Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

BIDANG INDUSTRI

DI PT GUJATI 59 UTAMA

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

untuk Mengajukan Tugas Akhir

Disusun oleh:

Nama : 1. Annisa M. (E17013)

2. Wahyu Oktaviani (E17068)

3. Dhian N. S (E17076)

Program Studi : Diploma 3 Farmasi

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK INDNUSA SURAKARTA

2020

i
PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

Nama : 1. Annisa M. (E17013)

2. Wahyu Oktaviani (E17068)

3. Dhian N. S (E17076)

Program Studi : D3 Farmasi

Judul Laporan : Laporan Praktik Industri Bidang Industri di PT Gujati 59


Utama

Telah disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing pada:

Hari/Tanggal :

Tempat :

Surakarta, 06 Juli 2020

Mengesahkan,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan


POLITEKNIK INDNUSA PT GUJATI 59 UTAMA

Iin Suhesti, M.Farm Myana Adhe Candra L, SOS


NIDN. 0613029302

Mengetahui;
Wakil Direktur 1 Bidang Akademik
POLITEKNIK INDNUSA SURAKARATA

Edy Susena, S.Kom, M.Kom


NIDN. 0623097702

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga tersusunlah laporan praktik industri ini dengan judul ‘’Laporan Praktik

Industri Bidang Industri di PT Gujati 59 Utama’’. Penyusunan laporan praktik

industri ini merupakan salah satu kewajiban untuk memenuhi tugas dan

melengkapi syarat untuk mengajukan Tugas Akhir.

Atas tersusunya laporan praktik industri ini, penulis tidak lupa

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Suci Purwandari, M.M selaku Direktur Politeknik Indonusa Surakarta.

2. Umi Nafisah, M.M., M.Sc., Apt selaku Kaprodi D3 Farmasi Politeknik

Indonusa Surakarta.

3. Ir. A. Agung Shusena selaku Direktur PT Gujati 59 Utama.

4. Myana Adhe Candra L, SOS selaku pembimbing lapangan di PT Gujati 59

Utama.

5. Iin Suhesti, M.Farm selaku Dosen Pembimbing Politeknik Indonusa

Surakarta.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan

laporan Praktik Industri ini.

Penulis mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan/kekurangan dalam

penyusunan laporan praktik industri ini. Dengan penuh harap semoga laporan

praktik industri ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Surakarta, 28 Januari 2020

penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI ii

KATA PENGATAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Praktik Industri 1

2.1 Tujuan Praktik Industri 2

3.1 Manfaat Praktik Industri 3

BAB II. LANDASAN TEORI 5

2.1 Pengertian Industri Farmasi 5

2.2 Obat Tradisional 6

2.3 CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) 9

BAB III. PEMBAHASAN 25

3.1 Sejarah PT Gujati 59 Utama ……... 25

3.2 Visi dan Misi PT Gujati 59 Utama 26

3.3 Struktur Organisasi PT Gujati 59 Utama 27

3.4 Produktivitas Perusahaan 32

3.5 Kegiatan Di PT Gujati 59 Utama 33

3.5.1 Gudang 33

3.5.2 Departemen Produksi 38

3.5.3 Departemen Research and development (R&D) 39

3.5.4 Departement Quality Control (QC) 41

iv
3.6 Pengolahan Limbah 46

3.7 Kegiatan Sehari-Hari Praktik Industri ......................................... 46

BAB IV. PENUTUP 47

4.1 Kesimpulan 47

4.2 Saran…........................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA 49

v
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai tanaman obat

yang sangat beragam, sehingga tradisi penggunaan tanaman obat sudah ada

dari nenek moyang yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis

penyakit, baik penyakit dalam maupun penyakit luar. Secara umum yang

dimaksudkan dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang

berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan mineral,

sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes, 2012).

Pelayanan Kesehatan Tradisional menurut .Undang-undang Nomor 36

tahun 2009 tentang Kesehatan adalah pengobantan/perawatan dengan cara

dari obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan tururn temurun

secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Industri farmasi memiliki peran strategis dalam usaha pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan

tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan, maka industri

farmasi dituntut untuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah dan

kualitas yang memadai. Oleh karena itu, industri farmasi diwajibkan untuk

menjamin keamanan, khasiat dan mutu produk obat yang dihasilkannya

1
selama diberikan izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM). Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu

produk obat yang sedemikian rumit maka sangat diperlukan tenaga-tenaga

profesional di industri farmasi. Salah satu tenaga profesional yang dimaksud

adalah apoteker (BPOM, 2011)

Industri obat tradisional harus membuat obat tradisional sedemikian

rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaanya, memenuhi persyaratan yang

tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan

risiko yang membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah

atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat

diandalkan,diperlukan sistem pemastian mutu yang didesign secara

menyelutruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi cara

pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB). CPOTB adalah seluruh

aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk menjamin

agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya (BPOM, 2011).

