AKUNTANSI MANAJEMEN
OLEH :
YUANITA CHRISTIANI LADO
2015 411 440
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS FLORES
PENGANGGARAN
A. Pengertian Penganggaran
Anggaran (Budget) adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif aktivitas
usaha sebuah organisasi (pemasaran, produksi dan keuangan). Anggaran mengidentifikasi sumber
daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode yang
dianggarkan.Anggaran memaparkan bagaimana sumber daya diharapkan akan diperoleh dan
digunakan selama periode waktu tertentu.
Penganggaran (Budgeting) adalah proses penyusunan anggaran. Proses Penganggaran yang
dilaksanakan untuk menyusun sebuah induk anggaran adalah vital bagi pengelolaan bisnis yang
efektif dan efisien.Informasi anggaran dimanfaatkan di seluruh proses manajemen bisnis
kendatipun aplikasi anggaran adalah dalam fungsi perencanaan dan pengendalian.
Penyusunan Anggaran dilakukan hanya jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban
yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan bagi tiap manajer yang
bertanggungjawab dalam usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tahun
anggaran.Anggaran operasi biasanya mencakup satu tahun dan menyajikan pendapatan dan bebean
yang direncanakan untuk tahun dianggarkan.Anggaran memiliki karakteristik berikut:
1. Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis
2. Anggaran pada umumnya mencakup periode satu tahun
3. Anggaran merupakan komitmen manajemen
4. Usulan anggran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang pihak yang
menganggarkan
B. Tujuan Penganggaran
Adapun Tujuan Penyusunan Anggaran adalah :
a. Untuk memprediksi transaksi dan kejadian financial dan nonfinansial di masa yang akan dating.
b. Untuk mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran.
c. Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa
menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.
d. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran
dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
e. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi
ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya
mencapai tujuan perusahaan.
f. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan
sumber daya.
C. Manfaat Penganggaran
Manfaat dari anggaran dapat diuraikan sebagai berikut :
Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
Dapat digunakan sebagai alat penilaian kelebihan dan kekurangan pegawai
Dapat memotivasi karyawan karena ada tujuan/sasaran yang akan dicapai
Menimbulkan rasa tanggung jawab pegawai
Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu
Sumber daya yang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin
D. Fungsi Penganggaran
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam
pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam
menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
a. Fungi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan salah satu
fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
lainnya.Sebelum perusahaan melakukan operasinya, pimpinan dari perusahaan tersebut harus
lebih dahulu merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan di masa datang dan hasil
yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta bagaimana melaksanakannya. Dengan
adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat terlaksana dengan baik.
b. Fungsi Komunikasi
Rencana manajemen tidak akan dilaksanakan kecuali organisasi memahami apa rencana
tersebut.Oleh karena itu, seluruh rencana dan tujuan yang hendak dicapai perusahaan seyogianya
dikomunikasikan kepada manajer setiap departemen didalam perusahaan.Penganggaran berfungsi
sebagaia alat komunikasi yang dipakai oleh berbagai manajer untuk :
Bertukar informasi perihal tujuan,gagasan dan pencapaian
Berinteraksi dan memupuk kesadaran bagaimana setiap aktivitas mereka berkontribusi kepada
seluruh aktivitas perusahaan.
c. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau
bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat
menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya. Anggaran yang
berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai
bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk
itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam
perusahaan, karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya
sudah diatur dengan baik.
d. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan
itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelurnnya dapat
dicapai. Dengan demikian pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan
apabila perlu. Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang
dianggarkan, apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja
dengan baik dalam mengelola perusahaan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan
akan tetapi mencegah dan nemperbaiki kesalahan. Sering terjadi fungsi pengawasan itu disalah
artikan yaitu mencari kesalahan orang lain atau sebagai alat menjatuhkan hukuman atas suatu
kesalahan yang dibuat pada hal tujuan pengawasan itu untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan
dan rencana perusahaan.
Akun Anggaran
4. Anggaran Fleksibel
Untuk tujuan kendali dan evaluasi kinerja, anggaran fleksibel jauh lebih bermanfaat karena
anggaran ini tidak dibatasi hanya pada satu tingkat aktivitas saja.Anggaran Fleksibel (flexible
budgeting) adalah penganggaran yang mengaitkan volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang
dianggarkan. Dengan demikian perubahan yang mungkin terjadi dalam tingkat aktivitas dapat
dimasukkan ke dalam sistem anggaran dengan menerapkan anggaran fleksibel. Anggaran fleksibel
sebenarnya merupakan serangkaian anggaran untuk bermacam-macam tingkat aktivitas. Anggaran
semacam ini terutama bermanfaat dalam menaksir dan mengendalikan biaya pabrikasi dan beban
operasi.Selain itu, anggaran fleksibel dapat menyediakan informasi selisih anggaran sesudah
menyesuaikannya dengan perubahan volume aktivitas.Anggaran fleksibel mempunyai tiga
kegunaan, antara lain :
Anggaran fleksibel dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data taksiran
tingkat aktivitas
Anggaran fleksibel dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung berapa seharusnya biaya
untuk tingkat aktivitas aktual
Anggaran fleksibel dapat menolong manajemen dalam menghadapi ketidakpastian dengan
memampukan mereka melihat taksiran hasil dalam kisaran aktivitas tertentu.
PT.Pandang Belantara
Anggaran Fleksibel Departemen Perakitan
Biaya Variabel :
TKL (Rp400/unit) Rp.400.000 Rp.800.000
Rp.1.200.000
Listrik (Rp50/unit) Rp.400.000 Rp.800.000
Rp.1.200.000
Jumlah biaya variabel Rp.400.000 Rp.800.000
Rp.1.200.000
Biaya Tetap :
Gaji penyelia Rp.220.000 Rp.220.000 Rp
220.000
Listrik Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp
10.000 Jumlah biaya tetap Rp.230.000 Rp.230.000 Rp
230.000
1) Anggaran Operasi
Anggaran operasi (operation budget) merupakan deskripsi rinci pendapatan dan biaya yang
dibutuhkan untuk mencapai laba usaha yang memuaskan.Anggaran operasi menjelaskan tentang
aktivitas yang mengalirkan laba bagi perusahaan : penjualan, produksi, dan persediaan barang jadi.
Hasil akhir anggaran operasi adalah laporan penghasilan usaha dianggarkan.Adapun macam-
macam anggaran operasi, antara lain :
a. Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan suatu penentuan jumlah unit penjualan yang diperkirakan akan
dijual di dalam suatu perusahaan untuk periode yang akan datang. Pada umumnya anggaran
penjualan ini akan menyebutkan jumlah unit yang dijual serta harga jual per unit produk tersebut
untuk masing-masing daerah penjualan yang ada. Dengan demikian, maka dari anggaran penjualan
yang disusun tersebut akan dapat diketahui proyeksi penerimaan pendapatan perusahaan dari
penjualan produk serta jumlah unit untuk masing-masing jenis produk yang dijual.
Untuk menyusun anggaran penjualan ini perlu disusun peramalah penjualan perusahaan
dengan mempergunakan model yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi dari penjualan
produk perusahaan. Beberapa model yang dapat dipergunakan untuk mengadakan penyusunan
anggaran penjualan produk perusahaan ini antara lain model tren pangkat tunggal, tren pangkat
dua, regresi, dan lain-lain.
b. Anggaran Produksi
Anggaran produksi dapat disusun setelah mengetahui berapa besar rencana penjualan untuk
masing-masing produk. Rencana penjualan ini dapat dilihat dalam anggaran penjualan.
Berdasarkan rencana penjualan yang telah tersusun tersebut serta dengan mempertimbangkan
perubahan persediaan produk akhir yang ada , maka anggaran produksi akan dapat disusun.
Di dalam menyusun anggaran produksi bulanan, maka akan dikenal penerapan dari pola
produksi yang ada di dalam perusahaan. Di dalam pemilihan pola produksi untuk perusahaan,
maka manajemen selayaknya mempertimbangkan berbagai macam faktor yang berhubungan
dengan biaya –biaya yang harus menjadi tanggungan perusahaan apabila perusahaan tersebut
memilih salah satu dari pola produksi tersebut. Sebagaimana diketahui, pola produksi ada tiga
macam :
a. Pola produksi konstan
Merupakan pola produksi di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan adalah sama atau relatif
sama, walaupun terdapat perubahan penjualan produk perusahaan dari satu bulan dengan bulan
yang lain.
b. Pola produksi bergelombang
Merupakan pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan mengalami perubahan sesuai
dengan perubahan penjualan, sedangkan jumlah persediaan barang jadi adalah stabil atau tetap.
c. Pola produksi moderat
Merupakan suatu pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan selalu mengalami
perubahan, namun perubahan ini tidak akan sebesar perubahan penjualan produk yang ada.
Perubahan penjualan produk akan diserap secara bersama-sama di dalam perubahan jumlah
produksi dan persediaan barang jadi. Manajemen perusahaan akan berusaha untuk mengadakan
pemilihan pola produksi yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut.
Untuk menghitung unit produksi yang akan diproduksi dapat menggunakan formulasi berikut
:
Tingkat persediaan akhir barang jadi yang dikehendaki
+ Estimasi penjualan pada periode yang akan datang (anggaran penjualan)
= Kebutuhan persediaan untuk periode yang akan datang
- Tingkat persediaan awal barang jadi yang dikehendaki
= Unit produk yang akan diproduksi (anggaran produksi)
c. Anggaran Bahan Baku Langsung
Apabila anggaran produksi telah disusun, maka anggaran bahan baku telah dapat disusun pula.
Taksiran penggunaan bahan baku bertautan langsung dengan kebutuhan produksi, namun
pembelian bahan baku tergantung pada takfiran penggunaan bahan baku amupun persediaan bahan
baku.Pembelian bahan baku direncanakan dalam kaitannya dengan persediaan.Perusahaan
biasanya mencari posisi kompromi antara biaya pembelian dan biaya penyimpanan persediaan.
Persediaan harus direncanakan, sehingga fluktuasi persediaan berada dalam batas atas dan
bawah yang ditetapkan.Batasan ini ditetapkan untuk setiap jenis persediaan bahan baku dengan
menaksir seberapa banyak yang dibutuhkan selama satu periode pengadaan persediaan.Bahan
baku yang mencukupi sepatutnya tersedia untuk memenuhi kebutuhan produksi dan menyediakan
persediaan akhir yang dikehendaki untuk tahun anggaran.Format komputasi kebutuhan bahan
baku adalah sebagai berikut :
2) Anggaran Keuangan
Anggaran keuangan (financial budget) menyajikan ekspektasi arus kas dan posisi keuangan
dengan kegiatan-kegiatan usaha yang terencana. Arus kas masuk dan arus kas keluar yang
direncanakan muncul dalam anggaran kas. Posisi keuangan yang diharapkan pada akhir periode
anggaran siungkapkan dalam neraca dianggarkan. Anggaran keuangan, antara lain :
a. Anggaran Kas
Kas merupakan salah satu aspek paling penting dalam siklus operasi perusahaan. Tanpa kas,
perusahaan tidak dapat berfungsi Anggaran Kas (cash budget) ialah sebuah rencana rinci yang
menyajikan bagaimana sumber daya kas akan diperoleh dan digunakan selama periode waktu
tertentu. Sebuah anggaran kas yang rinci akan memaparkan kapan perusahaan mempunyai kas
untuk diinvestasikan dan kapan harus meminjam dana dari kreditor.Hal itu memungkinkan
perusahaan memperoleh bunga maksimal atas kelebihan dana menghindari biaya yang tidak perlu
dari peminjaman dana. Anggaran kas terdiri atas empat seksi, yaitu:
Seksi penerima kas
Seksi pengeluaran kas
Seksi kelebihan atau kekurangan kas
Seksi pendanaan
c. Neraca Dianggarkan
Neraca dianggarkan (budgeted balance sheet) memproyeksikan kondisi keuangan pada akhir
periode anggaran. Neraca dianggarkan disusun dengan diawali dari neraca sekarang dan
menyesuaikannya dengan data yang tertera pada anggaran sebelumnya. Neraca dianggarkan dapat
dibandingkan dengan neraca gtahun sebelumnya guna memperlihatkan bagaimana aktiva dan
ekuitas terpengaruh oleh berbagai kegiatan usaha selama tahun anggaran.
