4. Ada tiga metode yang dapat digunakan di dalam menyusun anggaran laba suatu Perusahaan
1) Metode A Posteriori Adalah metode penyusunan anggaran laba dimana jumlah laba
ditetapkan sesudah proses perencanaan (planning) secara keseluruhan, termasuk
penyusunan angaran operasional. Metode ini menggunakan anggaran penjualan sebagai
titik tolak penyusunan anggaran operasional.
2) Metode A Priori Metode a priori adalah metode penyusunan anggaran laba dimana
jumlah laba ditentukan pada awal tahap proses perencanaan secara keseluruhan.
Bedasarkan jumlah laba yang telah ditentukan tersebut, perusahaanmembuat anggaran
komprehensif.
3) Metode Pragmatis Metode pragmatis adalah metode penyusun anggaran laba, dimana
jumlah laba yang direncanakan di tetapkan bedasarkan suatu standar tertentu yang telah
teruji secara empiris dan di dukung oleh pengalaman. Dengan menggunakan suatu
tingkat target laba yang di peroleh dari pengalaman, pengharapan atau perbandingan,
pihak manajemen menetapkan standar laba relative yang di anggap memandai bagi
perusahaannya.
Poin 2 : Penetapan harga transfer merupakan perbedaan terbesar yang ada dalam
mengendalikan operasi domestic dengan operasi luar negeri. Pada operasi domestic, kriteria
untuk sistem harga transfer hampir semata-mata hanya keselarasan tujuan, artinya sasaran
pokok adalah mngembangkan sistem harga transfer yang menjamin bahwa tindakan yang
diambil manajer divisi akan sesuai dengan kepentingan keseluruhan perusahaan.
Poin 3 : Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari
satu mata uang ke mata uang lainnya. Translasi mata uang asing dilakukan untuk
mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca
informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan
keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
2. Karakteristik yang membedakan organisasi jasa secara umum dari organisasi manufaktur:
a) Tidak adanya Persediaan
Pada perusahaan manufaktur baranhg dapat disimpan sebagai persediaan, dan persediaan
ini merupakan penyangga yang meredam pengaruh fluktuasi pengaruh volume penjualan
atas kegiatan produksi. Sedangkan Jasa tidak dapat disimpan, apabila peluang tidak
diambil maka peluang akan hilang.
b) Produk Tidak Standar
Pada eberapa orgtanisasi jasa seperti ; rumah makan siap sntap ( fast-food restaurants)
produknya sudah distandarisasi seperti produk di pabrik , tetapi kebanyakan setiap
pekerjaan berbeda dengan pekerjaan lain sehingga biaya standar , yang serupa dengan
yang digunakan di pabrik tidak dapat disusun.
c) Padat karya
Organisasi jasa cenderung bersifat pada karya ( labor intensive) artinya ; cenderung
hanya memerlukan modal yang relative kecil per unit hasil. Lebih sulit untuik
mengendalikan kegiatan pada organisasi padat karya dibandingkan dengan pada orasi
yang aliran kerjanya dipacu atau didominasi oleh mesin.
d) Pengukuran Kuantitas
Kuantita bergerak melalui proses produksi, jumlah dalam persediaan, dan jumlah yang
mengalir ke pelanggan, dapat dengan mudah diukur., Tetapi tidaklah praktis untuk
mengukur kuantitas jasa, kita dapat mengukur jumlah pasien yang dilayani dokter dalam
sehari.
Tahun
Tahun Laba Usaha (Y) X XiYi Xi2
ke
-
2019 0 731.500.000 -2 1.463.000.000 4
-
1020 1 902.400.000 -1 902.400.000 1
2021 2 968.750.000 0 - 0
2022 3 1.071.000.000 1 1.071.000.000 1
2023 4 1.182.000.000 2 2.364.000.000 4
Total…. 4.855.650.000 0 1.069.600.000 10
2024 5 …? 3 …?
1.069.600 .000
b=
10
b= 106.960.000
X=3
Y = a +bx
Y = 971.130.000 + 106.960.000 (X)
Y = 971.130.000 + 106.960.000 (3)
Y = 971.130.000 + 320.880.000
Y = 1.292.010.000
Untuk memperoleh laba usaha sebesar Rp. 1.292.010.000 tersebut, perusahaan harus
melakukan penjualan sebesar sbb :
435.000 .000+1.292 .010 .000
Titik Impas = 1−1.000 .000 /2.500 .000
1.727 .010.000
Titik Impas = 1−0 , 4
1.727 .010.000
Titik Impas = 0 ,6
Titik Impas = 2.878.350.000
Jadi nilai penjualan yang dianggarkan pada tahun 2024 Rp. 2.878.350.000