Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

DI PT BATU GUNUNG MULIA PUTRA ARGO


DESA TAJAU MULYA KECAMATAN BATU AMPAR
KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN 3
FEBRUARI – 2 MARET 2022

ANALISIS ASPEK ERGONOMI POSTUR KERJA UNTUK


MENGURANGI CEDERA PADA PEKERJA SORTASI DI PKS PT.
BATU GUNUNG MULIA PUTRA AGRO

Oleh :
SITI HUMAIRAH
NPM. 18070546

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2022
i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
PBL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjari di Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel kelurahan Belitung
utara, kecamatan Banjarmasin Barat.
Laporan PKL ini dapat disusun dengan baik oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjari guna mendapatkan bekal pengalaman khususnya dibidang kesehatan
terutama mahasiswa yang nantinya akan terjun ke masyarakat.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Ari Widyarni,SKM., M.Kes sebagai pembimbing Fakultas
dan Bapak Seto Januar Rizky, A.Md sebagai pembimbing Instansi berkat
bantuan yang diberikan baik berupa bimbingan teknis, saran-saran, nasehat dan
dorongan moril dalam penggarapan laporan ini sampai selesai, kemudian tak
lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Meila Farika Indah, SKM., M.Sc selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
2. Chandra, SKM., M.Kes selaku ketua prodi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
3. Angga Yudha P Selaku Direktur utama dari PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro
yang telah memberikan izin kepada mahasiswa untuk melakukan pelaksanaan
PKL diinstansi tersebut.
4. Yako Panjaitan selaku PJS Mill Manager di PT. Batu Gunung Mulia Putra
5. Bambang Handoko P, SE Selaku Kepala Tata Usaha (KTU) di PT. Batu Gunung
Mulia Putra

ii
6. Ujang Riyadi. Selaku HSE Officer yang telh banyak memberikan bantuan dalam
penulisan ini.
7. Seto Januar Rizky, A.Md. selaku asisten subtainability & Grading serta
Pembimbing Instansi yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan
bantuan saat pelaksaan PKL di instansoi maupun dalam pembuatan laporan PKL.
8. Seluruh staf dan kariyawan PT. Batu Gunung Mulia Putra yang telah banyak
memberikan bantuan dalam penulisan ini.
9. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberi dukungan dan doa
restunya.
10. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan
PKL dan penulisan laporan ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Banjarbaru, Maret 2022

SITI HUMAIRAH

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
GRAFIK vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Instansi Magang
2. Mahasiswa
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis Situasi Umum
B. Analisis Situasi Khusus
BAB III HASIL KEGIATAN
A. Uraian Kegiatan
B. Identifikasi Masalah
C. Alternatif Pemecahan Masalah
D. Rencana Kegiatan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Uraian Kegiatan
B. Identifikasi Masalah
C. Alternatif Pemecahan Masalah
D. Rencana Kegiatan

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan para pekerja sangatlah penting untuk keberlangsungan
aktivitas di perusahaan terutama di proses produksi. Tetapi masih banyak yang
kurang perhatikan kenyamanan para pekerja. Hal ini disebabkan karena fasilitas
kerja yang ada diperusahaan tidak didukung oleh metode yang kurang sesuai
yang dalam hal ini dapat menyebabkan para pekerja dapat mengalami resiko
cedera atau keluhan – keluhan pada anggota tubuh mereka. Rasa nyaman pada
saat bekerja merupakan faktor penting dalam proses produksi. Dengan
memperhatikan kenyamanan ini maka dapat mengurangi keluhan pada saat
bekerja. Pada PT. Gunung Mulia Putra Agro, terkena resiko di tempat kerja
terdapat disekitar tempat bekerja. Jenis keluhan yang dapat ditimbulkan sangat
bermacam – macam diantaranya adalah kaku, bengkak, pegal – pegal dan
lainnya.
Akibat dari keluhan. Faktor – faktor yang diakibatkan dari jenis keluhan
tersebut ada berbagai macam . contohnya seperti fasilitas kerja yang kurang
memadai, pekerjaan yang dilakukan berulang – ulang, adanya faktor lingkungan
kerja, minimnya ilmu pengetahuan tentang lingkungan kerja dan lain sebagainya.
Fakotr – faktor seperti inilah yang sebaiknya dihindari untuk terhindar dari
keluhan – keluhan tersebut.
PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro adalah sebuah perseroan yang bergerak
dibidang perkebunan dan insdustri Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
Dalam perkembangannya PT. BGMPA bekerjasama dengan Koperasi Sawit
Makmur dalam Pembangunan sebuah Pabrik Kelapa Sawit dilahan seluas 38Ha
yang mana Pabrik Kelapa Sawit tersebut akan menyerap TBS (Tanda Buah

