Anda di halaman 1dari 96

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk pengembangan kepribadian

individu yang berlangsung seumur hidup baik disekolah maupun di masyarakat.

Dalam menunjang pendidikan untuk mencapai suatu tujuan, maka peran pendidik

sangat diperlukan. Tercantum pada Undang-undang no. 20 tahun 2003 Bab 1 pasal 1

tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana yang mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif menegembangakan potensi dirinya.” Oleh karena itu,

pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan, sehingga maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju

mundurnya sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh bangsa yang bersangkutan.

Khususnya di Negara Republik Indonesia, fungsi dan tujuan pendidikan yang tertera

dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 3 tentang sistem pendidikan

nasional menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab.1

1
Tim penyusun Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Jakarta Sinar Grafika, 2003), h. 2.

1
2

Pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian

peserta didik, yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling. Berkenaan

dengan masalah pribadi, kehidupan sosial dan kegiatan belajar. Kegiatan

pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi atau dilaksanakan oleh

konselor. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan

konseling dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-

hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekpresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah kegiatan pembelajaran

pengembangan diri yang dapat menanamkan nilai-nilai moral pada diri peserta didik.

Kegiatan pembelajaran pengembangan diri dilaksanakan secara terintegrasi dalam

keseluruhan proses pembelajaran, baik intra-kurikuler maupun ekstrakulikuler, untuk

pembentukan watak/kepribadian peserta didik secara utuh yang tercermin pada

perilaku berupa ucapan, perbuatan, pikiran, perasaan, dan hasil karya yang baik.

Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada

kehidupan manusia, kenyataan menunjukkan bahwa manusia didalam kehidupannya

sering menghadapi persoalan yang bermacam-macam, ada yang bisa diselesaikan

sendiri dan ada yang membutuhkan bantuan orang lain dalam menyelesaikannya.

Begitu juga dengan peserta didik, didalam kehidupannya beraneka ragam

permasalahan yang muncul pada dirinya. Seluruh permasalah yang dihadapi peserta
3

didik menuntut adanya penyelesaian, kerena merupakan sesuatu yang menghambat

dan mempersempit kemungkinan dalam mencapai kesuksesan. Untuk itu dibutuhkan

bantuan melalui jasa dan teknologi bimbingan dan konseling oleh seorang yang ahli

(expert) untuk menyelesaikan masalahnya, sebab jika tidak ada keahlian atau tidak

menguasai bidangnya, apa yang diinginkan tidak akan mencapai sasaran dengan baik,

maka salah satu bentuk bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk pertolongan

yang diberikan oleh guru pembimbing atau konselor sekolah atau madrasah.

Layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu peserta didik

dalam memahami diri, menerima diri dengan segala kekuatan dan kelemahannya,

mengenalkan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan

terhadap perkembangan perserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang

mengalami masalah saja, akan tetapi berlaku untuk seluruh peserta didik.0

Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu segi pendidikan

yang mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.

Bantuan yang diberikan dalam layanan bimbingan dan konseling dalam hal ini

diarahkan pada penguasaan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi

tantangan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik. kompetensi

tersebut meliputi kompetensi fisik, intelektual, sosial, pribadi, dan spiritual. Semua

kompetensi ini hendaknya dapat terwujud dengan serasi , selaras, dan seimbang

dalam setiap diri individu yang pada akhirnya bermuara kepada pencapaian tujuan

0
Samsul Munir amin, 2010, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta; Amzah)
4

pendidikan yang diharapkan. Sesuai dengan Q.S Al-baqarah (2) ayat 155 yang

berbunyi :

‫وَلَنْبُلَو َّنُك ْم ِبَش ْي ٍء ِّم َن اْلَخ ْو ِف َو اْلُجْو َو َنْقٍص ِّم َن اَاْلْم َو اِل َو اَاْلْنُفِس َو الَّثَم ٰر ِۗت‬
‫ِع‬
‫َو َبِّش ِر الّٰص ِبِر ْيَن‬
Terjemahnya :

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit


ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”0
Berdasarkan terjemahan ayat di atas, menurut Ahmad Mushthafa Al-

Maraghi dalam tafsir al-Maraghi, sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan

aneka ragam percobaan. Misalnya perasaan takut terhadap musuh dan adanya

musibah yang wajar terjadi, seperti kekurangan buah-buahan ( paceklik) bagi orang

yang beriman kepada Allah. Keadaan seperti ini akan dilaluinya, sekalipun terisolasi

dari lingkungan keluarga, bahkan diusir tanpa membawa sesuatu sampai-sampai

karena rasa laparnya, orang yang beriman jika memerlukan makanan hanya dengan

cukup mengulum buah kurma lalu disimpannya kembali mengingat jangka yang

masih panjang terutama sekali ketika mereka berlaga di perang ahzab dan tabuk.”

Ujian yang diberikan Allah sedikit kadarnya bila dibandingkan dengan

potensi yang telah dianugrahkan Allah itu. Ini tidak ubahnya dengan ujian pada

lembaga pendidikan. Soal-soal ujian disesuaikan dengan tingkat pendidikan masing-

0
Ahmad Mushtfha Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 30”, (Semarang: CV Toha
Putra, 1985), h. 41.
5

masing. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin berat soal ujiannya. Baik, serta

mengikuti tuntunan yang diajarkan.0

Adanya suatu efektifitas bimbingan dan konseling maka pengembangan

peserta didik akan lebih baik, dalam pengembangan dirinya baik itu pengembangan

pribadi, sosial, belajar dan karier. Tujuan bimbingan dan konseling yang paling

esensial adalah untuk membantu peserta didik mengembangakan kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih mampu, mendorong orangtua dalam

mengawasi dan mendampingi perkembangan anak-anaknya, serta mendorong para

guru untuk menyediakan atmosfer pembelajaran dikelas yang lebih sehat dan

kondusif.

Hasil observasi dan wawancara awal dengan Guru BK di SMPN 35

Makassar mengenai efektifitas bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri

peserta didik beliau mengatakan bahwa “banyak dari peserta didik yang mempunyai

potensi tapi potensinya tidak keluar dikarenakan mereka mempunyai beberapa

problem atau masalah baik problem yang ada dilingkungan pertemananya maupun

problem yang ada di lingkungan keluarga. Jadi bimbingan dan konseling di sekolah

itu sangat penting untuk peserta didik agar potensi yang dimiliki bisa keluar atau

berkembang dalam diri peserta didik itu sendiri”.0

0
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol 1, h. 364.

0
Rosmiana S.Pd. Guru BK SMPN 35 Makassar, “Wawancara”. di Ruang BK SMPN 35
Makassar, Tanggal 15 Juni 2022.
6

Berdasarkan latar belakang diatas dalam hal ini penulis berkeinginan untuk

mengangkat suatu penelitian tentang “Efektifitas bimbingan dan konseling dalam

pengembangan diri peserta didik Kelas VIII di SMPN 35 Makassar”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan masalah

a. Bagaimana efektivitas bimbingan dan Konseling dalam pengembangan diri

peserta didik kelas VIII di SMPN 35 Makassar?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan efektifitas

bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri peserta didik kelas

VIII di SMPN 35 Makassar ?

2. Batasan masalah

berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini peneliti

membatasi masalah hanya pada efektifitas layanan Bimbingan dan Konseling

dalam pengembangan diri peserta didik hal ini sesuai dengan spesifikasi

keahlian yang peneliti miliki.

C. Pengertian Judul dan definisi Operasional

1. Pengertian Judul
7

a. Kamus besar bahas Indonesia ( KBBI ) Efektifitas adalah bagaimana suatu

organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumberdaya dalam

usaha mewujudkan tujuan operasional.0

b. Bimbingan dan konseling

Menurut suherman arti bimbingan adalah proses bantuan kepada individu

sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga ahli

agar individu mampu memahami dan mengembangkan potensinya secara

optimal dengan tuntutan lingkungan. Sedangkan konseling merupakan

sebuah bantuan yang yang diberikan kepada individu dalam memecahkan

masalah hidup dan kehidupannya yang dihadapi klien dengan cara

wawancara atau dengan cara yang disesuaikan dengan keberadaan

lingkungnnya.0

c. Pengembangan diri adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran

sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan ini

merupakan upaya pembentukan watak kepribadian peserta didik yang

dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan

masalah-masalah pribadi dan kehidupan social, kegiatan belajar dan

pegembangan diri serta kegiatan ekstra kurikuler.0


0
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa
2008), h. 375.

0
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Cet, 1 : Jakarta : Prenadamedia
Gruop 2018), h. 2.

0
Departemen Agama RI, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri (Jakarta: Departemen
Agama RI 2005), h, 15
8

d. Peserta didik berarti ; anak didik, peserta didik atau anak sekolah yang

sedang mengikuti proses pendidikan.0

2. Definisi operasional

Berdasarkan pengertian judul diatas, maka calon peneliti dapat

memeberikan definisi secara operasional. Definisi operasionalnya adalah

sejauh mana Efektifitas Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Diri

Peserta Didik kelas VIII di SMPN 35 Makassar.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui efektivitas bimbingan dan Konseling dalam

pengembangan diri peserta didik kelas VIII di SMPN 35 Makassar?

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

efektifitas bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri peserta

didik kelas VIII di SMPN 35 Makassar?

2. Manfaat Penelitian

Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini, adalah:

a. Secara Teoritis

0
Iwan Aprianto, Manajemen Peserta Didik, (Cet, l; Jawa Tengah :Lakiesha, 2020), h. 5
9

Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

informasi bagi penyelenggaraan pendidikan dan dapat membantu siswa

dalam menyelesaikan yang dihadapi sehingga dapat berguna bagi kelancaran

proses belajar mengajar. dan bagi peneliti sebagai bahan referensi,

perbandingan dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang relevan

dengan efektifitas bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri

peserta didik.

b. Secara Praktis

1) Bagi Guru, dapat memanfaatkan bimbingan dan konseling dalam

pengembangan diri peserta didik dengan sebaik-baiknya. Dijadikan

sebagai alat untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan

masalahnya yang dapat menghambat konsentrasi dan motivasi belajarnya.

Dan dapat terbentuk siswa yang aktif, kreatif, serta kritis sehingga proses

belajar mengajar pun berjalan baik. Peserta didik dapat belajar dengan

tenang dan nyaman tanpa beban dan masalah.

2) Manfaat bagi peserta didik

Bagi peserta didik, dapat memanfaatkan bimbingan dan konseling untuk

dijadikan sebagai alat bantu untuk mengembangkan dirinya.

3) Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti dapat dijadikan motivasi agar mampu menciptakan,

merancang serta memanfaatkan bimbingan dan konseling sebagai alat


10

untuk mengembangkan pola pengetahuan, pemahaman, serta

penerapannya kepada peserta didik terhadap bahan ajar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian skripsi oleh Nizar Cholis, dengan judul “Efektifitas

Pengembangan Bimbingan dan Konseling Terhadap Minat bakat Siswa di

SDN Tlogomas 02 Kota Malang. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa pengembangan bimbingan dan

konseling sangat efektif untuk mengembangkan minat bakat siswa di SDN

Tlogomas 02 kota malang, sedangkan hal itu didukung dengan pemahaman

guru yang memadai tentang layanan bimbingan dan konseling, pembiayaan

yang memadai dari sekolah, antusias siswa dalam mengikuti layanan

bimbingan dan konseling di sekolah serta dukungan moril dan materil dari

orang tua siswa.0

Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang efektifitas

bimbingan dan konseling. Sedangkan perbedaan dalam penelitian yang

dilakukan Nizar Cholis yaitu membahas tentang minat bakat siswa

sedangkan peneliti membahas tentang pengembangan diri peserta didik.

