Buku Perlindungan Pekerja Rumahan Di Sektor Industri - 2016
Buku Perlindungan Pekerja Rumahan Di Sektor Industri - 2016
PEKERJA RUMAHAN
DI SEKTOR INDUSTRI
Pasal 2
1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima Miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Penulis :
Yuniarti Tri Suwadji, S.E, M.A, M.E
Ardhian Kurniawati, S.Si
Malla Dewi Agisty, S.E
Ari Yuliastuti, S.H
Copyright © 2016
Tim Penulis
ABSTRACT i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR DIAGRAM vii
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 5
C. Tujuan dan Kegunaan 6
D. Metodologi Penelitian 6
E. Aspek-aspek yang Diteliti 6
F. Definisi Operasional 7
G. Sistematika Penulisan 8
Perlindungan Pekerja Rumahan di Sektor Industri ix
Daftar Diagram
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gambar 1.1
Pola Hubungan Kerja Pekerja Rumahan
ciri khas pekerja rumahan. Sampai dengan saat ini, sudah ada 10
negara yang meratifikasi konvensi tersebut. Meski konvensi ini akan
mempromosikan kesetaraan perlakuan antara pekerja rumahan
dengan pekerja penerima upah lainnya dengan mempertimbangkan
ciri-ciri khusus kerja rumahan untuk pekerjaan yang sama atau serupa
yang dilakukan oleh sebuah unit usaha; namun, Indonesia masih belum
meratifikasi konvensi ini. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan
bahwasanya konvensi ILO ini bisa saja menjadi suatu target kebijakan
dalam upaya perlindungan pekerja rumahan ke depannya.
B. PERMASALAHAN
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi hanya pada sektor industri mengingat
praktek pekerja rumahan ini merupakan wujud perluasan rantai
produksi kepada pekerja-pekerja informal di luar pabrik atau
tempat pemberi kerjanya. Adapun fokus dari penelitian ini akan
dilakukan pada informan dengan kategori antara lain:
a. Perusahaan/pemilik modal yang mempekerjakan pekerja
informal di luar pabrik;
b. Perantara/sub kontraktor/perantara/middle man baik
yang hanya sekedar menyalurkan pekerjaan rumahan dari
pemberi kerja kepada pekerja rumahan, juga yang turut
serta dalam proses produksi;
c. Pekerja yang bekerja bukan di tempat pemberi kerja,
melakukan pekerjaan sebagaimana yang dipesan oleh
pemberi kerja dan tidak menjual sendiri barang yang
diproduksinya melainkan mengembalikan hasil produksi
tersebut kepada pemberi kerja/perantara;
d. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkecimpung
dalam urusan terkait pekerja rumahan;
e. Hak-hak dasar pekerja yang harus dimiliki.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Dalam ilmu sosial, Hancock, Ockleford, dan
Windridge (2009) menjelaskan bahwa pendekatan ini digunakan
peneliti sebagai upaya guna mempelajari kondisi alamiah
masyarakat, sehingga dapat menangkap dan menjelaskan
fenomena sosial yang bersumber dari pemahaman masyarakat
tersebut. Dengan pendekatan kualitatif ini maka peneliti akan
lebih terfokus pada bagaimana masyarakat atau komunitas
dapat memiliki pandangan yang berbeda mengenai realitas yang
ada di masyarakat dan menuliskan pengalaman atau data dari
masyarakat tersebut yang terkadang tidak dapat diekspresikan
secara numerik.
3. Subyek Penelitian
Mengingat belum adanya data tercatat seputar pekerja rumahan
yang mengakibatkan tidak dapat dibuatnya sampling frame
penelitian, maka pemilihan subyek penelitian ini ditentukan
dengan sistem bola salju (snowball sampling) dalam batas-batas
wilayah penelitian. Hancock, Ockleford, dan Windridge (2009)
menjelaskan bahwa dalam snowball sampling ini terdapat
keterikatan antara informan yang satu dengan yang lainnya. Dalam
penelitian ini istilah yang digunakan untuk subyek penelitian
5. Analisis Data
Analisis data dari setiap kegiatan penelitian menyajikan
kesimpulan dari sejumlah data yang diperoleh selama di lapangan
6. Lokasi Penelitian
Studi ini akan dilakukan di tingkat pusat dan daerah. Di tingkat
pusat, yang akan menjadi informan adalah para pemangku
kebijakan di Kementerian Ketenagakerjaan di beberapa satuan
kerja, seperti: Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial dan
Jaminan Sosial, Ditjen Pengawasan Tenaga Kerja, dan Biro Hukum
Ketenagakerjaan. Adapun pada tingkat daerah, penelitian ini
akan dilakukan di Provinsi D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Sumatera Utara dengan
pertimbangan bahwa di enam provinsi tersebut terdapat
banyak pekerja informal yang disinyalir mempekerjakan pekerja
rumahan mengingat di daerah-daerah tersebut juga banyak
terdapat industri pengolahan yang biasanya dalam proses
2. Perusahaan/Pemberi Kerja
a. Identifikasi
1) Status Permodalan: PMA/PMDN atau joint venture;
2) Badan hukum/usaha;
3) Orientasi Bisnis: Dalam negeri atau luar negeri.