G. Penyusunan Anggaran
Penyusunan Anggaran Operasional
1. Peramalan Jualan
Peramalan merupakan fungsi manajemen pertama sebelum dilakukan perencanaan.
Penganggaran merupakan bagian dari perencanaan, karena anggaran adalah salah satu jenis
rencana. Oleh karena itu, sebelum dibuat anggaran terlebih dahulu dibuat ramalan. Dalam hal ini
sebelum dibuat anggaran jualan terlebih dahulu dibuat ramalan jualan.
5. Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang langsung bekerja mengolah produk. Biaya
tenaga kerja langsung adalah upah yang harus dibayar untuk tenaga kerja langsung. Upah untuk
tenaga kerja langsung biasanya menggunakan sistem upah per unit produk yang dihasilkan atau
sistem upah per jam kerja langsung. Untuk memperoleh biaya tenaga langsung yang dianggarkan
adalah jam kerja langsung terpakai dikali standar upah tenaga kerja langsung per jam. Jam kerja
langsung terpakai adalah produksi dianggarkan dikali standar jam tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi di pabrik, selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga
pokok variabel (variable costing) maka biaya overhead pabrik dipisahkan menjadi BOP variabel
dan BOP tetap, tetapi bila ingin menyusun anggaran rugi-laba metode penentuan harga pokok
penuh BOP tidak perlu dipisahkan menjadi dua, terkecuali untuk kepentingan pembedaan
anggaran rugi-laba antara metode penentuan harga pokok variabel dengan metode penentuan harga
pokok penuh.
Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi untuk menilai
kinerja para manajernya berdasarkan pada laba yang diperoleh dan dihubungkan dengan dana
investasi. Setiap pusat investasi mempunyai seorang manajer utama dan bertanggungjawab atas
setiap unit kegiatan atau program yang terjadi didalam semua divisi yang dipimpinnya. Kemudian
secara periodik manajer tersebut akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan
perusahaan.
Para manajer pusat dapat menilai prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing manajer.
Berdasarkan informasi dan model analisis yang digunakan manajer tersebut berupaya mencari
jawaban jika hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada
umumnya dilakukan dengan suatu model pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran kinerja pusat laba.
Pengukuran kinerja ini diperlukan karena suatu divisi yang memperoleh laba tinggi tidak berarti
mempunyai kinerja yang baik jika laba tersebut dihubungkan dengan investasi yang digunakan
untuk menghasilkan laba tersebut. Disini prestasi manajer dinilai atas laba dan investasi yang
diperlukan untuk memperoleh laba.
Informasi dari pusat investasi dapat digunakan memotivasi manajer divisi dalam :
Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang sumber
ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan.
mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian
(return) yang memadai
mengambil keputusan untuk melepas/mengurangi investasi yang tidak memberikan kembalian
(return) yang memadai.
Keterangan :
- Laba Operasi ( operating income ) adalah laba yang dihasilkan sebelum bunga dan pajak
- Aktiva operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi
- Margin adalah rasio dari operasi terhadap penjualan
- Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi
pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata.
Keunggulan ROI
1. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban dan investasi
yang seharusnya menjadi fokus bagi manajer investasi.
2. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada efisiensi biaya
3. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi sehingga mengurangi
investasi yang berlebihan.
Kelemahan ROI
1. Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa menurunkan ROI pusat
pertanggung jawabannya, walaupun akan meningkatkan profitabilitas perusahaan secara
keseluruhan.
2. Mendorong Manajer pusat investasi hanya berpikiran jangka pendek tanpa memperhatikan
kepentingan jangka penjang.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur Aktiva yang digunakan :
•Kas :
Pengendalian Kas secara terpusat cenderung menginginkan saldo kas yang lebih kecil dari pada
yang ingin dipegang oleh Manajer Unit Usaha. Sehingga Kas yang ada di Unit usaha lebih kecil
dari pada sebenarnya, jika unit usaha tersebut berdiri secara independen.
•Piutang :
Manajer Unit Usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung, melalui
kemampuan melakukan penjualan dan memberikan batas kredit dan penagihannya dilakukan oleh
Unit Penagihan. Masalah piutang yang dimasukkan pada unit investasi apakah sebesar Harga
Pokok Penjualan atau ditambah laba, karena uang yang diperoleh dapat diinvestasikan lagi,
sedangkan pencatatannya hanya dengan nilai buku.
•Persediaan :
Perlakuannya sama dengan Piutang yaitu dicatat pada akhir periode dengan metode yang dipilih
untuk tujuan akuntansi keuangan. Oleh sebab itu perlu digunakan sistem biaya standard atau rata-
rata dan biaya yang sama yang juga digunakan untuk mengukur Harga Pokok Penjualan pada
perhitungan Laba/Rugi.
•Modal Kerja secara Umum :
Perlakuannya sangat bervariasi, tetapi yang diperlukan bahwa modal kerja (aktiva lancar) adalah
untuk memenuhi kewajiban lancar, sehingga Manajer Unit Usaha bertanggung jawab untuk
mengawasi hutang tersebut.
•Properti, Pabrik dan Peralatan (Aktiva Tetap) :
Aktiva tetap dicatat dng harga perolehan dan didepresiasi sepanjang umur ekonomisnya.
Pendekatan ini digunakan untuk mengukur profitabilitas unit usaha yang menggunakan aktiva ini.
•Aktiva-aktiva Disewa (Leased Assets) :
Para manajer unit usaha akan lebih terdorong untuk menyewa daripada memiliki aktiva tetap, jika
biaya sewa lebih kecil daripada biaya depresiasi.
•Aktiva Tidak Terpakai (Idle Assets) :
Jika suatu unit usaha memiliki aktiva tak terpakai (idle asset) yang dapat digunakan oleh unit lain,
maka unit usaha tersebut diperbolehkan untuk mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasi.
Tujuan dari izin ini adalah untuk mendorong para manajer unit usaha untuk memperbolehkan
penggunaan aktiva tak terpakai kepada unit lain yang mungkin memerlukannya.
•Aktiva Tidak berwujud :
Biasanya perusahaan yang melakukan LITBANG dan pemasaran dengan biaya yang cukup besar
kemudian mengkapitalisasikan biaya LITBANG ini sebagai investasi jangka panjang yang
dinamakan Aktiva Tidak Berwujud kemudian di amortisasi setiap tahunnya. Hal ini mengubah
cara pandang Manajer Unit Usaha karena akan berpengaruh terhadap biaya bertambah dan aktiva
berkurang. Jumlah beban modal yang berkurang x tarip biaya modal akan menyebabkan EVA
berdampak positif.
•Kewajiban tidak lancar :
Dana-dana yang diperoleh Kantor Pusat diperoleh dari internal dan eksternal. Hal ini perlu
dipertimbangkan untuk dihitung secara terpisah, karena kadang-kadang pinjaman lebih besar
modal. Oleh sebab itu perhitungan EVA harus dihitung berdasarkan pinjaman yang berasal dari
Kantor Pusat dan bukan dari total aktiva.
•Beban Modal :
Tarip beban modal ditentukan oleh Kantor Pusat yang lebih besar dari tarip pendanaan dengan
hutang. Sedangkan total dana yang digunakan adalah campuran (hutang ditambah modal berbiaya
tinggi). Dengan demikian, tarif tersebut lebih kecil dari pada estimasi biaya modal perusahaan,
sehingga EVA diatas rata-rata unit usaha lebih besar 0.
Jika tarip modal kerja lebih kecil dari pada untuk aktiva tetap, risiko modal kerja lebih kecil dari
pada aktiva tetap, karena dananya digunakan untuk keperluan jangka pendek.
•Survey Praktik :
Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar investasi sebesar nilai
buku.
Dalam hal investasi, EVA mampu mendorong manajer berpikir dan bertindak yaitu memilih
investasi yang memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal yang minimum sehingga nilai
perusahaan bisa ditingkatkan (misalnya para pemegang saham). Selain itu, factor biaya modal
yang terdapat dalam EVA mendorong manajer untuk berhati-hati dalam menentukan kebijakan
struktur modal perusahaannya.
EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal tahunan. Jika EVA positif,
berarti perusahaan sedang menghasilkan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan sedang
menghancurkan modal. EVA adalah metode untuk mengukur kinerja atau prestasi manajer pusat
investasi, yang merupakan selisih antara Laba Operasi Setelah Pajak dengan Rata-Rata
Tertimbang biaya Modal dari Modal Total yang digunakan.
RUMUS PERHITUNGAN EVA :
EVA = Laba operasional setelah pajak – (Biaya tertimabang rata-rata atas modal x Total modal
terpakai)
Kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan adalah dalam menghitung biaya modal yang terpakai.
Untuk itu digunakan langkah-langkah :
(1) menentukan biaya tertimabang rata-rata atas modal (prosentase).
Dalam menghitung biaya tertimabang rata-rata atas modal, perusahaan barus mengidentifikasi
seluruh sumber dari dana yang diinvestasikan. Sumber-sumber pinjaman, dan ekuitas.
(2) menentukan total jumlah modal yang dipakai.
EVA digunakan untuk menganalisa apakah suatu proyek individual itu diterima atau ditolak.
Selain itu sejumlah perusahaan telah menemukan bahwa EVA membantu mendorong jenis
perilaku yang benar dari berbagai divisi dengan menunjukan bahwa penekanan semata-mata pada
pendapatan operasional tidaklah mencukupi. Alasan yang menggarisbawahi adalah EVA
mengandalkan biaya modal yang sebenarnya.
PUSAT BEBAN
DAN
PUSAT PENDAPATAN
Sebagai bagian integral dari sistem akuntansi, akuntansi managemen juga dirancang untuk
menyiapkan laporan kinerja manager yang memimpin suatu unit organisasi. Akuntansi seperti itu
disebut akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting). Unit organisasi apa pun
menurut akuntansi pertanggungjawaban disebut sebagai pusat pertanggungjawaban (responsibility
center) asalkan unit tersebut dipimpin oleh seorang manager yang berwenang untuk mengambil
keputusan terkait dengan tanggung jawabnya. Pusat pertanggungjawaban dibedakan menjadi pusat
biaya, pusat pendapatan, dan pusat laba, serta pusat investasi. Bab ini membahas pengukuran
kinerja manager pusat biaya dan pusat pendapatan. Pengukuran kinerja manager pusat laba dan
pusat investasi dibahas di bab berikutnya.
A. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja dapat ditujukan untuk mengukur kinerja unit organisasi ataupun kinerja
managernya. Jika disiapkan untuk mengukur kinerja unit organisasi sebagai entitas ekonomik,
pengukuran kinerja mencakupi seluruh biaya yang terjadi di unit tersebut-tanpa memandang
terkendali atau takterkendali. Namun, apabila disiapkan untuk mengukur kinerja managernya,
pengukuran kinerja hanya mengukur elemen-elemen yang dapat manager kendalikan. Faktor--
faktor yang tidak dapat ia kendalikan harus dieliminasi dari pengukuran. Pengukuran kinerja
keuangan manager produksi, misalnya, hanya mengukur biaya produksi yang dapat dikendalikan
(controllable cost) olehnya. Biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead variabel, serta sebagian biaya overhead tetap.
Pengukuran kinerja tidak boleh mengukur biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manager yang
disiapkan laporannya. Memasukkan biaya takterkendali (uncontrollable cost) akan mengaburkan
perhatian manager kepada biaya terkendali yang seharusnya dia perhatikan. Bagi manager
produksi, elemen biaya produksi tak terkendali, antara lain, adalah biaya overhead tetap yang
berupa penyusutan gedung pabrik. Mengapa? Sebab, besar kecilnya penyusutan tersebut tidak
ditentukan oleh manager produksi. Adalah managemen teras yang harus bertanggung jawab atas
penyusutan gedung pabrik sebab dialah yang dahulu mengambil keputusan untuk membangun
gedung tersebut.
B. LAPORAN KINERJA
Laporan kinerja yang disediakan oleh akuntansi pertanggungjawaban itu berjenjang sesuai dengan
jenjang yang ada dalam struktur organisasi. Semakin rendah jenjang suatu unit organisasi, semakin
terinci informasinya; semakin tinggi jenjang suatu unit organisasi, semakin teringkas
informasinya. Perhatikan bagan struktur organisasi yang dicontohkan secara sederhana di Gambar
9.1.
Gambar 9.1
Sesuai dengan wenangnya, tanggung jawab masing-masing kepala departemen relatif sempit, dan
tanggung jawab manager pabrik relatif lebih luas sesuai dengan wenang yang relatif semakin luas.
Jadi, semakin tinggi jenjang, semakin luas wenang dan tanggung jawabnya. Berkebalikan dari
luasnya wenang, kandungan informasi yang dilaporkan adalah semakin terinci untuk unit
organisasi yang wenangnya relatif rendah. Sebaliknya, kandungan informasi yang dilaporkan
adalah semakin teringkas untuk unit organisasi yang wenangnya relatif lebih luas.
Tabel 9.1
Laporan Kinerja
Biaya Anggaran
Sesungguhnya Biaya Selisih
A.Wakil Direktur Produksi
Pabrik 1 ….. . 168.400 167.600 800 TM*
Pabrik 2 ……………………………….. 200.000 198.800 1.200 TM
Kantor Wakil Direktur Produksi …. 20.000 20.100 100 M*
388.400 386.500 1.900 TM
• M = menguntungkan; TM = tidak menguntungkan
B Manager Pabrik 1
Biaya Anggaran
Sesungguhnya Biaya Selisih
Departemen Pemintalan …………. 45.400 44.700 700
Departemen Penenunan ………… 57.500 58.000 500
Departemen Penyelesaian ……… 60.500 59.900 600
Kantor Manager Pabrik 1 5.000 5.000
168.400 167.600 800
C Manager Departemen Penyelesaian
Biaya Anggaran
Sesungguhnya Biaya Se!isih
Bahan Baku ……………………….. 16.000 15.000 1.000 T
Tenaga Kerja Langsung ………….. 26.500 27.000 500 M
Overhead Pabrik ………………. 18.000 17.900 100 T
60.500 59.900 600 T
Contoh satu himpunan laporan kinerja keuangan dapat dilihat di Tabel 9.1. Manager pabrik
bertanggung jawab terhadap lebih banyak biaya ketimbang kepala departemen, dan wakil direktur
produksi bertanggung jawab terhadap lebih banyak biaya daripada manager pabrik. Perhatikanlah
bagaimana laporan kinerja tersebut disusun berjenjang dan berkait secara bersama-sama. Total
untuk Departemen Penyelesaian dilaporkan dalam satu barls sebagai bagian dari laporan kinerja
manager Pabrik 1 (Iihat panel B dan C). Adapun total untuk manager Pabrik 1 dilaporkan dalam
satu baris sebagai bagian dari laporan kinerja Wakil Direktur Produksi (Iihat panel A dan B). jadi,
laporan menjadi semakin teringkas untuk jenjang yang lebih tinggi dan semakin terinci untuk
jenjang yang lebih rendah.
Cara pelaporan seperti di Tabel 9.1 dilakukan karana para manager yang jenjangnya iebih tinggi
hanya memiliki sedikit waktu untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas. Sebagian besar waktunya
digunakan untuk merencanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Sebaliknya, para manager yang paling
dekat dengan aktivitas-aktivitas sesungguhnya memerlukan informasi yang lebih terinci untuk
mengendalikan aktivitas harian.
Laporan kinerja hampir selalu dinyatakan dengan unit moneter (uang), karena unit moneter
dianggap sebagai denomination umum. Namun, ukuran-ukuran kinerja nonmoneter tidak boleh
diabaikan. Selisih menguntungkan yang dihasilkan dari tindakan tidak etis dan melanggar hukum
tidaklah terpuji. Para manager boleh jadi mengambil tindakan yang menguntungkan perusahaan
daiam jangka pendek saja, tetapi membahayakannya dalam jangka panjang. Contohnya mudah.
Oleh karena produksi harus efisien, manager menggunakan bahan baku yang murah dengan
mengorbankan kualitas minimal yang telah disepakati. Tindakan seperti itu, sekali lagi,
menguntungkan dalam jangka pendek saja. Contoh ini menggambarkan betapa pentingnya bagi
managemen teras untuk menyelidiki lebih jauh sebab-sebab terjadinya selisih. Komunikasi
informal tampaknya memang perlu, agar manager yang sedang dievaluasi tidak segan untuk
menyampaikan hal-hal penting. Karyawan-karyawan di bawah manager yang sedang dievaluasi
juga dapat menjadi sumber informasi penting tentang hal-hal yang menyebabkan selisih biaya
tenaga kerja langsung yang tidak menguntungkan.
Ukuran nonmoneter harus dinyatakan dalam hubungannya denga aktivitas atau sumberdaya yang
harus mereka pertanggungjawabkan. Kepala bagian produksi, misalnya, perlu menerima informasi
pemakaian bahan, jam kerja, jam mesin, jumlah produksi, produk rusak, produ cacat, dan
seterusnya. Manager pemasaran juga perlu diberi informa tentang jumlah pesanan, jumlah
kunjungan tenaga pemasaran, da keluhan konsumen. Ukuran-ukuran kinerja nonmoneter
sebaiknya disodorkan secara rutin kepada managemen.
D. FREKUENSI PELAPORAN
Frekuensi pelaporan kinerja harus disesuaikan dengan kebutuhan agar manager dapat melakukan
tindakan perbaikan dengan tepat. Meskipun dapat membantu rencana peningkatan dan
pengevaluasian kinerja manager, namun laporan kinerja tahunan tidak berguna untuk
menyesuaikan operasi sepanjang tahun. Jika diperlukan oleh manager tertentu, laporan bulanan,
mingguan, atau harian memang perlu dibuat. Namun, perlu dipertimbangkan manfaat dan biaya
laporan.
E. PUSAT-PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
F. PUSAT BIAYA
Pusat biaya (expense center) adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerja keuangannya diukur
dengan biaya. Pusat biaya tidak memiliki tanggung jawab untuk memperoleh pendapatan. Pusat
biaya boleh jadi berupa segmen yang lebih keeil dari departemen dan dapat juga lebih besar yang
mencakup aspek utama sebuah organisasi, misalnya seluruh kegiatan pemanufakturan. Laporan
kinerja keuangan di Tabel9.1 menggambarkan tanggung jawab yang semakin meningkat terhadap
biaya produksi. Kepala departemen bertanggung jawab atas biaya yang terjadi dalcim
departemennya, tetapi wakil direktur produksi bertanggung jawab terhadap semua biaya produksi.
Pusat biaya juga dibentuk untuk kegiatan selain pemanufakturan. Dalam Gambar 9.1 kantor wakil
direktur produksi, kantor wakil direktur pemasaran, kantor wakil direktur akuntansi dan keuangan,
dan kantor manager pabrik 1 juga pusat biaya. Pusat-pusat biaya juga dibentuk dalam perusahaan
dagang, jasa, dan organisasi berorientasi nonlaba. Pusat biaya dapat dibedakan menjadi pusat biaya
standar dan pusat biaya kebijakan.
Pusat biaya standar (standard expense center) atau sering disebut juga pusat biaya teknik
(engineered expense center) adalah pusat biaya yang sebagian besar hubungan antara input dan
outputnya dapat ditentukan secara jelas. Contoh paling mudah adalah departemen produksi. Di
departemen produksi, sebagian besar hubungan antara input dan outputnya dapat ditentukan secara
teknis. Dengan menganalisis kegiatan produksi di masa lalu, kita dapat menentukan, misalnya,
bahwa untuk membuat satu set meja-kursi dibutuhkan seperempat meter kubik kayu. Kita juga
dapat menentukan bahwa untuk membuat satu set meja-kursi tersebut dibutuhkan 20 jam tenaga
kerja langsung. Kinerja keuangan pusat biaya teknik dinilai dengan bantuan anggaran fleksibel,
yang disesuaikan dengan voluma kegiatan yang sesungguhnya terjadi. Anggaran fleksibel akan
dijelaskan nanti.
Anggaran Fleksibel
Anggaran fleksibel (flexible budget) adalah anggaran yang disusun dengan mendasarkan pada
berbagai tingkat produksi dan voluma penjualan yang mungkin, atau disesuaikan dengan tingkat
produksi yang terjadi sesungguhnya. Jadi, anggaran fleksibel ini mendasarkan diri pada hubungan
biaya volume Iaba. Sebelum anggaran fleksibel disusun, managemen harus mengetahui bagaimana
jumlah biaya berubah-ubah dalam hubungannya dengan perubahan voluma kegiatan.
Sebagai contoh, anggaplah Perusahaan Kalima Sada menggunakan biaya standar (standard cost)
untuk mengendalikan biaya produksi. Kos produk ditentukan dengan metoda variable costing
seperti telah dijelaskan di Bab 5. Berikut adalah contoh anggaran biaya produksi berdasar pada
biaya standar untuk 100.000 unit produk. Anggaplah kapasitas normal adaiah 200.000 jam mesin
atau 100.000 unit produk.
Pengukuran Efisiensi
Ekonomika (ilmu ekonomi) mendefinisi efisiensi sebagai perbandingan antara input dan output.
