Anda di halaman 1dari 17

TOKSIKOLOGI FORENSIK

KASUS BUNUH DIRI MENGGUNAKAN ASAM KLORIDA

(suicide by ingestion of hydrochlorid acid : a case report)

DOSEN PENGAMPU :Apt,Arief Rafsanjani. S,Farm

Disusun Oleh :

Baiq Ratna Ayu Lestari (210501006)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HAMZANWADI

PROGRAM STUDI FARMASI

2023

1
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Kasus Bunuh Diri Menggunakan HCL” yang diangkat dari jurnal internasional yakni
“Suicide By Ingestion Of Hydrochlorid Acid”. Makalah ini disusun sebagai tugas akhir Ujian
Akhir Semester yang diampu oleh Apt.arief Rafsanjani,M.Farm.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
toksikologi yang telah memberikan dan membimbing kami dalam pentelesaian tugas makakah
ini ,dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan tugas makalah ini

Penulis jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari study yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
pihak lain yang berkepenetingan pada umumnya

Selong,22 juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4

2.1. Latar Belakang ........................................................................................ 5

2.1. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

2.3. Tujuan ..................................................................................................... 5

BAB II........................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6

2.1.Pengertian Asam Klorida (HCL) ............................................................. 6


2.2.Pengertian Bunuh Diri ............................................................................. 7
2.3.Kasus Bunuh Diri Dengan Asam Klorida ................................................ 8
2.4.Onset dan Durasi Ketika Terpapar Asam Klorida ................................... 9
2.5.Pemeriksaan Kedokteran Forensik dan Farmasi Forensik ....................... 10
2.6.Antidotum dan Tatalaksana Terkena Paparan HCL ................................ 11

BAB III ...................................................................................................................... 14

KASUS DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 14

3.1.Kasus ........................................................................................................ 14

3.2. Pembahasan............................................................................................. 14

PENUTUP.................................................................................................................. 16

KESIMPULAN .......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Larutan asam klorida atau yang biasa dikenal dengan larutan HCl dalam air,adalah cairan
kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau B3.
Dalam skala industri, HCl biasanya diproduksidengan konsentrasi 38%. Ketika dikirim ke
industri pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi antara 32-34%. Pembatasan konsentrasi HCl
ini karena tekanan uapnya yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan kesulitan ketika
penyimpanan. Asam klorida adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam
as am l am bung. Senyawa ini digunakan secara luas dalam industry. Asam klorida dadlah
salah saatu air keras namun air keras bukan Cuma asam klorida saja. Semakin tinggi konsentrasi
yang ada pada asam kklorida maka tingkat kekorosifannya juga akan semakin tinggi dan sangat
berbahaya

As am kl ori da di gu nakan Asam klorida dapat digunakan untuk mengatur keasaman


(pH) larutan. Dalam industri yang menuntut kemurnian tinggi (makanan, farmasi, air minum),
asam klorida berkualitas tinggi digunakan untuk mengontrol pH aliran air proses. Asam
klorida(HCL) adalah reagen umum untuk netralisir bahan basa, dalam sintesis pewarna dan
bahan kimia dan dalam pemurnian logam. Menelan asam klorida menyebabkan lesi, terutama di
kerongkongan dan perut. Tingkat keparahan cedera ini akan bervariasi dengan konsentrasi asam.
Menelan HCL pekat dapat menyebabkan perforaso usus dan berakibat fatal. Sebagian besar
kasus melibatan konsumsi yang tidak disengaja oleh anak-anak atau pasien psikaitri, tetapi
digunakan untuk bunuh diri pada orang dewasa.

Kasus bunuh diri dengan HCL sangat jarang terjadi baik diindonesia maupun di kawasan
global. Di Amerika,kasus bunuh diri menggunakan HCL hanya ada 1 dari 5000 kasus yang
dilaporkan setiap tahunnya, di Italia, menurut data kementrian dan kesehatan , saat ini ada 1389
penerimaan untuk konsumsi kaustik dalam studi 2016.

