Oleh :
SITI HUMAIRAH
NPM. 18070546
ii
6. Ujang Riyadi. Selaku HSE Officer yang telh banyak memberikan bantuan dalam
penulisan ini.
7. Seto Januar Rizky, A.Md. selaku asisten subtainability & Grading serta
Pembimbing Instansi yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan dan
bantuan saat pelaksaan PKL di instansoi maupun dalam pembuatan laporan PKL.
8. Seluruh staf dan kariyawan PT. Batu Gunung Mulia Putra yang telah banyak
memberikan bantuan dalam penulisan ini.
9. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberi dukungan dan doa
restunya.
10. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu selama pelaksanaan
PKL dan penulisan laporan ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
SITI HUMAIRAH
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
GRAFIK vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Instansi Magang
2. Mahasiswa
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis Situasi Umum
B. Analisis Situasi Khusus
BAB III HASIL KEGIATAN
A. Uraian Kegiatan
B. Identifikasi Masalah
C. Alternatif Pemecahan Masalah
D. Rencana Kegiatan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Uraian Kegiatan
B. Identifikasi Masalah
C. Alternatif Pemecahan Masalah
D. Rencana Kegiatan
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan para pekerja sangatlah penting untuk keberlangsungan
aktivitas di perusahaan terutama di proses produksi. Tetapi masih banyak yang
kurang perhatikan kenyamanan para pekerja. Hal ini disebabkan karena fasilitas
kerja yang ada diperusahaan tidak didukung oleh metode yang kurang sesuai
yang dalam hal ini dapat menyebabkan para pekerja dapat mengalami resiko
cedera atau keluhan – keluhan pada anggota tubuh mereka. Rasa nyaman pada
saat bekerja merupakan faktor penting dalam proses produksi. Dengan
memperhatikan kenyamanan ini maka dapat mengurangi keluhan pada saat
bekerja. Pada PT. Gunung Mulia Putra Agro, terkena resiko di tempat kerja
terdapat disekitar tempat bekerja. Jenis keluhan yang dapat ditimbulkan sangat
bermacam – macam diantaranya adalah kaku, bengkak, pegal – pegal dan
lainnya.
Akibat dari keluhan. Faktor – faktor yang diakibatkan dari jenis keluhan
tersebut ada berbagai macam . contohnya seperti fasilitas kerja yang kurang
memadai, pekerjaan yang dilakukan berulang – ulang, adanya faktor lingkungan
kerja, minimnya ilmu pengetahuan tentang lingkungan kerja dan lain sebagainya.
Fakotr – faktor seperti inilah yang sebaiknya dihindari untuk terhindar dari
keluhan – keluhan tersebut.
PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro adalah sebuah perseroan yang bergerak
dibidang perkebunan dan insdustri Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
Dalam perkembangannya PT. BGMPA bekerjasama dengan Koperasi Sawit
Makmur dalam Pembangunan sebuah Pabrik Kelapa Sawit dilahan seluas 38Ha
yang mana Pabrik Kelapa Sawit tersebut akan menyerap TBS (Tanda Buah
1
Segar) dari para petani lokal mandiri khusus nya para petani yang tergabung
dalam binaan Koperasi Sawit Makmur.
Proses produksi yang di lakukan seperti pengangkutan, pemilahan tandan
buah, Pemisahan brondolan dari jajangan, pencacahan dan pelumasan daging,
pengepresan sampai dengan pemurnian minyak. pada kegiatan pengankutan dan
pemilahan tandan buah. masih dilakukan secara manual oleh para pekerja. Hal
tersebut bisa berdampak pada kondisi para pekerja. akibat dari postur tubuh
pekerja yang terlalu sering berdiri, sedikit membungkuk dan terlalu
membungkuk. Pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja dikategorikan berat
dikarenakan sebagian pekerjaan dikerjakan secara manual dan dikerjakan secara
terus menerus selama 8 jam kerja.
Untuk persentase kuesionernya menggunakan NBM ( Nordic Body Map ).