2. Penelitian skripsi oleh Eko jukianto dengan judul “Efektifitas Guru

Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di

Madrasah Aliyah Al-Mawasir Lamasi Kabupaten Luwu”. Berdasarkan

0
Nizar Cholis, “Efektifitas Pengembangan Bimbingan dan Konseling Terhadap Minat bakat
Siswa di SDN Tlogomas 02 Kota Malang” Skripsi Jurusan Pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2017.

11
12

Penelitian skripsi oleh eko jukianto hasil penelitian yang dilakukan peneliti

dapat disimpulkan bahwa uapaya yang dilakukan dalam mengatasi

kenakalan pada siswa dalam melakukan bimbingan yang ada di Madrasah

Aliah Al-Mawasir Lamasi, yaitu dengan cara selain guru BK berperan

sebagai motivator juga harus berperan sebagai seorang pendidik, agar siswa

senantiasa menumbuhkan rasa segan terhadap guru BK. Selain itu guru BK

adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal

hingga akhir (Kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan

melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta

didik bias mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran sebagai

kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.0

Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang

efektifitas bimbingan dan konseling. Sedangkan perbedaan dalam penelitian

yang dilakukan Eko Jukianto yaitu membahas tentang Efektifitas Guru

Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa,

sedangkan peneliti lebih memfokuskan efektifitas bimbingan dan konseling

dalam pengembangan diri peserta didik.

0
Eko Jukianto, “Efektifitas Guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Menanggulangi
Kenakalan Siswa di Madrasah Aliyah Al-Mawasir Lamasi Kabupaten Luwu”, Skripsi Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, 2015.

12
13

B. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

a. Pengertian Bimbingan

Istilah bimbingan atau guidance dalam Bahasa inggris dimaknai

dengan menunjukkan, menentukan, atau mengemudikan. Secara harfiah

istilah bimbingan (guidance) berasal dari Bahasa inggris dari akar kata

guidance yang berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot),

3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer).0

WS. Winkel mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian

bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat

pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri

terhadap bantuan hidup.0

Maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses

bantuan kepada individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan

diri yang dibutuhkan penyesuaian diri secara baik dan maksimum di

sekolah, keluarga dan masyarakat.

b. Pengertian Konseling

0
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan madrasah, ( Cet, 6 : Jakarta:Rajawali
Pers 2014), h. 15.

0
WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, ( Jakarta: Gramedia Widia
Sarana, 1991), h. 58.

13
14

Sedangkan Istilah konseling berasal dari Bahasa latin, yaitu

“conselium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai

dengan “menerima” atau “memahami”. Adapun dalam Bahasa “Anglo

saxon”, istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti “

menyerahkan” atau “menyampaikan”.0

Menurut Mulyadi konseling adalah pertemuan empat mata antara

konselor (orang yang ahli) dengan klien (orang yang menerima bantuan)

melalui wawancara professional dalam rangka upaya membantu klien

dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.0

Maka dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan hubungan

yang bersifat membantu agar konseli dapat tumbuh kearah yang

dipilihnya.

Jadi yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling merupakan

usaha-usaha pemberian bantuan kepada individu oleh konselor agar

individu mampu mengembangkan diri secara optimal serta mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan bimbingan dan

konseling di sekolah dan madrasah adalah tercapainya tingkat

perkembanagan yang optimal oleh setiap individu atau peserta didik sesuai
0
Ibid., h. 97-99.

0
Mulyadi, Materi Ujian Komprehensif Bagi Mahasiswa Jueusan Manajemen Pendidikan
Islam, (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang, 2013), h. 13.
15

dengan tingkatan kemampuannya, dan dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungannya. Hal ini merupakan utama dari pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah dan madrasah. Tujuan tersebut terutama tertuju pada

peserta didik sebagai individu yang diberi bantuan. Akan tetapi sebenarnya

tujuan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah tidak terbatas bagi

peserta didik saja, tetapi juga sekolah secara keseluruhan dan bagi

masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan konsep bimbingan dan konseling

maka tujuan dari bimbingan dan konseling juga mengalami perubahan dari

yang sederhana menuju yang lebih komprehensif.0 Tujuan pemberian

layanan bimbingan dan konseling adalah agar individu dapat:

a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta

kehidupannya di masa yang akan dating.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki

seoptimal mungkin.

c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat, serta lingkungan kerjanya.

d. Mengatasi hambatan-hambatan dan kesuliatan yang dihadapi dalam

studi penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun

lingkungan kerja.0

0
Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit., h. 122.

0
Syamsul Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Op. cit., h. 13.
16

Setelah proses bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh

guru pembimbing disekolah dan madrasah diharap peserta didik:

1) Mendapat dukungan selagi peserta didik memadukan segenap

kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang

sedang dihadapi.

2) Memperoleh wawasan baru yang lebih segartentang berbagai

alternatif pandangan dan pemahaman-pemahaman serta

keterampilan-keterampilan baru.

3) Dapat menerima dan menghadapi ketakutan sendiri, mencapai

kemampuan untuk mengambil keputusan dan keberanian untuk

melaksanakannya, kemampuan untuk mengambil resiko yang

mungkin ada dalam proses pencapaian tujuan-tujuan yang

dikehendaki.

Selanjutnya Thompson dengan Rudolph menjelaskan, bahwa tujuan

bimbingan dan konseling bukan hanya sekedar klien mengikut kemauan-

kemauan konselor sampai pada masalah pengambilan keputusan,

pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi, penyembuhan, dan

peneriman diri sendiri. Begitu juga Myers, mengemukakan bahwa tujuan

pengembangan yang dimaksud adalah mengacu pada perubahan yang


17

positif pada diri individu. Disamping tujuan dari semua upaya bimbingan

dan konseling. 0

Melalui layanan bimbingan dan konseling, individu-individu akan

memiliki kesadaran yang lebih mendalam bukan saja tentang siapa mereka

tetapi juga dapat berdiri sendiri. Rogers menyatakan, bahwa tujuan yang

paling utama dari profesi membantu termasuk perkembangan dan

pertumbuhan psikologis terhadap kematangan sosial klien itu sendiri.

Dengan demikian, tujuan utama dari bimbingan dan konseling yang

dilakukan oleh guru pembimbing disekolah dan madrasah agar individu

yang dibantu atau klien mampu merencanakan kehidupannya yang akan

dating, menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, serta dapat mengatasi

masalahannya sendiri dengan mengoptimalkan potensi yang sudah ada

pada dirinya.

3. Landasan Bimbingan dan Konseling

a. Landasan filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memeberikan

arahan dan pemahaman secara khusus dalam melaksanakan setiap

kegiatan bimbingan dab konseling. Landasan filosofis dalam pelaksanaan

bimbingan dan konseling cenderung berkenaan dengan pertanyaan-

pertanyaan filosofis tentang hakikat manusia. Tanpa memahami filsafat

0
Abdul Munir, Penguatan Nilai-nilai Filosofis dan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda Indonesia, (Medan: Prociding, 2016), h. 13
18

tentang manusia, pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling akan

menjadi tidak optimal hasilnya. Oleh karena itu setiap pelaksana layanan

bimbingan dan konseling harus memperhatikan landasan filosofis secara

sungguh-sungguh.

Prayitno memberikan gambaran tentang hakikat manusia yang

harus diketahui oleh setiap pelaksanaan layanan dan bimbingan dan

konseling, yaitu:

1) Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan

menggunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya;

2) Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya

apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada

pada dirinya;

3) Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadiakan

dirinya sendiri, khususnya melalui pendidikan;

4) Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk,

hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindari atau

setidak-tidaknya mengontrol keburukan;

5) Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus

dikaji secara mendalam;

6) Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya. Kebahagian

manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya

sendiri;
19

7) Manusia akan unik, dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya

sendiri;

8) Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasan untuk

membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.

Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa

sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu;

9) Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam

suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaiak untuk

menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.0

Selanjutnya, asumsi landasan filosofis dalam pelaksanaan

layanan bimbingan dan konseling:

a) Manusia adalah satu kesatuan, satu keseluruhan; apa yang

memengaruhi satu aspek memengaruhi total orang. Untuk

memahaminya, total orang harus dipahami;

b) Setiap individu adalah unik, tak tergantikan, dan bernilai;

c) Kita tidak akan pernah bias mengenal orang lain sepenuhnya;

makna pribadi dunianya hanya mampu sejauh ia mau dan dapat

membagikannya;

0
Syafaruddin, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Cet, 1 : Medan: Perdana Publishing
2019), h. 28.
20

d) Pengalaman pengamat, persepsinya tentang mereka, dan

wawasan dan makna yang diperolehnya dari mereka

memungkinkannya untuk memahami orang lain;

e) Ada kekuatan pertumbahan positif yang memotivasi individu

untuk diakui dan diakui. Konseptualisasi memberikan makna bagi

keberadaannya. Dia harus membangun sendiri;

f) Setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap sesamanya;

untuk mencapai perkembangan penuh makna dan makna dalam

hidupnya, ia harus membantu orang lain dan dibantu oleh mereka.

Dia harus membutuhkan orang lain dan dibutuhkan oleh mereka;

g) Manusia memiliki kebebasan untuk memilih seperti apa dia

nantinya. Tidak ada yang memiliki kebabasan penuh, tetapi selalu

ada beberapa pilihan;

h) Manusia dapat melampaui pengalaman masalalu, dana pa yang

mungkin terjadi “faktor pembatas” dalam pilihannya; sebuah

pilihan dapat dibuat ke arah yang baru, untuk tujuan yang sama

sekali baru dan mungkin merupakan perubahan total bagi

individu;

i) Dengan freedom dating tanggung jawab. Jika anda memiliki

kebebasan untuk memilih apa yang dia inginkan, dia harus

bertanggung jawab untuk memilih dan siapa dia;


21

j) Manusia pada dasarnya bukan “baik” dan “buruk”; dia datang

melalui interaksinya dengan orang lain. Dia bertanggung jawab

atas “kebaikan” atau “kejahatan” yang sebagai mana didefinisikan

disini, akan dapat mengambil keuntuangan dari tanggung

jawabnya yang sejalan dengan kebebasan.0

b. Landasan Psikologis

Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu.

Landasan psikologi dalam bimbingan konseling berarti memberikan

pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan

(klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapanbimbingan

konseling, yaitu tingkah laku klien yang perlu dirubah atau dikembangkan

apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapi atau ingin

mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.

Upaya konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan

tingkah laku klien, baik dalam mengatasi masalahnya ataupun tujuan

yang ingin dicapainya dengan pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran

pelayanan memiliki latar belakang yang berbeda. Konselor harus bisa

memahami tingkah laku individu, motif dan motifasi, pembawaan dan

lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta

keprbadiannya. 0
0
Belkin GS, Practical Counseling in The Schooles, (Usa: Brown Company Publishers, 1975),
h. 95.
0
M. Fuad Anwar, Landasan Bimbingan dan Konseling Islam, ( Cet, 1 : Yogyakarta : CV Budi
Utama, 2019), h. 116.
22

1) Motif dan motivasi

Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dengan demikian suatu tingkah laku yang didasarkan

pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarang atau acak, melainkan

mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang mendasarinya.

Motivasi erat sekali hubungannya dengan perhatian.

2) Pembawaan dan lingkungan

Pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah

sama. Ada pembawaan yang tinggi, sedang, kurang, dan bahkan

kurang sekali. Demikian juga dengan lingkingan, ada individu yang

lingkungannya sanat baik, ada pula yang sedang-sedang saja dan pula

yang lingkungannya berkurangan. Keadaan yang ideal adalah apabila

seseorang memiliki sekaligus pembawaan dan lingkungan yang bagus.

3) Perkembangan individu

Dalam perkembangan individu konselor harus memahami

secara terpadu kondisi berbagai aspek perkembangan individu pada

saat pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan, juga harus

dapat melihat arah perkembangan individu itu dimasa depannya.

4) Belajar Balikan dan Penguatan

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari

psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorangtidak

akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan


23

belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan harkat

kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai

sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri

individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian

sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya

proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat

psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar

sebelumnya.

5) Kepribadian

c. Landasan Sosial Budaya.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri.

Dimanapun dan bagaimana pun manusia hidup selalu membentuk

kelompok hidup terdiri dari sejumlah anggota guna menjamin baik

keselamatan, perkembangan, maupun keturunan. Dalam kehidupan

berkelompok itu, manusia harus mengembangkan ketentuan yang

mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota

demi ketertiban pergaulan sosial mereka.0

1) Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya. MC Daniel

memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya

tuntutan biologisnya, tetapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup,


0
Tohirin, op.cit.,h. 88.
24

tuntutan budaya itu menghendaki agar ia mengembangkan tingkah

lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam

budaya tersebut.

2) Bimbingan dan Konseling antar budaya. Sesuai dengan dimensi

kesosialanya, individu-individu saling berkomunikasi dan

menyesuaikan diri. Komunikasi dan penyesuaian diri antar individu

yang berasal dari latar belakang budaya yang sama cenderung lebih

mudah dari pada antar mereka yang berasal dari latar belakang yang

berbeda. Konselor diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan

konseling antarbudaya adalah mereka yang telah mengembangkan

tiga dimensi kemampuan, yaitu dimensi keyakinan, sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan klien antarbudaya

yang akan dilayani

d. Landasan Religius

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan

penekanan pada 3 hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan

19 seluruh alam adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong

perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai

dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan

berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat

budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama

untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.


25

4. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

Adapun prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah sebagai

berikut:0

a. Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari

dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada

khususnya. Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar negara

tempat pendidikan itu dilaksanakan. Dasar pendidikan nasional di

Indonesia dapat dilihat sebagaimana yang tercantum dalam Undang-

undang No. 2 Tahun 1989 Bab II pasal 2 yang berbunyi: “Pendidikan

Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”.

Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa dasar dari bimbingan dan

konseling di sekolah ialah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, karena bimbingan dan

konseling tergantung atau terikat dengan tempat bimbingan dan

konseling itu dilaksanakan maka tidaklah mengherankan bila dasar dari

bimbingan dan konseling di Indonesia mempunyai perbedaan dengan

dasar dari bimbingan dan konseling dinegara lain.

b. Tujuan bimbingan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan

pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tercantum

dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

0
Bimo Walgito, Bimbingan dan konseling (Studi Kasus) (Yogyakarta : 2010), h. 33.
26

mengembangkan manusia Indonesia seluruhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Dengan demikian,

tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu

tercapainya tujuan pendidikan nasional dan membantu individu untuk

mencapai kesejahteraan.

c. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik

anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, bimbingan dan konseling tidak

terbatas pada umur tertentu.

d. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan

dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh orang-

orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut. Dengan

demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan dan

konseling.

e. Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan

mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan

langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan.

Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan yang dihadapi

murid diselesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak mungkin maka

dapat diserahkan kepada pembimbing.


27

f. Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan,

tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang

terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam

memberikan bimbingan dan konseling.

g. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam

masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas

dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar belakang

sosial, budaya, dan sebagainya.

h. Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang

menentukan sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu di dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling harus benar-benar

memperhatikan segala aspek dari individu yang dihadapi. Berhubung

dengan hal ini maka bimbingan dan konseling haruslah didasarkan atas

penelitian ataupun pengumpulan keterangan yang lengkap agar dapat

bertndak secara tepat oleh karena itu diperlukan adanya daftar pribadi,

hasil observasi, hasil angket (questionnaire), tes, dan sebagainya.

5. Asas-asas bimbingan dan konseling

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling ada

kaidah-kaidah yang dikenal denagan asas-asas bimbingan dan konseling,

yaitu ketentuan-ketentuan yang harus di terapkan dalam penyelenggaraan

pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik

sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian


28

tujuan yang diharapkan, sebaliknya apabila asas-asas itu diabaikan atau di

langgar sangat di khawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru

berlawana dengan tujuan bimbingan dan konseling,bahkan akan dapat

merugikan orang-orang yang terlibat didalam pelayanan, serta profesi

bimbingan dan konseling itu sendiri. Asas-asas yang dimaksudkan adalah.0

Asas-asas yang dimaksudkan adalah :

a. Asas kerahasiaan

Asas kerahasiaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menuntut dirahasiakannnya sejumlah data dan keterangan peserta didik

(klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya

yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini

guru BK berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua data dan

keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.

b. Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar

kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari

pihak konselor. Klien diharapkan secara suka rela tanpa ragu-ragu atau

pun terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta

mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk belukberkenaan dengan

masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat

0
Suhertina, DasarDasar Bimbingan dan Konseling, ( Cet :1 Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir
Sumatra 2014), h. 36.
29

memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain

konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.

c. Asas keterbukaan

Bimbingan dan konseling yang efesien hanya berlangsung

dalam suasana keterbukaan, baik yang dibimbing maupun pembimbing.

Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti (bersedia menerima saran-

saran dari luar) tetapi yang lebih penting masing-masing yang

bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan

masalah yang dimaksud.

d. Asas kekinian

Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor

tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta oleh klien

atau jelas-jelas terlihat misalnya ada peserta didik yang sedang

mengalami masalah, maka konselor hendaklah memberikan bantuan

termasuk dalam asas kekinian dalam hal ini berkenaan dengan

permasalahan klien yang segera diselesaikan dari sekian banyak

permasalahan yang dihadapi.

e. Asas kemandirian

Bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat

berdiri sendiri, tidak tergantug pada orang lain atau tergantung pada

konselor.

f. Asas kegiatan
30

Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah

yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai

tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan konseling

tidak akan tercapai dengan sendirinya melainkan harus dengan kerja giat

dari klien sendiri.

g. Asas kedinamisan

Asas bimbingan dan konseling menghendaki adanya perubahan

yang bersifat dinamis, maju, dan berkembang dalam arti tidak monoton

dan statis. Setelah pelayanan dilaksanakan diharapkan klien bertingkah

laku lebih kreatif, gesit, dan senantiasa menunjukkan perkembangan

yang lebih baik.

h. Asas keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan berusaha

memadukan sebagaian aspek kepribadian klien. Individu memiliki

berbagai aspek kepribadian, dan seandainya tidak seimbang serasi dan

terpadu justru akan menimbulkan masalah.

i. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan

dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,

norma adart, norma hukum negara, norma ilmu, maupun kebiasaan

sehari-hari. Seluruh isi dan proses konseling harus sesuai dengan norma-

norma yang berlaku.


31

j. Asas keahlian

Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor

(misalnya pendidikan sarjana bidang bimbingan dan konseling) juga

kepada pengalaman. Seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai

teori dan praktek konseling secara baik.

k. Asas alih tangan

Asas alih tangan ini dilakukan apabila konselor sudah dengan

segenap kemampuannya untuk membantu individu tapi yang

bersangkutan belum terasa terbantu sebagaimana yang diharapkan,

maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau

badan yang lebih ahli.

l. Asas tut wuri handayani

Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya

tercipta dalam rangka hubungan dalam keseluruhan antara konselor dan

klien, lebih-lebih di lingkingan sekolah, asas ini makin dirasakan

keperluanya dan bahkan perlu di legkapi dengan “ing ngarso sung

tulodo, ing madya mangun karso.” Asas ini menuntut agar pelayanan

bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien

mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja, namun diluar

hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya

dirasakan adanya dan manfatnya pelayanan bimbingdan konseling itu.


32

6. Pengembangan diri

Pengembangan diri adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran

sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan ini

merupakan upaya pembentukan watak kepribadian peserta didik yang

dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah-

masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar dan pengembangan

diri serta kegiatan ekstra kurikuler.0

Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri,

khususnya pelayanan konseling ditunjuk guna pengembangan kreativitas dan

karir. Sedangkan untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling

menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus

peserta didik.

Pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekpresikan diri sesuai dengan

kebutuhan bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi madrasah

yang difasilitasi dana atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga

kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstra kurikuler,

kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan

sosial, belajar dan pengembangan karir peserta didik serta kegiatan ekstra

kurikuler.

0
Tarsis Tarmudji, Pengembangan Diri, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998), h.29.
33

7. Tujuan pengembangan diri

Tujuan pengembangan diri meliputi tujuan umum dan tujuan

khusus yakni.0

a. Tujuan umum yaitu pengembangan diri bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,

kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan

kondisi sekolah/madrasah.

b. Tujuan khusus yaitu pengembangan diri bertujuan menunjang

pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:

1) Bakat

2) Minat

3) Kreativitas

4) Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan

5) Kemampuan kehidupan keagamaan

6) Kemampuan sosial

7) Kemampuan belajar

8) Wawasan dan perencanaan karir

9) Kemampuan pemecahan masalah

10) Kemandirian0

0
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta:PT Rineka Cipta 1997). h.
270.
0
Tim Pustaka Yustisia, Op.cit, h. 207
34

Kegiatan pengembangan diri diarahkan untuk mengembangkan

karakter peserta didik yang ditunjukan untuk mengatasii persoalan

dirinya, persoalan masyarakat disekitarnya dan persoalan bangsa.

8. Ruang lingkup pengembangan diri

Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram. Kegiatan

terprogram dilaksanakan secara khusu dan diikuti oleh peserta didik sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.

Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen:

a. Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:

1) Kehidupan pribadi

2) Kemampuan sosial

3) Kemampuan belajar

b. Ekstrakulikuler, meliputi pengembangan

1) Kepramukaan

2) Latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja

3) Seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan

9. Pengembangan Diri melalui Ekstra Kurikuler

a. Struktur kegiatan ekstra kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang

diselenggrakan diluar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan

pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar

memiliki kemampuan dasar penunjang.


35

b. Pengertian kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan

peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka

melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dana

tau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di

sekolah/madrasah.

10. Perencanaan Kegiatan

Perencanaan kegiatan ekstra kurikuler mengacu pada jenis-jenis

kegiatan yang memuat unsur-unsur:

a. Sasaran kegiatan

b. Substansi kegiatan

c. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta

keorganisasiaannya

d. Waktu dan tempat

e. Sarana

11. Pelaksanaan kegiatan

a. Kegiatan ekstra kurikuler yang bersifat rutin, spontan dan

keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan

tenaga kependidikan disekolah/madrasah.


36

b. Kegiatan ekstra kurikuler yang terprogram dilaksnakan sesuai

dengan sasaran, subtansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan

pelaksana, sebagaimana telah direncanakan.

