Anda di halaman 1dari 7

Rancangan Kegiatan Kuttab

11

Kelas : Kuttab Islam 2


Waktu : Pekan ke-13 (2 x 60 Menit)
Tema : Periode Mekkah
Subtema : Peristiwa Isra’ Mi’raj
Indikator Pencapaian : - Santri mampu memahami peristiwa Isra’ Mi’raj
- Santri mampu mengambik hikmah dan pelajaran dari peristiwa Isra’
Mi’raj

Target

Iman Adab Bahasa Ilmu

- Meyakini - Senantiasa berdoa kepada - Isra’ - Mengetahui Lokasi


Allah. - Mi’raj mesjidil haram dan
kekuasaan
- Senantiasa berperasangka - Buroq mesjidil Aqsha
Allah - Sidratul-
baik terhadap ketetapan - Menghitung angka
terhadap Muntaha
Allah hingga 50
- Al-Baitul-
hamba-Nya - Memperhatikan Adab
Ma’mur
bertemu sesama Muslim - Pembelahan
beriman.
- Bersyukur dan memiliki dada
rasa malu -

Kegiatan :

a. Awal
 ( 10 Menit) Membaca doa, menanyakan kabar, Mengecek buku mutabaah.
b. Inti
 (15 Menit) Santri mendengarkan materi peristiwa isra’dan Mi’raj
 ( 15 Menit) Menyampaikan hikmah hikmah dalam peristiwa isra’dan Mi’raj
 (10 Menit ) Menulis Kosa kata / kalimat dan memberikan penjelasan makna dan
contoh kepada santri arti dari kosa kata tersebut.
c. Penutup
 10 ( Menit) Santri menuliskan tugas rumah.
 Baca Doa

Pelajaran Intergrasi:
Media :
 Bahasa Indonesia : Menulis kosa kata
 IPS : Mengetahui letak Mesjidil haram dan mesjidil Aqsa
 Matematika : Berhitung hingga 50
Bahan Ajar
1. Modul Siroh Nabawiyah Kuttab
2. Gambar peta Makkah dan Palestina
Prosedural PR :

Hari
No Kegiatan
Senin Selasa Rabu kamis Jumát Sabtu Ahad
Bersabar Ketika ditimpa
1
Musibah
Bersyukur dengan sesatu
2
pemberian yang baik
3 Tidak berkata bohong
Mengucapkan salam
4 ketika bertemu sesama
Muslim
meminta izin ketika
memasuki suatu tempat
5
yang ada orang
didalamnya

Keterangan :
1. Kegiatan diatas diambil dari adab dan hikmah yang terdapat dalam kisah hikmah
peristiwa isra’Mi’raj.
2. Setiap santri mendapatkan lembaran diatas dan di print out, dibawa ke rumah, di kerjakan
oleh santri dan diceklis oleh orang tua ketika dikerjakan.
3. Dikumpul Kembali pada pertemuan kedua pekan depan.

A. Peristiwa Isra’ Mi’raj

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah mukjizat besar dan tanda kenabian yang sangat jelas.
Selain itu, ini adalah kekhususan Nabi kita, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena hal
ini tidak pernah terjadi kepada nabi dan rasul selainnya (sebelumnya). Peristiwa ini termasuk ayat
(mukjizat) makkiyah terjadi pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum hijrah. Pengamat
sirah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat bahwa sebelum Isra’ dan Mi’raj ada beberapa
peristiwa yang menyedihkan, seperti kematian Abu Thalib yang selalu melindungi dan menolong
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam menghadapi orang-orang kafir dan kematian Khadijah
Radhiyallahu Anha, istri yang setia sehingga beliau tinggal dalam kesunyian, ditambah hijrahnya
sebagian sahabatnya ke negeri Habasyah berkali-kali dalam rangka menyelamatkan agamanya.

Beliau pun sempat pergi ke Thaif dalam rangka menyeru penduduknya untuk beriman,
menerima Islam, dan menjadi penolong agama Allah. Namun mereka menolaknya dan menolak
ajarannya. Semua kondisi yang menyulitkan ini, Allah Ta’ala memuliakanya dengan mukjizat
besar dan kemuliaan yang tinggi, yaitu Isra’ dan Mi’raj.

Ibnu-Qayyim berkata, “Menurut riwayat yang shahih, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa


Sallam di-Isra’kan dengan jasadnya, dari masjidil Haram ke Baitul-Maqdis, dengan menaiki
Buraq, yang disertai Jibril, lalu turun disana dan shalat mengimami para nabi yang lain. Sementara
Buraq diikat pada tali pintu masjid.