1
Segar) dari para petani lokal mandiri khusus nya para petani yang tergabung
dalam binaan Koperasi Sawit Makmur.
Proses produksi yang di lakukan seperti pengangkutan, pemilahan tandan
buah, Pemisahan brondolan dari jajangan, pencacahan dan pelumasan daging,
pengepresan sampai dengan pemurnian minyak. pada kegiatan pengankutan dan
pemilahan tandan buah. masih dilakukan secara manual oleh para pekerja. Hal
tersebut bisa berdampak pada kondisi para pekerja. akibat dari postur tubuh
pekerja yang terlalu sering berdiri, sedikit membungkuk dan terlalu
membungkuk. Pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja dikategorikan berat
dikarenakan sebagian pekerjaan dikerjakan secara manual dan dikerjakan secara
terus menerus selama 8 jam kerja.
Untuk persentase kuesionernya menggunakan NBM ( Nordic Body Map ).
NBM adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidak
nyamanan atau kesakitan pada tubuh, responden yang mengisi kuesioner diminta
untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut
(Kroemer,2001).
Dengan posisi kerja dan waktu kerja yang lama, muncullah keluhan atau
rasa tidak nyaman pada saat bekerja. Apabila postur kerja statis yang dilakukan
dalam kurun waktu 1,5 jam dapat menimbulkan nyeri punggung kepada para
pekerja (Purnama dkk., 2015). Bila keluhan ini sering muncul, maka akan
berdampak pada produktivitas para pekerja dan kualitas pada produkpun tidak
akan sesuai dengan yang di harapkan.
Dengan demikian, sesuai kondisi kerja dan keluhan – keluhan yang
dirasakan pekerja, maka dilakukan perbaikan postur kerja dengan menggunakan
metode RULA. Contoh penerapan metode RULA yang pernah di gunakan oleh
Iqbal Muharram dan Yusuf Mauliddin dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi
Ergonomi Menggunakan Metode RULA Untuk Identifikasi Alat Bantu Pada
Mesin Roasting Kopi” dengan studi kasus berada di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarakan penjelasan latar belakang maka didapatkan rumusan masalah
adalah “Mendapatkan postur kerja yang aman dan terhindar dari resiko cidera
pada saat bekerja”.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Memberi penilaian serta mengevaluasi postur kerja terhadap para pekerja
yang mengalami keluhan musculoskeletal disorder.
2. Memperoleh usulan perbaikan postur kerja yang mengalami keluhan
musculoskeletal disorder di PT.BATU GUNUNG MULIA PUTRA AGRO

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi mahasiswa
a. Sebagai proses belajar dalam menerapkan teori yang telah didapatkan
selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
b. Dapat mempelajari cara kerja yang sebenarnya sesuai dengan lokasi
PKL, memperoleh sikap kerja dan menambah wawasan dan pengetahuan.
c. Memperdalam tentang cara berpikir dan bekerja yang komperatif,
sehingga dapat menemukan suatu permasalahan kesehatan yang
dihadapi di instansi PKL serta meningkatkan daya penalaran dalam
melakukan perumusan masalah dan pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
d. Mempunyai kesempatan mengenali isu-isu yang dapat di jadikan topik
dalam pembuatan laporan PKL.
e. Merupakan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan individu
sebagai calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang handal.