NBM adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidak
nyamanan atau kesakitan pada tubuh, responden yang mengisi kuesioner diminta
untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut
(Kroemer,2001).
Dengan posisi kerja dan waktu kerja yang lama, muncullah keluhan atau
rasa tidak nyaman pada saat bekerja. Apabila postur kerja statis yang dilakukan
dalam kurun waktu 1,5 jam dapat menimbulkan nyeri punggung kepada para
pekerja (Purnama dkk., 2015). Bila keluhan ini sering muncul, maka akan
berdampak pada produktivitas para pekerja dan kualitas pada produkpun tidak
akan sesuai dengan yang di harapkan.
Dengan demikian, sesuai kondisi kerja dan keluhan – keluhan yang
dirasakan pekerja, maka dilakukan perbaikan postur kerja dengan menggunakan
metode RULA. Contoh penerapan metode RULA yang pernah di gunakan oleh
Iqbal Muharram dan Yusuf Mauliddin dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi
Ergonomi Menggunakan Metode RULA Untuk Identifikasi Alat Bantu Pada
Mesin Roasting Kopi” dengan studi kasus berada di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarakan penjelasan latar belakang maka didapatkan rumusan masalah
adalah “Mendapatkan postur kerja yang aman dan terhindar dari resiko cidera
pada saat bekerja”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Memberi penilaian serta mengevaluasi postur kerja terhadap para pekerja
yang mengalami keluhan musculoskeletal disorder.
2. Memperoleh usulan perbaikan postur kerja yang mengalami keluhan
musculoskeletal disorder di PT.BATU GUNUNG MULIA PUTRA AGRO
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi mahasiswa
a. Sebagai proses belajar dalam menerapkan teori yang telah didapatkan
selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
b. Dapat mempelajari cara kerja yang sebenarnya sesuai dengan lokasi
PKL, memperoleh sikap kerja dan menambah wawasan dan pengetahuan.
c. Memperdalam tentang cara berpikir dan bekerja yang komperatif,
sehingga dapat menemukan suatu permasalahan kesehatan yang
dihadapi di instansi PKL serta meningkatkan daya penalaran dalam
melakukan perumusan masalah dan pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
d. Mempunyai kesempatan mengenali isu-isu yang dapat di jadikan topik
dalam pembuatan laporan PKL.
e. Merupakan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan individu
sebagai calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang handal.
3
2. Bagi instansi PKL
a. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan kegiatan
diprusahaan baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.
b. Sebagai bahan masukan untuk pembuatan kebijakan dan penanganan
yang akan datang demi membantu kelancaran program kesehatan
masyarakat.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
1. Data Geografi
Tanah Laut adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di
kecamatan Pelaihari dan merupakan pusat kegiatan di kabupaten Tanah
Laut. Pada tahun 2020, jumlah penduduk kabupaten ini berjumlah 351.561
jiwa, dengan kepadatan penduduk 94 jiwa/km
Kabupaten Tanah Laut terletak pada posisi 114°30'20 BT – 115°23'31 BT
dan 3°30'33 LS - 4°11'38 LS dengan batas–batas administratif sebagai
berikut :
a. Utara : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
b. Timur : Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa
c. Selatan : Laut Jawa
d. Barat : Laut Jawa
Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km² (363.135
ha) atau sekitar 9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah yang
paling luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km², kemudian
Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km² dan Kecamatan Kintap dengan
luas 537,00 km², sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil
adalah Kecamatan Kurau dengan luas hanya 127,00 km². Berdasarkan
tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar
(kemiringan 0-2%) sebesar 290.147 ha, wilayah bergelombang
(kemiringan 2-15%) sebesar 43.060 ha, wilayah curam (kemiringan 15-
5
40%) sebesar 26.833 ha dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%)
sebesar 12.890 Hektar
2. Demografi
Kabupaten Tanah Laut memiliki jumlah penduduk mencapai 324.283
jiwa, terdiri dari 166.526 jiwa laki-laki dan 157.757 jiwa perempuan.
Tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 89 jiwa/km² pada tahun
2016. Adapun penduduk Tanah Laut menurut kecamatan 2010 yakni :
Kecamatan Pelaihari, 63.895 jiwa
Kecamatan Panyipatan, 21.151 jiwa
Kecamatan Takisung, 27.998 jiwa
Kecamatan Kurau, 11.578 jiwa
Kecamatan Bumi Makmur, 11.831 jiwa
Kecamatan Bati-Bati, 38.645 jiwa
Kecamatan Tambang Ulang, 14.925 jiwa
Kecamatan Bajuin, 15.957 jiwa
Kecamatan Batu Ampar, 23.233 jiwa
Kecamatan Jorong, 29.002 jiwa
Kecamatan Kintap, 38.118 jiwa
Suku Bangsa.
Penduduk Kabupaten Tanah Laut didominasi etnis Banjar dan Jawa.
Selain itu terdapat pula etnis Madura, Sunda, Bugis, Tionghoa (Orang Cina
Parit) dan lain-lain. Adapun keseluruhan suku bangsa yang ada di
kabupaten ini antara lain:
Suku Banjar: 142.731 jiwa
Suku Jawa: 73.237 jiwa
Suku Madura: 3.282 jiwa
Suku Bukit: 585 jiwa
Suku Bakumpai: 32 jiwa
Suku Mandar: 49 jiwa
Suku Sunda: 2.739 jiwa
Suku lainnya: 5.268 jiwa
6
3. Visi Misi Prusahaan
a. Visi Prusahaan PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro
PT. Batu Gunung Mulia Putra Agro merupakan sebuah perseroan yang
bergerak dibidang perkebunan dan insdustri Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
dengan Nomor AHU-0061139.AH.01.tahun 2018 tanggal 20 Desember 2018,
beralamat di Desa Tajau Mulya, Kecamatan Batu Ampar, Pelaihari,
Kabupaten Tanah Laut.
7
Dalam perkembangannya PT. BGMPA bekerjasama dengan Koperasi Sawit
Makmur dalam Pembangunan sebuah Pabrik Kelapa Sawit dilahan seluas
38Ha yang mana Pabrik Kelapa Sawit tersebut akan menyerap TBS (Tanda
Buah Segar ) dari para petani lokal mandiri khusus nya para petani yang
tergabung dalam binaan Koperasi Sawit Makmur.
Pada tanggal 24 Februari 2021 Pabrik Kelapa Sawit diresmikan oleh
Bapak Bupati Kabupaten Tanah Laut. Untuk mengapresiasi Koperasi Sawit
Makmur maka Pabrik Kelapa Sawit ini diberi Nama PABRIK KELAPA
SAWIT KOPERASI SAWIT MAKMUR PT. BGMPA dengan kapasitas
produksi 45 ton/ jam.
8
B. Analisis Situasi Khusus
Pengepresan
Pemurnian minyak
Proses Produksi
9
Berikut dibawah ini adalah merupakan proses produksi :
Stasiun Timbangan
Stasiun Sortasi
Stasiun Perebusan
Stasiun Pengepresan
Pengepresan berfungsi untuk memastikan minyak kasar (Crude
Oil) dari daging buah
10
Stasiun Ketel Uap (Steam Boiler Station)
11
peralatan kerja, dan lingkungan sekitarnya yang berfungsi untuk menjadikan
manusia tersebut merasa nyaman dalam bekerja guna meningkatkan efektivitas.
Penerapan ergonomi menjadi keharusan karena, setiap aktivitas atau
pekerjaan yang dilakukan secara tidak ergonomis dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
meningkat, kinerja menurun yang berakibat kepada penurunan produktivitas
kerja,efisiensi dan daya kerja.
a) Tujuan Ergonomi
Menurut Tarwaka (2004:7) menjelaskan bahwa pengaplikasian dari ergonomi
bertujuan untuk:
Menambah kemakmuran jasmani dan mental dengan cara yaitu
mencegah terjadinya cedera dan penyakit karena beban kerja.