12. Penilaian Kegiatan

Hasil dan proses kegiatan ekstra kurikuler dinilai secara kualitatif

dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku

kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

13. Pelaksana kegiatan

Pelaksana kegiatan ekstra kurikuler adalah pendidik dana tau

tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada

subtansi kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

14. Pengawasan kegiatan

a. Kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah dipantau,

dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.

b. Pengawasan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan secara: intern (oleh

kepala sekolah/madrasah), ekstern (oleh pihak secara

structural/fungsional memiliki kewenangan membina kegiatan ekstra

kurikuler yang dimaksud).

c. Hasil pengawasan di dokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti

untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

ekstra kurikuler di sekolah/madrasah.


37

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan penjelasan sementara yang menunjukkan

argumentasi peneliti dalam merumuskan hipotesis. Pada hakikatnya kerangka pikir

dalam pengajuan hipotesis didasarkan pada argumentasi berfikir deduktif dengan

menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai permis-permis dasarnya. Kerangka

pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diid entifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangkapikir yang baik akan mengemukakan secara teoritis keterkaitan antara

variabel yang diteliti.0

Kerangka pikir murupakan gambaran pola hubungan antar variabel-variabel

yang akan digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah yang akan diteliti.

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan teoritis antara variabel yang akan

diteliti. Untuk itu sesuai dengan judul peneliti yang akan membahas tentang

“Efektifitas Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Diri Peserta

Didik Kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar ”.

Kerangka Pikir

Efektifitas BK

Penyesuaian diri dan pengembangan peserta didik


yang optimal
0
Rukaeshi A Moelani, At.All, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Cet. II; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), h. 49-50.
38

Pendekatan disiplin Peserta didik bermasalah

Analisis

Temuan
39

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif

merupakan sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif, yang

mendeskriptifkan Efektifitas Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Diri

Peserta Didik di Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang digunakan apabila ingin

melihat dan mengungkapkan suatu keadaan maupun suatu objek dalam konteksnya.

Menemukan makna (meaning) atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu

masalah yang dihadapi, yang tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa

gambar, kata, maupun kejadian serta dalam “natural setting”.0

Disebut penelitian kualitatif karena sumber data yang diperoleh dari penelitian

ini berupa kata-kata atau tindakan dari orang yang di wawancara, pengamatan atau

observasi, dan pemanfaatan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian yang

dibahas oleh peneliti yaitu mengenai Efektifitas Bimbingan dan Konseling dalam

Pengembangan Diri Peserta Didik kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar.

0
A Musri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,(Cet.
IV; Jakarta: Kencana, 2014), h. 24.

39
40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dilakukan yaitu di SMP Negeri 35 Makassar Jl.

Telegrap Utama No. 1, Paccerakkang, kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan. waktu penelitian selama kurang lebih dua bulan.

C. Fokus Penelitian

Pada penelitian kualitatif, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan,

pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang

ahli.0Sesuai dengan fokus penelitian yang dimaksudkan untuk membatasi penelitian

untuk memilih data yang relevan atau menentukan konsentrasi yang menjadi objek

penelitian untuk lebih mempermudah peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya.

Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus penelitian yaitu, Guru BK yaitu,

Rosmiana., S.Pd. dan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 35 Makassar yang terdiri

dari 9 peserta didik dengan jumlah laki-laki sebanyak 3 dan perempuan berjumlah 6

orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik data yang mengharuskan

peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat,

pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode

observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek
0
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 290.
41

penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu, dan keadaan

tertentu.0 Dalam melakukan observasi ini peneliti mengamati hal-hal yang berkaitan

dengan Efektifitas Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Diri Peserta

Didik.

2. Wawancara

Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung

antara dua orang dalam situasi yang berhadapan salah seorang, yaitu melakukan

wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang

berputar sekitar pendapat dan keyakinannya.0 Jenis wawancara dalam penelitian ini

adalah dilakukan dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur adalah proses wawancara yang menggunakan panduan

wawancara yang berasal dari pengembangan topik dan pengajuan lebih fleksibel.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dan diminta pendapat, ide-idenya.

Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat

apa yang dikemukakan oleh informan.0

Proses wawancara diawali dengan membuat kesepakatan terlebih dahulu

dengan informan penelitian mengenai waktu untuk dapat melakukan wawancara.

0
M Djunaedin Ghony, At. All, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. III; Depok: Ar-Ruzz
Media, 2016), h. 165.

0
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 49-50.
0
Sugiono, Op.Cit., h. 233.
42

Wawancara dilakukan dengan menyampaikan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang

terdapat dalam pedoman wawancara. Informasi dari wawancara direkam oleh peneliti

menggunakan alat perekam suara atau ponsel, disamping itu peneliti juga melakukan

pencatatan hal-hal penting yang disampaikan oleh informan dalam wawancara. Pada

penelitian ini yang akan diwawancarai adalah Guru BK, dan peserta didik kelas VIII

di SMP Negeri 35 Makassar.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dengan metode

dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.0Teknik dokumentasi

digunakan untuk melengakapi atau menggali data yang tidak diperoleh dari hasil

wawancara. Dokumentasi adalah instrument penelitian yang digunakan dalam

penelitian kualitatif untuk mencari data yang berkaitan dengan Efektifitas Bimbingan

dan Konseling dalam Pengembangan Diri Peserta Didik kelas VIII di SMP Negeri 35

Makassar.

E. Teknik Analisis Data

0
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian,(Cet. I; Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), h. 63.
43

Sesuai dengan kerakterisktik penelitian kualitatif maka analisis data dilakukan

selama proses berlangsungnya penelitian. Dan penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara, pengamatan atau observasi, dokumentasi dan tringulasi.

Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data yang diperoleh

kedalam sebuah kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menganalisis data

yang penting, menyusun atau menyajikan data sesuai dengan masalah penelitian

dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami ada empat

macam kegiatan dalam analisis kualitatif sebagai berikut:

Pengumpulan Model Data


Data

Reduksi
Data

Penarikan/
verivikasi
Kesimpulan

Gambar 3.1: Komponen dalam Analisis Data (interactive model)

1. Pengumpulan data (Data Collection)


44

Pengumpulan data adalah sebagai prosedur mengumpulkan, mengukur, dan

menganalisis wawasan yang akurat untuk penelitian menggunakan teknik standar

yang valid.Seseorang peneliti dapat mengevaluasi hipotesis penelitian mereka

berdasarkan data yang dikumpulkan.Dalam banyak kasus, pengumpulan data adalah

langka utama dan paling penting untuk penelitian, terlepas dari bidang

penelitian.Pengumpulan data berbeda untuk berbagai bidang studi, tergantung pada

informasi yang diperlukan.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Meruduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau

orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan penelitian akan

berkembang, sehingga dapat meruduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan

pengembangan teori yang signifikan.0

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan usaha merangkai informasi yang terorganisir dalam

upaya menggambarkan kesimpulan dan mengambil tindakan. Sebagaimana reduksi

data, kreasi dan penggunan display juga bukan merupakan sesuatu yang terpisah dari

analisis, akan tetapi merupakan bagian dari analisis. Dengan demikian,

sajian/tampilan data (display data) merupakn upaya penelitian untuk mendapatkan

0
Ibid., h. 249.
45

gambaran dan penafsiran dari data yang telah diperoleh serta hubungan dengan fokus

penelitian yang dilaksanakan.0

4. Kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Hurbeman adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa bila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak

karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausul atau interaktif, hipotesis atau

hipotesis atau teori.0

0
Samsu, Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed
Methods, serta Research & Development, (Jambi: Pusat Studi Agama dan Kemasyarakatan, 2017), h.
106.
0
Umar Sidiq, At. All, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan, (Cet. I; Jawa
Timur: Nata Karya, 2019), h. 46.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 35 Makassar

1. Profil SMP Negeri 35 Makassar

Nama Sekolah :SMP NEGERI 35 MAKASSAR

No. Statistik Sekolah :20 11 960 11 2 12

NPSN :40311920

Koordinat :Longitude 5,744 LS, Latitude 119, 3051 BT

Tipe Sekolah :A

Alamat Sekolah : Jl. Telegraf Utama No. 1 Komp. Telkomas

: (Kecamatan) Biringkanaya

:(Kota) Makassar

:(Propinsi) Sulawesi Selatan

Telepon/HP/Fax :0411-8959567

Status Sekolah :Negeri

Nilai Akreditasi :A

Tahun Beroperasi :1997

Nama Kepala Sekolah :Parenrengi, S.Pd., M.Pd

No. Telp/Hp :0411-8959567

Kepemilikan Tanah :Pemerintah

Status Tanah :Hibah

Luas Lahan dan jumlah rombel

47
48

Luas Lahan : 5566 m2

Jumlah ruang pada lantai 1 : 14 kelas

Jumlah ruang pada lantai 2 : 13 Kelas

Jumlah Rombel : 27 kelas

Luas Tanah Terbangun : 1863 m2

Luas Tanah Siap Bangun : 864 m2

2. Visi dan Misi SMP Negeri 32 Makassar

Dunia pendidikan tentunya harus jelas arah dan tujuan kedepan yang

merupakan visi dan misi SMP Negeri 35 Makassar

Visi

Sekolah yang religius, berkarakter, berprestasi, berwawasan lingkungan dan

berdaya saing global

Misi

1. Mengembangkan penerapan nilai-nilai agama dan budaya dalam PBM dan

interaksi sosial

2. Menanamkan kedisiplinan melalui budaya bersih,menghijaukan sekolah

dengan tanaman , budaya tertib, dan budaya kerja

3. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi

standar yang ditetapkan.

4. Meningkatkan prestasi di berbagai bidang akademik dan non akademik.


49

5. Menumbuhkan penghayatan terhadap budaya dan seni daerah sehingga

menjadi salah satu sumber kearifan berperilaku dan bermasyarakat

6. Menumbuhkan inovasi dalam kehidupan sehari hari yang dapat menunjang

pengembangan profesionalisme

7. Memberdayakan seluruh komponen sekolah dan mengoptimalkan sumber

daya sekolah dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

3. Struktur Organisasi SMP Negeri 35 Makassar

Struktur organisasi sangat penting dalam pengelolaan lembaga

pendidikan dan harus diwujudkan agar pelaksanaan program-program

pendidikan yang direncanakan berjalan dengan baik sesuai dengan tugasnya.

Struktur organisasi sekolah merupakan suatu bentuk yang berupa urutan atau

daftar yang berfungsi sebagai upaya dalam menjelaskan tugas dan fungsi dari

setiap komponen penyelenggara pendidikan yang bersangkutan dengan

sekolah tersebut.
50

KEPALA SEKOLAH
PARENRENGI, SPd.
M.Pd..

WAKESEK UMUM
AMIRUDDIN, D.S.Pd.
KOMITE KA. TATA USAHA
THAMRINABDUH SE., DRA. YULIANA
M.Si. PARUBAK, M.Si.

WAKESEK WAKESEK WAKESEK SARANA WAKESEK KHUMAS WAKESEK


ANDI MASNIATI, S.Pd.
KESISWAAN DRS. MAHFUD RIDWAN ROSLAM D, S.Pd. DRA. HJ. NORMAH H.,
IMRAN MANNAN, S.Pd.
1. JUSNANI, S.Pd. M.Pd. 1. DRS JUMAING 1. HJ. SITTI RAMLAH 1.ZUHURTUL HAYATI, S.Pd.
1. SURYANI T, S.Pd. 2. WIRAHADI KUSUMA, S.Pd.
2. MARDIAH, S.Si.,M.Pd. 2. DRS. A. SYAHRIR ABBAS, S.Pd.

