Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini disajikan berbagai penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya dan mempunya beberapa relevasi serta pembahasan-

pembahasan yang bermuatan sama dalam tema. Selain itu, disajikan pula berbagai

studi literatur yang memiliki muatan sama dengan tema penelitian yang diangkat.

hal tersebut untuk mendukung peneliti pada saat melakukan penyajian data dan juga

untuk memperkuat analisis temuan di lapangan. Agar suatu penelitian menjadi lebih

dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, maka pada bab ini pula disertakan

teori yang memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan.

2.1. Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu memiliki fungsi yang sangat penting dan vital

dalam penelitian ini. Sehingga penelitian terdahulu harus ada dalam sebuah

karya akademisi terutama dalam penelitian. Yang mana penelitian terdahulu

menjadi bahan pembanding serta sebagai bahan acuan dalam hal temuan-

temuan yang ada pada penelitian terdahulu, sehingga ini menjadi

penyempurna pada penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam peran

GAPOKAN dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Lmbor.

Beberapa temuan penelitian dengan tema yang berkaitan atau

kesamaan tentang peran GAPOKTAN dalam pemberdayaan masyarakat

tani yang pernah dilakukan oleh beberapa orang. Dalam hal ini ada 4

penelitian terdahulu yang secara substantif memiliki relevansi dengan

penelitian ini. Empat penelitian yang dimaksud oleh penulis ialah: 1)

penelitian yang dilakukan oleh Selviana Dewi pada tahun 2016 dengan

26
judul “Dampak Pengembangan Manajemen Usaha Gabungan Kelompok

Tani (GAPOKTAN) “Sejahtera” pada Tingkat Kinerja Petani Penerima

Program Pengembangan Usaha Agrobisnis Perdesaan (PUAP), Lamongan,

Jawa Timur”, 2) penelitian yang dilakukan oleh Dyah Puspita Ratna,

Wuradji, Nur Djazifah ER pada tahun 2012 dengan judul “Pemberdayaan

Petani Melalui Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), 3) penelitia yang

dilakukan oleh Wiyanti Wahyuni pada tahun 2018 dengan mengangkat

judul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Petani Melalui Pengembangan

Agribisnis (Studi Kasus Pada Gapoktan Subur Desa Kedungjati, Kecamatan

Bukateja, Kabupaten Purbalingga), 4) penelitian yang dilakukan Ira Ferianti

pada tahun 2018 dengan mengangkat judul “Pemberdayaan Masyarakat

Petani Dalam Meningkatkan Hasil Panen Padi Melalui Program Kelompok

Tani, di (Dusun Sumbersari Pekon Kresnomulyo Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Prengsewu”.

Adapun penelitian terdahulu menjadi bentuk acuan penelitian agar

lebih jelas dan dapat di pahami maka adapun bentuk-bentuk penelitian

terdahulu dalam ini sebagai tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Relevansi &
No. Nama Judul Temuan Perbedaan

1. Selviana Dampak Penelitian ini Relevansi antar


Dewi Pengembangan menghasilkan tentang penelitian terdahulu
Manajemen tercapainya dengan penelitian
yang akan dilakukan
Usaha Gabungan GAPOKTAN Sejahtera
oleh peneliti ini
Kelompok Tani yang memiliki kenerja terletap pada rana
(GAPOKTAN) yang optimal dalam kajian yang sama,
“Sejahtera” pada pengembangan yaitu pada

27
Tingkat Kinerja sumberdaya masyarakat GAPOKTAN
Petani Penerima petani. PUAP (Program sebagai sasaran
Program Usaha Agrobisnis penelitian sebagai
suatu kajian yang
Pengembangan Perdesaan) menjadi suatu
menarik dan juga
Usaha Agrobisnis alat yang sangat efektif melihat program
Perdesaan dalam melakukan suatu pemberdayaan yang
(PUAP), pemberdayaan pada para berada pada desa.
Lamongan, Jawa petani di desa Mertani Penelitian yang
Timur, No. Kecamatan dilakukan oleh
3/2016. Karanggeneng Selviana Dewi ini
terletak pada desa
Kabupaten Lamongan.
Mertani walaupun
Sehingga dampak yang sama-sama berda
ditimbulkan dari program pada Kabupaten
usaha ini menjadi sangat Lamongan.
fundamental dalam Perbedaan yang ada
upaya penejahteraan atau pada penelitian
penstabilan ekonomi para terdahulu dengan
penelian ini alah
petani di desa Mertani.
bentyk atau fokus
Penelitian ini juga apa yang diteliti.
mengangkat bagamana Selviana fokus pada
gabungan kelopok tani program yang
ini bersinergi dalam berbasis pada usaha
upaya penerapan Agribisnis yang
dilakukan oleh
membangun sebuah
GAPOKTAN
kemandirian pada masyarakat Mertani.
masyarakat petani di Kemudian juga pada
Desa Mentani agar para peneliti terdahulu
petani ini memiliki pola juga lebih menggali
pikir yang lebih modern data tentang faktor
dalam nilai jual hasil seperti apa program
pengembangan
panan petanian.
manegemen usaha
GAPOKTAN dalam
ruang-ruang yang
bersifat pada sistem
agribisnis yang
dijalankan secara
kolektif.
2. Dyah Pemberdayaan Dalam penelitan ini hasil Relevansi antara
Puspita Petani Melalui Penelitian ini bertujuan penelitan terdahulu
Ratna, Gabungan untuk mendiskripsikan: dengan penelitian
Kelompok Tani yang dilakukan oleh
Wuradji, (1) Bagaimana
(GAPOKTAN) peneliti ini adalah
& Nur 2012. mekanisme kerja sama-sama berfokus

