Anda di halaman 1dari 2

Pro Kontra Pelajar Membawa Kendaraan Pribadi ke Sekolah

Akhir-akhir ini banyak sekali media yang menyoroti masalah-masalah yang terjadi di kalangan
pelajar. Mulai dari materi pelajaran yang kurang tepat bagi para siswa, tawuran yang kian
marak di berbagai daerah, perkelahian antar siswi yang videonya beberapa kali ditayangkan
di televisi, kekerasan berlebihan yang dilakukan oleh oknum guru, hingga fenomena pelajar
di bawah umur yang membawa kendaraan pribadi ke sekolah (khususnya sepeda motor).
Menyoroti masalah terakhir, agaknya sedikit luput dari perhatian dan pengawasan para
orangtua, dan lingkungan sekolah. Padahal menurut saya, ini adalah hal yang tak kalah
penting untuk mendapat perhatian lebih. Seperti kita ketahui, di jaman sekarang banyak
sekali terlihat anak-anak di bawah umur dan pelajar, mengendarai kendaraan bermotor ke
sekolah. Bahkan ada diantaranya pelajar SD dan SMP kelas 1, yang telah difasilitasi oleh
orangtua mereka. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan, karena salah satu syarat bagi
pengemudi kendaraan harus dilengkapi dengan Surat Izin Mengemudi (SIM), dan usia mereka
sendiri belum mencukupi untuk memiliki SIM tersebut, apalagi ini bertentangan dengan UU
No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bila ditanyakan kepada orangtua,
alasannya agar lebih efektif dan efisiensi waktu. Kesibukan mereka hingga tak dapat
mengantar putra-putrinya ke sekolah, juga merupakan alasan lainnya. Ada juga yang
menganggap anaknya telah mahir berkendara dan dapat berhati-hati di jalan. Sebagian
bahkan merasa bangga, melihat anak mereka kecil-kecil sudah bisa membawa kendaraan
sendiri. Namun sayangnya, pembekalan mengenai pengetahuan safety riding tidak turut
diberikan. Banyak diantaranya yang tidak mengenakan helm, tidak melengkapi kendaraan
dengan kaca spion, memodifikasi sedemikian rupa dengan mengganti ban yang lebih kecil,
mempreteli bagian-bagian tertentu dan lainnya. Jika ditegur mereka akan menjawab, kalau
pakai helm kurang macho, dimodif biar keren. "Pakai spion? Kayak orangtua saja!" Mereka
kerap menyepelekan agar tak dinilai kamseupay (kampungan) oleh teman-temannya.

beberapa dampak positif Pelajar Membawa Kendaraan Pribadi ke Sekolah (Pro)

1. Dengan membawa motor ke sekolah pelajar dapat menghemat waktu di perjalanan karena
tidak harus menunggu kendaraan umum atau angkutan umum yang tidak jelas keberangkatan
atau kedatangannya yang akan membuat waktu pelajar terbuang sia – sia, sehingga membuat
pelajar akan terlambat sampai di sekolah.
2. Dengan membawa motor ke sekolah juga dapat menghemat uang saku pelajar, karena
uangnya tidak perlu terpakai untuk membayar angkutan umum.
3. Dengan mengendarai motor ke sekolah, pelajar tidak akan merepotkan orang tua yang
harus mengantar jemput anaknya ke sekolah. Karena tidak semua orang tua berada di rumah
saat anaknya ingin beragkat sekolah. Banyak orang tua yang lebih mementingkan
pekerjaannya supaya tidak terlambat, sehingga anak itu tidak diurusinya.
4. Dan juga, dengan membawa motor sendiri ke sekolah, pelajar akan merasa lebih nyaman
dan aman, dibandingkan menaiki angkutan umum, dikarenakan banyak penumpang lain yang
akan mengganggu kenyamanan pelajar, seperti, penumpang yang merokok, penumpang yang
bau badan atau keringat yang mengakibatkan rasa nyaman pelajar akan berkurang, sehingga
pelajar berpikiran untuk tidak ingin menaiki angkutan umum lagi.