WALI KELAS VII WALI KELAS VIII WALI KELAS IX


VII.1 DRA. HJ. NURHAYATI HAKIM, VIII.1 YOSEP RIPI MANGALLO, S.Pd. IX.1 WAHIDAH NUR, S.Pd.
S.Pd.,M.Pd.
VIII.2 NURMIYATI, S.Pd. IX.2 SAMSURYATI LOMO, S.Pd.
VII.2 SIANG HATI ARSYAD, S.Pd.
VIII.3 GUSTIAH, S.Pd. IX.3 NURMADIAH, S.Pd.
VII.3 ROSMIANA, S.Pd.
VIII.4 SURIYANTI., S.P., S.Pd. IX.4 DRA. SUARNI.
VII.4 MUH, NUR ALAM AMIR., S.Pd.
VIII.5 DRA. HJ. AMRAH IX.5 ALTJE TANGKA, S.Pd.
VII.5 SYAMSIYAH, S.Pd.
VIII. 6 NURMIATI NURDIN, S.Pd. IX. 6 SURIANTI, S.Pd.
VII. 6 HERY PAKASI, S. Th.,MPd.K
VIII.7 DRA. DINA PATA’DUNGAN IX.7 SURFRIATI, S.Pd.
VII.7 DYAH RETNO ADIATI,SPd.
VIII.8 AMBO RAPPE,,SPd. IX.8 ANWAR, S. AGg.,m.Pd.I
VII.8 ROSMAWATY THALIB,SPd.
VIII.9 DRA. NURSYAM IKBBAL, M.Pd.I IX.9 FARIDAH SIJA, S.Pd.
VII.9 VERONIKA, S.Pd.

Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 35 Makassar


51

4. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 35 Makassar

Untuk lebih menunjang kegiatan proses belajar mengajar, maka

diperlukan adanya sarana dan prasarana sebagai hal yang sangat penting dan

juga sebagai faktor pendukung serta penunjang dalam proses belajar

mengajar, sehingga dapat meminimalisir faktor penghambat yang bisa saja

terjadi, namun karena adanya sarana dan prasarana yang dimiliki belum

terlaly lengkap dan memadai. Adapun sarana dan prasarana di SMP Negeri 35

Makassar sebagai berikut:

Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana SMPN 35 Makassar
Jml Ruang
Yg Jml Ruang Yg Keterangan /
No Nama Ruang Jml
Kondisi Kondisi Buruk Kategori Kerusakan
Baik
Sedang (atap berkarat, lantai
1 Ruang Kelas (Asli) 25 25 0
pecah)
Ruang Keterampilan,
2 Ruang Kelas Tambahan 1 1 - Lab.Komputer, Perpustakaan
yg dimodifikasi jadi kelas
3 Ruang kepala sekolah 1 1 - -
4 Laboratirum IPA 1 1 - -
5 Ruang Staf Tata Usaha 1 1 - Ukuran tidak layak (3x9)
6 Ruang BK 1 1 - -
7 Ruang Guru 1 1 - -
8 Ruang Perpustakaan 1 1 - Ukuran tidak layak (3x7)
9 Mushollah 1 1 - -
10 Kantin 2 2 - -
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 35 Makassar
52

Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 35 Makassar cukup

memadai dengan adanya ruang kelas sebanyak 25, Ruang kepala sekolah,

ruang kelas tambahan, laboratorium IPA, ruang staf tata usaha, ruang BK,

ruang guru, ruang perpustakaan, Mushollah, dengan kantin sehat, beberapa

parkiran untuk staf, guru beserta peserta didik, dan ada juga taman untuk baca

atau perpustakaan outdoor.

5. Keadaan Guru SMP Negeri 35 Makassar

Guru merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan.

Bahkan bisa dikatakan tanpa seorang guru, maka proses pembelajaran tidak

bisa berjalan dengan baik. Tenaga pengajar yang ada di SMP Negeri 35

Makassar sudag cukup memadai dan mewakili profesionalisme guru. Jumlah

guru yang mengajar di SMP Negeri 35 Makassar adalah 71 orang. Setiap guru

memegang jabatan sendiri-sendiri. Adapun jabatan dan pembagian mata

pelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang diputuskan oleh kepala Sekolah

SMP Negeri 35 Makassar, bersama dengan jumlah pengajar.

Tabel 4.2
Data Guru SMP Negeri 35 Makassar
Mata
No Nama Status Jabatan
Pelajaran
ABDUL JALIL
1 FAKHRI PNS - Kepala Sekolah
PARENRENGI

2 Altje Tangka PNS - Guru Mapel


53

Ambo Rappe
3 PNS IPS Guru Mapel

Amiruddin D.
4. PNS IPS Guru Mapel

NON
5. Amrah Matematika Guru Mapel
PNS
P. Agama
Hindu dan
6. Andi Masniati PNS Guru Mapel
Budi
Pekerti
P.Agama
Islam dan
7. Anwar PNS Guru Mapel
Budi
Pekerti
Tenaga
Dian Apriyanti Eka NON
8. Administrasi
Sari PNS
Sekolah
Bahasa
9. Dina Pata’dungan PNS Guru Mapel
Indonesia
Bahasa
10. Dyah Retno Adiati PNS Guru Mapel
Inggris

11. Gustiah PNS IPA Guru Mapel


NON Bahasa
12. Haerani Guru Mapel
PNS Inggris
P. Agama
Kristen dan
13. Hery Pakasi PNS Guru Mapel
Budi
Pekerti
P. Agama
Tenaga
NON Khatolik
14. Ika Sartika H Administrasi
PNS dan Budi
Sekolah
Pekerti
15. Imran Mannan PNS IPS Guru Mapel

16. Jumaing PNS - Guru Mapel

17. Jusnani PNS Matematika Guru Mapel


54

18. Khalik Mubarak PNS Penjaskes Guru Mapel

19. Mahfud Ridwan PNS BK Guru BK

20. Mardiah PNS Matematika Guru Mapel

NON Pengurus/Office
21. MASRI NAWIR -
PNS Boy
Bahasa
22. Mei Mangentang PNS Guru Mapel
Indonesia
Muh. Nur Alam
23. PNS IPA Guru Mapel
Amir
Tenaga
NON
24. Muhammad Yospi - Administrasi
PNS
Sekolah
P. Agama
Islam dan
25. Musdalifah PNS Guru Mapel
Budi
Pekerti

26. Normah H PNS Matematika Guru Mapel

NON
27. Nuraeni - Guru Mapel
PNS
NON Bahasa
28. Nurfajriah Basri Guru Mapel
PNS Inggris
29. Nurhayati Hakim PNS - Guru Mapel

30. Nurmadiah PNS IPA Guru Mapel

31. Nurmiati Nurdin PNS Prakarya Guru Mapel

32. Nurmiyati PNS IPS Guru Mapel


P. Agama
Islam dan
33. Nursyam Ikbal PNS Guru Mapel
Budi
Pekerti
34. Nurul farah Saldin NON Penjaskes Guru Mapel
55

PNS
35. Parenrengi PNS - Kepala Sekolah
36. Rosdiana PNS BK Guru BK

37. Roslam D. PNS Matematika Guru Mapel

38. Rosmiana PNS PKN Guru Mapel


Tenaga
NON
39. Rosnaeni Radhi, SE - Administrasi
PNS
Sekolah
Rosniah Tenaga
NON
40. - Administrasi
PNS
Sekolah
Saharudin Tenaga
NON
41. - Administrasi
PNS
Sekolah
Salman NON Seni dan
42. Guru Mapel
PNS Budaya
Samsuriyati Lomo Bahasa
43. PNS Guru Mapel
Inggris
Siang Hati Arsyad Bahasa
44. PNS Guru Mapel
Indonesia
Silwanus Arwis Sini
45. PNS - Guru Mapel

Sitti Hadiah Tenaga


Seni dan
46. PNS Administrasi
Budaya
Sekolah
Sitti Ramlah Abbas
47. PNS IPA Guru Mapel

St Fatimah Bahasa
48. PNS Guru Mapel
Indonesia
Suarni Seni dan
49. PNS Guru Mapel
Budaya
Sufriati
50. PNS - Guru Mapel
56

Tenaga
51. Sumiarti PNS BK Administrasi
Sekolah

Suriyanti Bahasa
52. PNS Guru BK
Indonesia

Suryani T. Bahasa
53. PNS Guru Mapel
Inggris
54. Syafrudin PNS IPS Guru Mapel
Syahrir NON Bahasa
55. Guru Mapel
PNS Indonesia
56. Syamsiah PNS IPA Guru Mapel

57. Veronika PNS Matematika Guru Mapel


VIREY TSALASA
58. FARADIBA PNS Informatika Guru Mapel
RIDWAN

59. Wahida Nur PNS - Guru TIK


Wirahadi Kusuma Bahasa
60. PNS Guru TIK
Inggris
61 Yoseb Ripi Mangallo NON - Guru Mapel
PNS
Tenaga
62. Yuliana Parubak PNS Penjas Administrasi
Sekolah
63. Yunus PNS PKN Guru Mapel
Yusri Siulang NON
64 IPA Guru Mapel
PNS
65 Zuhurtul Hayati PNS IPA Guru Mapel
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 35 Makassar
57

B. Efektivitas Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Diri Peserta

Didik Kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar

Bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan

tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada

khususnya di sekolah yang diberikan bimbingan secara langsung tatap muka

(face to face) kepada siswa yang bermasalah disekolah. jadi guru BK betul-

betul memahami karakter siswanya. Bimbingan merupakan proses membantu

orang perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.

Bimbingan dan konseling diharapkan untuk membantu siswa dalam

memahami dirinya sendiri, mengeksplorasi lingkungannya, dan mengatasi

tantangan-tantangan yang ia hadapi termasuk dalam hal pengembangan diri

peserta didik di SMP Negeri 35 Makassar.

Peran bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri peserta

didik, tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga

sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai. Dengan bantuan bimbingan

dan konseling maka pendidikan yang tercipta tidak hanya menciptakan

manusia-manusia yang beriorentasi akademik tinggi, namun dalam

kepribadian dan hubungan sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem

nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah

robot-robot intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya

bimbingan dan konseling, maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat

dimunculkan sehingga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif


58

atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian,

hubungan sosial serta memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan yakni

SMP Negeri 35 Makassar terkait dengan efektivitas bimbingan dan konseling

dalam pengembangan diri peserta didik ada beberapa jenis layanan yang

digunakan yakni : layanan orientasi, layanan informasi, layanan bimbingan

individu, layanan konseling individu, layanan penempatan dan penyaluran.

1. Layanan Orientasi

Berikut wawancara dengan Bapak Parengrengi, selaku Kepala Sekolah

SMP Negeri 35 tentang layanan orientasi sebagaimana berikut:

“Dalam pendidikan sekolah lingkup layanan orientasi di sini


sangat diperlukan untuk bantuan kepada peserta didik agar
mengetahui aturan-aturan sekolah sehingga seluruh proses
pendidikan memperoleh hasil optimal.”0

Selaras dengan ungkapan kepala sekolah hal ini juga dikatakan

oleh Ibu Rosdiana, selaku Guru BK yang menyatakan bahwa:

“Melalui layanan orientasi diharapkan siswa tidak mengalami


kesulitan dalam hal penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah
yang baru mereka masuki.”0

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa

layanan orientasi diberikan kepada siswa di SMP Negeri 35 Makassar agar

siswa tidak mengalami kesulitan dalam hal penyesuaian diri terhadap


0
Parenrengi, S.Pd. M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Makassar, “Wawancara”, di
Ruangan Kepala Sekolah, Tanggal 12 September 2022.

