Makalah Politik
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan ini pemakalah ingin mengungkap secara singkat dan padat
tentang dinamika potilik indonesia pasca kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa
pembahasan dalam makalah ini diantaranya; Islam di Era Modern, gerakan
modern Islam, Organisasi sosial Islam, Politik Islam pasca kemerdekaan dan
peradaban Islam di Indonesia. Berikutnya akan difokuskan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang akan dibahas di rumusan masalah.
B. Rumusan Masalah
1
Tsani Iskandar, Transformasi Pemikiran Politik di Indonesia, (IAIN Kediri Press: 2009,
Kediri), 1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Herdi Sahrasad & Al Chaidar, Satu Guru, Tiga Ideologi Pergulatan Ideologi HOS
Tjokroaminoto dan Tiga Muridnya: Soekarno, Musso dan Kartosoewirjo, ( Freedom Foundation-
CSS-UI, Jakarta: 2017), 78
3
Ibid., 67
Tjokro ini diterbitkan kembali oleh penerbit TriDe tahun 2003, yang meskipun
merupakan pikiran lama, tetapi menjadi penting bagi generasi muda sekarang
untuk memberikan inspirasi bagi pemikiran-pemikiran ke depan,
pemikiranpemikiran mendasar, untuk membangun pondasi kokoh bagi kemajuan
Indonesia. Memuat tentang pemahaman arti sosialisme, sosialisme dalam Islam,
sosialisme Nabi Muhammad serta sahabat-sahabat nabi yang berjiwa sosialis dan
komparasi-komparasi sosialisme ala Barat dengan sosialisme ala Islam. “Bagi
kita, orang Islam, tak ada sosialisme atau rupa-rupa“isme” lain-lainnya, yang
lebih baik, lebih elok dan lebih mulia, melainkan sosialisme yang berdasar Islam,
itu saja” ungkap Tjokro dalam suatu kesempatan. Dasar Sosialisme Islam menurut
Tjokro berpijak pada firman Allah, “Kaanannasu ummatan wahidatan (Peri-
kemanusiaanadalah satu persatuan).” 4
Lebih jauh Tjokro mengutip ayat al-Qur’an, bahwa “kita ini telah
dijadikan dari seorang-orang laki-laki dan seorang-orang perempuan” dan “bahwa
Tuhan telah memisah-misahkan kita menjadi golongan-golongan dan suku-suku,
agar supaya kita mengetahui satu sama lain”. Nabi Muhammad saw telah
bersabda, bahwa “Tuhan telah menghilangkan kecongkakan dan kesombongan di
atas asal turunan yang tinggi. Seorang Arab tidak mempunyai ketinggian atau
kebesaran yang melebihi seorang asing, melainkan barang apa yang telah yakin
bagi dia karena takut dan baktinya kepada Tuhan”. Bersabda pula Nabi Muham-
mad saw bahwa, “Allah itu hanyalah satu saja, dan asalnya sekalian manusia itu
hanyalah satu, mereka pengampunanagama hanyalah satu juga”.5
Berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi tersebut, nyatalah, bahwa
sekalian anak Adam itu laksana anggota tubuh yang beraturan (organich lichaam),
karena mereka itu telah dijadikan dari pada satu asal. Apabila salah satu anggota
tubuh merasa sakit, maka kesakitan itu akan membuat anggota tubuh lainnya tak
nyaman. Apa yang telah diuraikan tersebut, menurut Tjokro, adalah dasar
4
Ibid., 79
5
Ibid., 80
sosialisme yang sejati, yaitu sosialisme cara Islam (bukan sosialisme cara Barat).
Dengan demikian, Islam merupakan ajaran menuju perdamaian dan keselamatan.