Kasus menelan Asam klorida terjadi di italia, korban merupakan penderita gangguan jiwa
dan menelan Asam klorida saat sedang makan siang bersama istri, prevalensi menelan drngan
kematian korban sangat tidak jauh berbeda, dan setelah melakukan otopsi ditemukan beberapa
organ dalam terdapat perforasi,serta inflamasi yang hebat serta pada bagian tenggorokan dan
mulut yang terbakar. Hal tersebut menandakan Asam Klorida dengan tingkat persen yang tinggi
jika dikonsumsi atau sengaja tertelan akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya dan
prevalensi antara waktu menelan dengan waktu terlihatnya efek samping akan sangat cepat.

4
B. RUMUSAN MASALAH
 Apa itu HCL
 Apa itu racun
 Apa itu bunuh diri
 Bagaimana kasus bunuh diri dengan HCL dan mekanismenya didalam tubuh
 Berapa lama onset dan durasi HCL setelah terpapar
 Pemeriksaan kedokteran forensik dan farmasi forensic
 Pembedahan jenazah
 Bagaimana penanganan jika terkena paparan HCL dan Antidotumnya

C. TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH


 Mengetahui apa itu HCL
 Mengetahui apa itu racun
 Mengetahui apa itu bunuh diri
 Mengetahui kasus bunuh diri dengan HCL dan mekanismenya didalam tubuh
 Mengetahui Pemeriksaan kedokteran forensik dan farmasi
 Mengetahhui Pembedahan jenazah
 Mengetahui onset dan durasi HCL setelah terpapar
 Mengetahui antidotum jika tertelan HCL serta penanganan jika terkena paparan
HCL

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ASAM KLORIDA (HCL)

Asam Klorida adalah larutan akuatik dari gas hydrogen klorida (HCL). Ia adalah asam kuat ,dan
merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas
dalam industry. Asam klorida harus ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat karena
merupakan cairan yang sangat korosif . dengan produksi utama dimulai pada revolusi industry .
asam klorida digunakan dalam industry kimia sebagai pereaksi kimia dalam skala besar vinil
klorida untuk plastic PVC, dan MDI. Asam ini memiliki banyak aplikasi skala yang lebih kecil,
termasuk pembersih rumah tangga ,produksi gelatin dan aditif makanan lainnya. Sekkitar 20 juta
ton asam korida diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya. Manfaat dan kegunaan HCl
diantaranya adalah

1. Suatu apliaksi penting dari asam klorida berkualitas tinggi adalah regenerasi pertuakran
ion
2. Asam klorida digunakan untuk mengatur pH suatu larutan. Banyak dipakai di industry
pada proses pemurnian(industry makanan,farmasi, air minum), asam klorida yang
berkualitas tinggi digunakan untuk mengendalikan pH dalam proses permurnian air di
PDAM
3. Pelapisan atau pengawetan permukaan metal, untuk memindahkan besi oksida atau
mengelupas karena karat dan besi atau baja sebelum pengolahan
4. Asam klorida adalah suatu bahan kimia pokok, dan sepertinya halnya itu digunakan
untuk sejumlah besar aplikasi dari skala kecil, seperti bahan pembersih pada rumah
tangga dan industry manufaktur bangunan
5. Banyak reaksi kimia yang membutuhkanasam klorida dalam memproduksi makanan, dan
zat aditif makanan.

Asam klorida pekat (asam klorida berasap) membentuk kabut asam. Baik kabut asam maupun
larutannya mempunyai efek korosif terhadap jaringan tubuh manusia, dengan berpotensi
terhadap kerusakan organ pernafasan, mata, kulit, dan usus secara irreversible.Pada pencampuran
asam hidroklorida dengan zat kimia pengoksidasi biasa, seperti natrium hipoklorit (pemutih,
NaCIO) atau kaliaum permanganat (KMnO3) menhasilkan racun gas klor.

Peralaatan pelindung diri seperti sarung tangan karet atau PVC, kaca mata pelindung, dan
pakaian tahan zat kimia dan sepatu harus digunakan untuk meminimalisir resiko ketika
menangani asma klorida. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Seriakt mengatur tingkat
asam klorida sebagai suatu zat beracun. HCL merupakan cairan yang korosif, jika terpapar maka
akan berbahaya bagi tubuh. Bila terkena kulit, HCl bisa membuat kulit melepuh, terbakar, dan

6
nyeri. Jika tidak sengaja tertelan, efeknya bisa menyebabkan nyeri seperti terbakar yang parah,
sakit perut hebat, muntah darah, dan nyeri dada.