b. Aspek Bisnis
1) Permintaan dan persediaan;
2) Supply Chain and Value Chain.
c. Aspek Produksi
1) Bahan Baku;
3. Pekerja Rumahan
a. Identifikasi;
b. Bahan, alat kerja dan metode kerja;
c. Cara mendapat bahan/alat kerja;
d. Penggunaan waktu kerja;
e. Kesejahteraan (upah dan lainnya seperti THR atau
sejenisnya, serta jaminan sosial, sosialisasi program),
jumlah upah yang diterima sebulan dibandingkan dengan
UMP setempat;
f. Resiko kerja;
g. Preferensi untuk bekerja di rumah;
h. Kesimpulan.
F. DEFINISI OPERASIONAL
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PERLINDUNGAN
Menurut Konvensi ILO No. 177 Tahun 1996 tentang Kerja Rumahan
definisi kerja rumahan dapat diartikan sebagai pekerjaan yang
dikerjakan seseorang, yang kemudian disebut sebagai pekerja rumahan,
a. Di dalam rumahnya atau di tempat lain pilihannya, selain tempat
kerja pemberi kerja;
b. Untuk mendapatkan upah;
c. Yang menghasilkan suatu produk atau jasa sebagaimana
yang ditetapkan oleh pemberi kerja, terlepas dari siapa yang
menyediakan peralatan, bahan atau input lain yang digunakan.
Sedangkan, pemberi kerja adalah seseorang yang memberikan
pekerjaan rumahan, baik secara langsung maupun melalui perantara.
1. Perlindungan Sosial
Dalam konteks perlindungan sosial tenaga kerja khususnya
perlindungan terhadap pekerja rumahan, ada beberapa jenis
perlindungan yang dibahas dalam studi ini, seperti:
a. Perlindungan Upah
Berdasarkan Pasal 1 Angka (30) Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upah adalah hak pekerja/
buruh yang diterima dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
menurut perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
dilakukannya. Perlindungan upah diberikan kepada pekerja
rumahan supaya apa yang mereka kerjakan dalam praktek
kerja rumahan ini tidak hanya dapat membawa manfaat bagi
dirinya sendiri, melainkan juga untuk keluarganya. Dengan
adanya pemberian upah yang cukup layak bagi pekerja
rumahan pada gilirannya diharapkan dapat mensejahterakan
mereka beserta para keluarganya.
b. Jaminan Sosial
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial guna memberikan jaminan bagi seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
secara layak. Jaminan sosial bagi diberikan tidak hanya
kepada pekerja rumahannya sendiri, tetapi juga untuk
anggota keluarganya. Tujuan dari pemberian jaminan sosial
ini adalah untuk memberikan kepastian berlangsungnya
arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti
sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Dengan
demikian, melalui kepesertaan jaminan sosial tenaga kerja
yang saat ini dikelola oleh dua badan yaitu BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan, maka diharapkan pekerja rumahan
ke depannya bisa lebih mandiri dan tidak bergantung kepada
pihak lain apabila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan kerja,
sakit, dan lainnya selama mereka melakukan kerja rumahan.
2. Perlindungan Teknis
Selain pelindungan sosial sebagaimana dijelaskan di atas, ada
juga perlindungan teknis terhadap pekerja rumahan, seperti:
BAB III
GAMBARAN UMUM
DAN PROFIL RESPONDEN
A. PEMBERI KERJA
1. Status Permodalan
Diagram 3.1
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Provinsi dan Status Modal Usaha
Di Daerah Sampel Tahun 2015
PMDN
PMA
Persentase
Perorangan
h
at
ur
ta
ra
ta
ga
ta
ar
ar
ar
im
en
aB
ak
aU
ak
aT
Simpanan pokok,
IJ
gy
aT
er
w
DK
Ja
Yo
Simpanan Wajib,
at
w
Ja
Ja
DI
Su
2. Jenis Industri
Diagram 3.2
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan
Jumlah Pekerja Tetap
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pakaian Jadi
Diagram 3.3
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan
Jumlah Pekerja Harian Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pemberi kerja pada industri kulit, barang dan kulit dan alas
kaki hanya memiliki pekerja harian sebanyak 40-49 orang sebesar
12.5%, industri kayu, barang dari kayu dan Gabus rotan dan bambu
memiiki pekerja harian sebesar 12.5% masing di rentang umur 20-
29 orang, 50-59 orang dan lebih dari 100 orang, industri pengolahan
produksi lainnya lebih banyak memiliki pekerja 0-9 orang sebesar
25%, sisanya 12,5% masing-masing di dalam rentang umur 30-39
tahun dan lebih dari 100 orang.
Diagram 3.4
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan
Jumlah Pekerja Harian
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pengolahan Produksi
Lainnya
Pada industri kayu, barang dari kayu dan gabus, rotan dan bambu
pemberi kerja mempekerjakan pekerja borongan antara 10-19 orang
dan 20-49 orang, sedangkan industri pengolahan produksi lainnya
mempekerjakan pekerja borongan hanya 0-9 orang dan 20-29 orang.
Diagram 3.5
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan Jumlah Pekerja di
Luar Pabrik Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pakaian Jadi
Pakaian Jadi
Diagram 3.7
Jumlah Pemberi kerja
Menurut Jenis Industri dan Lama Memberdayakan Pekerja Rumahan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pakaian Jadi
Pengolahan Produksi
Lainnya
3. Jumlah Penghasilan
Diagram 3.8
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan
Jumlah Penghasilan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pakaian Jadi
Diagram 3.9
Jumlah Pemberi kerja Menurut Jenis Industri dan
Bentuk Ikatan Perjanjian
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Perjanjian Tertulis
Perjanjian Lisan
Tidak Ada
m s,
ki
Ba bu
an
di
a
bu
Ka
ny
Ja
n Ga
um
in
as
ian
da n
La
in
Al
n a
ka
ta u d
M
si
n
da
Pa
uk
n
Ro ay
da
od
it
K
ul
an
ri
Pr
K
da
an
an
ri
da
g
ak
ah
an
M
ol
ar
an
ng
,B
ar
Pe
yu
,B
Ka
lit
Ku
Diagram 3.10
Jumlah Pemberi Kerja
Menurut Jenis Industri dan Penyediaan Bahan Produksi
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Pakaian Jadi
Diagram 3.11
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan
Penyediaan Alat Produksi
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Tidak
an
di
a
m s,
ki
ny
Ba bu
Ja
um
Ka
bu
in
n Ga
ian
as
in
La
M
Al
ka
da n
si
n a
n
Pa
uk
n
ta u d
da
da
od
Ro ay
an
Pr
li
K
u
an
ri
iK
an
da
ak
ar
ah
M
ol
an
g
ng
an
ar
Pe
ar
,B
,B
yu
lit
Ka
Ku
Diagram 3.12
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan
Area Pemasaran Hasil
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.13
Jenis Pemberi Kerja Menurut Jenis Industri dan Cara Penentuan Upah
Di Daerah Sampel Tahun 2015
8. Negosiasi
Diagram 3.14
Jumlah Pemberi Kerja Menurut Kategori Industri dan Negosiasi
Di Daerah Sampel Tahun 2015
9. Jaminan Sosial
Diagram 3.15
Jumlah Pemberi Kerja yang Mengikutsertakan Pekerja
di Dalam Tempat Kerja pada Program Jaminan Sosial
Menurut Kategori Industri
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.16
Jumlah Pemberi Kerja yang Mengikutsertakan Pekerja di Luar
Tempat Kerja pada Program Jaminan Sosial
Menurut Kategori Industri
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.17
Jumlah Pemberi Kerja yang Menanggung Biaya Pengobatan
Menurut Kategori Industri
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.18
Jumlah Pemberi Kerja yang Memberikan Bantuan Sosial
Menurut Kategori Industri
Di Daerah Sampel Tahun 2015
B. PERANTARA
1. Usia
Diagram 3.19
Jumlah Perantara Menurut Usia dan Pendidikan Terakhir
Di Daerah Sampel Tahun 2015
2. Status Perkawinan
Diagram 3.20
Jumlah Perantara Menurut Status Perkawinan dan Jumlah Anak
Di Daerah Sampel Tahun 2015
4. Jenis Industri
Diagram 3.22