3
2. Bagi instansi PKL
a. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan kegiatan
diprusahaan baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.
b. Sebagai bahan masukan untuk pembuatan kebijakan dan penanganan
yang akan datang demi membantu kelancaran program kesehatan
masyarakat.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. ANALISIS SITUASI UMUM

1. Data Geografi
Tanah Laut adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di
kecamatan Pelaihari dan merupakan pusat kegiatan di kabupaten Tanah
Laut. Pada tahun 2020, jumlah penduduk kabupaten ini berjumlah 351.561
jiwa, dengan kepadatan penduduk 94 jiwa/km
Kabupaten Tanah Laut terletak pada posisi 114°30'20 BT – 115°23'31 BT
dan 3°30'33 LS - 4°11'38 LS dengan batas–batas administratif sebagai
berikut :
a. Utara : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
b. Timur : Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa
c. Selatan : Laut Jawa
d. Barat : Laut Jawa
Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km² (363.135
ha) atau sekitar 9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah yang
paling luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km², kemudian
Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km² dan Kecamatan Kintap dengan
luas 537,00 km², sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil
adalah Kecamatan Kurau dengan luas hanya 127,00 km². Berdasarkan
tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar
(kemiringan 0-2%) sebesar 290.147 ha, wilayah bergelombang
(kemiringan 2-15%) sebesar 43.060 ha, wilayah curam (kemiringan 15-

5
40%) sebesar 26.833 ha dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%)
sebesar 12.890 Hektar

2. Demografi
Kabupaten Tanah Laut memiliki jumlah penduduk mencapai 324.283
jiwa, terdiri dari 166.526 jiwa laki-laki dan 157.757 jiwa perempuan.
Tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 89 jiwa/km² pada tahun
2016. Adapun penduduk Tanah Laut menurut kecamatan 2010 yakni :
 Kecamatan Pelaihari, 63.895 jiwa
 Kecamatan Panyipatan, 21.151 jiwa
 Kecamatan Takisung, 27.998 jiwa
 Kecamatan Kurau, 11.578 jiwa
 Kecamatan Bumi Makmur, 11.831 jiwa
 Kecamatan Bati-Bati, 38.645 jiwa
 Kecamatan Tambang Ulang, 14.925 jiwa
 Kecamatan Bajuin, 15.957 jiwa
 Kecamatan Batu Ampar, 23.233 jiwa
 Kecamatan Jorong, 29.002 jiwa
 Kecamatan Kintap, 38.118 jiwa

Suku Bangsa.
Penduduk Kabupaten Tanah Laut didominasi etnis Banjar dan Jawa.
Selain itu terdapat pula etnis Madura, Sunda, Bugis, Tionghoa (Orang Cina
Parit) dan lain-lain. Adapun keseluruhan suku bangsa yang ada di
kabupaten ini antara lain:
 Suku Banjar: 142.731 jiwa
 Suku Jawa: 73.237 jiwa
 Suku Madura: 3.282 jiwa
 Suku Bukit: 585 jiwa
 Suku Bakumpai: 32 jiwa
 Suku Mandar: 49 jiwa
 Suku Sunda: 2.739 jiwa
 Suku lainnya: 5.268 jiwa

6
3. Visi Misi Prusahaan
a. Visi Prusahaan PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro

1) Membangun mitra kerja yang baik dan berkualitas dalam berbisnis.


2) Mensejahterakan petani mandiri kelapa sawit.
3) Penerapan sistem K3 untuk kesejahteraan karyawan.

b. Misi Perusahaan PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro


1) Menjadi Perusahaan yang bermanfaat untuk kesejahteraan
masyarakat.
2) Menjadi perusahaan kelapa sawit yang menjalankan usaha dengan
mengedepankan pengembangan.
3) Mengelola dan mengembangkan tenaga kerjanya menjadi
corporate capital yang menjunjung nilai-nilai perusahaan yang
berintegritas, komitmen, tanggung jawan dan dapat bekerjasama.

4. Profil Instansi Tempat Magang

Gambar 2. 1 Logo PT Batu Gunung Mulia Putra Agro

PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro merupakan sebuah perseroan yang
bergerak dibidang perkebunan dan insdustri Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
dengan Nomor AHU-0061139.AH.01.tahun 2018 tanggal 20 Desember 2018,
beralamat di Desa Tajau Mulya, Kecamatan Batu Ampar, Pelaihari,
Kabupaten Tanah Laut.