Akuntansi managemen kemudian mendefinisi operasionalkannya sebagai selisih antara biaya
sesungguhnya yang telah terjadi dengan biaya standar pada kapasitas sesungguhnya. Biaya standar
adalah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu unit produk atau melakukan
satu kegiatan. Efisiensi selalu diukur dengan menggunakan anggaran fleksibel. Anggaran biaya
produksi pada bagian produksi sejumlah Rp1.600.000 di atas disusun dengan mendasarkan pada
voluma produksi yang direncanakan sebanyak 100.000 unit produk. Kalau tidak ada perubahan
apa pun pada voluma produksi, maka tanggung jawab departemen produksi terhadap voluma
produksi dievaluasi dengan membandingkan biaya produksi sesungguhnya dengan anggaran biaya
produksi. Namun, apabila voluma produksi sesungguhnya tidak sama dengan yang dianggarkan,
maka tanggung jawab keuangan departemen produksi terhadap biaya harus didasarkan pada
tingkat produksi sesungguhnya.
Untuk tujuan penilaian kinerja keuangan pusat biaya standar, mula – mula harus ditetapkan biaya
produksi standar dan menggunakan anggaran fleksibel. Anggaran fleksibel adalah anggaran biaya
yang disesuaikan dengan tingkat kegiatan yang sesungguhnya terjadi. Biaya yang sesungguhnya
terjadi dikurangi anggaran fleksibel merupakan selisih biaya. Selisih biaya ini mencerminkan
kinerja pusat biaya standar. Anggaplah sebagai contoh bahwa pada bulan Januari 2009 bagian
produksi kenyataannya memproduksi 110.000 unit produk dengan biaya Rp1.735.700. Rincian
biaya produksi sesungguhnya menurut data dari akuntansi biaya adalah sebagai berikut.
Tabel 9.2 merupakan contoh laporan kinerja departemen produksi dengan menggunakan anggaran
fleksibel pada produksi sesungguhnya 110.000 unit. Di tabel tersebut selisih antara biaya
sesungguhnya dan anggaran (biaya) fleksibel adalah sebagai berikut. Selisih biaya bahan baku
adalah Rp28.500 TM (tidak menguntungkan), selisih biaya tenaga kerja langsung Rp11.000 M,
dan selisih biaya overhead variabel Rp 41.800 M. Secara keseluruhan, manager produksi adalah
efisien Rp 24.300 M dalam mengendalikan biaya produksi.
Biaya
Selisih
Sesungguhnya Anggaran Biaya Produksi pada KS 110.000
Keterangan
unit per Biaya Standar
(M/TM)*
110.000 unit
Bahan Baku 908.500 110.000 unit x 1kg x Rp 8 = Rp 880.000 28.500 TM
Tk Langsung 517.000 110.000 unit x 2 jamx Rp 2,40 = 528.000 11.000 M
Overhead variable 310.200 110.000 unit x 2 jamx Rp 1,60 = 352.000 41.800 M
Total 1.735.700 = Rp 1.760.000 24.300 M
*M = menguntungkan; TM = Tidak Menguntungkan; KS = Kapasitas Sesungguhnya
Analisis efisiensi untuk biaya variabel dapat dirinci lagi sebagai berikut. Selisih biaya bahan
baku Rp28.500 TM dirinci menjadi selisi voluma dan selisih harga dengan rumus sebagai berikut.
Dengan rumus diatas, selisih volume dan selisih harga adalah sebagai berikut:
Selisih biaya tenaga kerja langsung Rp11.000 M dirinci menjadi selisih jam tenaga kerja
langsung (TKL) dan selisih tarif upah dengan rumus sebagai berikut.
Selisih Jam TKL = ( Jam TKL sesungguhnya – jam TKL standar) x tariff upah standar
Selisih tarif upah = ( Tarif upah sesungguhnya – tarif upah standar) x jam TKL
Sesungguhnya
Dengan rumus di atas, selisih tersebut adalah sebagai berikut:
Selisih biaya overhead variabel (BOV) Rp41.800 TM dirinci menjadi selisih pengeluaran
(spending variance) dan selisih efisiensi dengan rumus sebagai berikut.
Selisih efisiensi BOV = BOV standar pada input sesungguhnya – flexsible budget
Pusat biaya kebijakan (discretionary expense center) adalah pusat biaya yang sebagian besar
hubungan antara input dan outputnya tidak dapat (atau sulit) ditentukan. Sebagai contoh adalah
unit organisasi pemadam kebakaran. Siapa pun tidak dapat memastikan bahwa 2 jam kerja para
petugas pemadam kebakaran dapat memadamkan kobaran api yang mengamuk di seluruh lokasi
perusahaan. Sebagai contoh lain adalah bagian penelitian dan pengembangan. Di bagian ini tidak
terdapat suatu jaminan bahwa dengan biaya tertentu dapat ditemukan sebuah proses baru ataupun
produk baru.
Oleh karena sifatnya yang tidak dapat ditentukan hubungan teknisnya secara langsung dengan
outputnya, biaya kebijakan tidak dapat ditentukan jumlah optimumnya. Kalau begitu, bagaimana
menentukan anggaran biaya kebijakan? Anggaran biaya kebijakan ditetapkan dalam tahun
anggaran tertentu dengan jumlah tetap menurut kebijakan managemen. Biaya kebijakan-seperti
biaya penelitian-tidak dipengaruhi oleh voluma kegiatan dalam jangka pendek. Begitu telah
ditetapkan, anggaran biaya kebijakan menjadi batas maksimum jumlah rupiah sumberdaya yang
boleh dikeluarkan/digunakan oleh manager pengguna anggaran.
Anggaran Statis
Anggaran statis adalah anggaran (biaya) yang ditetapkan berdasar pada jumlah kegiatan
(kapasitas) tertentu. Sebenarnya, sukar mengevaluasi kinerja pusat biaya kebijakan secara tepat.
Namun, evaluasi haruslah tetap dilakukan. Evaluasi moneter didasarkan atas perbandingan biaya
yang dianggarkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi selama perioda anggaran tertentu.
Hasil dari pembandingan ini adalah identifikasi adanya selisih lebih (overbudget) atau selisih
kurang (underbudget). Selisih lebih tidak menunjukkan ketidakefisienan dan selisih kurang
bukanlah ukuran keefisienan.
Sebagai contoh, anggaran biaya untuk unit organisasi penelitian dan pengembangan (tergolong
pusat biaya kebijakan) untuk tahun 2009 adalah Rp15 juta. Jika biaya yang sesungguhnya Rp14
juta, maka selisihnya adalah Rp1 juta. Oleh karena biaya sesungguhnya lebih rendah daripada
angarannya, maka,selisih disebut underbudget. Namun, sekali lagi, selisih ini bukanlah efisiensi
unit organisasi penelitian dan pengembangan. Laporan kinerja biaya dapat dicontohkan sebagai
berikut.
Laporan Kinerja
Penentuan apakah selisih underbudget dianggap baik atau buruk sangat bergantung pada program
yang dicapai aleh unit itu pada tahun anggaran yang bersangkutan. Kalau selisih di atas disebabkan
oleh pembatalan program penting, maka selisih itu harus dipandang sebagai indikator buruk. Jadi,
apa yang diinformasikan oleh selisih tadi sebetulnya adalah bahwa hasil yang sesungguhnya tidak
sesuai dengan rencana. Managemen memang harus menyelidiki lebih lanjut untuk menentukan arti
pentingnya selisih underbudget.
Bagaimanakah penilaian kita seandainya selisih biaya kebijakan itu overbudgef? Kinerja yang
menghabiskan biaya di atas anggaran jelas mempunyai implikasi yang tidak menguntungkan,
tanpa mempedulikan terselesaikan atau tidaknya seluruh program. Keterangannya begini. Apabila
setelah anggaran disetujui, seorang manager pusat biaya kebijakan menyadari bahwa anggaran
tersebut tidak mel1lcukupi, maka tentulah ia segera mengajukan dana tambahan. Bekerja dengan
overbudget mengisyaratkan bahwa manager tidak dapat bekerja dengan dana yang semula
dianggarkan.
Pusat pendapatan (revenue center) adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerja keuangannya
diukur dengan pendapatan. Pusat pendapatan bertanggung jawab atas timbulnya pendapatan, baik
dari penjualan barang dagangan maupun dari jasa. Dalam Gambar 9.1 terdapat dua pusat
pendapatan, yang dalam katak diberi nama Manager Pemasaran Jawa Barat dan Manager
Pemasaran Jawa Tengah. Pusat pendapatan juga dibebani tanggung jawab atas biaya terkendali
yakni biaya yang berada di bawah wenangnya. Jika pendapatan dan biaya dievaluasi secara
terpisah, maka pusat pertanggungjawaban tersebut mempunyai tanggung jawab ganda (dual
responsibility), yaitu sebagai pusat biaya, di samping sebagai pusat pendapatan. Jika biaya
terkendali dikurangkan dari pendapatan untuk memperoleh angka laba, maka pusat
pertanggungjawaban tersebut diperlakukan sebagai pusat laba. Namun, pusat laba seperti itu
adalah pusat laba semu sebab sebetulnya pusat tersebut tidak memiliki akses ke keputusan dan
informasi tentang biaya produk yang dijual.
Anggaran Statis
Pusat pendapatan harus dapat mencapai anggaran pendapatannya. Oleh sebab itu, menilai pusat
pendapatan adalah dengan menggunakan anggaran statis sebagai lawan dari anggaran fleksibel.
Sebagaimana telah dikemukakan, anggaran statis adalah anggaran yang ditetapkan berdasar pada
kapasitas atau jumlah kegiatan tertentu.
Sebagai contoh, anggaplah bahwa pada akhir tahun 2008, departemen pemasaran menaksir jumlah
penjualan industri bulan Januari 2009 sebanyak 1.000.000 unit. Departemen pemasaran berharap
untuk meraih pangsa pasar 10 persen, sehingga ia menganggarkan penjualan bulan itu 100.000
unit dengan anggaran harga per unit Rp40. Jadi, anggaran penjualannya adalah Rp4.000.000.
Ternyata penjualan industri mencapai 1.200.000 unit tetapi departemen pemasaran hanya mampu
meraih pangsa pasar 9 persen, yakni sebanyak108.000 unit dengan harga jual sesungguhnya
sebesar Rp 42 per unit. Hitunglah selisih pendapatannya. Selisih pendapatan adalah Rp536.000
sebagaimana perhitungan berikut.
Rp 536.000
Oleh karena pendapatan sesungguhnya melebihi pendapatan yang dianggarkan, maka selisih
pendapatan merupakan selisih menguntungkan. Perlu diperhatikan bahwa penyebab selisih
tersebut adalah dua faktor: (i) selisih harga jual dari Rp40 menjadi Rp42, dan (ii) selisih voluma
penjualan dari 100.000 unit menjadi 108.000 unit. Oleh karena itu, selisih pendapatan dirinci lagi
menjadi selisih harga jual dan selisih voluma penjualan.
Selisih Harga Jual
Selisih harga jual menunjukkan dampak perubahan harga jual terhadap pendapatan pada voluma
penjualan sesungguhnya. Selisih harga jual ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Selisih harga jual = (harga jual sesungguhnya – harga jual yang di anggarkan) x Voluma penjualan
sesungguhnya
Tak pelak lagi, manager pusat pendapatan bertanggung jawab atas selisih harga jual sebab adalah
dia yang mengambil keputusan harga jual. Selisih harga jual di contoh ini adalah Rp216.000
menguntungkan sebagaimana perhitungan berikut.
Selisih voluma penjualan adalah selisih yang menunjukkan dampak perubahan voluma penjualan
terhadap pendapatan, dengan anggapan tidak terjadi perubahan harga jual. Selisih voluma
penjualan dihitung dengan rumus berikut.