Sedangkan dampak negatif Pelajar Membawa Kendaraan Pribadi ke Sekolah (Kontra)


1. Bolos sekolah. Ini menurut pengalaman saya ketika sekolah dulu, rata-rata teman yang
sering bolos sekolah adalah mereka yang membawa kendaraan pribadi. Begitu ada
kesempatan, walaupun tanpa tujuan yang jelas, istilahnya sekedar muter-muter dengan
komunitas mereka, langsung 'cabut' tanpa pikir panjang.
2. Kecelakaan lalulintas dan kebut-kebutan di jalan raya. Karena usia mereka yang masih labil
dan sulit mengontrol emosi sering menyebabkan hal ini terjadi. Ada juga yang masih kurang
mampu membawa kendaraan dengan baik. Seperti ketika kemarin pagi saya ke pasar, ada
seorang siswi SMP berpostur tubuh mungil, membonceng adiknya yang masih SD. Saat
ditikungan hendak menghindari sebuah mobil, sedikit oleng dan nyaris jatuh. Ketika saya
perhatikan saat dia menjaga keseimbangan, ternyata kakinya masih jinjit, karena tubuhnya
kurang tinggi. Hingga membuat saya berpikir mengapa orangtuanya membiarkan hal ini?
Apakah mereka tidak merasa khawatir dengan keselamatan anak-anaknya. Kejadian lain yang
membuat saya terhenyak, ketika anak saya menceritakan salah seorang kakak kelasnya di
kelas 9 bernama Iqbal, meninggal dunia baru-baru ini karena nge-trek. Ajang kebut-kebutan
seolah dijadikan hobi yang mengasyikan bagi mereka.
3. Mengundang terjadinya kriminalitas Anak-anak yang membawa kendaraan ini sering
menjadi korban perampokan. Mereka dianggap lebih mudah ditaklukkan karena pertahanan
yang kurang maksimal. Tak terkecuali dilakukan oleh orang-orang terdekat dilingkungan
sekitar. Seperti kejadian di Palembang bulan Maret 2012 lalu. Seorang pelajar (Rian Karisma)
tewas dibunuh temannya sendiri (Satrio Wibowo dll) demi menguasai sepeda motor yang
baru sebulan dimilikinya. Yang tak kalah menyedihkan, saat santer diberitakan tentang
pembunuhan dua orang kakak beradik Mayang Diyanti (11tahun) dan adiknya Rezi Triansyah
(2tahun) yang tewas setelah mengantar adiknya ke sekolah. Lokasi kejadiannya berjarak
kurang lebih 2km dari rumah saya. Mereka diduga menjadi korban perampokan karena motor
Honda Scoopy baru yang mereka kendarai tak ditemukan di lokasi. Kejadian-kejadian di atas
hanya sebagian kecil yang terjadi. Hal inilah pulalah yang menggerakkan hati saya untuk
membuat tulisan ini. Tanpa bermaksud menggurui, hanya ingin sedikit menghimbau kepada
para orangtua, hendaklah dipertimbangkan kembali untuk memberikan fasilitas kendaraan
bermotor bagi anak-anak. Terutama yang masih jauh di bawah umur. Jangan sampai alih-alih
demi efisiensi waktu, mempermudah anak ke sekolah, atau bentuk wujud kasih sayang
terhadap anak, timbul penyesalan dikemudian hari bila telah tertimpa musibah. Sebagai
pertimbangan, mungkin lebih baik jika anak-anak ke sekolah naik kendaraan umum saja.
Kalaupun rumahnya jauh dan tidak dapat mengantar sendiri, bisa menggunakan jasa mobil
jemputan khusus anak-anak sekolah. Atau bisa juga menggunakan sepeda jika jarak antara
rumah dan sekolah tidak terlalu jauh. Kalau mereka malu/enggan menggunakan sepeda, dan
tidak berani naik kendaraan umum sendiri, coba berlangganan ojek dengan orang yang sudah
dikenal dengan baik. Dengan harapan dapat meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan. Untuk kepolisian yang bertugas di jalan raya juga diharapkan dapat berperan aktif,
memberi peringatan kepada pelajar yang belum memiliki SIM agar tidak membawa
kendaraan ke sekolah. Dan pihak sekolah sendiri, hendaknya mensosialisasikan larangan
pelajar membawa kendaraan pribadi ke sekolah. Marilah sama-sama kita menyikapi dan
mengatasi masalah ini dengan lebih bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai