Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BERKOMPETISI DAlAM KEBAIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Harian Mata Pelajaran


Al-quran Hadist

Guru Mata Pelajaran:


RONI WIJAYA, S.Hum

Disusun Oleh :
KELAS XI IPA I
Kelompok 1

1. ADISTIA FITMA HERLIZA


2. IKHTIARI ANDINI PUTRI
3. VIOLA RAMADHANI PUTRI
4. AGELYA SEPTI
5. ZASKIA AMANDA AZZAHRA

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KABUPATEN KERINCI


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Berkompetisi dalam kebaikan”.
Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi
penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam perbuatan makalah ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari
hasil makalah ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kerinci,15 Januari 2024

PENULIS

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................i

Daftar isi..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A.Latar belakang.......................................................................................1

B.Rumusan masalah..................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2

1. Pengertian Berkompetisi Dalam Kebaikan........................................2


a. Pengertian Kompetisi................................................................2
b. Pengertian Kebaikan.................................................................3
2. Dalil Tentang Kompetisi Dalam Kebaikan........................................5
3. Bentuk Berkompetisi Kebaikan dalam Sehari-Hari...........................8
a. Berlomba membantu sesama saudara........................................8
b. Berlomba menghafal Al-Qur’an...............................................8
c. Istiqomah berpuasa....................................................................8
d. Berlomba dalam bersedekah.....................................................8
e. Berlomba untuk berakhlak mulia..............................................8

BAB III PENUTUP............................................................................................11

A.Simpulan...............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa
untuk saling kenal mengenal. Allah SWT juga telah menurunkan kepada umat
manusia setiap masa seorang Rasul dengan membawa syariatnya masing-
masing. Kita tahu ada umat Yahudi, Nasrani, majusi, dan Islam serta umat
yang lain. Setiap umat pemeluk agama ( Kabilah ) mempunyai kiblat sendiri,
Orang Yahudi dan Orang Nasrani mempunyai tugas sendiri yang mereka
menghadap kepadanya. Allah memberi petunjuk kepada Umat Muhammad
kepada Kiblat yang di ridhoi Allah SWT yaitu Kakbah Umat Islam di
perintah oleh Allah SWT untuk berlomba-lomba dengan umat yang lain dalam
berbuat kebaikan, semua perbuatan akan mendapatkan penilaian dari Allah
SWT.
2. Rumusan Masalah

1 apa pengertian kompetensi dalam kebaikan?


2 bagaimana penjelasan perintah Allah subhanahu wa ta'ala dalam
Alquran ?
3 Bagaimana bentuk berkompetisi dalam kebaikan sehari hari?

3. Tujuan
a. untuk mengetahui pengertian kompetisi dalam kebaikan
b. Untuk mengetahui penjelasan Allah swt tentang berkompetisi dalam
kebaikan di dalam Al-quran
c. Untuk mengetahui bentuk berkompetisi dalam kebaikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Berkompetisi Dalam Kebaikan


a. Pengertian Kompetisi
Bernstein, Rjkoy, Srull, dan Wickens dalam Prayetno, mengatakan
bahwa kompetisi terjadi ketika individu berusaha untuk mencapai tujuan
untuk diri mereka sendiri dengan cara mengalahkan orang lain. Wrightsman
mengatakan bahwa kompetisi adalah aktivitas dalam mencapai tujuan dengan
cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih
untuk berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi. Salah
satunya adalah competitive reward structure, di mana tujuan yang dicapai
seseorang memiliki hubungan negatif, artinya ketika kesuksesan telah dicapai
oleh satu pihak maka pihak lain akan mengalami kekalahan. Hal ini disebut
sebagai Deutsch’s sebagai competitive Interdependence.1
Persaingan atau kompetisi dalam Kamus Bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai berlomba, berusaha menyamai atau mendahului. Menurut
Soekanto kompetisi adalah suatu proses dimana kelompok manusia bersaing
untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan pada suatu masa
tertentu (baik perseorangan atau kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian publik atau enggan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa
menggunakan ancaman atau kekerasan Kompetisi merupakan bagian dari
konflik, dimana konflik dapat terjadi karena perjuangan individu untuk
memperoleh halhal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas dan
lainnya, dimana tujuan individu yang berkonflik itu tidak hanya untuk
memperoleh keuntungan tetapi juga menundukkan saingannya. Pada dasarnya
setiap individu menyukai persaingan, siapa saja akan melakukan persaingan
terlebih lagi bila individu yang sedang bersaing tersebut memiliki kesempatan
untuk menang dalam persaingan tersebut.2