28
Djazifah gapoktan dalam pada suatu
ER meningkatkan pemberdayan
pengetahuan anggotanya, masyarakat pada
petani. pentingnya
sehingga mindset dari
adanya suatu upaya
petani ini jauh lebih pemberdayaan
terbuka dan pola pikir masyarakat petani
menjadi lebih modern perdesaan sehingga
dalam dunia pertanian, aspek-aspek yang
(2) Bagaimana berkaitan tentang
mekanisme kerja taraf hidup
kemudian aspek
gapoktan dalam merubah
pengetahuan petani
pola pikir petani desa tentang
menghadapi perubahan bagaimana
sistem zaman yang begtu mekanisme
luar biasa, baik dalam GAPOKTAN
ranah dunia ekonomi dan merubah pola fikir
dunia industri yang masyarakat petani
yang tradisional
semakin menuntup para
menjadi masyarakat
petani perfikir lebih yang lebih bersifat
kreatif dan memiliki pada orientasi petani
inofasi yang bagus dalam modern sebagai
memasarkan hasil-hasil ranah pekerjaan
pertanian mereka secara yang menjanjikan
dalam merubah taraf
unik, (3) Bagaimana
ekonomi petani itu
mekanisme kerja sendiri. Dalam
gapoktan sebagai penelitian yang
mediator dalam dilakukan oleh
memenuhi kebutuhan Diyah Puspita dkk
modal untuk usaha ini, bagaimana peran
pertanian anggotanya, gapoktan ini mampu
menjadi alat
yang dimana terdapat
penggerak guna
sebuah etos kerja yang menerapkan pola
berlandaskan pada fikir, mindset yang
prinsip-prinsip lebih terbuka dan
gotongroyong atau berwawasan yang
kerjasama yang kuat baik lulus. Serta
itu dalam hal modal bagaimana
mengahadapi dunia
usaha maupun dari segi dagang yang
pengelolahan sektor semakin kompetitif
pertanian yang sedang serta bagaimana
dilakukan, (4) memasarkan produk
Bagaimana usaha pertanian mereka

29
gapoktan dalam sebagai barang yang
mengkoordinasi hasil bernilai komersil
pertanian untuk dalam pasaran.
mendapatkan nilai jual
yang lebih tinggi.
Sehingga para petani ini
sanggup mengubah hasil
taninya menjadi barang
yang bernilai komersil
dan mampu bersaing
dengan beberapa prodak
pertanian yang ada pada
dunia pasar saat ini.
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif
dengan pendekatan
kualitatif sehingga dalam
pengumpulan datanya
melukan pendekatan-
pendekat yang bersifat
langsung dengan cara
wawancara serta
observasi mendalam.
3. Wiyanti Strategi Temuan dalam penelitian Sejalan dengan
Wahyuni Pemberdayaan ini adalah menunjukan penelitian terdahulu
Masyarakat bahwa strategi bahwa pada
penelitian ini juga
Petani Melalui pemberdayaan
sama-sama mengkaji
Pengembangan masyarakat petani pemberdayaan pada
Agribisnis (Studi melalui pengembangan petani. Akan tetapi
Kasus Pada agribisnis di Gapoktan pada penelitian
Gapoktan Subur Subur dapat dilihat dari terdahulu melihat
Desa Kedungjati, 5P strategi pada program yang
Kecamatan pemberdayaan yaitu coba dijalankan
dalam pemberdayaan
Bukateja, Pemungkinan,
itu sendiri.
Kabupaten memungkinkan Pemberdayaan ini
Purbalingga) masyarakat untuk juga berproses pada
2018. mandiri dalam membuat pelatihan pembuatan
bibit sendiri yang pupuk, permodalan
berkualitas. Penguatan, dan lain sebagainya.
memperkuat pengetahuan sehingga fokus
pemberdayaan ini
dan kemampuan melalui sebetulnya pada
berbagai pelatihan seperti pengembangan

30
pembuatan pupuk kapasitas
organik, penguatan sumberdaya
organisasi dengan cara manusianya. Adapun
penelitian ini juga
melakukan pertemuan
menggunkan
rutin. Perlindungan, pendekatan-
melindungi masyarakat pendekatan yang
terutama kelompok- bersifat kualitatif
kelompok lemah melalui dalam penelitiannya.
pengelolaan saluran Terdapat perbedaan
irigasi. Penyokongan, dalam kajian-kajian
yang diangkat pada
memberikan bimbingan
penelitian terdahu,
dan dukungan kepada yaitu pada fokus
masyarakat melalui pemberdayaan-nya.
Koperasi LKM-A Pada penelitian yang
membantu mengatasi dilakukan oleh
permasalahan dari aspek Wiyanti fokusnya
permodalan. adalah
pengembangan
Pemeliharaan, menjamin
agribisnis yang
keselarasan dan dilakukan oleh
keseimbangan yang gapoktan yang
memungkinkan setiap berada pada Desa
orang memperoleh Kedungjati,
kesempatan berusaha Kecamatan
Bukateja, Kab
yaitu melalui petani desa
Purbalingga.
berdikari dan toko tani Sedangkan
Indonesia dimana disitu penelitian ini
petani dibantu dalam hal mengfokuskan pada
pemasaran produksi peran Sekolah Tani
pertanian dan adanya yang berda pada
kepastian harga padi Desa Lembor, Kec
Brondong,
tidak jatuh dipasaran.
Kabupaten
Lamongan dalam hal
mekanismenya
seperti apa dalam
pemberdayaan
petani.
4. Ira Pemberdayaan Temuan dalam penelitian Relevansi kedua
Ferianti Masyarakat terdahulu ini tentang penelitian ini sama-
Petani Dalam pemberdayaan petani sama objek
penelitianya pada
Meningkatkan yang dilakukan di Dusun
pemberdayaan petani
Hasil Panen Padi Sumbersari Pekon yang dilakukan di
Melalui Program Kresnomulyo ini desa. Di mana upaya

31
Kelompok Tani, menjadikan pemberdayaan ini
di Dusun pemberdayaan menjadi bersifat pada
Sumbersari alat sebagi penggerak kelompok tani
sehingga program
Pekon kelompok tani dalam
yang coba dilakukan
Kresnomulyo mencapi hasilpanen menjadi sangat
Kecamatan mereka yang stabil dan efektif dan tepat.
Ambarawa menunjang pada taraf serta penelitian ini
Kabupaten ekonomi yang bagus. juga sama-sama
Prengsewu 2018. Dalam penelitian ini juga mengkaji peran
Kemudian anggota pemberdayaan pada
kelompok tani yang
kelompok tani lebih
bersifat perubahan
berdaya karena adanya pada sudut padang
pengembangan mereka pada sektor
kemampuan dan pertanian yang
keterampilan yang modern. Penelitian
dilakukan oleh petugas terdahulu yang
PPL melalui pendidikan, dilakukan oleh Ira
Ferianti ini juga
pelatihan, penyuluhan
menggunkan
dan pendampingan. pendekatan kualitatif
Meskipun dalam pada jenis
pelaksanaan penelitiannya.
pemberdayaan Berbedaan pada dua
masyarakat petani masih penelitian ini iyalah:
pada masing-masing
terdapat faktor
tempat yang diteliti,
penghambat internal dan Ira melakukan studi
eksternal, tetapi dapat di penelitiannya pada
atasi dengan inovasi Dusun Sumbersari,
pengurus kelompok tani Kec Ambarawa, Kab
dan bantuan dari Prengsewu.
pemerintah. Dengan Sedangkan
penelitian yang
demikian pelaksanaan
dilakukan oleh
pemberdayaan penulis ini terletak
masyarakat petani di pada Jawa Timur,
Kelompok Tani lengkapnya berda
Sumbersari dapat pada Desa Lembor,
dikatakan berhasil, para Kec Brondong,
anggota mengaku Kabupaten
Lamongan.
terdapat peningkatkan
produktivitas padi antara
sebelum mereka
bergabung dan setelah
bergabung yaitu dari

32
hasil panen anggota
dengan luas lahan ½ ha
pendapatannya biasanya
2,7 ton padi kering
sekarang menjadi 3 ton
padi kering.

2.2. Kajian Pustaka


2.2.1. Konsep Sosiologi Tentang Peran Dan Status

Ilmu sosiologi sebagai disiplin ilmu yang membahas berbagai

macam pengetahuan tentang konsep sosial, tidak terlepaskan dengan

konsep peran dan statut. Masyarakat sebagai bagian dari sistem sosial

yang bersifat non individualistik tidak bisa dilepaskan dari peran dan

statusnya. Peran kemudian menjadi bagian yang penting dari sebuah

sistem sosial yang tumbuh pada tatanan masyarakat yang mengatur tiap-

tiap kehidupan yang sistematis.

Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu

pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai

beberapa kedudukan karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai

pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya

sehubungan dengan kerangka masyarakat secara 36 menyeluruh.

Kedudukan tuan A sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari

segenap kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua rukun

tetangga, suami nyonya B, ayah anak-anak, dan seterusnya (Soekamto,

2012; 210).

Peran sebuah kelompok masyarakat ataupun komunitas sebagai

wadah untuk berkumpunya beberapa individu yang memiliki tujuan serta

33
misi yang sama, salah satunya adalah ada beberapa peran kelompok

social, yaitu:

1. Sebagai tempat interaksi social

Kelompok social memiliki peran menjadi sebuah bagian

terbentuknya ruang-ruang dalam mebantu individu dalam kebutuhan

berinteraksi dengan individu lain yang memiliki mindset dan

pemahaman yang sama, serta menjadi ruang dalam berdialog dalam

mengkaji berbagai tema maupun topic tertentu. Kelompok social juga

memiliki fungsi dalam membentuk sebuah perkumpulan individu-

individu untuk selalu aktif dalam interaksi sesame anggota kelompok

social itu sendiri.

2. Merubah mindset/ pola piker

Peran yang juga tak kalah penting dari adanya kelompok social

adalah merubah mindset dari anggota kelompok tersebut, lewat

kelompok social dimana terbentuknya ruang dialektika yang mampu

menghegemoni maupun meninterfensi dalam pikiran-pikiran anggota

tersebut, sehingga terjadinya sebuah pemahaman baru bagi kelompok

tersebut. Lewat perubahan mindset ini maka peran yang dilakukan oleh

sebuah kelompok social sesuai marwahnya sebagai wadah untuk

merubah pola piker anggotanya menjadi pola piker yang lebih efisien dan

memiliki pemahaman yang komperhensif.

3. Mencapai tujuan bersama

Terakhir peran adari kelompok social adalah memiliki hasil akhir

atau tujuan yang dispakati bersama. Dengan adanya Goal dalam

34
kelompok social maka tujuannya menjadi jelas dan kelompok social ini

akan tersistematis dengan baik. Sehingga dalam komponen penting yang

menunjang masih survivel dari kelompok social adalah tujuan bersama,

apabila sebuah kelompok social tidak mmiliki tujuan sebagai capaian

yang dikehendaki maka kelompok social itu tak memiliki peran yang

kongkrit.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam

kedudukan yaitu sebagai berikut :

1. Ascribed Status, yaitu kedudukan kelompok ataupun seseorang

dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan

rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena

kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah

bangsawan pula. Seseorang warga kasta Brahmana di India

memperoleh kedudukan demikian karena orang tuanya tergolong

dalam kasta yang bersangkutan. Pada umumnya ascribed status

dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang

tertutup, misalnya masyarakat feodal, atau masyarakat dimana sistem

lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun demikian, ascribed

status tak hanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan

sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan terbuka mungkin

juga ada. Misalnya, kedudukan laki-laki dalm satu keluarga,

kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri dan anakanaknya.

Ascribed status, walaupun tidak diperoleh atas dasar kelahiran, pada

umumnya sang ayah atau suami adalah kepala keluarga batihnya.