B. Tujuan Praktik Industri

Tujuan dilakukannya Praktik Industri (PI) adalah:

1. Mengetahui gambaran umum ruang lingkup industri sehingga dapat

memahami peran dan fungsi tenaga Ahli Madya (A.Md) farmasi di

industri.

2
2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman

kerja yang nyata dan langsung di industri, sehingga dapat meningkatkan

kompetensinya.

3. Mempersiapkan calon Ahli Madya (A.Md) farmasi untuk menjalankan

profesinya secara profesional, berdedikasi, jujur, dapat dipercaya,

memegang teguh peraturan yang berlaku dan kode etik profesi.

C. Manfaat Praktik Industri

1. Bagi peserta (mahasiswa), program praktik industri ini mempunyai

manfaat sebagai berikut:

a. Mahasiswa lebih mengetahui peran Tenaga Teknis Kefarmasian

(TTK) dan dapat mempersiapkan diri menjadi TTK yang

professional dan bertanggung jawab.

b. Mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman dunia kerja langsung

di industri sehingga dapat meningkatkan kompetensi atau keahlian

yang dimiliki untuk bersaing di dunia kerja.

c. Mendapatkan pendidikan ilmu dan pelatihan serta pengalaman

kerja yang sesungguhnya.

2. Bagi Penyelenggara praktik industri program praktik industri ini

mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Industri dapat mengenal kualitas peserta praktik industri bidang

industri yang belajar di Industri.

3
b. Industri dapat memberi tugas kepada peserta praktik industri (PI)

untuk kepentingan pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan

yang dimiliki.

c. Memberikan kepuasan bagi industri farmasi karena diakui ikut

serta menentukan masa depan anak bangsa melalui praktik industri

bidang industri farmasi.

3. Bagi Institusi pendidikan praktik industri program praktik industri ini

mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Institusi akan memperoleh pandangan positif dari perusahaan

tempat prakerin, karena anak didik sekolah mampu beradaptasi

dalam pekerjaan dan lingkungan perusahaan.

b. Mengenalkan nama Institusi kepada masyarakat sebagai Institusi

pendidikan kejuruan yang memiliki potensi kerja yang tinggi.

c. Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan Institusi

karena mahasiswa lebih terjamin memperoleh bekal yang

bermanfaat, baik untuk kepentingan institusi, kepentingan dunia

kerja dan kepentingan bangsa.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Industri Farmasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006

Tahun 2012 tentang industri dan usaha obat tradisional, yang dimaksudkan

industri obat tradisional adalah industri yang memiliki izin dari Menteri

Kesehatan untuk membuat semua bentuk sediaan obat tradisional meliputi

pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,

pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai didistribusikan.

Macam–macam industri menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 terdiri atas:

1. Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang membuat semua

bentuk sediaan obat tradisional.

2. Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) adalah industry yang khusus

membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.

Macam-macam usaha menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 terdiri atas:

1. Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) adalah usaha yang membuat

semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet

dan effervesen.

2. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) adalah usaha yang hanya

membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk parem, tapel, pilis,

cairan obat luar dan rajangan.

5
3. Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu

atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan

pencampuran sediaan jadi/sediaan segar obat tradisional untuk

dijajakan langung kepada konsumen.

4. Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan

dengan menggunakan bahan obat tadisional dalam bentuk cairan yang

dibuat segar untuk konsumen,

B. Obat Tradisonal

Obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 006 Tahun 2012 tentang industri dan usaha obat tradisional

adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan

tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan

dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat

tradisional yang diproduksi tidak boleh mengandung bahan kimia hasil

isolasi atau sintesik yang berkhasiat obat ataupun mengandung etanol

dengan kadar lebih dari 1%. Selain itu, obat tradisional yang diproduksi

tidak boleh dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral dan

suppositoria kecuali untuk wasir.