1
Prayetno, Sugeng, Hubungan Kompetisi Kerja dengan Organisasi Pembelajaran, Majalah
Manajemen & Bisnis Ganesha, Vol 1 No 1,2017. Halaman 81

2
Stauss dan Stayless menyatakan bahwa walaupun kompetisi sangat
berperan dalam mengembangkan individu, namun kompetisi yang berlebihan
lebih banyak merugikan daripada menguntungkan, yang akhirnya dapat
merusak kerjasama dan menimbulkan frustasi serta akibat yang tidak
diinginkan. Selain itu Brehn dan Kassin menjelaskan bahwa kompetisi
merupakan suatu usaha dengan melawan orang lain untuk kepentingan yang
lebih besar dengan ssmengesampingkan orang lain.3
Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetisi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan usaha keras
berkaitan dengan tujuan seseorang, dimana individu berusaha untuk
menyamai atau melebihi orang lain untuk memperlihatkan keunggulan
sehingga mendapatkan objek, pengakuan, gengsi, dan kehormatan dari orang
lain.
b. Pengertian Kebaikan
Kebaikan berasal dari kata baik, yang artinya elok, patut, teratur (apik,
rapi, tidak ada celanya dan sebagainya), mujur, beruntung (tentang nasib),
menguntungkan (tentang kedudukan dan sebagainya), berguna, manjur
(tentang obat dan sebagainya), tidak
jahat (tentang kelakuan, budi pekerti,keturunan dan sebagainya), jujur,
sembuh, pulih (tentang luka, barang yang rusak dan sebagainya), selamat,
tidak kurang suatu
apa), selayaknya, sepatutnya, (untuk menyatakan setuju), kebajikan. Kebaikan
adalah sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan
pandangan umum yang berlaku.4
Kebaikan merupakan suatu keadaan dan perbuatan yang dapat diterima oleh
masyarakat karena hal tersebut pantas iterima secara kemanusiaan dan dapat
memberi kenyamanan bagi mereka.
2
Anoraga P, Suyati S, Psikologi Industri dan Sosial: Cetakan Pertama, Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya, 1995.Halaman 54
3
Anoraga P, Suyati S, Psikologi Industri dan Sosial: Cetakan Pertama, Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya, 1995.Halaman 519
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-4, Cet. I, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008. Halaman 118-119

3
Pembahasan tentang kebaikan tidak dapat dipisahkan dari lawan
katanya yaitu keburukan. Untuk dapat dimengerti makna dari kebaikan maka
perlu ada perbandingan sifat sebaliknya. Oleh karena itu setiap membahas
konsep kebaikan, maka dengan sendirinya pasti terbahas juga
maknakeburukan. Berkaitan dengan itu, para ahli berusaha menganalisis
secara linguistik atas konsep baik dan konsep buruk.
Bahasa Arab konsep baik itu adalah diambil dari istilah ‘al-khair’ yang
berarti kebaikan. Kata ‘al-khair’ seakar dengan kata ikhtiar yang berarti
memilih atau kepemilihan. Secara leksikal kata ‘al-khair’ yaitu apa saja yang
dipilih dan dikehendaki oleh manusia. Dengan demikian maka apa saja yang
diinginkan oleh manusia adalah baik. Istilah lain kebaikan adalah sesuatu atau
tindakan-tindakan yang berasal daripilihan dan keinginan manusia. 5
Mengutip Baruch Spinoza: “seseorang tidak menginginkan sesuatu
karena diyakini sebagai kebaikan, tetapi sebaliknya, sesuatu itu disebut baik
karena seseorang menginginkannya. Tentunya,segala sesuatu yang dibenci,
dapat sebut buruk” Pada kesempatan lain ia mengatakan: “mencari,
menginginkan dan berusaha mendapatkan sesuatu bukan karena
menganggapnya baik, tetapi sebaliknya, karena seseorang menginginkan,
berusaha dan mencarinya, maka menyebut sesuatu itu baik
Banyak dari filosof muslim dan ahli-ahli bahasa muslim juga
mendefinisikan kebaikan sebagai sesuatu yang didambakan oleh semua orang
atau sebagai sesuatu yang disukai oleh setiap manusia. Definisi yang senada
juga terdapat dalam sebagian karya Aristoteles dalam Nicomachean Ethics, ia
mengatakan: “Benar yang mereka katakan bahwa kebaikan adalah segala
sesuatu yang menarik dan disukai oleh setiap orang”.Dari pemahaman
tersebut di atas dapat dikatakan bahwa awalnya kata baik diletakkan pada arti
keindahan yang dapat diketahui melalui indera, lalu mereka
menggeneralisasikan penggunannya pada keindahan-keindahan spiritual
(metafisis) dan moral.6

