Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BREGHTED OVUM
DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD dr. SOEDONO MADIUN

OLEH :

1. AAN DWI PUTRI AMALIA (191104001)


2. EVA FEBRIANI SAFITRI (191104014)
3. GALIH PUJI PRASETYO (191104023)
4. WIDYA PANGESTU A (191104057)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
PENDIDIKAN PROFESI NERS
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BREGHTED OVUM
DI POLI KANDUNGAN RSUD dr. SOEDONO MADIUN

Di Poli Kandungan tentang Kehamilan dengan Placenta Previa di RSUD dr


Soedono Madiun yang dilakukan oleh:

1. Aan Dwi Putri Amalia (191104001)


2. Eva Febriani Safitri (191104014)
3. Galih Puji Prasetyo (191104023)
4. Widya Pangestu A (191104057)

Sebagai pemenuhan tugas praktek klinik Pendidikan Profesi Ners STIKES


PEMKAB JOMBANG stase Maternitas yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 Desember
sampai dengan 21 Desember 2019.

Yang telah melakukan penyuluhan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Kepala Ruangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Breghted Ovum


Pokok Bahasan : Breghted Ovum
Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian Breghted Ovum
b. Penyebab Breghted Ovum
c. Tanda dan Gejala Breghted Ovum
d.Komplikasi Breghted Ovum
e. Penatalaksanaan Breghted Ovum
Sasaran : Pasien atau Keluarga pasien
Hari/Tanggal :
Waktu : ± 40 menit
Penyaji :
1. Aan Dwi Putri Amalia
2. Eva Febriani Safitri
3. Galih Puji Prasetyo
4. Widya Pangestu A

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Breghted Ovum, keluarga
diharapkan memahami tentang Breghted Ovum
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, keluarga dapat menjelaskan kembali:
a. Pengertian Breghted Ovum
b. Penyebab Breghted Ovum
c. Tanda dan Gejala Breghted Ovum
d. Komplikasi Breghted Ovum
e. Penatalaksanaan Breghted Ovum
B. Cakupan Materi
a. Pengertian Breghted Ovum
b. Penyebab Breghted Ovum
c. Tanda dan Gejala Breghted Ovum
d. Komplikasi Breghted Ovum
e. Penatalaksanaan Breghted Ovum
C. Pelaksanaan
Kegiatan
No Kegiatan
Penyuluh (Mahasiswa) Masyarakat
1. Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
(10 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan 3. Menyimak,
tujuan mendengarkan dan
memahami penjelasan
yang diberikan
2. Inti 1. Menyebutkan penyebab - Menyimak,
(20 menit) Breghted Ovum mendengarkan dan
2. Menyebutkan tanda dan memahami penjelasan
gejala Breghted Ovum yang diberikan
3. Menyebutkan komplikasi
Breghted Ovum
4. Menyebutkan komplikasi
Breghted Ovum

3. Penutup 1. Memberikan kesempatan 1. Mengajukan pertanyaan


(10 menit) bertanya pada keluarga 2. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang dibahas 3. Mendengarkan
2. Memberikan pertanyaan 4. Mengucapkan
evaluasi hamdalah, dan
3. Menyimpulkan hasil kegiatan menjawab salam
evaluasi
4. Mengucapkan hamdalah,
terima kasih dan salam.

C. Metode
Metode yang digunakan pada penyampaian pendidikan kesehatan adalah:
1. Ceramah
2. Diskusi
D. Media
- Leflet
E. Evaluasi
1. Bentuk
Pada evaluasi menggunakan bentuk lisan yang dilaksanakan langsung pada
kegiatan diskusi untuk menilai apakah tujuan pendidikan kesehatan dapat berhasil
atau tidak.
2. Jenis
Jenis evaluasi bentuk lisan berupa tanya jawab yang berjumlah 4 soal dan
harus dijawab langsung oleh masyarakat pada saat itu juga. Pertanyaan evaluasi
antara lain:
1. Apa pengertian Breghted Ovum?
2. Apa penyebab Breghted Ovum?
3. Apa saja tanda dan gejala Breghted Ovum?
4. Sebutkan komplikasi dari Breghted Ovum?
Jawabanan evaluasi :
1. Blighted Ovum (BO) merupakan kehamilan tanpa embrio. Dalam kehamilan
ini kantung ketuban dan plasenta tetap terbentuk dan berkembang, akan tetapi
tidak ada perkembangan janin di dalamnya (kosong). Kehamilan ini akan
berkembang seperti kehamilan biasa seperti uterus akan membesar meskipun
tanpa ada janin di dalamnya
2. - Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.
- Meskipun presentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi
TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
- Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin
banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang
terjadinya kehamilan kosong.
- Kelainan genetic
- Kebiasaan merokok dan alkohol.

3. - Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil


positif. Wanita merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah,
merasa ada yang lain pada payudara atau mual-mual.
- Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim
masih kosong.
- Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus
diproduksi oleh trofoblas di kantong.
- Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak
ringan.
- Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan
tanda tanda mungkin termasuk :
a. Periode menstruasi terlambat
b. Kram perut
c. Minor vagina atau bercak perdarahan
d. Tes kehamilan positif pada saat gejala
e. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul
keluhan perdarahan
f. Hampir sama dengan kehamilan normal
g. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan,
kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat)
Tidak sengaja ditemukan dengan USG
4. - Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum.
- Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat
kuretnya.
- Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan
sisa hasil konsepsi perdarahan memanjang.
- Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya

TINJAUAN TEORI
KEHAMILAN DENGAN BREGHTED OVUM

1. PENGERTIAN
Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu
keadaan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong
kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kehamilan ini akan terus
dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya. Blighted ovum ini
biasanya pada usia kehamilan 14 – 16 minggu akan terjadi abortus spontan
(Sarwono, 2009).
Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk
kantung kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan
menempel ke dinding uterin, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam pemeriksaan
urin diperoleh hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan terjadi keguguran saat
trimester pertama kehamilan (Hummel, 2005).
Dapat disimpulkan Blighted Ovum (BO) merupakan kehamilan tanpa
embrio. Dalam kehamilan ini kantung ketuban dan plasenta tetap terbentuk dan
berkembang, akan tetapi tidak ada perkembangan janin di dalamnya (kosong).
Kehamilan ini akan berkembang seperti kehamilan biasa seperti uterus akan
membesar meskipun tanpa ada janin di dalamnya.

2. PENYEBAB
Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum
saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Faktor-
faktor blighted ovum (Dwi W., 2013)
1. Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.
2. Meskipun presentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi
TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
3. Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin
banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang
terjadinya kehamilan kosong.
4. Kelainan genetic
5. Kebiasaan merokok dan alkohol.

3. TANDA DAN GEJALA


Menurut (Sanders, 2007), beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi
:
1. Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil positif.
Wanita merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa
ada yang lain pada payudara atau mual-mual.
2. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih
kosong.
3. Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus
diproduksi oleh trofoblas di kantong.
4. Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak
ringan.
5. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan
tanda tanda mungkin termasuk :
a. Periode menstruasi terlambat
b. Minor vagina atau bercak perdarahan
c. Tes kehamilan positif pada saat gejala
d. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul
keluhan perdarahan
e. Hampir sama dengan kehamilan normal
f. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-
merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat)
g. Tidak sengaja ditemukan dengan USG

4. KOMPLIKASI
1. Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum.
Penanganan :
Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk
menghentikan perdarahan.
2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat
kuretnya.
Penanganan :
Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi
untuk dilakukan laparatomi.
3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa
hasil konsepsi perdarahan memanjang.
Penanganan :
Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah
dan kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral
0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh
diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.
Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri yaitu
memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang
kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang putting
susu, memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi
bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan
gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah
konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan histerektomi (Sarwono,
2009).
4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya
Penanganan :
Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika. Profilaksis
menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari
selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila
perdarahan hebat. (Manuaba, 2010).

5. PENATALAKSANAAN
Terminasi kehamilan dengan dilatasi serviks dan dilanjutkan dengan kuretase
(Sarwono, 2009).
Aborsi bedah sebelum usia kehamilan 14 minggu dilakukan dengan cara mula-
mula membuka serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan secara mekanis yaitu dengan
mengerok isi uterus (kuretase tajam) , dengan aspirasi vakum (kuretase isap) atau
keduanya. Sedangkan jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu dilakukan dilatasi dan
evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa pembukaan serviks secara lebar diikuti oleh destruksi
mekanis dan evakuasi bagian janin, setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka
digunakan kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan sisa jaringan.
Dilatasi dan Ekstrasi (D&X), hampir sama dengan (D&E) yang membedakan pada (D&X)
sebagian dari janin di ekstrasi melalui serviks yang telah membuka (Leveno, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2004, Formularium Spesialistik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan,
Depkes RI dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Jakarta.
Hal 82.
Roeshadi, H., 2006, Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu
pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Sumatera Utara.
Hanifa W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC
Manuaba, 2010, ilmu kebidanan penyakit kandungan & KB untuk pendidikan bidan,
Jakarta : EGC.
Sarwono, 2009, ilmu kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Rosita, 2013 http://yoshiecintaallah.blogspot.com/2013/09/post-kuret-akibat-blighted-
ovum.htm
Sanders, 2007. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Mitra Cendekia
Nurparidah.2009. http://jumpakebidanan.blogspot.com/2013/12/bab-i-pendahuluan.html

Anda mungkin juga menyukai