Perhatikanlah dari data contoh bahwa selisih voluma penjualan dapat disebabkan oleh dua hal.
Pertama, peningkatan voluma industri dari semula menurut taksiran 1.000.000 unit menjadi
1.200.000 unit. Kedua, ketidakmampuan manager untuk meraih pangsa pasar dari yang
dianggarkan 10 persen menjadi hanya 9 persen. Manager pemasaran seharusnya bertanggung
jawab terhadap selisih pangsa pasar ini dan tidak bertanggung jawab terhadap selisih industri.
Mengapa? Sebab voluma industri adalah sesuatu yang tak terkendali. la ditentukan oleh banyak
faktor di luar kemampuan manager-misalnya perubahan selera konsumen dan kenaikan
pendapatan per kapita. Berdasar pada alasan ini, maka selisih voluma penjualan perlu dirinci lagi
menjadi selisih voluma industri (takterkendali) dan selisih pangsa pasar (terkendali).
Selisih voluma industri dengan data contoh di atas dihitung sebagai berikut.
Rp 800.000
Selisih voluma industri Rp800.000 yang menguntungkan ini bukan merupakan kinerja manager
pemasaran. Jadi, penjualan sesungguhnya sebanyak 108.000 unit yang lebih tinggi daripada
anggarannya 100.000 unit bukanlah kinerja bagus manager pemasaran, tetapi semata-mata
diakibatkan oleh kenaikan industri. Keberuntungan dari industri sajalah yang menyebabkan
voluma penjualan sesungguhnya meningkat dari anggarannya.
Selisih pangsa pasar dengan data contoh di atas dihitung sebagai berikut.
Dari selisih pangsa pasar Rp480.000 yang tidak menguntungkan Inl kita dapat mengetahui bahwa
kinerja manager pamasaran sebenarnya jelek karena ia tidak mampu meraih pangsa pasar. Jika
hanya dilihat dari selisih voluma penjualan, sekilas tampaknya manager pemasaran sangat bagus
sebab selisihnya adalah positif Rp320.000.
Jika digambarkan dalam skema, selisih pendapatan di atas tampak sebagai berikut.
Laporan Kinerja
Rp 480.000
Rp 800.000
Berdasar pada laporan di atas, secara keseluruhan kinerja manager pusat pendapatan adalah jelek
di dalam mencapai pendapatan yang dianggarkan.
Mengevaluasi Biaya
Biaya yang dapat dikendalikan oleh pusat pendapatan juga harus dipertimbangkan pada waktu
manilai secara keseluruhan kinerja pusat pendapatan. Jika kita tidak mempertimpangkannya, pusat
pendapatan terdorong untuk melakukan praktik penjualan yang tidak ekonomis. Praktik yang tidak
ekonomis itu misalnya adalah periklanan yang berlebihan, dan terlalu banyak menghabiskan waktu
untuk melayani pelanggan kecil. Biaya terkendali pada pusat pendapatan mencakup biaya
penjualan tetap dan variable.
Biaya penjualan dapat diklasifikasi menjadi order getting cost dan order filling cost. Order getting
cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapat pesanan dari konsumen, misalnya biaya
periklanan, gaji dan karnisi pramuniaga, biaya perjalanan, dan telepan. Biasanya hubungan antara
biaya ini dan jumlah pesanan yang diperoleh sulit diukur. Oleh karena itu, biaya tersebut sering
termasuk sebagai discretionary expense. Adapun order filling cost adalah biaya yang dikeiuarkan
untuk penyerahan barang sampai ke tangan kansumen, misa!nya biaya penyimpanan,
pembungkusan, dan pengangkutan. Biaya ini pada umumnya mudah dicari hubungannya secara
teknis dengan jumlah pesanan yang dilayani. Oleh karena itu, biaya tersebut termasuk sebagai
engineered expense.
Kinerja pusat pendapatan dalam mengendalikan biaya standar (engineered) dapat dievaluasi
dengan bantuan anggaran fleksibel yang disesuaikan dengan tingkat kegiatan sesungguhnya.
Sebagai contah, anggaplah bahwa anggaran biaya standar departemen pemasaran untuk bulan
Januari 2009 adalah biaya tetap Rp1 00.000 dan biaya variabel Rp10 untuk per unit yang terjual.
Apabila pada bulan Januari jumlah yang terjual sebanyak 108.000 unit, dan biaya pemasaran tetap
serta biaya pemasaran variabel sesungguhnya masing-masing sebesar Rp105.000 dan
Rp1.050.000, maka selisih biaya total yang dibebankan ke bagian pemasaran adalah selisih
menguntungkan sebesar Rp25.000 sebagaimana perhitungan berikut:
Tabel 9.3
Departemen Pemasaran
A. PENDAHULUAN
Kondisi Perekonomian Indonesia yang terpuruk sejak krisis moneter tahun 1998 lalu
menyisakan banyak permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang
masih belum stabil, harga bahan bakar dan tarif listrik yang terus - menerus naik, serta tarif pajak
yang meningkat. Di sisi lain, globalisasi dan perdagangan bebas dunia merupakan tantangan ke
depan yang harus dihadapi, sehingga, suasana kompetisi yang tinggi akan terjadi. Persaingan
datang tidak ha-nya dari perusahaan dalam negeri tapi juga dari perusaha-an asing.
Perubahan lingkungan usaha dan karakteristik bisnis tersebut menghendaki pe-rubahan
paradigma manajemen perusahaan. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen
yang efektif. Setiap aktivitas bisnis yang dilakukan harus berpijak pada visi-misi dan strategi
perusahaan yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal ini selain untuk membuat sinergi seluruh
komponen perusahaan juga memudahkan pengukuran kinerja. Dengan ukuran yang jelas, setiap
penyimpangan yang terjadi akan mudah terdeteksi. Selanjutnya antara pengukuran kinerja dengan
realita akan diperoleh informasi yang memudahkan pengujian terhadap kebijaksanaan bahkan
strategi perusahaan yang terbukti tidak handal terhadap persaingan.
Perkembangan teknologi informasi yang cepat telah mengubah pola persaingan perusahaan
dari persaingan industri menjadi persaingan informasi, yang pada akhirnya mengubah acuan yang
dipakai untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Alat ukur kinerja konvensional yang
memfokuskan pada kinerja finansial tentunya harus bergeser dengan pengukuran kinerja bukan
finansial, seperti kepuasan pelanggan, inovasi produk, pengembangan perusahaan dan karyawan
yang mempunyai rasa memiliki terhadap per-usahaan.
Apabila unsur-unsur tersebut dikembangkan secara terus-menerus maka akan tercipta
suatu kompetensi yang kuat. Alat ukur ini digunakan oleh pihak manajemen sebagai acuan untuk
mengambil keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen dari unit terkait organisasi
perusahaan. Begitu pula bagi organisasi, alat ukur ini dipakai untuk mengkoordinasikan level
manajer yang nantinya akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan perusahaan dalam
mencapai sasaran.
Untuk tujuan diatas, kartu skor keseimbangan menawarkan pengukuran kinerja bisnis.
Kartu skor keseimbangan hadir untuk menterjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam suatu
pengukuran perfoma yang komprehensif yang memberikan kerangka kerja untuk pengukuran
strategi dan sistem manajemen. Kartu skor keseimbangan bukan hanya menekankan bagaimana
perusahaan meraih tujuan finansial saja, tetapi juga memperhatikan penggerak kinerja tujuan
finansial tersebut.
D. PENUTUP
Pengukuran kinerja bisnis konvensional menekankan pada aspek finansial perusahaan.
Laporan keuangan menjadi tolok ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.
Namun, pengukuran yang hanya mengedepankan aspek finansial ini menimbulkan berbagai
keterbatasan. Oleh karena itu, kehadiran kartu skor keseimbangan sebagai metode peng-ukuran
kinerja yang komprehensif dirasakan memberikan penilaian yang lebih memadai bagi perusahaan.
Karena selain tolok ukur keuangan, metode ini juga mengukur perspektif nonkeuangan, seperti
pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan menyusun dan
menerapkan kartu skor keseimbangan, pengukuran kinerja diharapkan telah mencakup setiap
aspek yang mempengaruhi organisasi bisnis untuk tetap bertahan dalam persaingan usaha.
Kartu Skor Keseimbangan (Balance Scorecard) merupakan strategi bagi perusahaan
untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini sudah dibuktikan oleh banyak
perusahaan/organisasi yang berhasil dalam meningkatkan kinerja perusahaannya. Untuk
mencapai peningkatan kinerja tersebut perusahaan/organisasi dipersyaratkan untuk konsisten dan
disiplin dalam menerapkan balance-scorecard secara terfokus dan professional, saya yakin
perusahaan anda akan berhasil.
Salah satu tantangan utama dalam mengoperasikan sistem terdesentralisasi adalah suatu metode
merancang suatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasadari pusat laba
yang satu ke pusat laba yang lainnya.
TUJUAN PENENTUAN HARGA TRANSFER
Harga transfer merupakan mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan. Harga transfer yang
terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain:
1. Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan
imbal balik yangoptimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha
namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Istilah “harga transfer” yang digunakan disini adalah nilai yang diberikan kepada suatu transfer
barang dan jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya ada satu pusat laba yang terlibat
didalamnya.Harga semacam ini biasanya melibatkan suatu elemen laba karena sebuah perusahaan
yangindependent tidak akan mentransfer barang dan jasa ke perusahaan independent yang lain
sebesarbiaya produksi atau lebih rendah dari itu.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari harga transfer adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan hargayang
akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok
luar.Ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama
lain, makadua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah:
Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan keselarasan cita-cita jika
kondisikondisi berikut ada, yaitu:
1. Orang-orang Kompeten
Manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dan jangka pendek dari pusat tanggung
jawab mereka.
3. Harga Pasar
Harga pasar mencerminkan kondisi yang sama dengan produk yang dikenakan harga transfer.
Alternatif pusat tanggung jawab dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer
sebaiknya diizinkan untuk memilih alternative yang baik bagi pusat tanggung jawab.
5. Informasi Penuh
Manajer harus mengetahui semua alternative yang ada, serta biaya dan pendapatan yang relevan
dari masing-masing alternative tersebut.
6. Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar
unit usaha.
Seorang manajer pembelian bebas mengambil keputusan sourcing. Demikian halnya dengan
manajer penjualan, ia harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang palingmenguntungkan.
Akibat-akibat yang terjadi jika para manajer pusat laba tidak memiliki kebebasan dalam
mengambil keputusan :
Beberapa alasan pasar terbatas bagi pusat laba (pembeli dan penjual) :
Dalam kasus pasar yang terbatas, harga transfer yang paling memenuhi persyaratan system pusat
laba adalah harga kompetitif. Perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitiif jika tidak
membeli atau menjual produknya ke pasar bebas melalui cara-cara:
1. Jika ada harga pasar diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan untuk menentukan
harga transfer.
2. Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid).
3. Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas, maka pusat laba
tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga di luar.
4. Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas maka pusat
laba tersebut dapat meniru untuk harga kompetitif untuk produk-produk eklusifnya.
5. Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri
Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli
produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di dalam masih memadai. Walaupun ada
hambatan dalam pemerolehan sumber daya, harga pasar tetap merupakan harga transfer yang baik.
Jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka gunakanlah. Meskipun demikian, jika tidak
ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga
transfer berdasarkan biaya (cost based transfer price). Perusahaan biasanya akan mengeliminasi
unsur iklan, pendanaan, atau pengeluaran lain yang tidak dikeluarkan oleh pihak penjual dalam
transaksi internal.
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya
ditambah laba. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasar biaya, yaitu:
Dasar Biaya
Dasar yang umum adalah biaya standard. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor
inefisiensi produksi akan diteruskan ke pusat laba pembelian.
Markup Laba
Dalam menghitung markup laba terdapat dua keputusan, yaitu apa dasar markup laba tersebut dan
tingkat laba yang diperbolehkan. Dasar yang paling mudah dan umum dipergunakan adalah
persentase dari biaya.
Solusi konseptual adalah membuat penyisihan laba berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi dihitung pada tingkat
standard, dengan aktiva tetap dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).
Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah
biaya tetap dan laba bagian hulu yang yang terkandung dalam harga pembelian internal.
1. Untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang sama
dengan biaya variable standard produksi.
2. Pembebanan biaya berkala (biasanya setiap bulan) dilakukan dalam jumlah yang sama
dengan biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembelian.
Salah satu atau dua komponen tersebut harus memasukkan marjin laba.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode penentuan harga dua
langkah :
1. Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara
berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembeli.
2. Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya.
3. Dengan system penentuan harga ini, inerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi
volume penjualan dari unit yang terakhir.
4. Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan
perusahaan.(Kelemahan ini diatasi dengan menentukan bahwa unit pemasaran memiliki
prioritas utama dalam menggunakan kapasitas yang terbatas)
5. Metode ini mirip dengan penentuan harga “take or pay” yang sering digunakan oleh
perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan batubara, dan dalam kontrak
jangka panjang
Pembagian Laba
Sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk memastikan keselarasan antara
kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem ini beroperasi dengan cara:
Melaksanakan system pembagian laba semacam ini akan menimbulkan beberapa masalah teknis.
Metode ini terkadang digunakan adannya konflik antara unit penjualan dan pembelian.
1. Jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara keseluruhan.
2. Menciptakan suatu ilusi dimana unit usaha menghasilkan uang sementara perusahaan
secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat.
3. Memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal karena terpaku pada
markup yang bagus dengan mengabaikan penjualan ke luar.
4. Ada tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali
ada transfer dan eliminasi akun saat laporan keuangan dikonsolidasikan.
5. Berkurangnya konflik pada unit usaha sehingga tidak menghadapkan manajemen senior
kepada permasalahan dalam struktur organisasi.
Masalah yang berkaitan dengan pembebanan unit usaha atas jasa-jasa yang disediakan oleh unit
staf korporat. Jika seluruh biaya dibebankan , maka semua biaya tersebut akan dialokasikan, dan
alokasi tidak memasukkan komponen laba. Alokasi juga bukan merupakan harga transfer.
1. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima dimana unit penerima dapat
mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial.
2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya atau
tidak.
Manajer unit usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan jasa-jasa unit usaha,
namun ia dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya.
1. Suatu unit usaha harus membayar biaya variable standar dari jasa yang diberikan. Jika
membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa
dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dibenarkan secara ekonomis. Dan
sebaliknya, jika membayar melebihi dari biaya variable standard, maka mereka mungkin
tidak akan menggunakan jasa-jasa yang dipandang perlu oleh manajer senior.
2. Suatu unit usaha harus membayar harga yang sama dengan biaya variable standard
ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standard (biaya penuh/fullcost). Pendukung
teori ini berpendapat jika unit usaha tidak mempercayai bahwa jasa tersebut bernilai
sebesar itu, maka ada sesuatu yang salah dalam kualitas atau efisiensi dari unit jasa
tersebut. Biaya penuh mencerminkan biaya jangka panjang perusahaan, dan inilah yang
harus dibayar.
3. Suatu unit usaha harus membayar harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh
standard (standard full cost) ditambah margin labanya. Harga pasar digunakan jika
memungkinkan, jika tidak, maka harga sebesar biaya penuh ditambah ROI yang akan
digunakan. Logikanya adalah modal yang digunakan oleh unit jasa sebaiknya memperoleh
tingkat pengembalian atas modal yang digunakan sebagaimana dengan unit produksi.
Pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit usaha dapat memilih apakah
menggunakan jasa sentral atau tidak. Unit usaha dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar,
mengembangkan kemampuan mereka atu memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali.
Harga yang dibebankan kepada jasa korporat tidak akan mencapai tujuan yang dimaksudkan,
kecuali jika metode untuk menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah
oleh para manajer unit usaha.
Negosiasi
Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain;
maksudnya, harga transfer tidak ditentukan oleh staf pusat. Jika manajemen pusat menentukan
harga, maka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin
berkurang. Alasan lain unit usaha menegosiasikan harga transfer adalah bahwa unit bisnis biasanya
memiliki informasi yang paling baik mengenai pasara dan biaya-biaya yang ada, sehingga pihak
yang tepat untuk mencapai harga yang pantas.
Unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan negosiasi
harga tersebut. Dimana, aturan harus mengatur sedemikian rupa supaya penentuan harga transfer
tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam bernegosiasi. Tanpa adanya aturan
semacam ini, manajer yang paling keras kepala sekalipun akan melakukan negosiasi dengan harga
yang paling pantas.
Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga transfer, mungkin ada kasus dimana unit usaha
tidak dapat menyetujui harga tertentu. Maka, suatu prosedur harus dapat dibuat menengahi
arbitrase harga transfer. Tingkat formalitas dalam arbitrase harga transfer tergantung pada jenis
dan luasnya potensi harga transfer. Dalam berbagai kasus arbitrase harga transfer merupakan
tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat atu kantor pusat, Karena keputusan arbitrase
memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit usaha.
Cara arbitrase dalam sistem yang formal adalah kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis
kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Kemudian, arbitrator akan meninjau posisi mereka
masing-masing dan memutuskan harga yang ditetapkan, kadang kala dengan bantuan staf kantor
yang lain.
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhi efektifitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara penyelesaian konflik:
memaksa (forcing), membujuk (smoothing), menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah
(problem solving). Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi, dari menghindari konflik
melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik melalui bargaining dan problem
solving.
Klasifikasi Produk
Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin formal dan semakin
spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehannsumber daya dapat
dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make or buy decisison)
yang melebihi jumlah tertentu.
1. Kelas I, meliputi seluruh produk untuk manajemen senior ingin mengendalikan perolehan
sumber daya. Cirinya: volume besar, sumber internal dan pengendalian manajemen senior
bertujuan menjaga kualitas. Perolehan sumber daya dari jenis ini dapat diubah hanya
dengan izin manajemen senior.
2. Kelas II, seluruh produk lainnya yang ditransfer pada harga pasar. Cirinya: dapat
diproduksi pihak luar, volume relative kecil dan diproduksi dengan peralatan umum
(general purpose equipment). Perolehan sumber daya ditentukan oleh unit-unit usaha yang
terlibat baik dari dalam atau luar perusahaan.
BIAYA KUALITAS
Definisi Kualitas
Sebuah produk atau jasa yang berkualitas adalah produk atau jasa yang
mampu memenuhi atau bahkan melebihi harapan pelanggan. Kualitas didefinisikan ke
dalam delapan dimensi:
S Kinerja: seberapa konsisten dan seberapa baik produk tersebut dapat berfungsi.
S Aestetik: berhubungan dengan wujud fisik dari produk, misal: gaya.
S Keberlayanan: kemudahan dalam pemeliharan dan atau perbaikan produk.
S Fitur (kualitas desain): karakteristik produk yang membedakannya dengan
produk lain yang sejenis.
S Keandalan: kemungkinan bahwa produk atau jasa akan berfungsi sesuai yang
diharapkan selama jangka waktu tertentu
S Tahan lama: jangka waktu berfungsinya produk
S Kualitas kesesuaian: seberapa baik produk memenuhi spesifikasi yang
diinginkan
S Kesesuaian penggunaan: kesinambungan produk dalam melakukan fungsi
yang diharapkan.
Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya yang muncul karena kualitas yang buruk mungkin
akan atau telah terjadi. Biaya kualitas ini berhubungan dengan dua jenis aktivitas:
internal dan aktivitas kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya yang
harus ditanggung oleh perusahaan akibat terjadinya aktivitas kegagalan.
Biaya kegagalan internal dalah biaya yang terjadi jika produk dan jasa
tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan dan hal ini diketahui
sebelum produk dikirimkan kepada pihak di luar perusahaan. Biaya ini tidak
akan muncul jika tidak ada kerusakan/cacat pada produk. Contoh: bahan sisa,
pengerjaan ulang, inspeksi ulang, pengujian ulang, dan perubahan desain.
Biaya yang terjadi jika barang dan jasa gagal/tidak sesuai dengan
spesifikasi atau memuaskan pelanggan setelah produk dan jasa tersebut sampai
di tangan pelanggan. Contoh: biaya penarikan produk, kerugian penjualan,
return, garansi, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dll.
Biaya kualitas dapat dilihat dari data yang tersedia dalam catatan akuntansi
perusahaan (observable costs), namun ada biaya-biaya kesempatan yang muncul
sebagai akibat adanya kualitas yang buruk dan tidak terdapat dalam catatan akuntansi
(hidden costs). Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi biaya
kualitas yang tersembunyi, yaitu:
Metode ini menggunakan metode penelitian pasar yang formal untuk menilai
pengaruh kualitas yang rendah terhadap penjualan dan pangsa pasar. Misal:
melalui survey pelanggan dan wawancara dengan tenaga penjualan
perusahaan.
Metode ini mengasumsikan bahwa variasi dari suatu nilai target dalam suatu
karakteristik kualitas dapat menyebabkan biaya kualitas tersembunyi.
Pelaporan biaya kualitas dapat dilakukan dengan menilai biaya kualitas aktual
dalam periode yang bersangkutan. Informasi ini dapat dilihat dengan mudah melalui
persentase biaya kualitas terhadap penjualan aktual. Pencatatan secara rinci biaya
kualitas berdasarkan kategorinya dapat menunjukkan dua hal penting:
1. Acceptable Quality View berpendapat bahwa terdapat trade off antara biaya
pengendalian dan biaya kegagalan; jika biaya pengendalian meningkat, maka
biaya kegagalan berkurang. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar
dibandingkan peningkatan biaya pengendalian, maka perusahaan terus
melanjutkannya usahanya untuk mencegah/mendeteksi unit yang tidak sesuai
dengan spesifikasi. Pada akhirnya akan tercapai suatu titik optimal dimana
peningkatan biaya pencegahan tidak mampu lagi menghasilkan pengurangan
biaya kegagalan yang lebih tinggi; titik ini menunjukkan tingkat minimum dari
total biaya kualitas dan disebut tingkat kualitas dapat diterima (acceptable quality
level/AQL).
Zero Defect View berpendapat bahwa unit yang rusak/cacat harus diminimumkan
sampai tidak ada lagi (nol). Sesuai dengan robust quality model, kerugian berasal
dari produk yang tidak sesuai dengan target kualitas produksi; semakin besar
perbedaannya dengan target, semakin besar kerugian. Adanya ketidaksesuaian
dengan target akan menimbulkan biaya; tidak ada manfaat ditetapkannya batasan
terhadap tingkat kualitas tertentu yang dapat diterima, bahkan hal tersebut bisa
menjerumuskan. Tingkat optimal bagi biaya kualitas adalah pada saat produk
diproduksi sesuai dengan target kualitas.