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang

jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin

mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik pada seluruh

6
proses produksi dan penanganan bahan baku. Untuk menjaga mutu tersebut

industri obat tradisional wajib menerapkan Cara Pembuatan Obat

Tradisional yang Baik (CPOTB) dalam seluruh aspek dan rangkaian obat

tradisional.

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. HK.

03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara

pembuatan obat yang baik, obat bahan alam yang lebih dikenal dengan obat

tradisional dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:

1) Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisonal yang

mencantumkan logo ‘’ranting daun yang terletak dalam lingkaran’’ dan

ditempelkan pada bagian atas sebelah kiri dengan warna hijau diatas

dasar warna putih atau warna lain yang mencolok kontras warna dengan

logo. Didalam sediaan jamu harus terdapat tulisan ‘’jamu’’ yang jelas

dan mudah dibaca.

Contoh: pilkita, laxing, pegal linu, kunyit asam sirih

Gambar 1. Lambang Jamu

2) Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah

dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik

dan bahan bakunya telah distandarisasi. Obat herbal berstandart

7
ditandai dengan logo berupa ‘’jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam

lingkaran’’ dan ditempelkan pada bagian atas sebelah kiri yang bewarna

hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras

dengan logo. Didalam obat herbal terstandart terdapat tulisan ‘’obat

herbal terstandart’’.

Contoh: diapet, tolak angin, antangin JRG

Gambar 2. Lambang Obat Herbal Terstandar

3) Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan bahan alam yang telah dibuktikan

keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji

klinik serta bahan bakunya telah distandarisasi. Fitofarmaka memiliki

logo berupa ‘’jari-jari daun yang membentuk bintang terletak dalam

lingkaran’’ serta terdapat tulisan ‘’fitofarmaka’’ yang bertempatkan

pada bagian atas sebelah kiri yang dicetak dengan warna hijau diatas

dasar putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan logo

dibawah ini.

Contoh: stimuno, nodiar, tensigard, X-gra

Gambar 3. Lambang obat fitofarmaka.

8
C. CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOTB) bertujuan untuk menjamin

obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang dietapkan, sesuai

dengan tujuan penggunanaannya dan dipersyaratkan dalam izin edar dan

Spesifikasi produk.

CPOTB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Pengawasan Mutu

adalah bagian dari CPOTB yang berhubungan dengan pengambilan sampel,

spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan

prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan

relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak

digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Ada 11 aspek

yang harus terpenuhi dalam penerapan CPOTB yaitu:

C1. Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan

penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan

obat tradisional yang benar. Oleh sebab itu industri obat tradisional

bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi

dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.

Tanggung jawab tiap personil hendaklah dipahami masing-masing dan

dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOTB dan

memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi

mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.

9
1) Kepala Departemen Produksi

Kepala bagian Produksi hendaklah seorang yang

terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang apoteker,

memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis

yang memadai dalam bidang pembuatan obat tradisional dan

keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk

melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian Produksi

hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam

produksi obat tradisional, termasuk:

a) memastikan bahwa obat tradisional diproduksi dan

disimpan sesuai prosedur agar memenuhi persyaratan mutu

yang ditetapkan.

b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan

produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan

secara tepat

c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan

ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum

diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu

(pemastian mutu)

d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta

peralatan di bagian Produksi

e) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan

10
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan

bagi personil di departemennya dilaksanakan dan

diterapkan sesuai kebutuhan.

2) Kepala Bagian Pengawasan Mutu

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang

terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang apoteker,

memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis

yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga

memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.

Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan

dan tanggung jawab penuh dalam Pengawasan Mutu, termasuk:

a) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas,

produk antara, produk ruahan dan produk jadi.

b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah

dilaksanakan.

c) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja

pengambilan contoh, metode pengujian dan prosedur

pengawasan mutu lain.

d) memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.

e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta

peralatan di bagian Pengawasan Mutu.

f) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan

11
g) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan

bagi personil di departemennya dilaksanakan dan

diterapkan sesuai kebutuhan.

C2. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang persyaratan teknis

cara pembuatan obat tradisional yang baik, mengenai bangunan dan

fasilitas dijelaskan mengenai ketentuan bagunan dan fasilitas pada area

penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area pengawasan mutu

serta saran pendukung (ruang istirahat, ruang ganti pakian kerja, toilet,

bengkel perbaikan dan perawatan). Bagunan dan fasilitas hendaknya

memiliki desaign, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan

kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan

operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat

memenuhi persyaratan yang ditentukan. Hal ini bertujuan untuk

memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan

lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif

untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau

kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional.

Peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki desain

dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat tradisional terjamin sesuai

desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan

12
pembersihan serta perawatan. Peralatan yang bersetuhan dengan bahan

awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi,

adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas mutu. Peralatan

dirawat sesuai jadwal untuk mencengah malfungsi atau pencemaran

yang bisa mempengaruhi identitas mutu atau kemurnian.

C3. Sanitasi dan Higiene

Bahan obat tradisional dapat mengandung cemaran mikrobiologis

dari proses pemanenan/pengumpulan dan proses produksi obat

tradisional sangat mudah tercemar oleh mikroba. Hal ini bertujuan

untuk menghindarkan perubahan mutu dan mengurangi kontaminasi

tersebut, diperlukan penerapan sanitasi dan higiene berstandar tinggi.

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada

setiap aspek pembuatan obat tradisional. Ruang lingkup sanitasi dan

higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan

produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan

sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah

dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang

menyeluruh dan terpadu. Menjamin suatu produk dari pencemaran dan

keamanan personil, personil harus menggunakan pakaian pelindung

yang bersih dan penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih

kotor yang dapat dipakai ulang hendaklah disimpan dalam wadah

tertutup hingga pencucian dan bila perlu dilakukan disinkfeksi atau

sterilisasi.

13
C4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian

mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan

bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas

dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan

yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dengan cermat, rapi, Isi

dokumen tidak berarti ganda atau jelas. Dokumen hendaklah dikaji

ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up-todate.

C5. Produksi

Pada bagian produksi harus mencakup perlakuan terhadap bahan

awal, validasi proses, pencengahan pencemaran silang, sistem

penomoran batch, penimbangan dan penyerahan serta pengambilan,

pengelohan, bahan dan produk kering, bahan pengemas, kegiatan

pengemasan, pengawasan selama proses, bahan dan produk ditolak,

dikembalikan, karantina dan peyerahan produk jadi, penyimpanan

bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk

jadi, pengiriman dan pengangkutan.

Ketentuan pada pengadaan bahan awal hendaknya dari pemasok

yang telah disetuji dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua

penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaknya dicatat.

Cacatan tersebut meliputi keerangan mengenai persediaan, nomor batch

14
atau lot, tanggal penerimaan dan pengeluaran, tanggal diluluskan dan

tanggal kadaluwarsa. Pada saat penerimaan, terhadap setiap kiriman

dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan

wadah dan segelnya, kebocoran dan kemungkinanan adanya kerusakan

bahan. Bahan awal yang diterima hendaknya dikarantina sampai

disetujui dan diluluskan untuk pemakaian.

Proses studi validasi hendaknya meperkuat pelaksanaan CPOTB

dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil

kesimpulan dari validasi hendaknya dicatat. Revalidasi dilakukan

secara periodik untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tetap

mencapai produk yang diinginkan.

Setiap tahapan proses produk dan bahan hendaklah dilindungi

terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Pencemaran silang

dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya

dengan tersedianya ruang penyangga udara dan penghisap udara.

Sistem penjabaran penomoran batch atau lot diperlukan untuk

memastikan nomor batch atau lot dari produk antara, produk ruahan

dan produk jadi dapat diidentifikasi. Penomoran batch atau lot yang

digunakan pada pengolahan dan pengemasan hendaknya saling

berkaitan. Pemberian batch atau lot yang dialokasikan segera dicatat

dalam suatu log book. Cacatan hendaklah mencangkup tanggal

pemberian nomor, identitas produk dan nomor batch atau lot yang

bersangkutan.

15
Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas,

produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus

produksi dan memerlukan dokumentasi dan rekonsiliasi yang lengkap.

Sebelum melakukan penimbangan dan penyerahan tiap wadah bahan

awal hendaknya diperiksa kebenaran penandaan, termasuk label

pelulusan dari bagian pengawasan mutu. Kapsitas, ketepatan dan

kelitian alat timbangan dan alat ukur yang digunakan harus sesuai

dengan jumlah bahan yang ditimbang.