Sementara jika terhirup, asam klorida bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru yang
menyebabkan pengambilan oksigen terganggu. Imbasnya, kamu bisa mengalami berbagai
gangguan, seperti bibir dan kuku membiru, dada terasa sesak, tersedak, batuk darah, pusing, serta
pingsan.

2.2 PENGERTIAN BUNUH DIRI

Istilah suicide atau dalam terjemahan bahasa Indonesia diartikan dengan “bunuh diri”, dalam
sebuah literatur diperkenalkan pertama kali pada abad ke-17, berasal dari bahasa Latin Sui (diri
sendiri) dan Caedere (untuk membunuh). Istilah tersebut diperkenalkan dalam buku yang
berjudul Religio Medici, terbit pertama kali pada tahun 1643 oleh seorang physician sekaligus
philosopher berkebangsaan Inggris bernama Sir Thomas Browne (De Leo, Burgis, Bertolote,
Kerkhof, & Bille-Brahe, 2006). Istilah suicide mencerminkan pembedaan antara pembunuhan
terhadap diri sendiri dan pembunuhan terhadap orang lain (Minois, 1999). American Psychiatric
Association (APA) dalam website resminya mengartikan perilaku bunuh diri sebagai bentuk
tindakan dari individu dengan cara membunuh dirinya sendiri dan paling sering terjadi
diakibatkan oleh adanya tekanan depresi ataupun penyakit mental lainnya (APA, 2018). Secara
global, bunuh diri (suicide) telah menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia dalam rentang
usia 15 hingga 29 tahun di mana 79% dari bunuh diri terjadi pada negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah (WHO, 2018). Indonesia sendiri sebagai salah satu negara berkembang
juga ikut terperosok dalam fenomena suicide. Data yang terangkum dalam website
hallosehat.com oleh Fenadania (2016) mencatatkan jumlah kasus bunuh diri ditahun 2005 angka
mencapai 30.000 kasus, tahun 2010 sebanyak 5000 kasus, tahun 2012 sebanyak 10.000 kasus,
dan 2013 sebanyak 840 kasus. Data-data tersebut diluar dari jumlah kasus bunuh diri yang tidak
laporkan, dengan beberapa alasan semisal rasa malu ataupun untuk menjaga kehormatan dari
pelaku bunuh diri. Kasus bunuh diri di Indonesia sendiri lebih banyak dilakukan dengan cara
gantung diri, overdosis, atau menggunakan insektisida. Lebih lanjut berdasarkan gambar info
grafik kasus bunuh diri, terlihat bahwa laki-laki 4 kali lebih banyak melakukan bunih diri
dibanding perempuan, sedangkan perempuan 4 kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh
diri dibanding laki-laki. Data dari info grafik juga memperlihatkan beberapa pemicu kasus bunuh
diri, antara lain disebabkan oleh putus cinta, frustasi ekonomi, keluarga tidak harmonis serta
permasalahan pendidikan. (idham,2019).