7
Dalam perkembangannya PT. BGMPA bekerjasama dengan Koperasi Sawit
Makmur dalam Pembangunan sebuah Pabrik Kelapa Sawit dilahan seluas
38Ha yang mana Pabrik Kelapa Sawit tersebut akan menyerap TBS (Tanda
Buah Segar ) dari para petani lokal mandiri khusus nya para petani yang
tergabung dalam binaan Koperasi Sawit Makmur.
Pada tanggal 24 Februari 2021 Pabrik Kelapa Sawit diresmikan oleh
Bapak Bupati Kabupaten Tanah Laut. Untuk mengapresiasi Koperasi Sawit
Makmur maka Pabrik Kelapa Sawit ini diberi Nama PABRIK KELAPA
SAWIT KOPERASI SAWIT MAKMUR PT. BGMPA dengan kapasitas
produksi 45 ton/ jam.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit

8
B. Analisis Situasi Khusus

1. Gambaran Bidang HSE


HSE tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus
dijalankan di tempat kerja. Dalam UU Nomor 1 Tahun 1970 yang
dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya (sumber). Berikut merupakan tugas
dan tanggung jawab seorang HSE beserta klasifikasinya.
- HSE Officer
Melakukan identifikasi serta pemetaan dari potensi bahaya yang
berpeluang terjadi pada lingkungan kerja. Membuat dan memelihara
dokumen terkait K3.
Membuat suatu gagasan yang berkaitan dengan program K3.
Melakukan evaluasi kemungkinan atau peluang insiden kecelakaan yang
dapat terjadi. Menjadi penghubung antara regulasi pemerintah dan
kebijakan perusahaan.
2. Tatanan Kerja

Proses Pengolahan CPO


Pengolahan kelapa sawit ini menjadi CPO pada intinya melalui 4 proses
utama, yaitu :

 Pemisahan brondolan dari janjangan

 Pencacahan dan pelumatan daging

 Pengepresan

 Pemurnian minyak

 Proses Produksi

9
Berikut dibawah ini adalah merupakan proses produksi :

 Pemilihan Bahan Baku


Bahan baku sesuai kriteria panen (tandan matang panen) untuk
memperoleh hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik dengan
rendemen minyak yang tinggi.

 Stasiun Timbangan

 Stasiun Sortasi

 Penyortiran tingkat kematangan buah menurut fraksinya

 Stasiun Perebusan

Perebusan bertujuan untuk memudahkan ekstrasi minyak


pada proses pengempalan. Perebusan juga dapat mengurangi
kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari
cangkang sawit

 Stasiun Pengepresan
Pengepresan berfungsi untuk memastikan minyak kasar (Crude
Oil) dari daging buah

 Stasiun Pengutipan/ Pemurnian Minyak (Clarification Station)

 Stasiun Pengumpul Janjangan Kosong (Empty Bunch Hopper


Station)

 Stasiun Tangki Penimbunan Minyak (Storage Tank Station)

 Stasiun Pengutipan Inti (Kernel Plant Station)

 Stasiun Pemurnian Air (Water Treatment Station)

 Stasiun Pembangkit Tenaga (Power Plant Station)

10
 Stasiun Ketel Uap (Steam Boiler Station)

 Stasiun Air Limbah (Effluent Treatment Station)


3. Makna Ergonomi

Dari waktu ke waktu perilaku manusia pasti berubah dari yang


sebelumnya ketinggalan jaman menjadi lebih modern. Terbukti dengan adanya
perubahan perlatan yang bertujuan untuk memudahkan serta menjadikan manusia
itu sendiri merasa nyaman dalam penggunaannya, sehingga muncul pada awal
abad ke 20 sebuah disiplin ilmu yang berhubungan dengan alat dan fasilitas ruang
kerja yang dilihat dari faktor manusia sebagai pemakainya dinamakan ergonomi.
Adapun pengertian tentang ergonomi menurut para pakar adalah sebagai berikut:
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu
“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Ergonomi
adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Di Indonesia memakai
istilah ergonomic dan di beberapa negara seperti di Skandinavia menggunakan
istilah “Bioteknologi” sedangkan dinegara Amerika menggunakan istilah
“Human Engineering” atau “Human Factors Engineering” (Tarwaka et al,
2004).
Menurut Wignjosoebroto (2000) menyatakan bahwa “ergonomi
adalah suatu disiplin keilmuan yang memahami faktor manusia berhubungan
dengan pekerjaannya. Ilmu ergonomi dikhususkan untuk mengkaji
terbatasnya kemampuan tubuh manusia dalam berhubungan dengan peralatan
teknologi dan produknya”.
Menurut Nurmianto (2004) menyatakan bahwa “ergonomi yaitu suatu
pengetahuan memahami terkait faktor manusia berada di lingkungan kerja
yang dilihat dengan berbagai faktor yang berhubungan.
Dari sejumlah definisi tentang ergonomi diatas dapat disimpulkan bahwa
ergonomic adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan

11
peralatan kerja, dan lingkungan sekitarnya yang berfungsi untuk menjadikan
manusia tersebut merasa nyaman dalam bekerja guna meningkatkan efektivitas.
Penerapan ergonomi menjadi keharusan karena, setiap aktivitas atau
pekerjaan yang dilakukan secara tidak ergonomis dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
meningkat, kinerja menurun yang berakibat kepada penurunan produktivitas
kerja,efisiensi dan daya kerja.
a) Tujuan Ergonomi
Menurut Tarwaka (2004:7) menjelaskan bahwa pengaplikasian dari ergonomi
bertujuan untuk:
 Menambah kemakmuran jasmani dan mental dengan cara yaitu
mencegah terjadinya cedera dan penyakit karena beban kerja.
 Menambahkan kemakmuran sosial dengan cara yaitu meningkatkan
kualitas kontak sosial, dan jaminan sosial dalam periode umur
produktif ataupun sesudah umur tidak produktif.
 Membuat keselarasan rasional diantara bermacam faktor ialah faktor
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya diberbagai sistem
pekerjaan.
b) Sikap Kerja
1) Sikap Kerja Alamiah / Postur Normal

Postur didalam pekerjaan cocok dengan dimensi badan, supaya tidak


ada tekanan dibagian vital badan supaya keadaan jadi santai dan resiko
Musculoskeletal Disorders dan sistem tubuh lainnya tidak timbul
(Humantech, 1995).
 Pada tangan dan pergelangan tangan
 Pada leher
 Pada bahu
 Pada punggung

12
2) Sikap Kerja Tidak Alamiah / Postur Janggal

Sikap ini tentang perpindahan pergerakan anggota badan tenaga kerja


ketika sedang beraktivitas mulai posisi normal dengan berulang dalam jangka
panjang. Pergerakan dari postur ini merupakan faktor risiko timbulnya
gangguan dalam musculoskeletal (Humantech,1995).
a) Ditangan atau pergelangan
 Jari menjepit
 Jari menggenggam
 Jari menekan
 Deviasi radial
 Deviasi ulnar
 Fleksi pergelangan tangan ≥ 45°
 Ekstensi pergelangan tangan ≥ 45°
b) Disiku
 Rotasi lengan
 Ekstensi penuh
c) Pada bahu
d) Pada leher
 Menunduk
 Miring
 Menengadah
 Rotasi
e) Pada punggung
 Membungkuk
 Miring
 Rotasi Badan

13
Menurut Peter Vi (2000), dalam Suhisono & Rubiati (2013),
mengatakan seringnya terjadi resiko keluhan pada otot disebabkan ketegangan
pada otot yang berlebihan yang diakibatkan beban kerja seorang pekerja yang
terasa berat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Ketengangan otot
dapat dihindari apabila hanya 15% sampai dengan 20% saja dari kemampuan
maksimalnya namun apabila melebihi dari 20% maka aliran darah ke otot
akan semakin berkurang. Akibatnya tidak hanya itu saja tetapi ada lagi yaitu
aliran 02 semakin berkurang, reaksi metabolisme karbohidrat dalam tubuh
menjadi tidak lancar dan terjadinya nyeri otot yang diakibatkan dari
terkumpulnya asam laktat dan seringnya terjadi rasa nyeri ditulang belakang
adalah inti intervertebral pecah.
3) Sikap Kerja Duduk
Berdasarkan Tichauler (1978), dalam Panero beserta Zelnik (1979),
poros penopang batang tubuh terletak selama keadaan duduk ialah garis di
bidang datar koronal, melintasi titik terendah dari tulang duduk (ischial
tuberosities) di atas bidang tempat duduk.
Keadaan duduk diotot rangka (musculoskeletal) serta vertebral apalagi
dipinggang harus bisa ditahan dengan sandaran kursi supaya rasa nyeri dan
rasa cepat lelah bisa terhindarkan. Menurut Richard Ablett (2001), dalam
Santoso (2004), bahwa sekarang ada 80% timbulnya rasa nyeri di tubuh
bagian belakang terjadi pada orang dewasa dikarenakan bermacam -
macam penyebabnya dan ada 40% orang tidak bekerja karena rasa nyeri
ini.