Tjokro menguaraikan makna Islam sebagai berikut: Islam –menurut pokok kata
“Aslama” –maknanya: mematuhi Allah dan utusanNya dan kepada pemerintahan
yang dijadikan dari pada umat Islam. (Ya ayyuhalladzina aamanu athi’ulloha
wa’athi urrosula wa ulil amri minkum).6
Islam –menurut pokok kata “Salima” –maknanya: selamat. Artinya, orang
yang sungguh-sungguh menjalankan perintahperintah agama, maka ia akan
mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Karenanya, seorang muslim harus
bertabi’at selamat. Sabda Nabi Mohammad s.a.w.: Afdhalul mukminina islaman
man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi, artinya: orang mukmin yang
paling utama keislamannya, ialah mereka yang menyelamatkan kaum muslimin
dari bicaranya (yangmenyakitkan) dan (kejahatan) tangannya.7
6
Ibid., 80
7
Ibid., 81
8
M. Yusron Asrofi, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran dan Kepemimpinannya
(Yogyakarta: Yogyakarta Offset, 1983), 21
lahir dan dibesarkan dalam suatu daerah di Yogyakarta, yang dikenal dengan
nama Kampung Kauman. Nama ini berasal dari kata qaum yang mengandunga
makna pejabat keagamaan. Kampung kauman merupakan sebuah kampung yang
seperti terdapat dalam lukisan di kota Sultan Yogyakarta. Selain itu
berkembangangnya kampung ini bersamaan fungsinya dengan Masjid Agung
Kesultanan Yogyakarta.9
Suasana kampung ini juga sangat anti dengan penjajah, hal ini tidak
memunginkan KH Ahmad Dahlan dimasa kecilnya untuk memasuki sekolah yang
dikelola oleh pemerintah jajahan. Oleh karenanya, untuk masalah
pendidikan,khususnya pendidikan agama, beliau mendapatkannya secara langsung
dari ayahnya. Setelah beranjak dewasa dan dirasa cukup memiliki pemahaman
tentang keislaman, ayahnya mengirimkannya kepada guruguru untuk
memperdalam dan menuntut ilmu pada abad ke19.12
9
Weinata Sairin, Gerakan pembaruan Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995), 38.
10
Alfian, Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist Organization
Under Dutch Kolonialism (Yogyakarta: Gajah Mada Univerity Press, 1989), 136
11
M. Yunan Yusuf, dkk. Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005), 74.
12
Ibid., 39
Pada tahun 1889 KH Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah, yang
kemudian hari terkenal dengan sebutan Nyai Dahlan. Dari pernikahannya ini
beliau dikaruniai 4 orang putri dan 2 orang putra.Walaupun KH Ahmad Dahlan
pernah menikah dengan 4 orang wanita lainnya yaitu Nyai Abdullah, Nyai Rum,
Nyai Aisyah, Nyai Solihan, namun pernikahannya dengan Siti Walidah inilah
pernikahan yang paling lama, bahkan Siti Walidah menjadi pendamping KH
Ahmad Dahlan hingga wafatnya.13 Pada tahun 1890 Muhammad Darwis
menunaikan ibadah haji ke Mekah serta memperdalam pengetahuan agama Islam.
Dalam kesempatan itu seorang gurunya yang bernama Sayyid Bakri Syatha
memberikan nama yang baru bagi Muhammad Darwis, yaitu Ahmad Dahlan,
sebagai tradisi bagi seorang yang telah berhasil menyelesaikan ibadah haji. 14
13
Junus Salam, Riwayat Hidup KH Ahmad Dahlan (Jakarta: Depot Pengajaran
Muhammadiyah, 1982), hlm. 9.
14
M.T. Arifin, .... 79
Pada tahun 1909 ia memasuki Budi Utomo dengan maksud untuk
memberikan pelajaran agama kepada anggotanya, sehingga para anggota Budi
Utomo meyarankan untuk agar dibuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi
dan didukung oleh oleh organisasi yang permanen untuk menghindarkan nasib
kebanyakan pesantren tradisional yang tetrpaksa ditutup karena apabila kyai yang
bersangkutan wafat. Pada tahun 1903 KH Ahmad Dahlan pergi ke Mekah untuk
yang kedua kalinya dalam rangka keikutsertaannya dalam berbagai organisasi.