5
Fauziah, Mira, “Konsep Kebaikan Dalam Perspektif Dakwah”. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, Vol 3 No 1, 2019.Halaman 77

6
Ibid

4
2. Dalil Tentang Kompetisi Dalam Kebaikan
 Al Qur’an pada Surah al-Baqarah (2) ayat 148, yang Artinya: Bagi
setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-
lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti
Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Secara umum ayat ini dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat
Islam agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Pada ayat ini, Allah SWT.
menerangkan bahwa bagi setiap pemeluk suatu agamamempunyai kiblatnya
sendiri-sendiri, tentunya kiblat itulah yang menjadi kecenderungan mereka
untuk menghadap sesuai dengan keyakinan mereka, dan kaum muslimin
mempunyai kiblat yang ditetapkan langsung oleh Allah SWT. yaitu
Ka’bah.Dalam ayat tersebut juga, Allah SWT. selalu memerintahkan umat
Islam untuk senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan
(fastabiqul-khoirot).
Menghadap ke kiblat (Ka’bah) harusdipahami bahwa umat Islam
adalah satu.Makna dalam ayat ini yang dapat kita ambil yaitu hendaknya kita
giat dalam bentuk kebaikan. Selain itu ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah
nantinya akan mengumpulkan semua manusia, dimanapun dan dari arah
manapun mereka berada. Tidak ada seseorang pun yang luput dari
pengawasan Allah SWT. Semua akan diperlihatkan seluruh amalnya baik itu
amal baik maupun amal buruk dan semuanya akan mendapatkan balasan
sesuai dengan amalnya masing-masing.
 Pada surah Fatir (35) ayat 32, Allah SWT Berfirman yang Artinya:
Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang
menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih
dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itulah (dianugerahkannya kitab
suci adalah) karunia yang besar.Ungkapan menzalimi diri sendiri berarti
melakukan dosa, sedangkan kata pertengahan mengacu kepada orang yang
melakukan amalan yang wajib saja dan menjauhi dosa.

