Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Meningioma adalah salah satu jenis neoplasma jinak intrakranial tersering yang
berkembang dari sel epitel araknoid dan memiliki persentase sebanyak 20% dari
total jumlah seluruh tumor intrakranial. Sandra dkk mendapatkan bahwa
meningioma merupakan etiologi kedua tersering dari tumor retrobulbar intrakonal
setelah limfoma. Prevalensi meningioma di Amerika Serikat sebanyak 97.5 dari
100.000 penduduk (Chamound, et al., 2011). Insidensi meningioma lebih tinggi
pada wanita dengan rasio 2:1 dibanding pria. Risiko meningioma semakin
meningkat seiring bertambahnya usia baik pada wanita maupun pria dan terutama
terjadi pada usia pertengahan (Cea-Soriano, et al., 2012).
Meningioma dapat di klasifikasikan menjadi berbagai subtipe berdasarkan
lokasi dan stadium histologis berdasar pada klasifikasi World Health Organization
(WHO) tentang tumor otak. Sebagian besar kasus meningioma (90%) adalah
WHO stadium 1 yaitu jinak, kurang dari 10% adalah stadium 2 atau atipikal dan
stadium 3 tumor ganas. Meningioma orbital dapat diklasifikasikan menjadi
meningioma orbital primer yaitu meningioma selubung nervus optikus dan
meningioma sekunder dengan lokasi yang tersering adalah sphenoid wing
meningioma (Apra C, et al., 2018).
Meningioma dapat menimbulkan manifestasi klinis yang bervariasi tergantung
dari lokasi meningioma tersebut. Gejala yang muncul dapat berupa sakit kepala,
kejang, defisit saraf kranial (termasuk kehilangan penglihatan), kelemahan wajah,
anosmia, asimetri kranial (termasuk proptosis, kelainan bentuk tengkorak), defisit
neurologis fokal dan perubahan kognitif atau kesadaran. Gejala neurologis yang
muncul merupakan akibat dari penekanan tumor pada struktur sistem saraf
setempat. Manifestasi oftalmologi sangat berkaitan dengan letak posisi tumor
primer. Tumor yang muncul dekat pterion sering menghasilkan massa pada
temporal fossa, yang akan berkaitan dengan proptosis nonaxial serta gangguan

Anda mungkin juga menyukai