Menambahkan kemakmuran sosial dengan cara yaitu meningkatkan
kualitas kontak sosial, dan jaminan sosial dalam periode umur
produktif ataupun sesudah umur tidak produktif.
Membuat keselarasan rasional diantara bermacam faktor ialah faktor
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya diberbagai sistem
pekerjaan.
b) Sikap Kerja
1) Sikap Kerja Alamiah / Postur Normal
12
2) Sikap Kerja Tidak Alamiah / Postur Janggal
13
Menurut Peter Vi (2000), dalam Suhisono & Rubiati (2013),
mengatakan seringnya terjadi resiko keluhan pada otot disebabkan ketegangan
pada otot yang berlebihan yang diakibatkan beban kerja seorang pekerja yang
terasa berat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Ketengangan otot
dapat dihindari apabila hanya 15% sampai dengan 20% saja dari kemampuan
maksimalnya namun apabila melebihi dari 20% maka aliran darah ke otot
akan semakin berkurang. Akibatnya tidak hanya itu saja tetapi ada lagi yaitu
aliran 02 semakin berkurang, reaksi metabolisme karbohidrat dalam tubuh
menjadi tidak lancar dan terjadinya nyeri otot yang diakibatkan dari
terkumpulnya asam laktat dan seringnya terjadi rasa nyeri ditulang belakang
adalah inti intervertebral pecah.
3) Sikap Kerja Duduk
Berdasarkan Tichauler (1978), dalam Panero beserta Zelnik (1979),
poros penopang batang tubuh terletak selama keadaan duduk ialah garis di
bidang datar koronal, melintasi titik terendah dari tulang duduk (ischial
tuberosities) di atas bidang tempat duduk.
Keadaan duduk diotot rangka (musculoskeletal) serta vertebral apalagi
dipinggang harus bisa ditahan dengan sandaran kursi supaya rasa nyeri dan
rasa cepat lelah bisa terhindarkan. Menurut Richard Ablett (2001), dalam
Santoso (2004), bahwa sekarang ada 80% timbulnya rasa nyeri di tubuh
bagian belakang terjadi pada orang dewasa dikarenakan bermacam -
macam penyebabnya dan ada 40% orang tidak bekerja karena rasa nyeri
ini.
14
Gambar 2.3 Sikap Keadaan Duduk
Sumber : Pheasant, S, 1991. Ergonomics, Work And Health
4) Sikap Kerja Berdiri Setengah Duduk
Menurut pengamatan Gempur (2003), dalam Santoso
(2004), menjelaskan pekerja bubut sudah biasa kerja berdiri dirubah
jadi keadaan berdiri separuh duduk dengan tidak adanya penyangga
duduk serta separuh duduk memakai penyangga memperlihatkan
kalau terdapat bedanya level keletihan otot biomekanik suatu
kelompok.
15
6) Musculoskeletal Disorders (MSDs)
a) Definsi MSDs
Musculoskeletal merupakan gangguan di otot skeletal dan pekerja
merasakannya sejak level tidak sakit sampai sakit. Jika beban
diterima oleh otot terus terulang dan kelamaan, maka disebabkan
bebrbagai resiko seperti gangguna persendian, ligamen serta tendon.
Keluhan sampai gangguan ini dinamakan musculoskeletal disorder
(Tarwaka, 2004).
Jenis gangguan pada otot dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sementara.