14
Gambar 2.3 Sikap Keadaan Duduk
Sumber : Pheasant, S, 1991. Ergonomics, Work And Health
4) Sikap Kerja Berdiri Setengah Duduk
Menurut pengamatan Gempur (2003), dalam Santoso
(2004), menjelaskan pekerja bubut sudah biasa kerja berdiri dirubah
jadi keadaan berdiri separuh duduk dengan tidak adanya penyangga
duduk serta separuh duduk memakai penyangga memperlihatkan
kalau terdapat bedanya level keletihan otot biomekanik suatu
kelompok.

5) Sikap Kerja Posisi Berdiri


Kerja dalam posisi berdiri memungkinkan timbul tumpukan
darah dan bermacam cairan tubuh di kaki, hal ini bisa terus ada
jika bermacam model dan ukurannya kurang cocok. Model alas
kaki untuk kerja berdiri, ukurannya harus menyesuaikan model
telapak kaki, apabila bagian alas kaki tertahan pergelangan kaki dan
lama dapat menimbulkan keletihan pada otot rangka.

Gambar 2.4 Posisi Kerja Berdiri


Sumber : Wardani, 2003

15
6) Musculoskeletal Disorders (MSDs)
a) Definsi MSDs
Musculoskeletal merupakan gangguan di otot skeletal dan pekerja
merasakannya sejak level tidak sakit sampai sakit. Jika beban
diterima oleh otot terus terulang dan kelamaan, maka disebabkan
bebrbagai resiko seperti gangguna persendian, ligamen serta tendon.
Keluhan sampai gangguan ini dinamakan musculoskeletal disorder
(Tarwaka, 2004).
Jenis gangguan pada otot dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sementara.
2. Menetap.

b) Aspek – Aspek Pemicu Timbulnya Keluhan MSDs


Peter Vi (2000) didalam Tarwaka (2004) menyatakan
ada berbagai penyebab timbulnya keluhan yaitu:
 Peregangan otot yang berlebihan
 Aktivitas berulang
 Sikap kerja tidak alamiah
 Faktor Sekunder ialah tekanan, getaran serta mikroklimat
 Pemicu Gabungan

16
Gambar 2.5 keluhan musculoskeletal

7) Nordic Body Map (NBM)


NBM yaitu cara menghitung fase gangguan pada tubuh nan
dikenal dengan musculoskeletal. Menurut Sukania, dkk (2010)
dengan NBM bisa diketahui otot yang sering terkena gangguan.
Dengan memeriksa anatomi badan di gambar 2.5 bisa
dikelompokkan klasifikasi dan tingkatan gangguan otot skeletal.