35
Untuk menjadi kepala keluarga batih, laki-laki tidak perlu

mempunyai darah bangsawan atau menjadi warga suatu kasta

tertentu. Emansipasi wanita akhir-akhir ini banyak sekali

menghasilkan persaman dalam bidang pekerjaan dan politik. Akan

tetapi, kedudukan seorang ibu di dalam masyarakat secara relatif

tetap berada dibawah kedudukan seorang ayah sebgai kepala rumah

tangga.

2. Achieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oleh kelompok

maupun seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan

ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka

bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam

mengejar serta mencapai tujuantujuannya. Misalya, setiap orang

dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu

(Soekamto, 2012; 210-211).

Selain konsep status, dalam sosiologi dikenal juga konsep tentang

peran (role). Peranan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang harus

dilakukan oleh seseorang karena status atau kedudukan yang dia miliki.

Jadi, antara peran dan status merupakan satu hal yang saling terkait antara

satu sama lain. Sehingga dengan demikian, apabila seseorang telah

menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang ia miliki,

maka ia sesungguhnya telah menjalankan peranannya.

Peranan yang melekat pada diri sebuah kelompok maupun

komunitas harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan

kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social

36
position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu

pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada

fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang

menduduku suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat (Soekamto, 2012; 213).

2.2.2. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

Kelompok tani adalah beberapa orang petani atau peternak yang

menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian

dalam tujuan, motif, dan minat.

1. Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan dan dibentuk

dengan tujuan sebagai wadah komunikasi antar petani.

2. Surat keputusan tersebut dilengkapi dengan ketentuanketentuan untuk

memonitor atau mengevaluasi kinerja kelompok tani.

3. Kinerja tersebutlah yang akan menentukan tingkat kemampuan

kelompok.

37
4. Penilaian kinerja kelompok tani didasarkan pada SK Mentan No.

41/Kpts/OT. 210/1992.

Menurut Kartasapoetra (dalam Mandasari, 2014) bahwa kelompok

tani terbentuk atas kesadaran, jadi tidak secara terpaksa. Kelompok tani

ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usaha tani yang

optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan

kehidupannya. Para anggota terbina agar berpandangan sama, berminat

yang sama dan atas dasar kekeluargaan.

Jadi, kelompok tani merupakan perkumpulan antara petani yang

dibentuk atas dasar kepentingan yang sama, saling mengenal satu sama

lain, dan memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil usahataninya.

Kelompok tani juga sebagai media yang menyediakan informasi bagi

petani, sehingga dengan bergabung kelompok tani para usahatani dapat

bekerjasama untuk mengatasi pemasalahan yang ada pada usahataninya.

Departemen pertanian menrgetkan akan membentuk satu Gapoktan

disetap Desa khususnya yang berbasiskan pertanian. Gapoktan

merupakan lembaga yang menjadi penghubung petani satu Desa dengan

lembaga-lembaga lain diluarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk

fungsi-fungsi pemenuhan pemodalan petani, pemenuhan sarana

produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan

berbagai informasi yang dibutuhkan petani.

Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung

mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahanya. Di

samping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan

38
anggotanya, beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain,

seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk

kegiatan usahatani. Keberagaman eksistensi dan kinerja kelompok tani

ini mengindikasikan bahwa pembinaan kelompok tani masih diperlukan

dalam rangka mendukung pengembangan sistem usaha agribisnis di

pedesaan (Hermanto, 2007).

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kumpulan

beberapa kelompok tani yang terdiri dari 20 hingga 25 kelompok tani,

dalam satu desa. Fungsi dan peran Gapoktan adalah memfasilitasi

pemecahan kendala/masalah yang dihadapi petani dari berbagai

kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan. Hal ini berimplikasi

bahwa pembentukan Gapoktan akan diikuti lainnya. Gapoktan

diharapkan dapat menjalankan fungsi kemitraan dengan adil dan saling

menguntungkan dengan pedagang saprotan maupun pedagang hasil-

hasil pertanian (Syahyuti, 2007).

Pemberdayaan Gapoktan tersebut berada dalam konteks penguatan

kelembagaan. Untuk dapat berkembang sistem usaha agribisnis

memerlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani, maupun

kelembagaan usaha dengan pemerintah berfungsi sesuai dengan

perannya masing-masing. Kelembagaan petani dibina dan

dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus tumbuh

dan berkembang dari masyarakat itu sendiri. Kelembagaan pertanian

tersebut meliputi kelembagaan penyuluhan (BPP), kelompok tani,

Gapoktan, koperasi tani (Koptan), penangkar benih, pengusaha benih,

39
institusi perbenihan lainnya, kios, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi

petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, dan lainlain.

Gapoktan merupakan suatu proses lanjut dari lembaga petani yang

sudah berjalan baik, yaitu kelompok-kelompok tani. Dengan kata lain,

adalah tidak tepat langsung membuat Gapoktan pada wilayah yang

secara nyata kelompok-kelompok taninya tidak berjalan baik. Ketentuan

ini sesuai dengan pola pengembangan kelembagaan secara umum,

karena Gapoktan Syahyuti (2007), Wahyuni (2009):

1. Gapoktan berperan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang

terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi

yaitu bertugas merekap daftar permintaan benih dan nama anggota.

Demikian pula dalam pencairan anggaran subsidi benih dengan

menerima voucher dari Dinas Pertanian setempat. Gapoktan

merupakan lembaga strategis yang akan merangkum seluruh

aktifitas kelembagaan petani di wilayah tersebut. Gapoktan

dijadikan sebagai basis usaha petani di setiap pedesaan.

