Doktoral Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Gazali
Bulukumba
Wakil Direktur 3 Bidang Akademik Pondok Pesantren
Syekh Muhammad Ja’far
Lahir di Bulukumba pada tanggal 28 November
1997, penulis merupakan putra ke-6 dari pasangan
Prof. Dr. H. M. Galib. M, MA. dan Dra. Hj. Nurhannah.
Penulis memulai pendidikan formal di TK ‘Aisyiyah
Bustanul Athfal, melanjutkan ke SDI Pa’bangiang
(lulus tahun 2009), lalu melanjutkan di SMP Pondok
Pesantren Syekh Muhammad Ja’far (lulus tahun 2012),
pada tahun yang sama bermodal nekat dan doa dari
orang-orang terkasih penulis melangkahkan kaki di
Pulau Jawa, tepatnya di MA Pondok Pesantren
114 Filsafat Pendidika: Perspektif Humaniora Filsafat Pendidikan: Perspektif Humaniora 115
Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang (lulus tahun
2015), serta Universitas Indonesia Timur pada
jurusan Pendidikan Agama Islam (lulus tahun 2019).
Penulis juga merupakan sempat menempuh
pendidikan S1 di beberapa kampus yaitu, Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar pada jurusan Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir dan University Of Tripoli Lebanon
pada jurusan hukum Islam. Pada Penghujung 2022
menyelesaikan pendidikan Magister di Universitas
Islam Negeri Makassar Prodi Pendidikan Agama Islam.
Penulis Juga sempat aktif di dunia beberapa
organisasi, Ketua Ikatan Alumni Pondok Pesantren
Syekh Muhammad Ja’far, Ketua Bidang Lajnah Ta’lif
Wan-Nasyr Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul
Ulama (PCINU) Lebanon 2019-2021, Wakil Menteri
Pengembangan Sumber Daya Anggota PPI Lebanon
2019-2020, juga pengurus Rabitah Ma’ahid Islamiyah
Nahdhatul Ulama Kabupaten Bantaeng. Selain menjadi
Mahasiswa Doktoral di Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, Penulis juga aktif sebagai Dosen
Tetap Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Gazali
Bulukumba, Serta secara aktif membersemai Santri di
Pondok Pesantren Syekh Muhammad Ja’far Kab.
Bantaeng Sebagai Wakil Direktur 3 Bidang Akademik
Kepesantrenan.