Gambar 2.6 Nordic Body Map


Sumber: Nurmianto 1996

17
Definisi gambar 2.4 sebagai berikut:
1 = Leher bagian atas 16 = Tangan Kiri
2 = Bahu kiri 17 = Tangan kanan
3 = Bahu kanan 18 = Paha kiri
4 = Lengan atas kiri 19 = Paha kanan
5 = punggung 20 = Lutut kiri
6 = Lengan atas kanan 21 = Lutut kanan
7 = pinggang 22 = Betis kiri
8 = bokong 23 = Betis kanan
9 = Pantat 24 = Pergelangan kaki kiri
10 = Siku kiri 25 = Pergelangan kaki kanan
11 = Siku kanan 26 = Kaki kiri
12 = Lengan bawah kiri 27 = Kaki kanan
13 = Lengan bawah kanan
14 = Pergelangan tangan kiri
15 = pergelangan tangan kanan
Postur kerja MMH waktu bekerja bisa timbul cedera atau gangguan di
otot (Septina, 2010). Hasil pengamatan proses angkat berat yang bisa
mengalami musculoskeletal disorders (MSDs) oleh (Pratiwi, 2010), dan pekerja
yang beraktifitas dalam posisi yang tidak ergonomi (Nugraha, dkk, 2013)
menguatkan bahwa pekerja MMH saat bekerja bisa merasakan gangguan.
Di pengamatan lainnya oleh Bahri (2013) yaitu Manual Material
Handling (MMH) serta merancang peralatan kurang menyesuaikan bentuk
tubuh bisa menimbulkan kurang nyaman dan nyeri di salah satu postur tubuh
pekerja maka dari itu perlu sistem pekerjaan baik dan benar. Keluhan yang
dirasakan pekerja dibagian produksi, di mixer sudah terasa akibat aktivitas
MMH yang kurang sesuai dan postur kerja kurang alami, yaitu keluhan di leher,
bahu, punggung, pinggang, tangan dan jari. Makanya, pengamat
mengidentifikasi dan memeriksa pergerakan postur kerja pada proses produksi .

18
Format Standard Nordic Questionaire seperti pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nordic Body Map

8) RULA (Rapid Upper Limb Assessment)


Rapid Upper Limb Assessment (RULA) ialah proses pengamatan bakal
digunakan mengidentifikasi keluhan di tubuh atas. Metode ini dikembangkan

Dr. Lynn Mc Attamney serta Dr. Nigel Corlett (1993) dalam memperhitungkan
tingkatan musculoskeletal dalam bekerja bisa mempunyai gangguan mulai perut
sampai leher.
Metode ini tidak memerlukan banyak alat di penentuan nilainya. Setiap
pergerakan diberikan nilai yang sudah diputuskan. Metode ini dirancang khusus
memberi nilai operator dan mendapatkan tingkat musculoskeletal yang
memungkinkan mengakibatkan keluhan di tubuh bagian atas.

19
a) Penghitungan Postur Badan Grup A
 Lengan Atas (upper arm)
Penelitian kepada lengan atas (upper arm) merupakan pemberian
nilai untuk besaran sudut terbentuk dari lengan atas saat bekerja. Besaran
sudut yang terbentuk lengan atas dapat dihitung dari posisi batang tubuh.

Gambar 2.5 Postur Badan Atas (Upper Arm)


(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)

Pemberian nilai untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) bias
dijelaskan di tabel 2.2
Tabel 2.2 Nilai Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
Gerakan Nilai Nilai Perubahan
20 (ke depan ataupun ke belakang dari
𝒐
1
tubuh) + 1 apabila bahu
> 20 (ke belakang) maupun 20𝒐 - 45𝒐
𝒐
2 naik dan lengan
45𝒐- 90𝒐 3 berputar /
> 90𝒐 4 bengkok

 Lengan Bawah (lower arm)


Memberi nilai untuk lengan bawah (lower arm) merupakan
pemberian nilai untuk besaran sudut terbentuk dari lengan bawah saat
bekerja. Sudut yang terbentuk lengan bawah dihitung berdasarkan keadaan
badan

20
Gambar 2.6 Postur Badan Lengan Bawah (Lower Arm)
(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)
Pemberian nilai untuk lengan bawah (lower arm) bisa dijelaskan di tabel 2.3

Tabel 2.3 Nilai Lengan Bawah (lower arm)

Gerakan Nilai Nilai Peralihan


Apabila lengan
1 bawah bekerja
60𝟎-100𝟎
melewati garis tengah
2 atau keluar dari sisi
< 60𝟎 atau 100𝟎 tubuh

 Pergelangan Tangan (wrist)


Memberi nilai untuk pergelangan tangan (wrist) merupakan
pemberian nilai untuk besaran sudut terbentuk dari pergelangan tangan
ketika bekerja. Besaran sudut terbentuk dari pergelangan tangan dihitung
berdasarkan posisi lengan bawah.