2. Gapoktan berperan untuk peningkatan ketahanan pangan di tingkat

lokal. Mulai tahun 2006 melalui Badan Ketahanan Pangan telah

dilaksanakan “Program Desa Mandiri Pangan” dalam rangka

mengatasi kerawanan dan kemiskinan di pedesaan. Pengentasan

kemiskinan dan kerawanan pangan dilakukan melalui pendekatan

pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Masyarakat yang

tergabung dalam suatu kelompok tani dibimbing agar mampu

menemukan dan mengenali permasalahan yang dihadapi dan potensi

40
yang mereka miliki, serta mampu secara mandiri membuat rencana

kerja untuk meningkatkan pendapatannya melalui usahatani dan

usaha agribisnis berbasis pedesaan. Beberapa kelompok tani dalam

satu desa yang telah dibina kemudian difasilitasi untuk membentuk

Gapoktan. Dengan cara ini, petani miskin dan rawan pangan akan

meningkat kemampuannya dalam mengatasi masalah pangan dan

kemiskinan di dalam suatu ikatan kelompok dan gabungan

kelompok tani untuk memperjuangkan nasib para anggotanya dalam

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bersama dengan

mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

3. Gapoktan dianggap sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan

(LUEP) sehingga dapat menerima Dana Penguatan Modal (DPM),

yaitu dana pinjaman yang dapat digunakan untuk membeli gabah

petani pada saat panen raya, sehingga harga tidak terlalu jatuh.

Kegiatan DPM-LUEP telah dimulai semenjak tahun 2003, namun

baru mulai tahun 2007 Gapoktan dapat sebagai penerima. Gapoktan

dapat bertindak sebagai pedagang gabah, dimana ia akan membeli

gabah dari petani lalu menjualkannya berikut berbagai fungsi

pemasaran lainnya (Pujiharto, 2010: 71-73).

2.2.3. Pemberdayaan Masyarakat

Tjokrowinoto (1993), berpendapat bahwa pemberdayaan

masyarakat merupakan syarat mutlak bagi upaya pembangunan

masyarakat, dengan tujuan mengurangi/menghilangkan posisi ketidak

41
berdayaan masyarakat dalam menghadapi struktur sosial, ekonomi,

danpolitik. Proses pemberdayaan merupakan proses mewujudakan self

sustaining capacity masyarakat itu sendiri; menuju pembangunan yang

berpusat pada manusia dalam (people centered development); dan

nampaknya ini dapat dipandang sebagai suatu alternatif pembangunan

yang dapat dijamin keberlangsungannya dan komplemen-taritasnya

dalam pembangunan bidang-bidang lain.

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata

empowerment yaitu sebagai upaya untuk mengatualisasikan potesi yang

dimiliki masyarakat. Konsep pemberdayaan masyarakat mencangkup

pengertian community development (pembangunan masyarakat),

community based development (pembangunan yang bertumpu pada

masyarakat), dan community driven development (pembangunan yang

diarahkan masyarakat atau pembangunan yang digerakkan masyarakat)

(Randy &Riant, 2007). Paradigma pemberdayaan masyarakat muncul

sebagai tanggapan atas kenyataan adanya kesenjangan yang belum

tuntas terpecahnya terutama anantara masyarakat di daerah pedesaan,

kawasan terpencil dan terbelakang. Pemberdayaan pada dasarnya

menempatkan masyarakat sebagai pusat perhatian sekaligus pelaku

utama pembangunan (Nasirin & Alamsyah, 2010: 61-62).

Pemberdayaan menjadi suatu alat vital dalam menjalankan

mobilitas ekonomi kemasyarakatan yang tertinggal dalam era modern

ini. dimana masyarakat perdesaan mendapatkan dorongan secara

intelektual oleh lembaga sosial/lembaga desa yang melakukan pola-pola

42
pemberdayaan yang tepat sebagai cara alternative untuk mentaskan

permasalahan yang selama ini menjadi beban dalam kehidupan

masyarakat perdesaan.

Upaya proses pemberdayaan pada masyarakat

Masyarakat perdesan sering kaitanya dengan masyarakat

marginal atau masyarakat terpiggirkan, kurang adanya sentuha-

sentuhan oleh tangan-tangan pemerinta menjadikan masyarakat

perdesan menjadi tidak ada mobilitas perubahan peradaban yang baik.

Akses yang masih sulit juga menjadi salah salu faktor penentu majunya

suatu peradaban masyarakat desa. Sehingga peranan penting yang

menjadi jembatan pengubah peradaban masyarakat desa iyalah institusi

lokal, atau lembaga sosial pemerintah desa uga terwujudnya masyarakat

yang berdaya dalam sektor ekonomi.

Pemberdayaan melalui Sekolah Tani yang dilakukan oleh

pemerintah desa Lembor menjadi suatu trobosan baru dalam

mewujudkan petani yang mempunyai wawasan luas dalam bidang

pengelolahan lahan garap, kemudian juga memanfaatkan teknologi yang

di rancang bersama oleh para petani yang masuk dalam sekolah tani ini.

Dalam upaya pemberdayaan tak lepas dengan proses yang menjadi tolak

ukur keberhasilan suatu program yang ingin dicapai bersama. Ruang-

ruang interaksi sosial menjadi pokok penting guna memberikan niali-

nilai kebersamaan sesama petani, atau menonjolkan konsep-konsep

solidaritas mekanik yang menjadi landasan pentig Sekolah Tani ini.

43
Sekolah Tani harus membuat dikotomi antar kelompok

masyrakat pertain ini menjadi padu dan taka da perbedaan oleh semua

kelompok tani yang tumbuh pada tatanan masyarakat yang menjunjung

sistem holistik. Dibutuhkan berbagai elemen dari berbagi stakeholder

agar tercapainya suatu iklim yang kondusif dalam sistem kehidupan

bernegara. Dalam hal ini dibutuhkan suatu sistem yang tidak sentralistis

dimana negara mendominasi proses pengambilan keputusan dan kendali

upaya peningkatan kesejahteraan secara terpusat. Kewenangan dan

kewajiban dalam upaya peningkatan kesejahteraan ini juga harus

melibatkan stakeholder yang lain baik itu petaninya langsung maupun

dunia usaha (Soetomo, 2015:93).