5
Secara umum ayat 32 surah Fatir (35) menerangkan bahwa Allah
SWT. Telah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah Saw. untuk digunakan
sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Namun, dalam realita kehidupan
diantara umat Islam ada berbagai macam sikap dalam mengambil Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup. Sikap-sikap mereka ini disebutkan di dalam ayat ini
yang terbagi dalam 3 golongan yaitu:
a. Kelompok Pertama (Zholimun Linafsih)
yaitu mereka yang menzalimi dirinya sendiri, yaitu orang yang
meninggalkan perintah Allah SWT. dan mengerjakan perkara yang
diharamkan. Atau golongan yang mengaku bergama Islam tetapi lebih
banyak melakukan perbuatan kejahatan dan dosa daripada kebaikannya.
Golongan ini merupakan golongan yang merugi, dan nantinya di akhirat
akan ditempatkan di neraka dan akan memperoleh siksaan karena
perbuatan dosanya. Namun setelah mereka disiksa sesuai dengan
kesalahan dan dosanya, mereka akan mendapatkan ampunan dariAllah
swt karena keimanannya sehingga dikeluarkan dari api neraka
b. Kelompok Kedua (Muqtasid),
Yaitu mereka yang bersikap pertengahan, yaitu mereka
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan. Namun, terkadang
mereka ini meninggalkan perkaraperkara yang disunnahkan
danmelakukan perkara-perkara yang dimakruhkan. Golongan ini
perbuatanbaiknya sebanding dengan perbuatan buruk. Golongan ini juga
akan ditempatkan di A’raf yaitu antara surga dan neraka. Kemudian
beberapa waktu yang telah ditetapkan Allah SWT. golongan ini lalu
dimasukkan ke dalam surga.
c. Kelompok ketiga (Sabiqun Bil Khairat),
yaitu mereka yang bersikap segera melakukan kebaikan-kebaikan
dengan izin Allah, golongan ini senantiasa mengerjakan perbuatan yang
diwajibkan dan disunnahkan serta menjauhi perkara yang diharamkan dan
dimakruhkan. mereka gemar berbuat kebaikan dan tidak mau berbuat
kejahatan atau dosa. Golongan ini mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.

6
 Pada surah An-Nahl (16) ayat yang ke :97 Allah SWT berfirman yang
Artinya: Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun
perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan
pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.
Ayat ini menekankan bahwa lakilaki dan perempuan mendapat pahala
yang sama dan bahwa amal kebajikan harus dilandasi iman.Di dalam ayat
tersebut An-Nahl 97,Allah SWT menjelaskan bahwa akan memberikan
kehidupan yang sejahtera kepada siapapun, baik itu laki-laki
maupunperempuan, apabila mereka mau beriman dan beramal saleh. Dan
balasan Allah SWTbernilai lebih tinggi daripada yang dikerjakan. Selain itu
ayat ini juga menjelaskan bahwa perbuatan seseorang dapat dikatakan baik
dengan diukur ketika ia menafkahkan hartanya. Apabila ia telah mampu
menyedekahkan harta yang dicintainya maka ia akan memperolehkebaikan
yang sempurna di hadapan Allah SWT. Hal ini tentunya disertai niat
sematamata hanya karena Allah SWT.7
3. Bentuk Berkompetisi Kebaikan dalam Sehari-Hari
Adapun bentuk berkompetisi dalam kebaikan dalam kehidupan sehari-
hari di antaranya:
a. Berlomba membantu sesama saudara
Salah satu berkompetisi dalam melakukan kebaikan yaitu membantu
sesama saudara. Hal tersebut dilakukan apabila sesama saudara akan haus
dari pertolongan manusia. Dan sesama manusia harus saling membantu
supaya jika mendapatkan kesusahan akan dibantu juga dengan orang lain.
b. Berlomba menghafal Al-Qur’an
Apabila ada seorang Muslim untuk melakukan kebaikan seperti berlomba
menghafalkan al-qur’an, pahala yang di dapat akan terus mengalir.
Berlomba dalam menghafalkan al-qur’an banyak berbagai macam
tantangan maupun ujian. Oleh karena itu umat muslim harus sabar dalam
menjalaninya.
c. Istiqomah berpuasa