0
Rosdiana S.Pd., Guru Bimbingan dan Konseling, “Wawancara”, di Ruangan Guru
Bimbingan Dan Konseling, Tanggal 12 September 2022.
59

lingkungan sekolah yang baru mereka masuki dan juga bantuan kepada

peserta didik agar mengetahui aturan-aturan sekolah sehingga seluruh

proses pendidikan memperoleh hasil yang optimal. Dan program layanan

orientasi biasanya dilaksanakan di Tahun ajaran baru.

Hasil pengamatan peneliti menunjjukkan bahwa pelaksanaan

program layanan orientasi kepada peserta didik kelas VIII di Tahun ajaran

baru sudah terlaksana dengan baik dan efektif, dilihat dari tepatnya sasaran

program yang mana memang ditujukan untuk membantu peserta didik yang

mengalami kesulitan dalam hal penyesuian diri terhadap lingkungan

sekolah yang baru mereka masuki dan membantu peserta didik agar

mengetahui aturan-aturan sekolah.

2. Layanan Informasi

Layanan informasi adalah layanan yang memungkinkan peserta

didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi diri,

sosial, belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Sebagaimana

peneliti dapatkan melalui wawancara dengan Ibu Rosdiana, selaku Guru

BK tentang layanan informasi mengatakan bahwa:

“Siswa perlu diberi informasi mengenai cara belajar, disiplin


sekolah dan bagaimana memanfaatkan waktu belajar baik di
sekolah maupun dirumah agar nantinya siswa memiliki
kedisiplinan yang tinggi. Selain informasi mengenai cara belajar
kami juga memberikan infromasi menganai cara bersosialisasi dan
bergaul dengan sesama teman, guru dan orang lain dengan tujuan
60

agar siswa dapat bergaul dengan baik di lingkungan sekolah


ataupun di rumah.”0

Senada dengan ungkapan Ibu Andi Masniati, selaku Waka Kurikulum

sebagaimana berikut:

“BK itu di sini selain membantu dalam mengarahkan


pengembangan diri, juga membantu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan siswa yang merupakan layanan insidental”0

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan

bahwa layanan informasi diberikan untuk mengetahui cara belajar, disiplin

sekolah dan bagaimana memanfaatkan waktu belajar baik di sekolah

maupun di rumah agar nantinya siswa memiliki kedisiplinan yang tinggi

serta memberikan informasi mengenai cara bersosialisasi dan bergaul

dengan sesame teman, guru dan orang lain dengan tujuan agar siswa dapat

bergaul dengan baik dilingkungan sekolah ataupun di rumah.

Hal ini senada pula dengan yang di katakan oleh Aditya, siswa

kelas VIII 1 yaitu:

“Guru BK memberikan layanan informasi mengenai cara belajar


dan memanfaatkan waktu luang untuk belajar sehingga tidak
terbuang dengan sia-sia”.0

0
Rosdiana S.Pd., Guru Bimbingan dan Konseling, “Wawancara”, di Ruangan Guru
Bimbingan Dan Konseling, Tanggal 12 September 2022.

0
Andi Masniati, S.Pd., Waka Kurikulum, “ Wawancara”, di Ruangan Waka Kurikulum,
Tanggal 12 September 2022.
0
Aditya, Ketua Kelas VIII 1, “Wawancara”, di Ruangan Guru Bimbingan Dan Konseling,
Tanggal 1 September 2022.
61

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui bahwa

layanan informasi yang diberikan oleh guru BK di SMP Negeri 35

Makassar yaitu informasi cara belajar, pemanfaatan waktu luang.

Layanan bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa tentang

cara-cara mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang konstruktif.

Berdasarkan uraian wawancara yang dilakukan, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa program layanan informasi kepada peserta didik

kelas VIII telah berjalan dengan efektif, dikarenakan Guru BK

memberikan layanan informasi mengenai bagaimana cara belajar dan

memanfaatkan waktu luang untuk belajar sehingga tidak terbuang dengan

sia-sia dan Guru BK juga memberikan program layanan informasi

mengenai bagaimana cara bersosialisasi dan bergaul dengan sesama

teman, guru dan orang lain dengan tujuan agar siswa dapat bergaul

dengan baik dilingkungan sekolah ataupun di rumah.

3. Layanan Bimbingan Individu

Adapun cara penanganan kasus selain dengan jenis layanan yang

diberikan di atas, dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah (home

visit) dan mengundang orang tua siswa (parenting class) setiap enam bulan

sekali. Sebagaimana peneliti dapatkan melalui wawancara dengan Ibu

Rosdiana, selaku Guru BK yang mengatakan bahwa :

“Penilaian yang kita gunakan adalah penilaian jangka panjang dan


penilaian jangka pendek. Penilaian jangka panjang itu akan
62

merubah suatu kebiasaan atau perilaku. Kalau penilaian jangka


pendek itu misalnya kita lihat ada siswa yang hari ini terlambat
terus kita kasih tau/kita tegur, kemudian minggu depannya dia
sudah tidak terlambat, berarti penilaian jangka pendeknya berhasil.
Ternyata setelah dapat satu bulan dia terlambat lagi berarti
penilaian jangka panjangnya belum berhasil”0

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan

bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu yang diterapkan kepada siswa dapat

diketahui dengan cara memberikan penilian melalui penilaian jangka

panjang ( satu bulan sekali) dan penilaian jangka pendek ( dua minggu

sekali).

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Guru BK Ibu

Rosdiana S.Pd. mengenai layanan bimbingan individu adalah dilakukan

dengan cara kunjungan rumah (home visit) dan mengundang orang tua

siswa (parenting class) setiap enam bulan sekali. Dan juga dengan cara

memberikan penilian melalui penilaian jangka panjang ( satu bulan sekali)

dan penilaian jangka pendek ( dua minggu sekali). Program Layanan

bimbingan individu kepada peserta didik kelas VIII ini dinilai belum

efektif, dikarenakan masih banyak siswa yang bermasalah dengan

berulang-ulang kali masuk di ruangan BK.

4. Layanan Konseling Individu

Layanan konseling individu adalah layanan yang fokus pada

relasi, interaksi antara individu dan lingkungan dengan tujuan untuk

0
Rosdiana S.Pd., Guru Bimbingan dan Konseling, “Wawancara”, di Ruangan Guru
Bimbingan Dan Konseling, Tanggal 12 September 2022.
63

membina pengembangan diri siswa. Sebagaimana yang peneliti dapatkan

melalui wawancara dengan Ibu Rosdiana, selaku Guru BK yang

menyatakan bahwa:

“layanan konseling individu di SMP Negeri 35 Makassar adalah


layanan yang fokus pada relasi, intraksi antara individu dan
lingkungan dengan tujuan untuk membina perkembangan diri
peserta didik, dan mengurangi pengaruh hambatan-hambatan
kehidpuan individu peserta didik. Layanan konseling individu ini
memebrikan bantuan untuk siswa- siswi yang bermasalah baik
perorangan maupun kelompok dengan tujuan agar siswa siswa
menjadi mandiri dan perkembang secara optimal dalam proses
belajar dan juga supaya siswa siswi yang memiliki masalah cepat
menemukan solusi sehingga bisa mengikuti pembelajaran dengan
baik”.0

Senada dengan yang di katakan oleh Nurul Ilma Handayani, selaku

siswa kelas VIII. 2 yaitu:

“saya sangat berterima kasih kepada guru bimbingan dan


konseling, karena selama ini dalam banyak hal saya dan teman-
teman telah memperoleh bantuan atau pelayanan, baik dalam hal
kenakalan kami maupun terhadap masalah pelanggaran tata tertib
disiplin belajar yang sering dilakukan”.0

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan di atas menjelaskan

bahwa masalah yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran di

SMP Negeri 35 Makassar tidak terlalu banyak jenis masalahnya yakni

kenakalan siswa, tidak disiplin dalam belajar, dan tidak masuk kelas

sementara pelajaran berlansung. Masalah yang dihadapi oleh siswa dan


0
Rosdiana S.Pd., Guru Bimbingan dan Konseling, “Wawancara”, di Ruangan Guru
Bimbingan Dan Konseling, Tanggal 12 September 2022.

0
Nurul Ilma Handayani, Ketua Kelas VIII 2, “Wawancara”, di Ruangan Guru Bimbingan Dan
Konseling, Tanggal 1 September 2022.
64

membutuhkan peran dari guru bimbingan dan konseling memberikan

penanganan menyangkut kenakalan siswa, dan tidak disiplin belajar.

Berdasarkan hasil yang disimpulkan oleh peneliti mengenai

layanan konseling individu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pencapaian program layanan konseling individu kepada peserta didik

kelas VIII belum terlaksana dengan maksimal atau bisa dikatakan kurang

efektif, dikarenakan dari hasil pengamatan peneliti menemukan bahwa

masih banyak siswa yang kurang disiplin dalam belajar, masalah

kenakalan siswa, dan tidak masuk kelas sementara pelajaran berlangsung.

Jadi masih banyak penanganan yang harus dilakukan agar siswa dapat

disiplin.

5. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan ini dapat mengarahkan siswa dalam memilih kegiatan

pengembangan diri yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

Sebagaimana yang peneliti dapatkan melalui wawancara dengan Ibu

Rosdiana, selaku Guru BK yang menyatakan bahwa:

“BK dalam konsep pengembangan diri merupakan layanan yang


memberikan suatu stimulus agar siswa percaya diri dengan potensi
yang dimilikinya, meyadari kelebihannya, memaksimalkan minat
dan bakatnya serta memotivasi siswa dengan melalui pendekatan-
pendekatan tertentu sesuai dengan perkembangan usia dan bakat
yang dimilikinya”0

0
Rosdiana S.Pd., Guru Bimbingan dan Konseling, “Wawancara”, di Ruangan Guru
Bimbingan Dan Konseling, Tanggal 12 September 2022.
65

Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Parenrengi, selaku

kepala sekolah SMP Negeri 35 Makassar yang menyatakan bahwa:

“bimbingan dan konseling (BK) itu juga merupakan bagian dari


kegiatan pengembangan diri siswa, karena bisa mengarahkan
siswa sesuai dengan bakat dan minatnya”0

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan di atas menunjukkan

bahwa layanan tersebut bertujuan untuk memberikan suatu stimulus agar

siswa percaya diri dengan potensi yang dimilikinya sehingga siswa

menyadari kelebihan dan memaksimalkan minat dan bakatnya tentang

pengembangan diri.

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa layanan penempatan dan penyaluran kepada peserta didik kelas VIII

telah berjalan dengan efektif, dikarenakan guru BK memberikan suatu

stimulus agar siswa percaya diri dengan potensi yang dimilikinya,

meyadari kelebihannya, memaksimalkan minat dan bakatnya. Dan kepala

sekolah juga mendukung guru BK dalam kegiatan pengembangan diri.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan dan Konseling dalam

Pengembangan Diri Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 35

Makassar

0
Parenrengi, S.Pd. M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Makassar, “Wawancara”, di
Ruangan Kepala Sekolah, Tanggal 12 September 2022.
66

Pelaksanaan efektifitas bimbingan dan konseling dalam

pengembangan diri peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar tidak

terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat atas pelaksanaannya.