Produktivitas
Efisiensi produksi total terjadi pada titik dimana satu dua kondisi terpenuhi:
1. Paduan input yang akan menghasilkan output tertentu; tidak ada satupun input
yang digunakan lebih dari yang diperlukan untuk menghasilkan output
tersebut (efisiensi teknis). Peningkatan efisiensi teknis terjadi jika digunakan
input yang lebih sedikit untuk menghasilkan output tertentu atau dengan
menggunakan input yang sama dihasilkan output yang lebih banyak.
2. Dari paduan yang memenuhi kondisi pertama, paduan yang memiliki biaya
yang paling rendahlah yang dipilih (efisiensi trade off input). Harga input
menentukan proporsi relatif masing-masing input yang harus digunakan
sehingga pemilihan kombinasi input menjadi penting.
Pengukuran Produktivitas
industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan
efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut
pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic benefit). Akuntansi
lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang
akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara lain:
lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan
manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan, diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih
akurat terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan dan memungkinkan pemenuhan
Tujuan dari akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen lingkungan dan sebagai
alat komunikasi dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan jumlah informasi relevan yang
dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya. Guna mencapai keberhasilan
dalam penerapan akuntansi lingkungan, maka pertama dan utama sekali yang perlu diperhatikan
manajemen perusahaan adalah adanya kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap
dampak lingkungan yang ditimbulkan. Langkah kedua, menentukan apa yang menjadi target
perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan
perusahaan serta menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah
ketiga, memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan.
Langkah keempat, melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan target di masing-
masing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk mengukur masing-
Langkah terakhir adalah melakukan telaah kinerja. Pada telaah kinerja diharapkan dapat
dimasing-masing divisi.
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari
sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
Management Accounting) merupakan salah satu sub sistem dari Akuntansi Lingkungan yang
sejumlah unit moneter. Akuntansi Manajemen Lingkungan juga dapat digunakan sebagai suatu
tolak ukur dalam kinerja lingkungan (Rustika, 2011 dalam mardikawati, dkk, 2014).
“Fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya lingkungan bagi
mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu yang bersamaan, perusahaan
Lingkungan dan seluruh kinerja ekonomi perusahaan serta implementasi dari lingkungan yang
tepat dalam hubungan antara Sistem Akuntansi dan praktiknya (Mardikawati, dkk, 2014). Badan
Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection Agency (EPA)
menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua dimensi utama.
Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung berdampak pada
perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini disebut dengan istilah “biaya pribadi”). Kedua,
akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu, masyarakat maupun lingkungan suatu
Sistem akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi konvensional dan akuntansi
pada suatu perusahaan dalam sitilah-istilah keuangan. Sedangkan akuntansi ekologis mencoba
untuk mengukur dampak suatu perusahaan berdasarkan lingkungan, tetapi pengukuran dilakukan
dalam bentuk unit fisik (sisa barang produksi dalam kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules,
dll), akan tetapi standar pengukuran yang digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.
Sedangkan lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara nasional maupun
regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan untuk perusahaan-perusahaan dan
organisasi lainnya. Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus
Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai satuan
uang/rupiah).
Peran dan Fungsi Akuntansi Lingkungan
bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi,
1. Fungsi Internal
Fungsi internal merupakan fungsi yang berkaitan dengan pihak internal perusahaan sendiri.
Pihak internal adalah pihak yang menyelenggarakan usaha, seperti rumah tangga konsumen dan
rumah tangga produksi maupun jasa lainnya. Adapun yang menjadi aktor dan faktor dominan pada
fungsi internal ini adalah pimpinan perusahaan. Sebab pimpinan perusahaan merupakan orang
yang bertanggungjawab dalam setiap pengambilan keputusan maupun penentuan setiap kebijakan
internal perusahaan. Sebagaimana hanya dengan sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi
internal memungkinkan untuk mengukur biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari
kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan pengambilan
keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan akuntansi lingkungan berfungsi sebagai alat
manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manajer ketika berhubungan dengan unit-unit bisnis.
2. Fungsi Eksternal
Fungsi ekternal merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan keuangan.
SFAC No. 1 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi
investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang
serupa secara rasional. Informasi tersebut harus tersebut harus bersifat komprehensif bagi mereka
yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomis dan memiliki
bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan
Pada fungsi ini faktor penting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah pengungkapan hasil
dari kegiatan konservasi lingkungan dalam bentuk data akuntansi. Informasi yang diungkapkan
mereka hasil yang diukur secara kuantitatif dari kegiatan konservasi lingkungan. Termasuk di
dalamnya adalah informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, klaim terhadap
entitas lain atau pemilik modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah
keputusan stakeholders, seperti pelanggan, rekan bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian
administrasi. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana
sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya. Diharapkan dengan publikasi hasil akuntansi
pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi para stakeholders yang secara semultan sangat
berarti untuk kepastian evaluasi dari kegiatan konservasi lingkungan. Ada beberapa cara untuk
perusahaan terkait dengan upaya untuk melestarikan lingkungan, hasil penilaian pihak independen
terkait dengan kepatuuhan entitas terhadap kelestarian lingkungan, kedua pelaporan tanggung
jawab atas lingkungan juga dapat ddisajikan dalam keuangan inti, misalnya peralatan yang
disediakan dalam rangka untuk menguurangi pencemaran lingkungan dapat disajikan sebagai asset
tetap. PSAK 16 (revisi 2007) tentang asset tetap paragraph 11 menyatakan “asset tetap diperoleh
untuk alasan keamanan atau lingkungan. Peolehan asset tetap semacam itu, dimana tidak secara
langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari suattu asset tetap yang ada, mungkin
diperlukan bagi entitas untuk memperroleh manfaat ekonomik masa depan dari asset yang lain”.
ketiga biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk pencegahan lingkungan dari pencemaran
1) Pengakuan dan identifikasi pengaruh negatif aktifitas bisnis perusahaan terhadap lingkungan
2) Identifikasi, mencari dan memeriksa persoalan bidang garap akuntansi konvensional yang
4) Pengembangan format baru sistem akuntansi keuangan dan nonkeuangan, sistem pengendalian
5) Identifikasi biaya-biaya (cost) dan manfaat berupa pendapatan (revenue) apabila perusahaan lebih
6) Pengembangan format kerja, penilaian dan pelaporan internal maupun eksternal perusahaan.
7) Upaya perusahaan yang berkesinambungan, akuntansi kewajiban, resiko, investasi biaya terhadap
8) Pengembangan teknik-teknik akuntansi pada aktiva, kewajiban dan biaya dalam konteks non
1) Kemampuan secara akurat meneliti dan mengatur penggunaan bahan-bahan, termasuk polusi/sisa
3) Informasi yang lebih akurat dan lebih menyeluruh dalam mendukung penetapan dari dan
4) Informasi yang menyelruh untuk mengukur dan melaporkan kinerja lingkungan, seperti
Permasalahan lingkungan akibat proses produksi perusahaan banyak ditemukan misalnya pada
kasus pencemaran lingkungan yang menyebabkan menurunnya kadar kualitas air di sekitar
2) Ketidaktepatan alokasi biaya lingkungan sebagai biaya tetap. Karena secara biaya lingkungan
tersembunyi dalam biaya umum, pada saat diperlukan, akan menjadi sulit untuk menelusuri biaya
sebenarnya dari proses, produk atau lini produksi tertentu. Jika biaya umum dianggap tetap, biaya
limbah sesungguhnya merupakan biaya variabel yang mengikuti volume limbah yang dihasilkan
3) Ketidaktepatan perhitungan atas volume (dan biaya) atas bahan baku yang terbuang. Berapa
menghitungnya sebagai biaya pengelolaannya, yaitu biaya pembuangan atau pengolahan. Tetapi
setelah menerapkan EMA, EMA akan menghitung biaya limbah sebagai biaya pengolahan
ditambah biaya pembelian bahan baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar
Perusahaan dapat menghitung biaya limbah sebagai biaya pengolahan ditambah biaya
pembelian bahan baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar (sebenarnya) daripada
biaya yang selama ini diperhitungkan. Dan dapat meminimalisirkan pemakaian bahan agar tidak
terbuang percuma dan akhirnya menjadi limbah. Biaya lingkungan dalam perusahaan sangat perlu
perusahaan. Biya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan
degradasi lingkungan.
Dengan definisi ini, biaya lingkungan dapat diklasifikasikan mnjadi empat kategori:
Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah
pencegahan adalah evaluasi dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk
mengendalikan polusi, desain proses dan produk untuk mengurangi atau menghapus limbah,
pengembangan sistem manajemen lingkungan, daur ulang produk, dan pemerolehan sertifikasi
ISO 14001.
Adalah biayabiaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses dan
aktivitas lainnya di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tudak.
Standard lingkungan dan prosedur yang diikuti oleh perusahaan didefinisikan dalam tiga cara yaitu
peratuan pemerintah, standar sukarela (ISO 14001) yang dikembangkan oleh International
Standards organization, dan kebijakan lingkungan yang dikembangkan oleh manajemen. Contoh-
contoh aktivitas deteksi adalah audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan produk dan proses agar
Adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan sampah,
tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Jadi, biaya kegagalan internal terjadi untuk
menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika diproduksi. Aktivitas kegagalan internal
bertujuan untuk memastikan bahwa limbah dan sampah yang diproduksi tidak dibuang ke
lingkungan luar dan untuk mengurangi tingkat limbah yang dibuang sehingga jumlahnya tidak
melewati standar lingkungan. Aktivitas kegagalan internal misalnya pengoperasian peralatan ntuk
pemeliharaan peralatan polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah, dan daur ulang sisa
bahan.
Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
Adalah biaya biaya untk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah ke dalam
lingkungan.
mengukur dan mengalokasikan biaya lingkungan berdasarkan perilaku aliran keuangan dalam
biaya tersebut.
2) Physical Accounting (berbasis pada material flow balance procedure) adalah suatu pendekatan
untuk mengidentifikasi berbagai perilaku sumber biaya lingkungan. Hal ini akan berguna bagi
Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada perusahaan untuk memproduksi produk atau
jasa
Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya dan perbaikan dalam
Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran perbaikan kualitas
Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatifuntuk mengurangi biaya-biaya lingkungan
Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan sumber daya dan mengurangi,
Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaandan sekaligus meningkatkan
daya kompetitif
Penganggaran modal adalah proses menganalisis alternative investasi dan memutuskan investasi
mana yang akan digunakan dalam standar keungan yang mana mempertimbangkan aliran
Pemilihan produk – perusahaan secara rutin membuat keputusan mengenai produk mana untuk dapat
didasarkan pada pertimbangan biaya mereka. Biaya-biayanya termasuk tidak hanya biaya
pembelian, namun biaya yang terjadi karena menggunakan dan membuang produk pada akhir
masa penggunaannya.