7
Ibid

7
Dalam melakukan lomba kebaikan salah satunya yaitu berlomba
untukberpuasa. Karena dalam hal berpuasa bisa menahan emosi diri dan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Orang yang lomba untuk
berpuasa maka ketika berdoa diterima oleh Allah SWT.
d. Berlomba dalam bersedekah
Ada pula dalam berlomba-lomba untuk kebaikan dengan melakukan
bersedekah. Sifat yang timbul karena peduli terhadap orang lain
menjadikan orang untuk selalu bersedekah. Dalam bersedekah tidak akan
mempersempit rezeki, melainkan akan memperluas harta.
e. Berlomba untuk berakhlak mulia
Salah satu untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan yaitu berakhlak
mulia terhadap orang lain. Berakhlak mulia merupakan sifat terpuji yang
ditanamkan dalam diri manusia. Dalam berakhlak mulia akan membawa
hal dan dampak yang positif.8
Selanjutnya beberapa bentuk berkompetisi dalam kebaikan lainnya
ialah:
1. Melazimi sholat lima waktu sesuai dengan waktunya
dan menyempurnakan syarat dan rukunnya. Bagi para pria hendaknya
shalat wajib dilakukan dimasjid sebagaimana tuntunan Nabi SAW dan
para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
2. Melazimi sholat sunnah rawatib.
3. Melazimi sholat dhuha, tahajjud, witir, dan tahiyatul masjid.
4. Melazimi sholat istikharah saat dihadapkan masalah yang tidak diketahui
mana di antaranya yang lebih baik bagi dirinya secara agama dan dunia.
5. Melaksanakan puasa Ramadhan
6. Melazimi berbagai puasa sunnah.
7. Membayar zakat bagi yang telah sampai nishabnya.
8. Melaksanakan haji bagi sudah mampu dan aman jalan menuju ke sana,
jangan ditunda-tunda.
9. Melaksanakan umrah bagi yang mampu
10. Melazimi dzikir mutlak yang shahih.

8
Ibid

8
11. Melazimi doa yang ma’tsur dari Nabi SAW dan yang terdapat di dalam al
Quran, setiap hari.
12. Melazimi istighfar, shalawat dan berbagai kalimat thayyibah di setiap
waktu yang luang sehingga umurnya menjadi berkah dengan kebaikan
yang ringan namun bernilai tinggi.
13. Membiasakan untuk bersedekah walaupun hanya dengan tersenyum
kepada saudara sesama muslim saat bertemu.
14. Melazimi doa dan dzikir yang terkait dengan waktu-waktu dan
kejadiantertentu. Misalnya, dzikir saat masuk rumah dan keluar rumah,
masuk dankeluar kamar mandi, masuk dan keluar masjid, memakai dan
melepas pakaian, sebelum dan sesudah makan dan minum, saat hendak
berangkatbepergian, saat datang dari bepergian dan seterusnya.
15. Membaca Al-Qur’an setiap hari. Bila ingin sesuai sunnah nabi SAW maka
setiap bulan minimal khatam sekali.9

9
Yazdi, M. Taqi Mishbah, Falsafeh ye Akhlak, judul terjemahan Meniru Tuhan: Antara yang Terjadi
dan yang Mesti Terjadi, terj. Ammar Fauzi Heriyadi. Jakarta: Al-Huda, 2006.

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sebuah amal dikatakan jika di niati ikhlas karena Allah,pengertian dari
berlomba-lomba dalam kebaikan disini adalah berlomba dalam mencari
kebaikanyang diridhai oleh Allah. Banyak ayat AlQur’an dan Hadis Nabi
yang menjelaskan tentang berkompetisi dalam kebaikan. Sebagai manusia
ciptaan Allah sudahsepantasnya kita untuk berlomba dalam mencari
karuniaNya, dan untuk mencari karuniaNya salah satunya adalah dengan
berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya guna untuk bekal di hari akhir nanti.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga P, Suyati S, Psikologi Industri dan


Sosial: Cetakan Pertama, Jakarta: PT
Dunia Pustaka Jaya, 1995.
Brehn, S. S, S. M Kassin, Social
Psychology. Second edition. Boston:
Houghton Mifflin Company, 1993.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, edisi ke- 4,
Cet. I, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Fauziah, Mira, “Konsep Kebaikan Dalam
Perspektif Dakwah”. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi
Islam, Vol 3 No 1, 2019.
Hasan, Muhammad Sholeh, Bersegera
dalam Berbuat Baik. 2016.
Pahruroji, Buku Siswa Al-Quran Hadis MA
Kelas XI, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2019.
Prayetno, Sugeng, Hubungan Kompetisi Kerja
dengan Organisasi Pembelajaran, Majalah Manajemen & Bisnis
Ganesha, Vol 1 No 1, 2017.
Yazdi, M. Taqi Mishbah, Falsafeh ye Akhlak, judul terjemahan Meniru
Tuhan: Antara yang Terjadi dan yang Mesti Terjadi, terj. Ammar
Fauzi Heriyadi. Jakarta: Al-Huda, 2006.

11

Anda mungkin juga menyukai