7
2.3 KASUS BUNUH DIRI DENGAN ASAM KLORIDA

Bunuh diri adalah salah satu cara kematian yang tidak wajar. Prevalensikejadian bunuh diri
masih tinggi di beberapa negara, termasuk Indonesia.Berdasarkan data Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa danNapza (P2MKJN) Kemenkes RI menyatakan di
Indonesia terdapat lebih dari 16.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya (KOMPAS, 2021) Metode
yang digunakan bermacam-macam, mulai dari melukai diri sendiri hingga mengkonsumsi bahan
kimia berbahaya.Menelan asam klorida murni untuk bunuh diri adalah peristiwa yang jarang
terjadi tetapi mengancam jiwa. Berbeda dengan kasus keracunan akibat benzodiazepine atau
alkohol, asam atau alkali yang diencerkan biasanya menyebabkan kerusakan mukosa yang
terbatas. Asam cenderung tidak merusak esofagus dan menyebabkan nekrosis lambung dengan
nekrosis koagulasi, sedangkan alkali pekat menghasilkan kerusakan esofagus yang parah dengan
nekrosis likuifaksi (Koschny et al., 2013).
Dalam olah TKP, diperlukan ketelitian dalam menentukan cara kematian,apakah korban murni
bunuh diri atau dibuat seolah-olah bunuh diri. Pasal 133ayat 1 KUHAP menyatakan bahwa
“dokter ahli kehakiman atau dokter danatau ahli lainnya untuk kepentingan penyidikan dan
peradilan wajibmemberikan keterangan ahli dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban
tindak pidana yang berada dalam keadaan terluka, keracunan atau mati.” Hal ini menunjukkan
bahwa perlunya kerjasama yang baik antara pihak penyidik dan dokter forensik saat dilakukan
olah TKP, otopsi dan pemeriksaan laboratorium pada korban bunuh diri untuk menentukan
penyebab kematian(Yudianto, 2020).

Kasus bunuh diri dengan HCL sangat jarang terjadi baik diindonesia maupun di kawasan global.
Di Amerika,kasus bunuh diri menggunakan HCL hanya ada 1 dari 5000 kasus yang dilaporkan
setiap tahunnya, di Italia, menurut data kementrian dan kesehatan , saat ini ada 1389 penerimaan
untuk konsumsi kaustik dalam studi 2016.

Efek bahan kimia korosif ialah mengiritasi jaringan tubuh, menyebabkan peradangan lokal dan
kerusakan jaringan. Sedangkan efek pada sirkulasi tubuh ialah reaksi sistemik termasuk
kelumpuhan saluran pernafasan, gangguan fungsi detoksifikasi hati, gagal ginjal akut dan reaksi
inflamasi pada saluran pencernaan. Asam dianggap korosif bila memiliki konsentrasi tinggi, dan
merupakan stimulan pada konsentrasi rendah. Asam kuat yang menyebabkan cedera dengan
mengekstraksi air dari jaringan, protein koagulasi menjadi albuminat mengakibatkan perubahan
warna hitam atau coklat, dan mengubah hemoglobin menjadi asam hematin.(Rajesh, 2011;
Trisnadi, 2016)

menelan zat kaustik biasanya berkorelasi dengan bunuh diri. Sebagian besar pasien dating
dengan luka ringan yang sembuh tanpa kambuh, tetapi menelan zat korosif kuat secara massif
biasanya mengakibatkan nekrosis transmural esophagus dan lambung yang luas. Asam dapat

8
menginduksi modifikasi protein yang menyebabkan nekrosis kougulatif dan dapat mentebabkan
perforasi system gastrointestinal. Keruskaan lambung dapat terjadi akibat penumpukan asam
klorida di antrum akrena pilorospasme. Manifestasi utamanya adalah asiodsis metabolic,
hemolysis, gagal ginjal dan yang lebih jarang.

2.4 ONSET DAN DURASI KETIKA TERKENA HCL

Asam klorida sangatlah korosif. Semakin tinggi tingkat persennya maka semakin tinggi
oula kekorosifan yang ada pada HCL. Paparan uap asam klorida dalam konsentrasi kebih besar
10ppm menyebabkan iritasi pada mata dan selaput lendir, konsentrasi 1350ppm selama 1,5 jam
menyebabkan kekeruhan kornea pada hewan. Kerusakan mata akibat larutan asam klorida hanya
terjadi bila PH dibawah 3,8.