Pemberdayaan petani dan usaha kecil di pedesaan oleh

pemerintah hampir selalu menggunakan pendekatan kelompok. Salah

satu kelemahan yang mendasar adalah kegagalan pengembangan

kelompok, karena tidak dilakukan melalui proses sosial yang matang.

Kelompok yang dibentuk terlihat hanya sebagai alat kelengkapan

proyek, belum sebagai:

1. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya untuk

memperkuat ikatan-ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal.

Anggota suatu kelembagaan terdiri atas orang-orang dengan jenis

aktivitas yang sama. Tujuannya adalah agar terjalin kerjasama yang

pada tahap selanjutnya diharapkan daya tawar mereka dapat

meningkat. Kelompok tani misalnya adalah kelompok orang-orang

yang selevel, yaitu pada kegiatan usahatani satu komoditas tertentu.

44
Untuk ikatan vertikal diserahkan kepada mekanisme pasar, dimana

otoritas pemerintah sulit menjangkaunya.

2. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan distribusi

bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana program,

bukan untuk peningkatan social capital masyarakat secara nyata.

Adalah hal yang lazim, setiap program membuat satu organisasi

baru, dengan nama yang khas. Jarang sekali suatu program dari dinas

tertentu menggunakan kelompok-kelompok yang sudah ada.

3. Menerapkan pola generalisasi, sehingga struktur keorganisasian

yang dibangun relatif seragam. Pembentukan kelembagaan kurang

memperdulikan komplek hal-hal abstrak yang ada di masyarakat

bersangkutan, yaitu berupa harapan, keinginan, tujuan, prioritas,

norma, kebutuhan, dan lain-lain yang sering kali tidak sesuai dengan

program yang diintroduksikan (Zuraida dan Rizal, 1993). Contohnya

keberhasilan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

petani pekebun lada di Lampung Utara tidak sesukses penerapan

program tersebut di Subang Jawa Barat (Agustian dkk., 2003).

4. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun pembinaan yang

dijalankan cenderung individual, yaitu hanya kepada pengurus.

Pembinaan kepada kontak-kontak tani memang bisa dilakukan,

namun pendekatan ini tidak mengajarkan bagaimana meningkatkan

kinerja kelompok misalnya, karena tidak ada social learning

approach.

45
5. Pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur struktural,

dan lemah dari pengembangan aspek kulturalnya. Struktur

organisasi dibangun lebih dahulu, namun tidak diikuti oleh

pengembangan aspek kulturalnya. Sikap berorganisasi belum

tumbuh pada diri pengurus dan anggotanya, meskipun wadahnya

sudah tersedia.

6. Pengembangan kelembagaan diyakini akan terjadi jika dukungan

material cukup. Sebagai contoh, pengembangan UPJA (Unit

Pelayanan Jasa Alsintan) dipahami dengan memberikan bantuan

traktor, tresher, pompa air, dan lainlain; bukan bagaimana

mengelolanya dengan manajemen yang baik (Pujiharto, 2010: 65-

67).

2.2.4. Peran Sekolah Tani

Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran

adalah bagian dari seorang pemain atau seperangkat tingkat yang

dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sehingga

bila kita tarik dalam sebuah sekolah tani ini memiliki funsi yang sangat

fundamental yang sangat kuat. Peran juga menjadi faktor utama yang

menjadi sebuah penggerak dalam tiap gagasan yang coba dilakukan oleh

sebuah kelompok maupun beberapa orang.

Fasilitator pertanian sebagai pengembang masyarakat dalam hal ini

mempunyai tugas utama. Dimana ia dapat mengembangkan kapasitas

pelaku masyarakat sehingga mampu mengorganisir dan menentukan

46
sendiri upaya-upaya yang diperlukan dalam memperbaiki kehidupan

mereka. Pengembangan masyarakat bekerja sama dengan masyarakat

untuk membangun kepercayaan diri mereka terhadap kemampuan dan

potensi yang mereka miliki. Ada empat peran pengembangan

masyarakat:

a. Fasilitatif di jalankan oleh pengembang masyarakat untuk

memberikan stimulant dan dukungan kepada masyarakat. Peran ini

meliputi memberi semangat, menengahi dan menghubungkan,

mendorong, membangun kesepakatan, memfsilitasi kelompok,

penggunaan sumber-sember dan mengorganisir.

b. Pendidikan, dalam pengembangan masyarakat selalu terjadi proses

pembelajaran secara terus menerus baik dari masyarakat maupun

pekerja kemasyarakatan untuk memperbaiki ketrampilan, cara

berfikir, berinteraksi, dan mengatasi masalah. Peran ini meliputi:

membangun kesadaran, memberikan penjelasan, mengkonfrontasi-

kan kelompok, dan pelatihan.

c. Perwakilan, peran ini dijalankan oleh pengembang masyarakat

sebagai penyambung lidah kepentingan masyarakat terhadap pihak

luar untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan,

melakukan advokasi, menjalin kemitraan dan jaringan, sharing serta

menjadi juru bicara untuk masyarakat.

d. Ketrampilan teknik, peran ini harus dimiliki oleh seorang

pengembang masyarakat. Mengingat tidak semua masyarakat

memahami dan mampu menjalankan pekerjaan yang dirasakan

47
rumit. Seperti: seperti mengoprasikan kompeter, mengumpulkan dan

menganalisis data, manajemen dan pengendalian uang dan kegiatan

ini benar-benar mengedepankan kemampuan teknis (Muslim Aziz,

2008: 69-71).