Disana beliau bejumpa dengan berbagai tokoh yang memberikannya pengaruh
yang sangat kuat dalam merealisasikan citacita pembaruannya. Pada tahun 1911
KH Ahmad Dahlan memasuki organisasi Sarekat Islam, disamping itu beliau juga
pernah menjadi anggota Panitia Tentara Pembela Kanjeng Nabi Muhammad,
sebuah organisasi yang didirikan di Sala untuk menghadapi golongan yang
menghina Rasulullah SAW. Penting sekali untuk dicatat bahwasanya dalam
kepergiannya yang kedua kali ke Mekah ini, Ahmad Dahlan sempat berjumpa
dengan Rasyid Rida, Tokoh pembaruan Islam dari Mesir.
Dengan upaya itu para pemimpin Islam berharap agar umat Islam dapat
terbebas dari ketertinggalannya, bahkan dapat mencapai kemajuan setaraf dengan
bangsa 28 Weinata Sairin, 10 bangsa lain. Disisi lain KH> Ahmad Dahlan juga
mendapat julukan sebagai man of action karena tidak memiliki warisan pemikiran
atau keilmuan tertulis, 29 namun dengan amal usaha yang dimiliki
Muhammadiyah saat ini, tidak sedikit pesan yang dapat diamalkan kembali oleh
Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan wafat pada tanggal 23 Februari 1923, 30 di
Kauman Yogyakarta, sesudah menderita sakit beberapa waktu lamanya. 31
Hingga akhir hayatnya, semangat serta dinamikanyadalam membangun umat
sangatlah kuat dan tak pernah padam sekalipun, seampaisampai ia melupakan
kondisi kesehatannya sendiri. Pada tanggal 27 Desember 1961 beliau resmi diakui
sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada masa Presiden Ir. Soekarno
berdasarkan Surat Keputusan No. 675 tahun 1961, karna jasanya yang sangat
besar diberbagai bidang dan upayanya untuk perkembangan Indonesia.
15
Gerakan pembaruan Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995), 18.
Kolonial (tokoh yang mempunyai kekuasaan pada saat itu) dan beralih
memfigurkan para Kiayi. Kemudian berkembang secara pesat Pondok Pesantren
di abad ke 19 – 20 Masehi, berbeda dengan abad sebelumya dimana pesantren
hanya sebagai komunitas orang-orang yang ingin belajar agama tetapi di abad 19-
20 masehi Pesantren berkembang menjadi Lembaga Pendidikan yang berbasis
Islam dan kemasyarakatan, misalnya Pesantren Tegalsari Ponorogo 16, Pesantren
Jatisobo Surakarta, Pesantren Karang Banten, pesantren-pesantren tersebut adalah
Pesantren yang pernah memiliki ribuan santri dieranya.17
Pada Akhirnya madrasah-madrasah diniyah berubah statusnya menjadi
Pesantren dan sekaligus sebagai momentum pemantapan peneguhan identitas
pesantren sebagai Sub-kultur dalam masyarakat Modern.18
Dalam penjelasan sejarah Pesantren kali ini penulis ingin mengupas
sedikit pergerakan salah satu Pondok Pesantren yang sangat berpengaruh di
Nusantara yaitu Tegalsari sampai menjadi Pondok Pesantren Modern Darussalam
Gontor. Di tahun 1740-an semasa itu berdiri pesantren Tegalsari (Gontor lama),
dengan pimpinannya beliau Kiyai Cholifah dan Kiyai Sulaiman Djamaluddin 19