Jika terhirup maka akan menyebabkan sesask nafas, onset serta durasi terpapar HCL bisa
bervariasi tergantung dari seberapa besar persen dari HCL. Jika menghirup HCL 2% maka
kemungkinan sesak nafas masih sedikit dan tidak terlalu berpengaruh, namun jika menghirup
asam klorida 38% maka dalam waktu 2 menit saja sudah menyebabkan sesak nafas. Jika
menelan menelan asam klorida jika persentasi klorida dibawad 2% akan menyebabkan mual,
muntah,sakit kepala dan pusing. Sedangkan jika menelana sam klorida dengan persentasi yang
tinggi atau diatas 2% maka akan menyebabkan rasa terbakar pada mulut, tenggorokan,hidung,
muntah darah, perforasi lambung hingga kematian (Stephen,2020)

Presentasi klinis cedera korosif pada saluran pencernaan bagian atas tergantung pada
keadaan fisik, jenis dan jumlah zat korosif. Setelah menelan kaustik, pasien mengeluh nyeri dan
rasa terbakar di mulut dan tenggorokan, nyeri dada dan perut retrosternal, mual, muntah,
seringkali dengan kandungan darah. Gejala-gejala ini dapat berkembang segera setelah konsumsi
kaustik, atau tertunda selama beberapa jam setelah konsumsi dan dapat berlangsung berhari-hari
dan berminggu-minggu. Hipersalivasi, kesulitan menelan dengan edema, ulserasi atau plak
keputihan di rongga mulut, mukosa palatal dan faring adalah fenomena umum .Penelanan zat
korosif pada fase akut dapat menyebabkan cedera laring dan dapat menyebabkan laringospasme
yang berhubungan dengan dispnea, takipnea, disfonia, dan afonia. Aspirasi zat korosif dapat
menyebabkan nekrosis endotrakeal atau bronkial dengan mediastinitis, seringkali menyebabkan
hasil yang fatal

9
2.5 PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN FARMASI FORENSIK
1. Pemeriksaan Kedokteran forensic

Pemeriksaan yang dilakukan oleh kedokteran forensic dan farmasi forensic jika terdapat
kasus bunuh diri yang terduga menelan asam klorida adalah Pemeriksaan toksikologi
forensik dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus yang akan menunjukkan
perubahan warna biru menjadi merah jika ditempelkan pada jaringan yang terkena zat asam. Uji
perak nitrat juga dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan perak nitrat ke sampel.
Sampel dapat berupa swab dari bagian tubuh yang terpapar. Jika mengandung asam hidroklorida
akan membentuk endapan kuning yang tidak larut, dan menghasilkan endapan putih
yang akan larut apabila ditambahkan larutan ammonia

Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan, yang sejak
semula sudah dicurigai kematian akibat keracunan dan kasus yang sampai saat sebelum di
autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Harus dipikirkan
kemungkinan kematian akibat keracuan bila pada pemeriksaan setempat (scene investigation)
terdapat kecurigaan akan keracunan, bila pada autopsy ditemukan kelainan yang lazim
ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu, misalnya lebam mayat yang tidak biasa, luka
bekas suntikan sepanjang vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung serta bila pada autopsi
tidak ditemukan penyebab kematian. Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan penting, yaitu:

1. Pemeriksaan di tempat kejadian


Perlu dilakukan untuk membantu penentuan penyebab kematian dan cara kematian.
Pengumpulkan barang bukti, meliputi :
a. Bau. Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang kiranya ditelan
oleh korban. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus menekan
dada mayat untuk menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari
lubang-lubang hidung dan mulut.
b. Segera. Pemeriksa harus segera berada di samping mayat dan harus menekan dada
mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari lubang
hidung dan mulut.
c. Pakaian. Pada pakaian dapat ditemukan bercak-barcak yang disebabkan oleh
tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat
karena asam sulfat dan klorida atau kuning karena asam nitrat.
d. Lebam mayat. Warna lebam mayat yang tidak biasa juga punya makna. karena warna
lebam tubuh pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
Perubahan warna kulit. Pada hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis pada

10
telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu
kebirubiruan akibat keraunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat
dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan
fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen
karena terjadi gangguan fungsi hati.
2. Pembedahan Jenazah
Segera setelah rongga dada dan perut dibuka, tentukan apakah terdapat bau yang
tidak biasa (bau racun). Bila pada pemeriksaan luar tidak tercium "bau racun" maka
sebaiknya rongga tengkorak dibuka terlebih dahulu agar bau visera perut tidak
menyelubungi bau tersebut,bau asam klorida sangat kuat dan dapat langsung tercium.
Saat dilakukan otopsi yang harus dilakukana dalah menemukan ada tidaknya luka
bakar berwarna coklat kehitaman pada daerah mulut dan saluran cerna ,ada tidaknya
perforasi lambung dan usus. Pada organ paru biasanya ditemukan tanda-tanda edema
saluran nafas bila asam klorida terhirup ((DiMaio & DiMaio, 2001; Identification,
2019; Sauko & Knight,2015;Trisnadi, 2016; Yudianto, 2020)

