TUJUAN PEMBENTUKAN KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (KNIP)
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata pelajaran Sejarah Indonesia Guru Pengampu : Bapak Rosadi, S.Hum.
Disusun oleh : Hanna Hanistia
Kelas : XI MIPA 2
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 KOTA SERANG
TAHUN AJARAN 2022/2023 Komite Nasional Indonesia Pusat atau yang biasa disingkat KNIP merupakan Badan Pembantu Presiden yang dilantik serta mulai bertugas sejak tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan 15 Februari 1950. KNIP dibentuk berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, Undang- Undang Dasar 1945. KNIP merupakan Badan Pembantu Presiden, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka- pemuka masyarakat dari berbagai golongan dan daerah, termasuk mantan Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Indonesia resmi merdeka sejak dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Setelah proklamasi terlaksana, rupanya masih banyak tantangan yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia agar struktur negaranya dapat segera terlengkapi. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan membangun Komite Nasional pada tanggal 29 Agustus 1945. Lembaga ini adalah Badan Pembantu Presiden yang anggotanya terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai golongan. Terbentuknya Komite Nasional mengalami perjalanan yang cukup panjang. Hal ini juga menjadi cikal bakal pengembangan struktur negara Indonesia untuk ke depannya. Agar lebih mengetahui tujuan dan peran Komite Nasional, simak ulasannya di artikel ini. Sehubung dengan keadaan dalam negeri yang genting, pekerjaan sehari-hari KNIP dilakukan oleh satu Badan Pekerja, yang keanggotaannya dipilih di kalangan anggota, dan bertanggung jawab kepada KNIP. Pada 16 Oktober 1945, Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) dibentuk dengan ketua Sutan Sjahrir, penulis oleh Soepeno dan beranggotakan 28 orang. Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri, sehingga BP- KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis oleh dr. Abdul Halim. Kemudian pada 28 Januari 1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I, sehingga ketua dipindahkan kepada Mr. Assaat Datu Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim. Pada tanggal 21 Januari 1950, Mr. Assaat diangkat menjadi Pelaksana Tugas Presiden Republik Indonesia dan dr. Abdul Halim diangkat menjadi Perdana Menteri, serta sebagian besar anggauta BP-KNIP diangkat menjadi Menteri dalam Kabinet Halim tersebut. Para anggota BP-KNIP tercatat antara lain: • Sutan Syahrir, • Mohamad Natsir, • Soepeno, • Mr. Assaat Datuk Mudo, • dr. Abdul Halim, • Tan Leng Djie, • Soegondo Djojopoespito, • Soebadio Sastrosatomo, • Soesilowati, • Rangkayo Rasuna Said, • Adam Malik, • Soekarni, • Sarmidi Mangunsarkoro, • Ir. Tandiono Manoe, • Nyoto, • Mr. Abdul Gafar Pringgodigdo, • Abdoel Moethalib Sangadji, • Hoetomo Soepardan, • Mr. A.M. Tamboenan, • Mr. I Gusti Pudja, • Mr. Lukman Hakim, • Manai Sophiaan, • Tadjudin Sutan Makmur, • Mr. Mohamad Daljono, • Sekarmadji Kartosoewirjo, • Mr. Prawoto Mangkusasmito, • Sahjar Tedjasoekmana, • I.J. Kasimo, • Mr. Kasman Singodimedjo, • Maruto Nitimihardja, • Mr. Abdoel Hakim, • Hamdani. Tujuan Pembentukan Komite Nasional Tujuan pembentukan Komite Nasional adalah sebagai penjelmaan cita-cita bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kemerdekaan berdasarkan kedaulatan rakyat. Dalam pelaksanaannya, KNI dibebani dengan beebrapa tugas yang berkaitan dengan aspek kenegaraan. Beberapa tugas Komite Nasional yaitu memegang kekuasaan legislatif dan menetapkan garis besar haluan negara. Selain itu, KNI juga memiliki usaha-usaha, diantaranya sebagai berikut: 1. Menyatakan kemauan rakyat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. 2. Menyatukan rakyat yang berasal dari berbagai lapisan untuk membentuk kebangsaan yang kokoh. 3. Membantu menyalurkan ketentraman rakyat dan menjaga keselamatan umum. 4. Membentuk pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia. 5. Membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan umum.