Pada pengolahan produk antara dan produk ruahan semua bahan

yang dipakai harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan

pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan

didalam ruang yang sama. Hal ini dapat menyebabkan resiko terjadinya

kecampuran atau pencampuran silang. Kondisi lingkungan di area

pengolahan hendaknya dipantau dan dikendalikan agar selalu berada

pada tingkat yang dipersyaratkan. Semua peralatan yang dipakai dalam

pengolahan diperiksa agar memenuhi persyaratan. Semua produk antara

dan produk ruahan hendaklah diberi label. Dalam semua tahap

pengolahan harus diperhatikan adanya masalah pencemaran silang.

Pada bahan dan produk kering hendaklah diberikan pelindung

produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. Pemakaian

ayakan hendaklah diperiksa terhadap kerusakan sebelum dan setelah

pemakaian. Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam

produksi antara lain (BPOM, 2012):

16
a. Pengadaan Bahan Awal

Hendaknya didapatkan dari pemasok yang telah disetujui dan

memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan,

pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan

hendaklah berisi keterangan mengenai pemasok, nomor batch,

tanggal penerimaan, tanggal pelulusan dan tanggal kadaluwarsa,

serta petugas.

b. Pencengahan Pencemaran Silang

Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap

pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Resiko pencemaran

silang ini dapat timbul akibat tidak dikendalikannya debu, uap,

percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang

diproses. Tingkat resiko pencemaran ini tergantung dari jenis

pencemar dan produk yang tercemar.

c. Penimbangan dan Penyerahan

Pada bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk

ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan

memerlukan dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan

pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan

oleh pengawas mutu dan belum kadaluwarsa yang boleh diserahkan

d. Pengolahan

Semua bahan yang dipakai didalam pengolahan diperiksa sebelum

dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah

17
diperiksa sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan

bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan

pengolahan hendaknya dilaksanakan mengikuti prosedur yang

ditetapkan. Setiap penyimpangan hendaklah dilaporkan. Semua

bahan produk antara hendaklah diberi label yang benar dan

dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.

e. Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi

produk jadi. Pengemasan dilaksanakan dibawah pengendalian yang

ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir

yang dikemas. Semua kegiatan pengemasan dilaksanakan sesuai

dengan prosedur dan menggunakan bahan pengemas yang

tercantum dalam prosedur yang ditetapkan. Kegiatan rincian

pelaksanaan pengemasan primer dan sekunder dicatat dalam cacatan

pengemasan batch.

f. Pengawasan

Dilakukan untuk memastikan keseragaman batch dan keutuhan

obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel,

pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses

dari tiap batch produk dilaksanakan sesuai dengan metode yang

telah disetujui dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut untuk

mengawasi hasil dan memvalidasi kinerja dari hasil proses produksi

18
yang sedang berjalan. Pengawasan selama proses produksi

mencangkup:

a) Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk

diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau

pengemasan.

b) Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan

selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaian dengan

spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuia dengan

yang ditetapkan dalam prosedur.

g. Karantina Produk Jadi

Merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke

gudang dan didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan

ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk

memastikan produk dan cacatan pengolahan batch memenuhi

persayaratan.

C6. Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa

produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan

pemakaiannya. Sistem pengawasan mutu juga untuk memastikan bahwa

tiap produk mengandung komponen dengan mutu yang memenuhi

syarat dan dibuat pada kondisi sesuai serta mengikuti prosedur standar

sehingga produk tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi mutu produk

jadi.

19
Ruang lingkup Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel,

spesifikasi dan pengujian serta organisasi, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan

relevan dilakukan, dan bahwa bahan-bahan yang tidak diluluskan untuk

digunakan, atau produk jadi diluluskan untuk dijual atau

didistribusikan, sampai kualitasnya dinilai memenuhi syarat.

Adapun tugas dari pengawasan mutu, seperti membuat,

memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,

menyimpan sampel rujukan bahan dan produk, memastikan pelabelan

yang benar pada wadah bahan dan produk, memastikan pemantauan

stabilitas produk, berpartisipasi dalam investigasi keluhan yang

berkaitan dengan kualitas produk. Semua kegiatan ini hendaklah

dilakukan sesuai prosedur dan dicatat.

Area laboratorium pengawasan mutu terpisah dari area produksi.

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian

pengawasan mutu menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah

dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk

disetujui sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu memiliki

akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan

yang diperlukan.

C7. Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara

benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan

20
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan

dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi

Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan

tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus

menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak hendaklah dibuat antara

Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak dengan menetapkan tanggung

jawab masing-masing.

C8. Penyimpanan dan Pengiriman

Merupakan bagian yang penting dalam kegiatan dan manajemen

rantai pemasokan produk yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan

langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi

semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan

produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan

pengiriman produk jadi dari pabrik ke distributor. Sistem ini bertujuan

untuk membantu dalam menjamin mutu dan integritas produk selama

proses penyimpanan dan pengiriman produk. Obat tradisional

hendaklah ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk

mencegah kontaminasi, kecampurbauran dan kontaminasi silang. Area

penyimpanan hendaklah diberikan pencahayaan yang memadai

sehingga semua kegiatan dapat dilakukan secara akurat dan aman.

Seluruh produk hendaklah disimpan dan dikirimkan dalam wadah

21
pengiriman yang tidak mengakibatkan efek merugikan terhadap mutu

produk dan memberikan perlindungan yang memadai terhadap

pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi. setiap kegiatan yang terkait

dengan penyimpanan dan pengiriman obat tradisional yang

didelegasikan kepada orang atau sarana lain hendaklah dilaksanakan

sesuai kontrak tertulis yang disetujui oleh pemberi dan penerima

kontrak tersebut.

C9. Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Produk Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan

kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti

sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang

mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup

penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari

peredaran secara cepat dan efektif. Laporan dan keluhan mengenai

produk dapat disebabkan oleh:

a) keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau

biologis dari produk atau kemasannya

b) keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi,

toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis

lain.

Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil

evalusi dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan dicatat dan

dilaporkan kepada manejemen atau bagian yang terkait. Produk pada

22
suatu batch ditemukan atau diduga cacat, maka dipertimbangkan untuk

memeriksa batch lain untuk memastikan batch lain juga terpengaruhi

atau tidak. Khusus batch yang mengandung hasil pengolahan ulang bets

yang cacat hendaklah diselidiki.

Tindakan penarikan kembali produk dilakukan segera setelah

diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai

reaksi yang merugikan. Pemakian produk yang berisiko tinggi terhadap

kesehatan dihentikan dengan embargo yang dilanjutkan dengan

penarikan kembali dengan segera.

Penarikan kembali menjangkau sampai tingkat konsumen. Sistem

dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi menjamin

bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat,

efektif dan tuntas. Pedoman dan prosedur penarikan kemabli terhadap

produk dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali

dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai

distribusi. Industri obat tradisional hendaklah menyiapkan prosedur

untuk pengamanan, penyelidikan dan pemeriksaan produk kembalian

serta pengambilan keputusan apakah produk tersebut dapat diproses

ulang atau dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis.

C10. Inspeksi Diri

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua

aspek produksi dan pengawasan mutu industri obat tradisional

memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

23
(CPOTB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi

kelemahan dalam pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindakan

perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh

petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah

dilakukan secara rutin. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya

dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah

didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif

(BPOM, 2012).

24
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah PT Gujati 59 Utama

Pada awalnya Jamu Gujati 59 dipasarkan dengan nama jamu "Gunung

Jati" sesuai dengan nama perusahaan yaitu Perusahaan Jamu (PJ) Gunung

Jati, yang didirikan pada tanggal 22 Desember 1989 di Cirebon. Kepemilikan

perusahaan yaitu Bapak Muhamad Gafar. Pada saat itu perusahaan ini

beroperasi sebagaimana layaknya suatu usaha "home industry" dengan

beberapa karyawan dan daerah pemasaran yang sangat terbatas.

Pada tahun 1996 PJ Gunung Jati berubah bentuk menjadi Perseroan

Terbatas, yaitu PT Gujati 59 Utama. Nama Gunung Jati disingkat menjadi

Gujati dengan alasan lebih praktis dan mengena untuk tujuan pemasaran

merk. Kemudian berubah lagi menjadi merk seperti yang sekarang ini yakni

Gujati 59. Angka 59 diambil dari rumah tempat domisili pabrik tersebut.

Seiring berjalannya waktu Bapak Ir. A. Agung Susena dipercayakan sebagai

direktur di Gujati 59.

Dengan berbagai pertimbangan, sejak 2003 perusahaan memindahkan

aktivitas produksi ke Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo,

Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di

daerah Solo dekat dengan bahan baku jamu. Diharapkan dengan kepindahan

ke daerah Solo-Sukoharjo ini perusahaan akan dapat terus tumbuh dan

berkembang sesuai dengan visi dan misi yang telah dirancangkan.

25
PT Gujati 59 Utama berlokasi di Jl. Raya Solo-Wonogiri No. 59 (Km

26.5) Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo 57571, Jawa

Tengah. PO BOX 238 Solo.

B. Visi dan Misi PT Gujati 59 Utama

Visi:

Menjadi Industri Jamu (obat herbal berbahan alami) terbaik, yang

berperan penting dalam peraturan nasional maupun global dalam

mendukung terciptanya kesehatan masyarakat Indonesia dan dunia.

Misi:

1. Menjadikan Jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri dan tamu

terhormat di Negara lain, melalui produk-produk bermutu yang

memberikan kepuasan kepada konsumen dan menjadi solusi masalah

kesehatan masyarakat.

2. Menjadi Perusahaan yang dapat memberikan nilai-nilai (value) yang

tinggi dan menjadi tumpuan hidup serta pengembangan diri bagi

Pemilik dan Karyawan Perusahaan serta seluruh jaringan Distributor

dan pelaku alur distribusi lainnya.

3. Menjadi perusahaan yang berperan dalam peningkatan kemajuan

bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

26
C. Struktur Organisasi PT Gujati 59 Utama

Struktur organisasi PT Gujati 59 Utama dan fungsinya:

Direktur
Utama

Direktur

Kepala Pembelian Manajeme Manajemen Kepala National Kepala


Bagian pabrik bagian sales
n QC pengembanga
bagian
Umum n dan kontrol manager pernolite
kualitas

Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala


bagian bagian bagian bagian bagian
pembelian produksi PPIC penjualan pemasaran

Kepala
bagian
gudang

Gambar 4. Struktur Organisasi PT.Gujati 59 Utama

1. Direktur Pelaksana (Managing Director)

Direktur Pelaksana pada PT Gujati 59 Utama mempunyai tugas

yaitu mengatur dan mengarahkan kinerja setiap bagian–bagian dalam

perusahaan beserta staff yang ada dibawahnya, Direktur Pelaksana

27
juga mempunyai tanggung jawab terhadap bawahan/karyawan untuk

menjaga kesejahteraan dan kepentingan karyawan dengan

menampung segala usulan-usulan kritik maupun saran dari karyawan,

selain itu Direktur Pelaksana juga harus menjaga hubungan baik

dengan karyawan untuk menciptakan suasana kerja yang positif antara

atasan dan bawahan.

2. Manajer Umum dan Logistik (General Affair and Logistic Manager)

Manajer Umum & Logistik bertugas untuk mengawasi kegiatan

pada bagian umum yang biasanya berhubungan dengan proses

produksi dan kinerja di dalam pabrik menyangkut pengadaan bahan

baku, logistik, pengepakan, sampai dengan pengiriman, selain

mengawasi juga mempunyai tanggung jawab mengontrol kinerja

karyawan dan staff pada bagian umum dan logistik, serta

menyampaikan kepada pimpinan/direktur jika terjadi permasalahan.

3. Manajer Pembelian (Purchasing Manager)

Manajer Pembelian bertugas untuk mengatur dan mengawasi

kegiatan pembelian perusahaan yang mencangkup kebutuhan-

kebutuhan produksi, perlengkapan kantor dan perlengkapan pabrik.

Bertanggung

jawab terhadap karyawan bagian pembelian, untuk mengontrol dan

memberikan masukan kepada pimpinan jika ada kegiatan pembelian

dan pengadaan di dalam perusahaan.

28
4. Manajer Pabrik (Factory Manager)

Manajer pabrik mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan

didalam pabrik yang meliputi proses produksi, mesin produksi dan

karyawan yang ada didalam pabrik. Manajer Pabrik juga mempunyai

tugas yaitu mengontrol kinerja karyawan dan bawahannya dalam

melakukan proses produksi, selain itu juga membuat target untuk

produsi dalam setiap harinya yang kemudian akan di laporkan kepada

Direktur Pelaksana, Manajer Pabrik bertanggung jawab terhadap

kepala-kepala bagian seperti kepala bagian produksi dan kepala

bagian gudang.