Jumlah Perantara Berdasarkan Jenis Industri dan
Sumber Modal Usaha
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.23
Jumlah Perantara Berdasarkan Jenis Industri dan Jumlah Penghasilan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
5. Posisi Perantara
Tabel 3.1
Jumlah Perantara Menurut Posisi Perantara dan Sosialisasi
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.27
Jumlah Perantara Menurut Posisi Perantara dan Penyediaan Bahan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.28
Jumlah Perantara Menurut Posisi Perantara
dan Penyediaan Peralatan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.29
Jumlah Perantara
Menurut Area Pemasaran Produk dan Posisi Perantara
Di Daerah Sampel Tahun 2015
11. Upah
Diagram 3.30
Jumlah Perantara
Menurut Cara Penentuan Upah dan Sistem Pembayaran
Di Daerah Sampel Tahun 2015
12. Negosiasi
Diagram 3.31
Jumlah Perantara Menurut Posisi Perantara dan Negosiasi
Di Daerah Sampel Tahun 2015
C. PEKERJA RUMAHAN
19 orang (1.3%), yang karena alasan sebagai ibu rumah tangga yang
ingin membantu suaminya memenuhi kebutuhan hidup keluarga,
maka mereka memilih menjadi pekerja rumahan ketimbang bekerja
di sektor formal yang lebih terikat waktunya sehingga sulit untuk
memenuhi tanggung jawab merawat keluarga.
Diagram 3.32
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Usia dan Tingkat Pendidikan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
2. Tempat Kerja
Diagram 3.33
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Usia dan Tingkat Pendidikan
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.34
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Volume Kerja dan Info Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.35
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Pengetahuan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Perusahaan/pemberi kerja
langsung
Perantara/Sub Kontraktor
Lainnya
4. Pelatihan Kerja
Diagram 3.36
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Pelatihan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Perusahaan/pemberi kerja
langsung
Perantara/Sub Kontraktor
Lainnya
5. Bahan Baku
Diagram 3.37
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Cara Mendapatkan Bahan Baku
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Membelinya
Lainnya
6. Peralatan Kerja
Diagram 3.38
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Pemberian Peralatan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
7. Ikatan Kerja
Diagram 3.39
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Pelatihan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Upah
Waktu Penyelesaian
Jumlah Pesanan
Diagram 3.40
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Pelatihan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Daerah Setempat
Pasar Internasional/Ekspor
9. Waktu Kerja
Diagram 3.41
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Waktu Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
10. Upah
Diagram 3.42
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Pelatihan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Tarif Satuan
Lainnya
11. Negosiasi
Diagram 3.43
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut yang Pernah Bernegosiasi
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.44
Jumlah Pekerja Rumahan
Menurut Kepesertaan Program Jaminan Sosial
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.45
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Konsekuensi Kesalahan Produk
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 3.46
Jumlah Pekerja Rumahan Menurut Penggunaan Perlengkapan K3
Di Daerah Sampel Tahun 2015
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Adanya Pekerjaan
Pekerjaan adalah sebuah pekerjaan yang bebas sesuai dengan
dengan kesepakatan antara tenaga kerja dan pengusaha, asalkan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesusilaan, dan ketertiban umum. Pengusaha secara teknis
jelas tidak mungkin akan merekrut pekerja/tenaga kerja jika
tidak tersedia pekerjaan sesuai dengan kapasitas kebutuhan
perusahaannya, unsur ini merupakan salah satu syarat sahnya
2. Adanya Upah
Upah dalam ketentuan ketenagakerjaan minimal adalah Upah
Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minum Sektoral Provinsi
(UMPS) yang ditetapkan oleh Gubernur pada Pasal 90 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa :
“Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah
minimum sebagaimana dimaksud pada Pasal 89.”