2.6.ANTIDOTUM DAN TATA LAKSANA PAPARAN HCL

Tidak ditemukan antidotum untuk asam klorida, namun terdapat perawatan atau tata laksana
jika terpapar oleh HCL. Tujuan terapinya adalah untuk mencegah perforasi dan menghindari
fibrosis progresif dan stenosis esofagus dan lambung. Kemungkinan perforasi esofagus atau
lambung hanya dapat diobati dengan pembedahan. Diantaranya adalah :

Operasi darurat– Intervensi bedah darurat diindikasikan pada kasus perforasi esofagus atau
lambung meskipun sulit diprediksi pada awalnya. Pasien dengan syok, gangguan koagulasi atau
asidosis dan mereka yang menelan sejumlah besar zat korosif cenderung mengalami cedera
pascakorosif yang parah dan laparotomi dan reseksi segmen yang rusak mungkin bermanfaat
dalam pengobatan pasien ini. Dilakukan esofagotomi total atau gastrektomi dan penempatan
gastrostoma atau jejunostoma untuk nutrisi buatan. Dalam salah satu penelitiannya, Zargar
menyarankan intervensi bedah segera pada pasien dengan luka parah pasca-korosif (grade IIIB),
sehingga menganjurkan penurunan mortalitas dan morbiditas pada pasien ini. Penulis lain
menentang reseksi esofagus dan lambung yang mendesak.

Netralisasi zat korosif – Sejumlah besar penulis berpendapat bahwa netralisasi merupakan
kontraindikasi karena, agar efektif, harus dilakukan dalam satu jam pertama setelah menelan zat
kaustik. Alkali dapat dinetralkan dengan cuka ringan, jus lemon atau jeruk. Asam dapat
dinetralkan dengan susu, telur atau antasida. Natrium bikarbonat tidak dianjurkan karena
menghasilkan karbon dioksida, yang meningkatkan risiko perforasi. Beberapa penulis
berpendapat bahwa panas yang dihasilkan dalam reaksi netralisasi meningkatkan kemungkinan
cedera tambahan pada saluran pencernaan bagian atas. Emetik dikontraindikasikan karena
paparan ulang zat korosif yang menyebabkan eksaserbasi cedera. Arang aktif juga merupakan
kontraindikasi

11
Antibiotik – Penggunaan antibiotik pada keracunan kaustik akut masih diperdebatkan. Karena
tidak ada cukup banyak studi terkontrol yang akan mengkonfirmasi perlunya penggunaan
antibiotik, banyak penulis tidak merekomendasikannya dalam pengobatan keracunan
kaustik. Namun, uji coba terkontrol pada hewan telah mengungkapkan bahwa invasi bakteri pada
mukosa pasca-korosif yang rusak dan peradangan parah menginduksi granulasi jaringan dengan
pembentukan fibrosis jaringan yang dihasilkan. Itulah sebabnya beberapa penulis membenarkan
pemberian antibiotik spektrum luas, paling sering dari kelompok penisilin .

Pencegahan striktur – Pembentukan striktur adalah komplikasi pasca-korosif yang paling


parah. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa pembentukan striktur dapat dicegah atau
dikurangi dengan penggunaan steroid, stenting, penggunaan selang nasogastrik dan diet
seimbang, dan dilatasi intraluminal retrograde.