2.2.5. Karakteritik Petani

Petani tidak lepas dengan identik masyarakat perdesaan yang kuno

dan segala peralatan yang jauh dari kata canggih. Dengan segala budaya

dan nilai-nilai yang menopang pada tatanan sosial, serta menjadi kultur

yang melekat pada masyarakat desa. Secara etimologi, kata “desa”

berasal dari bahasa Sansekerta, deshi, yang berarti tanah air, tanah asal,

atau tanah kelahiran. Oleh karena itu, kata “desa” sering dipahami

sebagai tempat atau daerah (sebagai tanah asalnya) tempat penduduk

berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat,

untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan

kehidupan mereka. Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan

sebagai “a groups of houses or shops in a country area, smaller than a

town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak

asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan national dan

berada di daerah kabupaten.

Dalam peradapan umat manusia pekerjaan atau profesi petani

menjadi suatu tidak lepas dari perkembangan baik dari segi teknologi

maupun dari segi keiluannya. Dalam dunia pertanian sendiri memang

48
ada dua jenis pertanian, yaitu; pertama, pertanian berpindah (shifting

cultivation), yaitu sistem prtanian yang dilakukan dengan cara

membuka sebagian lahan hutan. Biasanya hutan ditebang dan dibakar

kemudian diratakan dengan alat yang terbilang masih sederhana, serta

juga harus menanam bibit pohon lagi guna mengganti poho-pohon yang

tebang. Kedua, petanian menetap (sedentary agricultural) yang lebih

maju, umumnya pertanian ini lebih maju dalam segi alat-alatnya seperti

(cangkul, bajak, traktor), serta sistem perairan yang teratur serta dengan

pemupukan guna menunjang kesuburan tanah (Adon Nasrullah, 2017:

1-41).

Petani sebagai orang desa yang bercocok-tanaman artinya, mereka

bercocok tanam dan beternak di daerah perdesaan, tidak didalam

ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tngah-tengah kota atau dalam

kotak-kotak aspidistra yang diletakkan di atas ambang jendela. Dalam

pada itu mereka bukanlah farmer, atau pengusaha pertanian

(agricultural entrepreneur) seperti yang kita kenal di Amerika Serikat.

Farm Amerika pertama-tama merupakan sebuah perusahaan, yang

mengkombinasi factor-faktor produksi, yang dibeli di pasar untuk

memperoleh laba dengan jalan menjual hasil produksinya secara

menguntungkan di pasar hasil bumi. Sebaliknya peasant (petani

perdesaan) tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi; ia mengelola

sebuah rumahtangga, bukan sebuah perusahaan bisnis.

Sebagaimana petani merupakan bagian dari satu tatanan sosial yang

lebih luas dan berhubungan dengannya melalui koalisi-koalisi mereka,

49
maka begitu pula mereka mengambil bagian di dalam suatu tatanan

pengertian-pengertian simbolik, suatu ideologi, yang menyangkut

kodrat pengalaman-pengalaman manusiawi. Ideologi seperti itu terdiri

dari perbuatan-perbuatan dan gagasan-gagasan, upacara dan

kepercayaan; dan perangkat-perangkat perbuatan dan gagasan itu

memenuhi beberapa fungsi. Beberapa di antaranya adalah ekspresif,

seperti apabila orang memamerkan beda-benda simbolik di muka umum

pada peristiwa perkawinan, pemakaman, perayaan keagamaan, atau

pesta panen.

1. Upacara (seremonial), dalam masyarakat petani hubungan-

hubungan antara rumahtangga harus memeilhara keseimbangan

antara kepentingan-kepentingan unit-unit yang berpartisipasi dan

keentingan-kepentingan koalisi-koalisi yang mengikat kaum tani

kepada masyarakat yang lebih luas. Dalam hubungan ini, upacara

atau seremonial mempunyai satu fungsi khusus dalam rangka

mensahkan unit-unit sosial dan hubungan di antara mereka.

2. Tradisi keagamaan, relihi petani tidak dapat dijelaskan hanya segi

pengertian-pengertiannya sendiri semata-mata. Apabila ia berfungsi

untuk mendukung dan memelihara keseimbangan ekosistem dan

organisasi sosial petani, maka ia juga merupakan suatu komponen

dari suatu tatanan ideologis yang lebih luas. Agama, yang

menanggapi rangsangan-rangsangan, baik dari sector petani dalam

masyarakat maupun dari tatanan sosial yang lebih luas, menciptakan

satu hubungan lagi yang mengikat kaum tani kepada tanaman itu.

50
3. Gerakan-gerakan petani, lebih pada bentuk rotes dalam bentuk yang

seerhana di kalangan petani seringkali berpusat pada mitos tentang

suatu tatanan sosial yang lebih adil dan lebih samarata

dibandingakan dengan tatanan sosial yang sekarang bersifat hirarkis.

Sehingga gerakan petani menjadi faktor manifest guna mewujudkan

keadilan yang di idamkan oleh para petani dan menjadi suatu ujung

perubahan siklus pertanian yang menjunjung tinggi kemanusiaan

(Eric R, 1985: 2-190).

2.3. Landasan Teori


2.3.1. Teori Tindakan Sosial Max Weber

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan teori tindakan sosial

yang dikemukakan oleh sosiolog Max Weber sebagai alat untuk

menganalisa suatu fenomena yang terjadi dengan kacamata sosiologi.

Sehingga bisa ditarik benang merahnya dari penelitian ini bawah antara

korelasi antara Sekolah Tani di desa Lembor adalah sebuah bentuk

tindakan yang dilakukan oleh sekumpulan kelompok yang didasari

sebuah tujuan ataupun motif dalam mencapai suatu kelarasan dalam

mencapai tujuan yang sama dan dikehendaki bersama.

Korelasi antara teori tindakan sosial Max Weber dengen

fenomena yang diteliti ini adalah gambaran aktor dalam melakukan

suatu perilaku atau tindakan yang bersifat sebagai simulasi bagi individu

sehingga terjadi sebuah perubahan ataupun akibat-akibat yang

mempengaruhi lingkungan aktor tersebut. Dan terjadinya sebuah

51
interaksi tiap individu-individu yang menimbulkan sebuah motif dalam

sebuah cara berfikirnya.