Gambar 2.7 Postur Tubuh Pergelangan Tangan (wrist)


(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)

21
Pemberian nilai untuk lengan atas (upper arm) bisa dijelaskan di tabel 2.4.

Tabel 2.4 Nilai Pergelangan Tangan (wrist)


Gerakan Nilai Nilai Perubahan
Posisi netral 1
0 − 15𝑜 (ke atas + 1 apabila
maupun ke bawah) 2 pergelangan tangan
> 15𝑜 (atas putaran menjauhi
3 poros tengah
maupun ke bawah)

 Kisaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Gambar 2.8 Postur Tubuh Kisaran Gelangan Tangan (wrist twist)


(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)

Pemberian niai bagi kisaran gelangan tangan (wrist twist) adalah:


1 = Pose tengah dari putaran
2 = Pada atau dekat dari putaran
Skor untuk lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan disesuaikan pada tabel postur grup A untuk
mendapatkan nilainya.
Tabel 2.5 Skor Grup A
Wrist
1 2 3 4
Upper Lower Wrist Wrist Wrist Wrist
Arm Arm Twist Twist Twist Twist
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5

22
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 3 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9

 Tambahan Penilaian Kegiatan


Sesudah memperoleh nilai postur badan kelompok A maka nilai ini
ditambah nilai aktivitas. Tambahan nilai kegiatan tersebut sesuai dengan
kategorinya.

Tabel 2.6 Penilaian Kegiatan


Kegiatan Nilai Keterangan
Apabila ada bagian
Postur Statik +1 tubuh diam lebih
dari
satu
Apabila
Pengulangan +1 pergerakannya
dilaksanakan
berulang
4x lebih setiap 60
detik

b) Pemberian Nilai Postur Tubuh Kelompok B

 Leher (neck)

Pemberian nilai untuk leher (neck) merupakan pemberian nilai


terhadap posisi leher saat bekerja apa pekerja diharuskan berkegiatan
ekstensi ataupun fleksi sesuai besaran sudut tertentukan.

23
Gambar 2.9 Postur Tubuh Leher (neck)
(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)
Pemberian nilai untuk leher (neck) bisa dijelaskan di tabel 2.7

Tabel 2.7 Penilaian leher (neck)


Gerakan Nilai Nilai Peralihan
0 − 100 1 + 1 apabila leher
100 − 200 2 putar atau
> 200 3 melengkung
+ 1 apabila tubuh
Ekstensi 4
melengkung

 Batang Tubuh (Trunk)


Pemberian nilai untuk batang batang tubuh (trunk) yaitu pemberian
nilai untuk terbentuknya besaran sudut tulang belakang ketika beraktivitas
sesuai kemiringan yang dikelompokkan

Gambar 2.10 Postur Batang Tubuh (Trunk)


24
(Sumber: McAtamney serta Corlett, 1993)
Pemberian nilai untuk batang tubuh (trunk) bisa dijelaskan di tabel 2.9
Tabel 2.8 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)
Gerakan Nilai Nilai Perubahan

1 + 1 apabila leher putar


90𝑜
ataupun melengkung
0 - 20𝑜 2
200 - 60𝑜 3 + 1 apabila batang tubuh
> 60𝑜 4 melengkung

25
 Kaki (Legs)
Pemberian nilai untuk kaki (legs) merupakan pemberian nilai untuk
posisi kaki ketika beraktivitas kerja.

Gambar 2.11 Posisi kaki (Legs)


(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)

Pemberian nilai untuk kaki (legs) bisa dijelaskan di tabel 2.10

Tabel 2.9 Penilaian Kaki (Legs)


Gerakan Nilai
Normal 1
Kurang imbang 2
Hasil pemberian skor mulai postur tubuh leher, batang tubuh dan
kaki disesuaikan di tabel 2.11 agar mendapatkan nilainya
Tabel 2.10 Penilaian Grup B (Trunk Posture Score)
Trunk Posture Score
1 2 3 4 5 6
Neck Legs Legs Legs Legs Legs Legs
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

 Tambahan Penilaian Kegiatan


Sesudah memperoleh penilaian postur tubuh kelompok B pada

26
Tabel 2.11, hingga penilaian tersebut ditambah dengan penilaian kegiatan.
Tambahan penilaian kegiatan ini menurut kategorinya.

Tabel 2.11 Penilaian Aktivitas

Kegiatan Skor Keterangan


Diam +1 Ada 1 atau leih
bagian tubuh diam
Berulang +1 Pengulangan
gerakan berulang
kali 4x lebih

27

Anda mungkin juga menyukai