Kortikosteroid – Penggunaan kortikosteroid pada keracunan kaustik akut terus menjadi isu yang
diperdebatkan. Beberapa penelitian termasuk 361 pasien menunjukkan 19% stenosis esofagus
dan lambung pada pasien yang diobati dengan kortikosteroid dan 41% stenosis pada mereka
yang tidak menerima kortikosteroid. Deksametason 1 mg/kg/hari atau prednisolon 2 mg/kg/hari
diberikan pada pasien ini

Beberapa penelitian tidak membuktikan efek pencegahan kortikosteroid dalam pembentukan


striktur tetapi telah menunjukkan peningkatan risiko timbulnya peritonitis atau
mediastinitis. Studi multisentris yang terdiri dari 572 pasien yang dilakukan pada waktu yang
sama di beberapa negara Eropa menunjukkan bahwa kortikosteroid tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pencegahan stenosis pasca-korosif pada keracunan korosif akut.

Nutrisi – Kerusakan saluran cerna yang luas menghambat nutrisi fisiologis pada pasien
ini. Dalam waktu singkat, pasien ini mengalami kondisi umum yang parah karena keadaan
hiperkatabolik dan keseimbangan alkali negatif . Jenis nutrisi buatan tergantung pada tingkat
kerusakan esofagus atau lambung yang terlihat melalui endoskopi.

Pada pasien dengan derajat kerusakan I dan II A, nutrisi parenteral total dalam 24-48 jam
pertama diikuti dengan diet cair sampai hari ke 10 . Setelah itu, asupan makanan bisa dalam
rejimen yang lebih bebas.

Pelebaran esofagus – Dilatasi esofagus intraluminal retrograde dilakukan untuk pencegahan


atau pelebaran penyempitan esofagus yang sudah dibuat. Menurut beberapa penulis, hal itu bisa
dilakukan segera setelah cedera atau 15 hari setelah konsumsi. Sikap yang dominan adalah
paling aman untuk memulai dengan pelebaran esofagus 6 minggu setelah konsumsi. Kemudian
dilakukan setiap 2 sampai 3 bulan dalam beberapa interval waktu berturut-turut .

12
Terlepas dari pengalaman positif yang disajikan, metode ini tidak direkomendasikan oleh banyak
penulis karena dapat menimbulkan trauma esofagus, dapat menyebabkan perdarahan dan
perforasi esofagus dan dapat meningkatkan predisposisi pembentukan fibrosis

Penggunaan sukralfat – Terdapat laporan subyektif bahwa penggunaan sukralfat dapat


menurunkan persentase stenosis pasca-korosif pada saluran pencernaan bagian atas .

Stent esofagus – Pada pasien dengan cedera esofagus tingkat IIB dan III, stent intraluminal yang
dirancang khusus di bawah panduan endoskopik dapat dipasang sebagai pencegahan atau setelah
timbulnya stenosis. Jumlah studi terkontrol yang terbatas belum memberikan dukungan
substansial untuk metode ini

Pembedahan – Intervensi pembedahan diindikasikan bila ada:

 stenosis lengkap yang tidak dapat diobati dengan metode konservatif biasa;
 cacat kerongkongan atau perut terdeteksi dengan pemeriksaan x-ray;
 pembentukan fistula.

13
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. KASUS

Sebelum makan siang di hadapan istrinya, seorang priaberusia 37 tahun dengan riwayat penyakit
kejiwaan dan ancaman bunuh diri menuangkan sekitar 250 mL asam klorida33%–35% ke dalam
gelasnya dan meminumnya. Istrinyasegera memberi tahu layanan darurat, dan pria itu dibawa ke
rumah sakit setempat. Dokter melakukan serangkaian tesdarah awal yang mengungkapkan
asidosis metabolik yang parah (pH 7,21) dengan tanda leukositosis (21.000 c/mm3 ), dan
radiologi menunjukkan tanda-tanda perforasi multipel pada saluran pencernaan. Sebuah
trakeotomi dilakukan, dan terapi medis digunakan untuk mencoba dan membatasi efek
berbahaya dari asam sebelum dilakukan laparotomi eksplorasi. Namun, tidak lama setelah masuk
ke rumah sakit, pasien meninggal karena syok hipovolemik yang parah karena nekrosis esofagus
dan lambung yang massif Otopsi dilakukan 36 jam setelah kematian. Lidah, faring, dan laring
menunjukkan kerusakan akibat asam yang tertelan.Permukaan mukosa esofagus ditandai dengan
nekrosis koagulasi, terutama pada sepertiga distal. Bahkan pada tingkat mukosa trakea, terdapat
erosi koagulatif kecil yang disebabkan oleh konsumsi asam. Ada cairan coklat di dekat lubang
perut. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis jeroan perut menunjukkan adanya larutan di
atas kelengkungan lambung yang lebih besar dengan nekrosis koagulasi di seluruh dinding
lambung, yang membuatnya tampak hitam dan menebal .Ciri-ciri kerusakan serupa juga
ditemukan di usus kecil limpa, dan struktur pembuluh darah di sekitarnya