Manajemen limbah – perusahaan menghasilkan sejumlah besar limbah yang pilihan pengolahan dan
pembuangannya ditentukan oleh komposisi aliran limbah. Karena biaya-biaya pembuangan adalah
System pendukung Informasi akuntansi yang kurang/tidak cukup. Informasi mengenai biaya
lingkungan sangat kurang.sistem akuntansi- idealnya informasi sumber biaya- umumnya tidak
biaya lingkungan dari pos overhead dalam rangka untuk menelusuri biaya ke produk atau aktivitas
antara pembeliah atau usaha mendapatkan dan fungsi-fungsinya sumber daya sangat lemah. Ketika
penggunaan tim pendapatan produk antar fungsi terlihat meningkat,hal ini cenderung difokuskan
pada mengintegrasi secara efektif criteria klinis ke dalam keputusan pembelian, terutama usaha-
usaha standarisasi. Input sumber daya cenderung secara spesifik diminta hanya bagi keputusan
Halangan pembelian. Seperti fasilitas di banyak sector lain, fasilitas penjagaan kesehatan seringkali
Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman colonial belanda
tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka di wilayah operasi pertama, yaitu
di Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah
tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan komersial
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan
Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam
rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah
Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek
Kebijakan Sejalan dengan visi korporasi “Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang
teknis yang benar atau “green mining” dimulai pada tahapan perencanaan yang
Hal tersebut di atas dikendalikan dalam sistem manajemen yang terintegrasi dan telah
Lingkungan yang terintegrasi dalam Kebijakan Sistem Manajemen Bukit Asam (SMBA).
Mutu, Lingkungan dan K3, dan menjadikannya salah satu prioritas utama dalam setiap aktivitas
1. Kepuasan pelanggan, mutu produk dan mutu proses. Dalam bersaing, Perusahaan tanggap pada
kebutuhan dan mengutamakan Kepuasan pelanggan yang tercipta karena mutu produk, senantiasa
memperhatikan “Budaya Mutu, Sadar Mutu, Peduli Mutu dan Tekad Mutu” serta mematuhi semua
3. Mencegah insiden dan manajemen risiko.Mencegah insiden melalui identifikasi, analisis, dan
4. Green Coal Minning and Coal Industrial Process. Melakukan green coal mining and coal industrial
process yang ramah lingkungan. Dalam melaksanakan proses penambangan, Perseroan senantiasa
dengan lingkungan dan K3 agar seluruh pegawai dan pihak terkait peduli terhadap keselamatan
program) dan peningkatan berkelanjutan dalam bidang kualitas, lingkungan dan keselamatan serta
kesehatan kerja dan ditinjau dalam rapat tinjauan manajemen supaya terus menerus sesuai.
7. Available to interest parties. Kebijakan ini wajib tersedia bagi pihak-pihak terkait.
Selain itu, dalam menjalankan kegiatannya di Lokasi Unit Pertambangan Tanjung Enim
(UPTE), Perseroan senantiasa peduli terhadap efisiensi sumberdaya sebagai bentuk implementasi
Pengelolaan Lngkungan Hidup sesuai dengan UU. no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU no.30 tahun 2007 tentang Energi. Untuk itu, Perseroan
berkomitmen untuk :
1. Konservasi sumberdaya dilaksanakan pada semua tahap pengelolaan sumberdaya dari hulu sampai
hilir yaitu dari tahapan penyediaan, pengusahaan, pemanfaatan dan konservasi sumber daya.
2. Merencanakan dan melaksanakan efisiensi sumber daya melalui kegiatan operasional perusahan
yang dilakukan secara ekonomis, bertanggungjawab dan berwawasan lingkungan PT Bukit Asam
(Persero) Tbk. UPTE sesuai dengan bidang tugas dan lingkup tanggung jawab masing-masing.
3. Kepala satuan kerja di lingkungan UPTE menetapkan langkah-langkah strategis efisiensi sumber
daya dan melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan praktik kebijakan sumber daya perusahaan.
4. Dalam mencapai tujuan implementasi kebijakan sumber daya tersebut, PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. UPTE memfasilitasi sarana dan biaya yang diperlukan oleh satuan kerja untuk kepentingan
kesinambungan usaha.
5. Melakukan program konservasi sumber daya tahun 2013 s.d. 2015 dengan sasaran sebagai berikut
a. Efisiensi Energi :
Penurunan intensitas konsumsi listrik sebesar 0,442 kWh/Ton produksi batu bara
Penurunan Intensitas Konsumsi BBM Solar sebesar 0,159 Liter/Ton produksi batubara
Pengurangan Limbah B3 dan Limbah Padat non B3 yang dihasilkan sebesar 4,59 x 10-6 ton
Pengurangan bahan perusak ozon (BPO), refigeran AC-CFCs untuk wilayah perkantoran dan
Disamping kegiatan-kegiatan yang sifatnya rutin, pada tahun 2014 Perseroan melakukan
Pemberian bantuan bibit tanaman karet unggul 9.000 batang dan pupuk organik kepada
Kelompok Tani Tanjung Serai Desa Pulau Panggung, Kecamatan Tanjung Agung.
Pemberian bantuan bibit tanaman produktif sebanyak 25.000 batang untuk Kelompok Tani di
Bantuan sarana usaha pupuk bokashi kepada Kelompok “Buluran Mandiri” Kelurahan Tanjung
Pembangunan tanggul/dam penahan longsor sepanjang 315 m di wilayah Kabupaten Muara Enim
dan Lahat.
Selain itu, Perseroan juga menjalankan Program Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Bidang
Penyaluran bantuan saprodi kegiatan budidaya ikan lele kepada kelompok usaha produktif Karang
Taruna di Kabupaten Lahat dan saprodi pembuatan pupuk bokashi kepada kelompok usaha
Pembinaan kelompok tani holtikultura di Desa Karang Raja, Kabupaten Muara Enim melalui
Bekas kolam pengendap lumpur (KPL) yang telah dijadikan pusat bisnis dan pembelajaran
dalam bidang pelestarian alam. Biaya yang sudah dikeluarkan untuk kegiatan tersebut sebesar Rp.
411 juta.
Penghargaan dan Sertifikasi Berbagai upaya yang dilakukan Perseroan terkait pengelolaan
dan perlindungan lingkungan hidup telah mendapat apresiasi dari pihak independen. Sepanjang
tahun 2014, Perseroan meraih beberapa penghargaan terkait upaya yang dilakukan dalam
Penghargaan PKBL-BUMN Anugerah terpuji 1 untuk Keterbukaan Sistem Pelaporan PBKL yang
peringkat emas bidan CSR dalam acara Apresiasi Tingkat nasional PKBL-BUMn, tanggal
25 September 2015.
Kategori Bantuan Sosial dan penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial peringkat emas;
Anugerah tertinggi PROPER EMA dari Kementerian Lingkungan Hidup, tanggal 03 Desember
2014.
KESIMPULAN
Akuntansi lingkungan merupan salah satu strategi untuk menegelola lingkungan dengan
menggunakan alat manajemen lingkungan yang dapat diterapkan sebagai upaya pelestarian
lingkungan, akuntansi manajemen lingkungan memberikan informasi mengenai penggunaan
sumberdaya alam dan dampaknya terhadap lingkungan serta informasi moneter mengenai biaya
yang digunakan untuk upaya perbaikan lingkungan sehingga dapat mempengaruhi persepsi
Joint Venture
Joint venture (patungan) adalah suatu bentuk kemitraan yang mana beberapa investor
bergabung dalam kepemilikan perusahaan. Terkadang joint venture memang dibutuhkan karena
adanya peraturan hukum. Di Cina, misalnya, perusahaan multinasional tidak diperbolehkan untuk
membeli perusahaan ataupun mendirikan 102 perusahaan cabangnya sendiri, sehingga perusahaan
multinasional perlu membentuk joint venture dengan perusahaan di Cina.
Hedging
Salah satu cara mengamankan pertukaran mata uang asing dari keuntungan ataupun
kerugian adalah melalui “hedging(lindung nilai)”. Biasanya suatu forward exchange
contractdigunakan sebagai hedge. Forward contract meminta pembeli untuk menukarkan sejumlah
tertentu mata uang pada nilai tukar tertentu (forward rate) pada suatu waktu (tanggal) tertentu di
masa yang akan datang. Tentu saja hedging dapat juga dilakukan dengan menyepakati pertukaran
suatu mata uang dengan mata uang lainnya pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
Perusahaan dapat menjaminkan semua atau sebagian saja dari transaksinya. Hedging juga dapat
digunakan sebagai alat untuk mengelola risiko ekonomi. Risiko ekonomi ini dapat mempengaruhi
kemampuan persaingan relatif dari perusahaan, bahkan sekalipun perusahaan tersebut tidak pernah
berpartisipasi secara langsung dalam perdagangan internasional. Akuntan manajemen harus
memahami posisi perusahaan dalam perekonomian global. Akuntan menyediakan struktur
keuangan dan komunikasi bagi perusahaan. Dalam menyusun anggaran induk, misalnya, anggaran
penjualan harus memperhatikan kemungkinan menguat atau melemahnya mata uang negara lain.
Perusahaan induk sering menyatakan kembali laba semua anak perusahaannya dalam mata
uang negara perusahaan induk. Hal ini dapat menimbulkan laba atau rugi
akibat penilaian kembali mata uang asing dan dapat mempengaruhi laporan keuangan
anak perusahaan dan perhitungan ROI dan EVA yang terkait. Akuntan manajemen
harusmemahami sumber dari risiko translasi ini.
Desentralisasi di MNC
Pada dasarnya, alasan MNC untuk melakukan desentralisasi sama dengan alasan
yang digunakan oleh perusahaan nasional ketika memilih desentralisasi. Manfaat
desentralisasi di MNC :
- Kualitas informasi lebih baik pada tingkat lokal dan mampu meningkatkan
kualitas keputusan.
- Manajer lokal di MNC mampu untuk memberikan respon yang lebih cepat
dalam pembuatan keputusa.
- Meminimalkan keterbatasandalam masalah sosial, hukum, dan bahasa.
- Melatih dan memotivasi manajer lokal untuk mengambil keputusan operasional sehari-hari
sehingga manajemen puncak dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah-masalah strategis.
- Memberikan pengalamanyang berharga bagi manajer anak perusahaan di luar Negeri melalui
interaksi dengan manajer kantor pusat maupun manajer luar negeri lainnya.
Karena berbagai perubahan proses tersebut memerlukan aktivitas tim, maka reward berdasarkan
tim lebih sesuai untuk digunakan dari pada reward individu.
Akuntansi Pertanggung jawaban berdasarkan Strategi Kelemahan utama dari perbaikan
berkelanjutan adalah tidak mampu untuk menyesuaikan dengan misi dan strategi organisasi secara
keseluruhan. Oleh karenanya, diperlukan perbaikan berkelanjutan yang terarah. Akuntansi
pertanggung jawaban berdasarkan strategik menerjemahkan visi dan misi organisasi ke dalam
strategi operasional dan mengembangkan dimensi pertanggung jawaban menjadi empat dimensi,
yaitu keuangan (financial), pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal businessprocess),
serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning & growth). Ukuran kinerja dirancang agar dapat
mengkomunikasikan strategi bisnis dan membantu menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Ukuran yang dipilih harus menyeimbangkan antara ukuran lag vs lead, objektif vs subjektif,
keuangan vs non keuangan, dan antara internal vs eksternal. Reward untuk individu diberikan
berdasarkan ukuran kinerja multidimensial.