Pada malam itu pula, dari Baitul Maqdis beliau naik ke langit dunia bersama Jibril. Jibril
meminta izin agar dibukakan. Maka pintu langit dibukakan baginya. Di sana beliau melihat Adam,
bapak sekalian manusia. Beliau mengucapkan salam, dan Adam menyambut kedatangan beliaun,
menjawab salam dan menetapkan nubuwah beliau. Allah memperlihatkan roh orangorang yang
mati syahid ada di sebelah kanan dan roh orang-orang yang sengsara ada di sebelah kiri.

Kemudian naik ke langit kedua. Jibril meminta izin bagi beliau. Setelah dibukakan beliau
melihat Yahya bin Zakaria dan Isa bin Maryam di sana. Setelah bertemu beliau mengucapkan
salam, dan mereka berdua menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan
nubuwah beliau.

Kemudian naik ke langit ketiga. Di sana beliau melihat Yusuf. Beliau mengucapkan salam,
dan Yusuf menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik ke langit keempat. Di sana beliau melihat Idris. Beliau mengucapkan
salam, dan Idris menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik ke langit kelima. Di sana beliau melihat Harun bin Imran. Beliau
mengucapkan salam, dan Harun bin Imran menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan
menetapkan nubuwah beliau.

Kemudian naik ke langit keenam. Di sana beliau melihat Musa bin Imran. Beliau
mengucapkan salam, dan Musa bin Imran menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan
menetapkan nubuwah beliau. Ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam akan berlalu darinya,
maka Musa menangis. “Mengapa engkau menangis?” ditanyakan kepadanya. Musa menjawab,
“Aku menangis karena ada seorang pemuda yang diutus sesudahku, yang masuk surga bersama
ummatnya dan lebih banyak daripada ummatku yang masuk ke sana.”

Kemudian beliau naik ke langit ketujuh. Di sana beliau bertemu Ibrahim Alaihis-Salam.
Beliau mengucapkan salam, dan Ibrahim menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan
menetapkan nubuwah beliau. Kemudian beliau naik lagi ke Sidratul-Muntaha, lalu dibawa naik ke
Al-Baitul-Ma’mur.

Kemudian dibawa naik lagi untuk menghadap Allah Yang Maha Perkasa dan mendekat
denganNya, hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Lalu Allah
mewahyukan apa yang diwahyukan kepada hamba-Nya. Allah mewajibkan kepada beliau shalat
lima puluh kali. Beliau kembali hingga bertemu Musa. “Apa yang diperintahkan kepadamu?”
tanya Musa. “Shalat lima puluh kali,” jawab beliau. “Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup
melakukannya. Kembalilah menemui Rabb-mu dan mintalah keringanan kepada-Nya bagi
ummatmu,” kata Musa. Beliau memandang ke arah Jibril, meminta pendapatnya. Maka Jibril
mengisyaratkan, dengan berkata, “Itu benar, jika memang engkau menghendaki.” Bersama Jibril
beliau naik lagi hingga menghadap Allah Yang Maha Perkasa, yang tetap berada di tempat-Nya.

Begitulah yang disebutkan dalam riwayat Al-Bukhary dalam beberapa jalan. Jumlah shalat
itu dikurangi sepuluh. Kemudian beliau turun hingga bertemu Musa dan menyampaikan kabar
kepada-Nya. Kembalilah lagi menemui Rabb-mu dan mintalah keringanan kepada-Nya,” kata
Musa. Begitulah beliau mondar-mandir menemui Musa dan Allah Azza wa Jalla, hingga shalat itu
ditetapkan lima kali.

Sebenarnya Musa menyuruh beliau untuk kembali lagi menemui Allah dan meminta
keringanan. Namun beliau bersabda, “Aku sudah malu kepada Rabb-ku. Aku sudah ridha dan bisa
menerimanya.” Setelah beberapa saat, ada seruan terdengar, “Kewajiban dari-Ku telah Kutetapkan
dan telah Kuringankan bagi hamba-Ku.”

Peristiwa pembelahan dada juga terjadi pada kali ini. Dalam perjalan Isra’ dan Mi’raj ini
banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya. Beliau ditawari susu dan khamr, lalu beliau memilih
susu. Lalu dikatakan kepada beliau. “Engkau telah dianugrahi fitrah atau engkau telah
mendapatkan fitrah. Jika engkau mengambil khamr, berarti engkau menyesatkan ummatmu.”
Beliau juga melihat empat sungai di surga. Dua sungai yang tampak dan dua sungai yang tidak
tampak. Dua sungai yang tampak itu adalah Nil dan Eufrat. Dengan kata lain, yang penduduknya
akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke lain generasi. Bukan berarti dua sumber
sungai tersebut bersumber dari mata air surga.

Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka, yang tidak pernah tersenyum dan di wajahnya
tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat surga dan neraka. Beliau melihat orang-
orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti
bibir onta. Mereka mengambil sepotong api nereka langsung dengan bibirnya itu, lalu api itu keluar
lagi dari duburnya. Beliau melihat orang-orang suka mengambil riba. Mereka mempunyai perut
yang besar, sehingga tidak beranjak dari tempatnya karena perutnya membesar itu. Para pengikut
Fir’aun melewati mereka tatkala digiring ke neraka. Beliau melihat para pezina yang membawa
daging berminyak yang baik di tangannya dan di sebelahnya ada daging jelek dan busuk. Mereka
mengambil daging yang busuk itu dan membiarkan daging yang baik.

Beliau melihat para wanita yang suka memasuki tempat tinggal kaum laki-laki yang bukan
anak-anaknya. Beliau melihat wanita itu bergelantungan pada payudaranya. Beliau melihat kafilah
dari penduduk Makkah dalam kepergian dan kepulangannya. Beliau menunjukkan seekor onta
milik mereka yang terlepas, dan beliau juga meminum air mereka di bejana yang tertutup selagi
mereka sedang tidur, ia meninggalkan bejana itu tetap dalam keadaan tertutup. Ini merupakan bukti
kebenaran pernyataan beliau yang disampaikan esok harinya setelah malam Isra’.

Ibnul-Qayyim berkata, “Esok harinya tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam


berada di tengah kaumnya, beliau mengabarkan apa yang diperlihatkan Allah, berupa tandatanda
kekuasaan-Nya yang agung. Mereka pun semakin menjadi-jadi dalam mendustakan dan mengejek
beliau. Mereka meminta agar beliau menyebutkan ciri-ciri Baitul-Maqdis. Maka Allah
menampakkannya, sehingga beliau bisa melihatnya secara langsung. Seketika itu beliau
mengabarkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan mereka tidak bisa memberi
bantahan sedikit pun. Beliau juga mengabarkan kafilah dagang mereka tatkala kepergian dan
kepulangannya, tentang seekor onta milik mereka yang terlepas dari rombongan. Setelah kafilah
itu tiba, maka apa yang disampaikan beliau itu cocok dengan keadaan yang sebenarnya. Namun
semua rentetan kajian ini justru membuat mereka semakin lari menjauhkan diri, dan orang-orang
yang zhalim tidak menghendaki kecuali kekufuran.” Ada yang berkata, bahwa Abu Bakar
Radhiyallahu Anhu dijuluki “Shiddiq”, karena dia langsung membenarkan kejadian ini, selagi
semua orang mendustakannya.

B. Hikmah Peristiwa Isra’Mi’raj

 Perjalanan Isra’ di bumi dari Mekkah ke Baitul Maqdis lebih memperkuat hujjah bagi orang-
orang musyrik. Jika beliau langsung Mi’raj ke langit, seandainya ditanya oleh orang-orang
musyrik maka beliau tidak mempunyai alasan yang memperkuat kisah perjalanan yang beliau
alami. Oleh karena itu ketika orang-orang musyrik datang dan bertanya kepada beliau, beliau
menceritakan tentang kafilah yang beliau temui selama perjalanan Isra’. Tatkala kafilah
tersebut pulang dan orang-orang musyrik bertanya kepada mereka, orang-orang musyrik baru
mengetahui benarlah apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 Untuk menampakkan hubungan antara Mekkah dan Baitul Maqdis yang keduanya merupakan
kiblat kaum muslimin. Tidaklah pengikut para nabi menghadapkan wajah mereka untuk
beribadah keculali ke Baitul Maqdis dan Makkah Al Mukarramah. Sekaligus ini menujukkan
keutamaan beliau melihat kedua kiblat dalam satu malam.

 Untuk menampakkan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan para nabi
yang lainnya. Beliau berjumpa dengan mereka di Baitul Maqdis lalu beliau shalat mengimami
mereka.

 Kisah Isra Miraj termasuk tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla.

 Peristiwa yang agung ini menunjukkan keimanan para sahabat radhiyallahu’anhum. Mereka
meyakini kebenaran berita tentang kisah ini, tidak sebagaimana perbuatan orang-orang kafir
Quraisy.

 Isra Miraj terjadi dengan jasad dan ruh beliau, dalam keadaan terjaga. Ini adalah pendapat
jumhur (kebanyakan) ulama, muhadditsin, dan fuqaha, serta inilah pendapat yang paling kuat
di kalangan para ulama Ahlus sunnah. Allah Ta’ala berfirman yang artinya : “Maha Suci
Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke
Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)

Anda mungkin juga menyukai