3.2. PEMBAHASAN

 Pasien berusia 37 tahun dengan riwayat penyakit kejiwaan dan mengancam akan bunuh
diri dan menelan asam klorida 33%-35% yang dituangkan kedalam minumannya
 Setelah dilarikan ke rumah sakit pasien tidak tertolong dan dilakukan otopsi 36 jam
setelah kematian
 Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil : korban mengalami asidosis metabolic
yang parah dengan ph (7,21), leukosit 210000 c/mm3 dan mengalami perforasi multiple ,
lidah,faring dan laring menunjukan kerusaka akibat asam yang tertelan. Permukaan
esophagus terdapat nekrosis koagulatif, terdapat cairan coklat didekat lubang perut.

14
Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis jeroan perut menunjukkan adanya larutan di
atas kelengkungan lambung yang lebih besar dengan nekrosis koagulasi di seluruh
dinding lambung, yang membuatnya tampak hitam dan menebal .Ciri-ciri kerusakan
serupa juga ditemukan di usus kecil limpa, dan struktur pembuluh darah di sekitarnya
 Cara masuknya racun melalui oral
 Diduga penyebab kematian korban dikarenakan syok hipovolemik akibat mengkonsumsi
asam klorida
 Kasus keracunan HCL adalah murni bunuh diri dan tidak karena indikasi criminal lainnya

15
BAB IV
KESIMPULAN

Larutan asam klorida atau yang biasa dikenal dengan larutan HCl dalam air,adalah cairan
kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau B3.
Dalam skala industri, HCl biasanya diproduksidengan konsentrasi 38%. Ketika dikirim ke
industri pengguna Kasus kematian akibat asam klorida sngat jarang terjadi, di amerika hanya ada
1 kasus dari 5000 kasus yang dilaporkan tiap tahunnya. Antidotum untuk paparan HCL masih
belum ditemukan tetapi hanya ada cara perawatan jika seseorang menelan HCL diantaranya
yakni pembedahan,pemberian antibiotic, pemberian sukralfat,netralisir zat korosif,pelebaran
esophagus dan pemberian kortikosteroid.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sauko, P., & Knight, B. (2015). Accessing the E-book edition KNIGHT ’ SFORENSIC
PATHOLOGY.

Trisnadi, S. (2016). A Death of a Man Due to Strong Acid Trauma at a Rice Field , a Homicide
or Suicide ? Medicine and Health, 7(1), 35–39

Idham,F,A.,Sumantri,F,A.,Rahayu,P.2019,ide dan upaya bunuh diri pada mahasiswa,.jurnal


psikologi ilmiah.,11(3)

Yudianto, A. (2020). Ilmu Kedokteran Forensik (A. Yudianto (ed.)). SCOPINDO

Cibishev.A,pereska.,Z.,cibisheva,V.,simonosvka.,N,2012,.corrosive poisoning in adults.,journal


of the academy of medical sciencesof bosnia and Herzegovina. 24(2),125-130

Sianutri R,zulaeha,.R.,2022.,peningkatan bunuh diri pada masa pandemic covid-19 dapat


disebabkan oleh depresi.,jurnal ilmiah keperawatan altruistic.,vol5(1),

Tambunan.,E.,yodianto.,A.,2022.,pemeriksaan toksikologi pada kasus bunuh diri dengan asam


klorida dan tinjauan aspek medikolegal.,jurnal hokum kesehatan Indonesia. Vol2(1).,62-66

Marsela,L,G.,felola.,A. calvisi.,G.,serri,F,arcangeli,M,2019.,sicide by ingestion of hydrochloric


acid : acase report.

17

Anda mungkin juga menyukai