yang bernasab keturunan ke-4 Kerajaan Cirebon. Kiyai Sulaiman Djamaluddin
adalah menantu dari Kiyai Cholifah di Tegalsari. Pasca pernikahan dengan putri
Kiyai Cholifah beliau mempunyai anak yaitu Kiyai Santoso Anom Besari dan
16
Tegalsari (1742) adalah asal mula dari berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor
di Pondok Pesantren tersebut lahir tokoh-tokoh besar seperti sang-Pujangga besar Ronggowarsito,
Haji Oemar Said Cokroaminoto sang Pendiri Sarekat Islam(Lihat: Trimurti menelusuri Jejak,
Sintesa dan Genealogi Berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor, hal 36)
17
Mastuki dan M. Ishom El-saha, Inteelektualitas Pesantren Potret Toko dan Cakrawala
Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren, (Diva Pustaka, Jakarta: 2004), 1
18
Ibid, 7
19
Beliau adalah ketururan dari Sunan Gunung Jati yang merupakan cucu Prabu Siliwangi
dan menikah dengan putri dari Kiyai Cholifah dan mempunyai anak yaitu Kiyai Santoso Anom
Besari. Lalu Kiayi Anom menikah dengan Bu Nyai Sudarmi Santoso Anom Besari dari pasangan
tersebut lahirlah 7 anak yang 3 diantaranya adalah Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor
(Trimurti). (Lihat: Trimurti menelusuri Jejak, Sintesa dan Genealogi Berdirinya Pondok Modern
Darussalam Gontor, hal 45-46)
Kiyai Anom menikah dengan Nyai Sudarmi Anom Besari kemudian lahirlah
Trimurti pendiri PMDG.20
Pada 12 Rabiul Awwal 1345 H/1926 M lahirlah Pondok Pesantren Modern
Darussalam Gontor, Ponorogo. Dengan tekad 3 saudara Ahmad Sahal, Zainuddin
Fananie, dan Imam Zarkasyi21, hingga saat ini PMDG telah memberikan peran
yang sangat signifikan dalam memperjuangkan Islam dan NKRI, dimasa sekarang
dibawah Pimpinan Kiayi Hasan Abdullah Sahal, Kiayi Abdullah Syukri Zarkasyi
dan Syamsul Hadi Abdan sudah melambung tinggi sebagai “Kawah
Condrodimuko” yang melahirkan Alumni - alumni yang militan dan tangguh
dalam bergerak di masyarakat Indonesia khususnya.
Lalu mengapa PMDG sangat gemilang dalam memberikan kontribusi yang
tak terhitung untuk bangsa ini?, Apa orientasi utama dalam Pendidikannya dengan
melahirkan para Alumninya yang sangat berperan dalam masyarakat bawah
menengah bahkan di kancah Parlementer (Pemerintahan). Pembahasan
selanjutnya akan mengupas Orientasi Utama dalam pendidikan Pesantren.
Orientasi Utama dalam Pendidikan Pesantren, Rasanya sangat kurang
jika menyelami samudra pendidikan di Indonesia tanpa membahas Pondok
Pesantren sitem pendidikan warisan para Ulama terdahulu yang luhur nilai-nilai
“adab”nya. Seiring waktu berjalan dengan perjuangan para Syuhada, Pondok
Pesantren muncul sebagai Sistem Pendidikan yang menjadi gerakan kebangkitan
Moral, Ahklaq dan Adab dikala carut marut Dunia ini. Lalu apakah itu definisi
Pondok Pesantren secara garis umum. Marilah memulai perbincangan ini dengan
sepenuh hati.