Teori tindakan sosial Max Weber berorientasi pada motif dan

tujuan pelaku. Dengan menggunakan teori ini kita dapat memahami

perilaku setiap individu maupun kelompok bahwa masing-masing

memiliki motif dan tujuan yang berbeda terhadap sebuah tindakan yang

dilakukan. Teori ini bisa digunakan untuk memahami tipe-tipe perilaku

tindakan setiap individu maupun kelompok. Dengan memahami

perilaku setiap individu maupun kelompok, sama halnya kita telah

menghargai dan memahami alasan-alasan mereka dalam melakukan

suatu tindakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Weber, cara terbaik

untuk memahami berbagai kelompok adalah menghargai bentuk-bentuk

tipikal tindakan yang menjadi ciri khasnya. Sehingga kita dapat

memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut bertindak

(Pip Jones, 2003: 115).

Adapun penjabaran mengenai keempat klasifikasi tipe tindakan,

yaitu sebagai berikut: Pertama, Tindakan Tradisional, yaitu tindakan

yang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar secara

turun-temurun. Kedua, Tindakan Afektif, merupakan tindakan yang

ditentukan oleh kondisi-kondisi dan orientasi-orientasi emosional si

aktor. Ketiga, Rasionalitas Instrumental, adalah tindakan yang ditujukan

pada pencapaian tujuan-tujuan yang secara rasional diperhitungkan dan

diupayakan sendiri oleh aktor yang bersangkutan. Keempat,

Rasionalitas Nilai, yaitu tindakan rasional berdasarkan nilai, yang

52
dilakukan untuk alasan-alasan dan tujuan-tujuan yang ada kaitanya

dengan nilai-nilai yang diyakini secara personal tanpa

memperhitungkan prospek-prospek yang ada kaitanya dengan berhasil

atau gagalnya tindakan tersebut (Bryan S. Turner, 2012: 115).

Menurut Turner, adanya pembagian dari keempat tipe tersebut

oleh Weber, memberitahukan kepada kita tentang suatu sifat aktor itu

sendiri, karena tipe-tipe itu mengindikasikan adanya kemungkinan

berbagai perasaan dan kondisi-kondisi internal, dan perwujudan

tindakan-tindakan itu menunjukan bahwa para aktormemiliki

kemampuan untuk mengkombinasikan tipe-tipe tersebut dalam formasi-

formasi internal yang kompleks yang termanifestasikan dalam suatu

bentuk pencangkokan orientasi terhadap tindakan (Bryan S. Turner,

2012: 116).

Teori tindakan sosial yang cetuskan oleh Max Weber ini memiliki

orientasi pada disiplin Ilmu paradigma definisi sosial. Di mana dalam

diri paradima sendiri ada tiga, yaitu paradigma fakta sosial, definisi

sosial, dan tindakan sosial. Penganut paradigma ini mengaku

memusatkan perhatian kepada proses interaksi. Prinsip yang menguasai

antara hubungan individu dengan obyek sosial adalah sama dengan

prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek non

sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah

tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan

faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan

dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku.

53
Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku dengan perubahan

yang terjadi dalam lingkungan aktor. Sehingga muncul sebuah

padangan bahwa tiap individu yang melakukan sebuah interaksi

membuat ruang-ruang dialetika tiap actor memiliki motif dan tujuan

yang hampir sama (Ritzet G, 2014: 72).

Paradigm sendiri merupakan istilah yang pertama kali

dikemukan oleh Thomas Khun dalam karyanya The Structure of

Scientific Revolution. Dalam karyanya tersebut, Kuhn menawarkan

suatu cara yang bermanfaat bagi para sosiolog dalam mempe lajari

disiplin ilmu mereka. Kemudian George Ritzer mencoba mensintesiskan

pengertian paradigma dan mencoba merumuskan pengertian yang lebih

jelas dan terperinci yang mana menurut Ritzer, paradigma adalah

pandangan mendasar dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok

persoalan yang semestinya harus dipelajari oleh suatu cabang ilmu

pengetahuan. Dari pengertian para ahli ini, dapat diartikan bahwa dalam

berbagai paradigma terdapat suatu persamaan metode serta instrument

yang menjadi kacamata analisis dalam melihat berbagai keadaan yang

sedang dihadapi oleh rialitas masyarakat (Ritzer G, 2013: 6-7).

Rasionalitas merupakan sebuah tipe tindakan sosial yang

merupakan konsep dasar yang digunakan oleh Weber dalam melihat

sebuah tindakan sosial. Bagi Weber, rasionalitas menjadi sebuah kunci

dalam menganalisa secara obyektif mengenai arti-arti subjek dan juga

merupakan dasar paradigma mengenai jenis-jenis dalam tindakan sosial.

Menjadi penting bagi Weber, rasionalitas dalam sebuah tindakan sosial

54
lantaran adanya sebuah motif yang berbentuk tujuan-tujuan yang

disepakati dan berorientasi menjadi hasil sebagaimana sebab akibat

dalam sebuah paradigman ilmu sosial. Individu memiliki motif-motif

yang di pandang secara subjektif dalam membentuk sebuah lingkungan.

Rasionalitas instrument juga menjadi sebuah analisis dalam

melihat tindakan sosial, dimana individu sadar dalam bentuk

tindakannya. Secara analisi ini menjadi sebuah ekosistem yang coba

dibangun sedemikan rupa dalam bentuk tujuan itu sendiri dan individu

lain mensetujuinya dalam bentuk tindakan bersama.

55
Berikut merupakan skema teori tindakan sosial Max Weber:

Max Weber

Beorientasi Teori Tindakan


Paradigma
pada Motif Sosial Definisi
dan Tindakan
Sosial
Individu

Tipe
Tindakan

Tipe
Tindakan
Rasionalitas
Instrumental

Pencapaia
n Tujuan-
tujuan

56

Anda mungkin juga menyukai