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung merupakan hal yang terpenting dalam rangka

mensukseskan pelaksanaan efektivitas bimbingan dan konseling dalam

pengembangan diri peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar.

Adapun faktor pendukungnya sebagai berikut :

a. Guru Pembina/Tenaga Pendidik

Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa

tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya, minat dan bakatnya

inilah makna peran sebagai pembimbing. Agar guru berperan sebagai

pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang harus dimilikinya,

diantaranya “ pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang

sedang dibimbingnya. Misalnya, tentang gaya dan kebiasaan belajar serta

pemahaman tentang potensi dan bakat yang di miliki anak. Sebagaimana

peneliti dapatkan melalui wawancara dengan Bapak Parenrengi, Selaku

Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Makassar, mengatakan bahwa:

“Faktor pendukung dalam pengembangan diri siswa ini adalah guru


Pembina/tenaga pendidikan yang memiliki kesesuain dengan
bidangnya, jumlah siswa kami yang banyak sehingga memudahkan
kami dalam mengarahkan sesuai dengan bakat minatnya, serta
67

adanya dukungan dari bapak/ibu guru, DIKNAS, siswa dan juga


orang tua siswa”.0
Selaras dengan yang diungkapkan oleh Ibu Andi Masniati, selaku

waka kurikulum, bahwa:

“kita selalu kordinasi dengan guru dan juga dengan orang tua siswa.
Selain itu kita juga sering kordinasi dengan Pembina, jadi sebelum kita
melangkah dilapangan, kita kumpulkan Pembina-pembina itu, terus
kita sampaikan visi dan misi sekolah ini serta target yang ingin
dicapai, yang terpenting ketika ada kendala dijalan kita harus selalu
kordinasi, kalau semua pekerjaan ada kordinasi pasti akan sukses,
kepala sekolah juga selalu menekankan untuk selalu kordinasi dalam
hal sekecil apapun permasalahannya”.0

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan bagian penting yang sangat

dibutuhkan oleh tenaga ahli guna menjalankan tugas penting bimbingan

dan konseling sehingga pemafaatan sumberdaya perlu diperhatikan sesuai

dengan nilai yang dapat menjadi ukuran yaitu standar minimal sarana dan

prasarana yang dimiliki selama proses bimbingan dan konseling

memberikan bantuan dan pelayanan kepada peserta didik maupun orang-

orang yang membutuhkannya di lembaga pendidikan. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Ibu Rosdiana, selaku guru BK yaitu:

“Kami mempunyai ruang bimbingan dan konseling yaitu ruangan


untuk peserta didik memperoleh layanan konseling yang berkaitan

0
Parenrengi, S.Pd. M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Makassar, “Wawancara”, di
Ruangan Kepala Sekolah, Tanggal 12 September 2022.

0
Andi Masniati, S.Pd. Waka Kurikulum, “Wawancara”, di Ruangan Waka Kurikulum,
Tanggal 12 September 2022.
68

dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir, untuk


keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada peserta didik,
khususnya dalam rangka pelaksanaan konseling individu, mutlak
diperlukan ruangan khusus dengan perlengkapan yang memadai dan
nyaman, meskipun wujudnya sangat sederhana. Ruang bimbingan dan
konseling terdiri dari ruang kerja sekaligus ruang konseling individua,
ruang tamu, ruang bimbingan individu dan serta ruang data”.0

Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat simpulkan bahwa dengan

adanya sarana dan prasarana bimbingan dan konseling guna tercapainya

tujuan dari kegiatan bimbingan dan konseling yang diharapkan.

Pemenuhan sarana dan prasarana suatu hal yang erat kaitanya dengan

keterlaksanaannya kegiatan bimbingan dan konseling disekolah secara

efektif dan efesien.

2. Faktor Penghambat

Faktor Penghambat merupakan sesuatu yang tidak terlepas dalam

suatu program atau kegiatan, namun dalam hal ini faktor penghambat

pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri peserta

didik. setidak-tidaknya bisa diatasi dan ditanggulangi dengan baik dan

serius.

Adapun faktor penghambat tersebut adalah:

a. Kegiatan akademik yang sangat padat

Untuk melaksanakan program pengembangan diri bukanlah hal

yang mudah, apalagi kegiatan pembelajaran akademiknya yang dimulai


0
Rosdiana S.Pd., Guru Bimbingan dan Konseling, “Wawancara”, di Ruangan Guru
Bimbingan Dan Konseling, Tanggal 12 September 2022.
69

dari pukul 07.30 sampai dengan puku 14.30, hal ini menyebabkan ketika

tiba pelaksanaan pengemabangan diri menjadi kurang maksimal.

Sebagaimana yang peneliti dapatakan melalui wawancara dengan Bapak

Parenrengi, selaku kepala sekolah SMP Negeri 35 Makassar.

Mengatakan bahwa :

“kegiatan pembelajaran yang sangan padat yang dimulai pada


pukul 07.30-14.30 kemuadian dilanjutkan pengembangan diri
ekstrakulikuler pukul 15.00-16.30. pada saat kegiatan
ekstrakulikuler dilaksanakan, keadaan siswa sudah sangat capek
karena waktu mereka dimaksimalkan untuk pembelajaran yang
akademik, sehingga mengakibatkan waktu yang digunakan untuk
pelaksanaan kegiatan ekstra sangat sedikit”.0

Senada dengan yang diungkapakan oleh Ibu Suriani, selaku

waka urusan humas dan koordinator kegiatan pengembangan diri

siswa, sebagaimana berikut :

“bagi kami faktor penghambatnya adalah waktu, karena kegiatan


pembelajaran sampai pukul 14.30, sehingga setelah
pembelajaran secara otomatis siswa sudah merasa capek, jenuh
dan mungkin ingin segera pulang, itu merupakan hambatan yang
kami rasakan. Sehingga ketika dating pengembangan diri nanti
selesainya sangat sore/petang. Ini mungkin yang membuat anak-
anak kadang merasa enggan untuk mengikuti pengembangan
diri. Kalau yang lainnya saya kira tidak ada kendala, kendala
internalnya kan dari anak-anak sendiri, tapi kalau kendala
eksternalnya dari lemabaganya yaitu waktu”.0

0
Parenrengi, S.Pd. M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 35 Makassar, “Wawancara”, di
Ruangan Kepala Sekolah, Tanggal 12 September 2022.

0
Suryani, S.Pd., Waka Urusan Humas Sekaligus Koordinator Kegiatan Pengembangan Diri,
“Wawancara”, di Ruangan Waka Humas, Tanggal 12 September 2022.
70

Dari wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang

menjadi hambatan untuk mengimplementasikan kebijakan kepala

sekolah dalam mendukung pengengebangan diri siswa adalah masalah

waktu, karena kegiatan pembelajaran yang dimulai pada pukul 07.30-

14.30 untuk hari senin-kamis, sedangkan jumat sampai pukul 11.30,

hal ini menyebabkan waktu yang digunakan untuk pengembangan diri

ektrakulikuler sangat terbatas.

Selaras dengan ungakapan Aura Nabirawati, selaku siswa kelas

VIII 6, mengatakan bahwa :

“hambatan yang saya hadapi yaitu kadang kita merasa capek dan
waktu untuk kegiatan pengembangan diri sangat terbatas”.0

Dari wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa kondisi

siswa juga menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan

pengembangan diri, karena siswa sudah merasa capek dan jenuh

sehingga membuat mereka enggan untuk mengikuti program yang telah

ditetapkan oleh sekolah.

b. Guru Pembina kegiatan yang tidak sepenuhnya dari sekolah

Sebagaimana yang peneliti dapatkan melalui wawancara dengan

Ibu Suryani, selaku waka humas sekaligus koordiantor pengembangan

diri, mengatakan bahwa:

0
Aura Nabirawati, Ketua Kelas VIII 6, “Wawancara” di Ruangan Guru Bimbingan dan
Konseling, Tanggal 1 September 2022.
71

“Pembina-pembina ekstra kami bisa dikatakan professional


artinya orang-orang yang benar-benar ahli dibidangnya. Tetapi
Guru Pembina tidak sepenuhnya dari sekolah ini, sehingga
ketika dalam cabang tertentu kita tidak punya Pembina, maka
kami mengambil dari luar”.0

Berdasarkan hasil wawancara diatas guru pembina kegiatan

pengembangan diri yang tidak sepenuhnya dari tenaga pendidik SMP

Negeri 35 Makassar, sehingga ketika akan mengadakan komunikasi dan

koordinasi tidak bisa sewaktu-waktu.

Berdasarkan data hasil wawancara dan observasi yang peneliti

uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelaksanaan

pengembangan diri SMP Negeri 35 Makassar Merupakan salah satu

upaya dalam mengembangakan sekolah agar sesuai dengan visi, misi

dan tujuan sekolah. Tanpa didukung dengan kebijakan dari kepala

sekolah, kegiatan pengembangan diri siswa tidak akan berjalan.

Pelaksanaan kebijakan kepala sekolah dalam mendukung

pengembangan diri di SMP Negeri 35 Makassar memiliki beberapa

bentuk layanan. Adapun bentuk layanan pengembangan diri berupa :

Layanan Orientasi yaitu diperlukan untuk bantuan kepada peserta didik

agar mengetahui aturan-aturan sekolah sehingga seluruh proses

pendidikan memperoleh hasil optimal, layanan informasi yaitu

memberikan infromasi menganai cara bersosialisasi dan bergaul

0
Suryani, S.Pd., Waka Urusan Humas Sekaligus Koordinator Kegiatan Pengembangan Diri,
“Wawancara”, di Ruangan Waka Humas, Tanggal 12 September 2022.
72

dengan sesama teman, guru dan orang lain dengan tujuan agar siswa

dapat bergaul dengan baik di lingkungan sekolah ataupun di rumah,

layanan bimbingan individu yaitu untuk membina perkembangan diri

peserta didik, dan mengurangi pengaruh hambatan-hambatan

kehidpuan individu peserta didik, layanan konseling individu layanan

yang fokus pada relasi, intraksi antara individu dan lingkungan dengan

tujuan untuk membina perkembangan diri peserta didik, dan

mengurangi pengaruh hambatan-hambatan kehidpuan individu peserta

didik, layanan penempatan dan penyaluran memberikan suatu stimulus

agar siswa percaya diri dengan potensi yang dimilikinya, meyadari

kelebihannya, memaksimalkan minat dan bakatnya serta memotivasi

siswa dengan melalui pendekatan-pendekatan tertentu sesuai dengan

perkembangan usia dan bakat yang dimilikinya.