Dilihat dari sejarah, pesantren muncul sebagai mediator dakwah dan
modernisasi islam di Indonesia dalam arti yang sangat luas,salah satunya adalah
sebagai benteng perlawanan Kolonial.Pesantren adalah lembaga pendidikan
berasal dari masyarakat dan dikelola oleh masyarakat kemudian berkiprah untuk
20
Muhammad Hussein Sanusi dkk, Trimurti menelusuri Jejak, Sintesa dan Genealogi
Berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor, (Ettifaq Production, Bantul: 2016),
21
Ahmad Mansyur Suryanegara, Api Sejarah 1 Mahakarya Perjuangan Santri dalam
menegakkan NKRI,( Surya Dinasti, Bandung: 2015), 479-450
masyarakat.Dimana didalamnya terdapat kyai yang berperan sebagai figur utama
dan uswah hasanah bagi muridnya (santri).22
Hal-hal yang unik dalam pesantren dengan pendidikan lainnya adalah
terdapat pendidikan karakter mental, pendidikan jiwa, falsafah
hidup,kemasyarakatan dan penyatuan antara materi umum dan materi Agama
semuanya diajarkan secara seimbang meskipun banyak kekurangannya.23
Dalam sebuah pendidikan diharuskan ada Orientasi atau pandangan utama
agar berjalan sesuai cita-cita yang diinginkan, di Pondok Pesantren Modern
Darussalam Gontor ada empat Orientasi utama dalam memfokuskan arah pondok
akan lari kemana diantaranya sebagai berikut.
Pertama, Kemasyarakatan yaitu segala totalitas kehidupan yang ada dalam
pondok pesantren berbasis sosial interaktif (kemajemukan yang saling
berkomunikasi), dengan harapan ketika dimasyarakat kelak santri-santri tidak
canggung dalam memainkan perannya sebagai pengembali “Adab” dengan
wasilah seperti menjadi Guru mengaji di Surau kecil, menjadi Imam di Masjid
terdekat, menjadi Guru di Sekolah berbasis Islam maupun di sekolahan
umum.Kedua, Hidup Sederhana, sederhana bukan berarti miskin, dan tidak berarti
mendidik atau mengajarkan miskin, makna sederhana adalah penghidupan yang
cukup, bersih, dan jujur. Sebaliknya hidup mewah tetapi kurang bersyukur tidak
bersih dalam kehidupannya. Dengan tegas Kiyai Imam Zarkasyi menyampaikan
dengan bahasa yang indah: “Biasakanlah hidup sederhana, niscaya kita akan
hidup bahagia, dan dapat mengahadapi masa depan dengan kepala tegak, tidak
ada rasa cemas atau takut.” (Disampaikan dalam Seminar Pondok Modern
seluruh Indonesia di Yogyakarta, pada tanggal 4-7 july 1965). Maka dari
penyampain beliau dapat diresapi bahwa kesederhaan adalah sifat wajib bagi
santri agar hidupnya tenang dan tentram ketika mengabdi di masyarakat.Ketiga,
Tidak berpartai, Pelajaran dan Pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor
22
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor,
(Trimurti Press, Ponorogo: 2005) 31-32
23
Ibid, 33-34
sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu golongan atau partai, dengan
motto “Pondok berdiri diatas dan untuk semua golongan”, untuk semua golongan
bukan berarti tanpa prinsip yang kuat, melainkan harapanya jika santri sudah
menjadi Alumni mampu menjadi Perekat Umat bukan pemecah Umat.Keempat
adalah Tujuan utama santri ke Pondok adalah untuk “Tholabul-l-ilmi” bukan
menjadi Pegawai,24 dapat diresapi perkataan Kiyai Imam Zarkasyi bahwasanya
santri datang ke pondok bukan memikirkan setelah lulus akan menjadi apa, dapat
pekerjaan apa dll dalam urusan dunia, tetapi memasuki Pondok secara “Kaffah”
dengan niat menuntut Ilmu lillahi ta’ala, pasti akan diarahkan oleh jalan Allah
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak jika sungguh-sungguh dalammenuntut
Ilmu. Tidak seperti pemikiran di zaman sekarang sekolah hanya untuk menggapai
pekerjaan yang diingankan tanpa memulai niat dengan Tholabul-l-Ilmi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
24
K.H. Imam Zarkasyi, Diktat dalam Perkenalan di Kulliyatu Muallimin Al-Islamiyah
sejak tahun 1939, ( Darussalam Press, Ponorogo, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor),
15-20
DAFTAR PUSTAKA