2. Menetap.
16
Gambar 2.5 keluhan musculoskeletal
17
Definisi gambar 2.4 sebagai berikut:
1 = Leher bagian atas 16 = Tangan Kiri
2 = Bahu kiri 17 = Tangan kanan
3 = Bahu kanan 18 = Paha kiri
4 = Lengan atas kiri 19 = Paha kanan
5 = punggung 20 = Lutut kiri
6 = Lengan atas kanan 21 = Lutut kanan
7 = pinggang 22 = Betis kiri
8 = bokong 23 = Betis kanan
9 = Pantat 24 = Pergelangan kaki kiri
10 = Siku kiri 25 = Pergelangan kaki kanan
11 = Siku kanan 26 = Kaki kiri
12 = Lengan bawah kiri 27 = Kaki kanan
13 = Lengan bawah kanan
14 = Pergelangan tangan kiri
15 = pergelangan tangan kanan
Postur kerja MMH waktu bekerja bisa timbul cedera atau gangguan di
otot (Septina, 2010). Hasil pengamatan proses angkat berat yang bisa
mengalami musculoskeletal disorders (MSDs) oleh (Pratiwi, 2010), dan pekerja
yang beraktifitas dalam posisi yang tidak ergonomi (Nugraha, dkk, 2013)
menguatkan bahwa pekerja MMH saat bekerja bisa merasakan gangguan.
Di pengamatan lainnya oleh Bahri (2013) yaitu Manual Material
Handling (MMH) serta merancang peralatan kurang menyesuaikan bentuk
tubuh bisa menimbulkan kurang nyaman dan nyeri di salah satu postur tubuh
pekerja maka dari itu perlu sistem pekerjaan baik dan benar. Keluhan yang
dirasakan pekerja dibagian produksi, di mixer sudah terasa akibat aktivitas
MMH yang kurang sesuai dan postur kerja kurang alami, yaitu keluhan di leher,
bahu, punggung, pinggang, tangan dan jari. Makanya, pengamat
mengidentifikasi dan memeriksa pergerakan postur kerja pada proses produksi .
18
Format Standard Nordic Questionaire seperti pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nordic Body Map
Dr. Lynn Mc Attamney serta Dr. Nigel Corlett (1993) dalam memperhitungkan
tingkatan musculoskeletal dalam bekerja bisa mempunyai gangguan mulai perut
sampai leher.
Metode ini tidak memerlukan banyak alat di penentuan nilainya. Setiap
pergerakan diberikan nilai yang sudah diputuskan. Metode ini dirancang khusus
memberi nilai operator dan mendapatkan tingkat musculoskeletal yang
memungkinkan mengakibatkan keluhan di tubuh bagian atas.
19
a) Penghitungan Postur Badan Grup A
Lengan Atas (upper arm)
Penelitian kepada lengan atas (upper arm) merupakan pemberian
nilai untuk besaran sudut terbentuk dari lengan atas saat bekerja. Besaran
sudut yang terbentuk lengan atas dapat dihitung dari posisi batang tubuh.
Pemberian nilai untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) bias
dijelaskan di tabel 2.2
Tabel 2.2 Nilai Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
Gerakan Nilai Nilai Perubahan
20 (ke depan ataupun ke belakang dari
𝒐
1
tubuh) + 1 apabila bahu
> 20 (ke belakang) maupun 20𝒐 - 45𝒐
𝒐
2 naik dan lengan
45𝒐- 90𝒐 3 berputar /
> 90𝒐 4 bengkok
20
Gambar 2.6 Postur Badan Lengan Bawah (Lower Arm)
(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)
Pemberian nilai untuk lengan bawah (lower arm) bisa dijelaskan di tabel 2.3
21
Pemberian nilai untuk lengan atas (upper arm) bisa dijelaskan di tabel 2.4.
22
1 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 3 4 4 5 5
1 3 4 4 4 4 4 5 5
4 2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
1 5 5 5 5 5 6 6 7
5 2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
1 7 7 7 7 7 8 8 9
6 2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Leher (neck)
23
Gambar 2.9 Postur Tubuh Leher (neck)
(Sumber: McAtamney dan Corlett, 1993)
Pemberian nilai untuk leher (neck) bisa dijelaskan di tabel 2.7
25
Kaki (Legs)
Pemberian nilai untuk kaki (legs) merupakan pemberian nilai untuk
posisi kaki ketika beraktivitas kerja.
26
Tabel 2.11, hingga penilaian tersebut ditambah dengan penilaian kegiatan.
Tambahan penilaian kegiatan ini menurut kategorinya.
27