3. Adanya Perintah
Perintah adalah satu pihak berhak memberikan perintah dan
pihak yang lain berkewajiban melaksanakan perintah. Letak
strategisnya posisi pengusaha ada disini, perusahaan memiliki
bargaining position cukup kuat di banding pekerja atau tenaga
kerja. Pengusaha memiliki hak prerogratif pengusaha artinya
pengusaha biasanya berhak dalam membentuk peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama Perusahaan, maka
perusahaan berhak memberi perintah kepada pekerja atau tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan sehingga
pekerja atau tenaga kerja mengikatkan diri pada pengusaha
untuk bekerja di bawah perintah pengusaha. Menurut istilah para
Diagram 4.1
Jawaban Pemberi Kerja
Berdasarkan Jenis Industri dan Pola Hubungan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 4.2
Jawaban Perantara Kerja
Berdasarkan Pola Hubungan Kerja dan Bentuk Ikatan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Diagram 4.3
Jawaban Pekerja Rumahan
Berdasarkan Pola Hubungan Kerja dan Bentuk Ikatan Kerja
Di Daerah Sampel Tahun 2015
Perjanjian Tertulis
Perjanjian Lisan
Tidak Ada Perjanjian
Pemberi Kerja -> Pekerja Pemberi Kerja --> Pemberi Kerja -->
Rumahan Perantara -> Pekerja Perantara -> Perantara ->
Rumahan Pekerja Rumahan
Gambar 4.3
Bentuk Perjanjian Kerja Rumahan
Gambar 4.4
Isi Perjanjian Kerja Rumahan
Gambar 4.5
Tingkat Keterampilan untuk Kerja Rumahan
c. Jaminan Sosial
Pekerja rumahan belum mendapatkan jaminan
sosial sebagaimana mestinya. Tidak ada kompensasi apapun
yang diberikan oleh pemberi kerja ataupun perantaranya
apabila mereka sakit. Di sisi lain, untuk meningkatkan
c. Jaminan Sosial
Pekerja rumahan tidak menerima kompensasi
apabila sakit atau mengalami kecelakaan kerja. Rata-rata
pekerja rumahan belum memiliki kartu BPJS Kesehatan dan
Ketenagakerjaan, dengan demikian mereka tidak terdaftar
dalam skema jaminan sosial apapun. Tetapi ada juga yang
termasuk penerima bantuan sosial berupa PNPM dan hanya
sebagian kecil yang menerima Tunjangan Hari Raya dari para
pemberi kerjanya.
c. Jaminan Sosial
Terkait perlindungan jaminan sosial, perlu dibangun
link antara pekerja rumahan dengan pemerintah melalui
kepesertaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan demikian negara bisa hadir dalam lingkup praktek
kerja rumahan. Karena selama ini pekerja rumahan belum
terdaftar dalam kedua program BPJS tersebut. Namun
demikian, mengingat masih rendahnya kemampuan pemberi
kerja dan pekerja rumahan khususnya pada kerja rumahan
yang bersifat tradisional untuk mengiur program BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, maka perlu adanya
pemberian keringanan iuran kepesertaan program tersebut,
baik berupa subsidi iuran dari pemerintah maupun dalam
bentuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) khusus bagi pekerja
rumahan.
c. Jaminan Sosial
Pekerja memilih menjadi pekerja rumahan
karena waktu yang fleksibel dan dapat merawat keluarga.
Kebanyakan pekerja rumahan pernah bekerja sebelumnya
di perusahaan tersebut. Lalu memutuskan untuk bekerja di
rumah.Harapan yang dinginkan oleh pekerja rumahan adalah
dapat membuka usaha sendiri namun karena modal dan
keterampilan pemasaran yang terbatas menjadi penghambat
harapan tersebut. Belum adanya sosialisasi oleh pemerintah
daerah terkait hal tersebut.
c. Jaminan Sosial
Pekerja rumahan kurang mendapatkan perlindungan
sosial. Tidak ada biaya kompensasi atas kecelakaan kerja dan
sakit yang mungkin timbul akibat mereka bekerja. Rata-rata
pekerja rumahan belum memiliki BPJS. Namun ada beberapa
sebagian pekerja menerima bantuan sosial dari luar Trisula,
MMK dan LDD yaitu berupa pengobatan. Hanya sebagian kecil
yang menerima Tunjangan Hari Raya.
c. Jaminan Sosial
Pekerja rumahan belum mendapatkan jaminan sosial
apa pun, baik dari sisi kesehatan maupun ketenagakerjaan,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sarita Agrawal, Dr. Jyoti Achanta. Dynamics of Market: A Case Study
of Putting Out System in Urban Informal Manufacturing Sector
of Baroda City.
Website:
http://homenet-indonesia.blogspot.com/2014/11/praktek-
perbudakan-pada-buruh-rumahan.html
http://homenet-indonesia.blogspot.com/2014/10/perempuan-
pekerja-rumahan-tak-ternampak.html
Penerbit:
PT Sulaksana Watinsa Indonesia
Citylofts Sudirman Suites 2327-2329
Jl. KH Mas Mansyur 121 Jakarta
Telp/Fax : (021) 86614125
Email: contact@swi-group.com