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pelaksanaan

efektivitas Bimbingan dan konseling dalam pengembangan diri peserta

didik kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar diantanraya : Faktor

Pendukung, Guru Pembina/Tenaga Pendidik dimana guru

Pembina/tenaga pendidik adalah menjaga, mengarahkan dan

membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan

potensinya, minat dan bakatnya inilah makna peran sebagai

pembimbing, Sarana dan prasarana dimana Sarana dan prasaran

merupakan bagian penting yang sangat dibutuhkan oleh tenaga ahli


73

guna menjalankan tugas penting bimbingan dan konseling sehingga

pemafaatan sumberdaya perlu diperhatikan sesuai dengan nilai yang

dapat menjadi ukuran yaitu standar minimal sarana dan prasarana yang

dimiliki selama proses bimbingan dan konseling memberikan bantuan

dan pelayanan kepala peserta didik maupun orang-orang yang

membutuhkannya di lembaga pendidikan. Faktor Penghambat , waktu

dimana yang menjadi hambatan untuk mengimplementasikan

kebijakan kepala sekolah dalam mendukung pengembangan diri siswa

adalah masalah waktu, karena kegiatan pembelajaran yang dimulai

pada pukul 07.30-14.30 untuk hari senin-kamis, sedangkan jumat

sampai pukul 11.30, hal ini menyebabkan waktu yang digunakan

untuk pengembangan diri ektrakulikuler sangat terbatas. Guru

pembina kegiatan pengembangan diri yang tidak sepenuhnya dari

tenaga pendidik SMP Negeri 35 Makassar, sehingga ketika akan

mengadakan komunikasi dan koordinasi tidak bisa sewaktu-waktu.


74
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan rumusan masalah penelitian diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling dalam

Pengembangan Diri Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 35 Makassar

Dapat dikatakan cukup efektif. Namun ada beberapa layanan-layanan

bimbingan dan konseling didalam pelaksanaannya belum terlaksana dengan

maksimal.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan dan Konseling dalam

Pengembangan Diri Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar

sebagai berikut: Faktor Pendukung yaitu Guru Pembina/Tenaga Pendidik,

Saran dan Prasarana. Adapun Faktor Penghambat yaitu Kegiatan Akademik

yang sangat padat dan Guru Pembina kegiatan yang tidak sepenuhnya dari

Sekolah.

75
76

SARAN
Pelaksanaan kebijakan pengembangan diri siswa SMP Negeri 35

Makassar sudah cukup baik, namun masih ada sedikit kekurangan yang perlu

untuk diperbaiki lagi agar kegiatan pengembangan diri dapat berjalan dengan

lancar. Adapun saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah diharapkan memberikan kebijakan kepada siswa

mengenai waktu pelaksanaan pengembangan diri (ekstra kurikuler)

dikhususkan pada hari tertentu (misalnya hari Jum’at), dengan tujuan agar

siswa lebih fokus dalam mempelajari pelajaran yang akademik maupun non

akademik.

2. Bagi guru bimbingan konseling agar lebih memberikan kontribusi yang nyata

dalam kegiatan pengembangan diri dan menyalurkan minat dan bakat siswa

pada ekstra kurikuler yang tepat.

3. Bagi siswa diharapkan benar-benar mengikuti kegiatan pengembangan diri

yang telah ditetapkan oleh sekolah, karena kegiatan ini merupakan wadah

untuk menyalurkan bakat dan minat siswa.


77

DAFTAR PUSTAKA

A Moelani Rukaeshi, At.All, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. II; Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2016

Al-Maraghi Mushtfha Ahmad, Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 30”, Semarang: CV


Toha Putra, 1985

Amin Munir Samsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta; Amzah 2010

Anwar M. Fuad, Landasan Bimbingan dan Konseling Islam, Cet, 1 : Yogyakarta :


CV Budi Utama, 2019
Aprianto Iwan, Manajemen Peserta Didik, Cet, l; Jawa Tengah :Lakiesha, 2020

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta:PT Rineka Cipta 1997

Belkin GS, Practical Counseling in The Schooles, Usa: Brown Company Publishers,
1975

Cholis Nizar, “Efektifitas Pengembangan Bimbingan dan Konseling Terhadap Minat


bakat Siswa di SDN Tlogomas 02 Kota Malang” Skripsi Jurusan Pendidikan
guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2017

Departemen Agama RI, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri Jakarta:


DepartemenAgama RI 2005

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Cet. I; Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2010

Ghony M Djunaedin, At. All, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. III; Depok: Ar
Ruzz Media, 2016

Jukianto Eko, “Efektifitas Guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam


Menanggulangi Kenakalan Siswa di Madrasah Aliyah Al-Mawasir Lamasi
Kabupaten Luwu”, Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas
Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, 2015.
78

Mulyadi, Materi Ujian Komprehensif Bagi Mahasiswa Jueusan Manajemen


Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
Padang, 2013

Munir Abdul, Penguatan Nilai-nilai Filosofis dan Pedagogis Bimbingan dan


Konseling sebagai Upaya Pengembangan Karakter Generasi Muda
Indonesia, Medan: Prociding, 2016

Rosmiana S.Pd. Guru BK SMPN 35 Makassar, “Wawancara”. di Ruang BK SMPN


35 Makassar, Tanggal 15 Juni 2022

Samsu, Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,


Mixed Methods, serta Research & Development, Jambi: Pusat Studi Agama
dan Kemasyarakatan, 2017

Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Siyoto Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, Cet. I; Yogyakarta: Literasi Media


Publishing, 2015

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013

Suhertina, DasarDasar Bimbingan dan Konseling, Cet :1 Pekanbaru: CV. Mutiara


Pesisir Sumatra 2014

Susanto Ahmad, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Cet, 1 : Jakarta :


Prenadamedia Gruop 2018

Syafaruddin, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Cet, 1 : Medan: Perdana


Publishing 2019

Tarmudji Tarsis, Pengembangan Diri, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1998

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat
Bahasa 2008

Tim penyusun Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional Jakarta Sinar Grafika, 2003

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan madrasah, Cet, 6 :


Jakarta:Rajawali Pers 2014
79

Walgito Bimo, Bimbingan dan konseling (Studi Kasus) Yogyakarta : 2010

WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia


Widia Sarana, 1991

Yusuf A Musri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan,Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2014
80

N
81
82
83
84

PEDOMAN WAWANCARA

1. Kepala Sekolah

a. Bagaimana pelaksanaan pengembangan diri siswa di sekolah ini ?

b. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan

kebijakan pengembangan diri siswa?

c. Bagaimana dari pihak sekolah mengatasi hambatan tersebut?

2. Waka Kurikulum

a. Bagaimana menurut ibu tentang layanan BK, apakah itu termasuk dalam

ruang lingkup pengembangan diri siswa?

b. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan

kebijakan pengembangan diri siswa?

c. Bagaimana dari pihak sekolah mengatasi hambatan tersebut?

3. Waka Urusan Humas dan Koordinator Pengembangan Diri

a. Bagaimana pelaksanaan pengembangan diri sisa di SMP Negeri 35 Makassar?

b. Bagaimana kondisi siswa ketika pelaksanaan pengembangan diri?

c. Bagaimana ibu menindak lanjuti kondisi siswa yang seperti itu?

d. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan

kebijakan pengembangan diri siswa?

e. Bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?

4. Buru Bimbingan dan Konseling (BK)


85

a. Bagaimana pelaksanaan pengembangan diri sisa di SMP Negeri 35

Makassar?

b. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam melaksanakan

kebijakan pengembangan diri siswa?

c. Bagaimana jenis layanan BK yang diberikan kepada siswa?

d. Bagaimana cara mengatasi kasus pada siswa?

e. Bagaimana jadwal pelaksanaan BK?

f. Masalah apa saja yang kebanyakan dihadapi siswa?

g. Bagaimana tugas yang diberikan kepada siswa?

h. Bagaimana bentuk penilaian BK?

5. Siswa

a. Kebijakan apakah yang diberikan kepala sekolah dalam mendukung

pengembangan diri di SMP Negeri 35 Makassar?

b. Bagaimana menurut adik kegiatan pengembangan diri yang ada di SMP

Negeri 35 Makassar ini?

c. Kegiatan pengembangan diri apa yang adik ikuti?

d. Apa manfaat dari kegiatan pengembangan diri ?

e. Apakah guru BK ikut berperan dalam pengembangan diri siswa ?

f. Bagaimana menurut adik hambatan dalam mengikuti pengembangan diri ?


86

Gambar 1 : Gambaran Umum SMP Negeri 35 Makassar


87

Gambar 2 : Wawancara dengan Bapak Parenrengi, S.Pd. M.Pd., selaku Kepala


Sekolah di SMP Negeri 35 Makassar.

Gambar 3 : Wawancara dengan Ibu Rosdiana S.Pd., selaku Guru Bimbingan dan
Konseling di SMP Negeri 35 Makassar.
88

Gambar 4 : Wawancara dengan Ibu Andi Masniati, S.Pd., selaku Waka Kurikulum di
SMP Negeri 35 Makassar.

Gambar 5 : Wawancara dengan Ibu Suryani S.Pd., selaku Waka Urusan Humas sekaligus
Koordinator Kegiatan Pengembangan diri di SMP Negeri 35 Makassar.
89

Gambar 6 : Wawancara dengan Adytia, selaku Ketua Kelas VIII 1 di SMP Negeri
35 Makassar.
90

Gambar 7 : Wawancara dengan Nurul Ilma Handayani, selaku Ketua Kelas VIII 2 di
SMP Negeri 35 Makassar.

Gambar 8 : Wawancara dengan Crysant Gracia Angelica Nanik, selaku Ketua Kelas
VIII 3 di SMP Negeri 35 Makassar.
91

Gambar 9 : Wawancara dengan Syakura Restu Sakinah, selaku Ketua Kelas VIII 4
di SMP Negeri 35 Makassar.

Gambar 10 : Wawancara dengan Elpatra Randakila Seu, selaku Ketua Kelas VIII 5
di SMP Negeri 35 Makassar.
92

Gambar 11 : Wawancara dengan Lisna, selaku Ketua Kelas VIII 6 di SMP Negeri
35 Makassar
Gambar 12 : Wawancara dengan Arini, selaku Ketua Kelas VIII 7 di SMP Negeri 35

Makassar.
93

Gambar 13 : Wawancara dengan Kevin Yohanis Alvian, selaku Ketua Kelas VIII 8
di SMP Negeri 35 Makassar.
94

Gambar 14 : Wawancara dengan Aura Nabirawati, selaku Ketua Kelas VIII 9 di


SMP Negeri 35 Makassar.

Gambar 15 : Gambar Suasana salah satu Kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar
95

Gambar 16 : Gambar Suasana salah satu Kelas VIII di SMP Negeri 35 Makassar

Gambar 17 : Gambar Siswa yang bermasalah di Ruang Bimbingan dan Konseling


96

(RIWAYAT HIDUP)

Sofyan Sultan Tempat tanggal lahir Tolecceng, 03 Juni 2000


anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan ayahanda “H.
Sultan dan Ibunda Tersayang Hj. Jumati” penulis pertama
kali menimba ilmu pada tahun 2006 di MI Nurfaikah
Tolecceng dan menjalani pendidikan sampai di tahun 2012.
Penulis mengikuti pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni
pendidikan menengah pertama di MTs Al-Kahfi Bulu Mampu
Cabbeng dari Tahun 2012 sampai di Tahun 2015 dan
melanjutkan lagi pada jenjang pendidikan menengah atas di
MA Nurul As’Adiyah Callaccu Sengkang dan alhamdulilah
lulus pada tahum 2018. Pada tahun 2018 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa di salah satu Universitas Swasta di Makassar yakni Universitas
Muslim Indonesia pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Alhamduliah atas petunjuk
dan pertolongan dari Allah swt kemudian doa dari kedua orang tua sehingga penulis
dapat menyusun skripsi yang berjudul “Efektivitas Bimbingan dan Konseling Dalam
Pengembangan Diri Peserta Didik Kelas VIII Di SMP Negeri 35 Makassar”

Anda mungkin juga menyukai