5. Manajer Pengembangan dan Kontor Kualitas (R&D/QC Manager)

Manajer Pengembangan dan Kualitas mempunyai tugas yaitu

melakukan test kualitas pada setiap produk yang akan diproduksi

apakah pruduk tersebut sudah sesuai dengan kualitas yang diterapkan

oleh perusahaan, Manajer Pengembangan dan Kontrol Kualitas tidak

hanya bertanggung jawab terhadap kualitas produk melainkan juga

bertanggung jawab terhadap pengembangan produk, bagaimana suatu

produk dapat tetap bertahan dalam persaingan yang ada dan membuat

konsep untuk produk baru.

6. Manajer Pemasaran (Marketing Manager)

Menejer Pemasaran bertugas membuat perancangan untuk

memasarkan produk dan menentukan target pasar yang dituju selain

itu juga membuat penerapan strategi pemasaran yang digunakan,

29
meliputi periklanan, distibusi produk, penerapan harga dll. Tanggung

jawab dari Manajer Pemasaran adalah mengontrol dan mengawasi

pemasaran, menentukan segmentasi pasar untuk produk- produk

perusahaan. Semakin luas pemasaran produk maka akan semakin

maju suatu perusahaan.

7. Manajer Penjualan (Sales Manager)

Manajer Penjualan bertugas mengawasi dan mengontrol kinerja

staf penjualan dan distributor lapangan dan bertanggung jawab

memberikan laporan hasil penjualan dan target penjualan yang

kemudian diserahkan kepada pimpinan perusahaan.

8. Manajer Keuangan (Finance Manager)

Manajer Keuangan bertugas mengontrol dan mengatur keluar

masuknya uang perusahaan dan kemudian melakukan pencatatan

terhadap setiap transaksi, pembelian dan perencanaan anggaran

belanja perusahaan yang kemudian akan diserahkan ke bagian

pembukuan.

9. Manajer Pembukuan dan Sistem (Accounting & System Manager)

Manajer Pembukuan dan Sistem bertugas membuan pembukuan

dari kegiatan perusahaan dan membukukan setiap transaksi-transaksi

perusahaan dan keluar masuknya uang yang telah dicatat oleh bagian

keuangan selain itu juga bertanggung jawab terhadap staff-staff

keuangan dan mengawasi serta mengontrol sistim auditing dalam

perusahaan.

30
10. Staf Operasional/ Humas (Operational Staff/Public Relation)

Staf Operasional/Humas bertanggung jawab terhadap kepentingan

seluruh karyawan dan segala kegiatan yang berhubungan dengan

karyawan seperti penggajian, perijinan karyawan dan selain itu Staf

Operasional/Humas bertugas memberikan penilaian terhadap kinerja

semua karyawan, selain bertanggung jawab terhadap kepentingan

karyawan Staf Operational/Humas juga bertanggung jawab hubungan

perusahaan dan lingkungan luar perusahaan mencakup peneriamaan

tamu perusahaan, membuat janji dengan pimpinan jika ada tamu yang

ingin bertemu dengan pimpinan.

11. Staf Personalia & Hukum (Legal & Human Resource Staff)

Staf Personalia & Hukum mempunyai tugas yaitu melakukan

seleksi terhadap karyawan baru, memberikan manajemen training

terhadap karyawan baru atau calon karyawan dan

merekomendasikannya terhadap pimpinan perusahaan dan

bertanggung jawab dengan segala hal yang berhubungan dengan

hukum/legal terhadap perusahaan.

12. Staf Administrasi/Sekretaris (Administration Staff / Secretary)

Staf Administrasi/Sekretaris bertanggung jawab terhadap kegiatan

surat-menyurat dan segala kegiatan administrasi dalam perusahaan.

31
D. Produktivitas Perusahaan

Untuk menjaga eksistensi dalam dunia bisnis seiring dengan

perkembangan zaman, PT Gujati 59 Utama melakukan inovasi pada

beberapa jenis produk. Pada mulanya PT Gujati 59 Utama hanya

memiliki jamu serbuk, namun kini PT Gujati 59 Utama mempunyai

produk jamu dalam bentuk:

1. Jamu serbuk

Jamu serbuk berupa butiran halus dari hasil gilingan yang berasal dari

simplisia yang telah diayak dan diracik dengan komposisi yang

disesuaikan dengan fungsi dan manfaat jamu tersebut. Jamu serbuk ini

dapat dikomsumsi oleh masyarakat dengan cara diseduh dengan air

hangat. Contoh: Jamu Pegel Linu, Jamu Sakit Gigi, Jamu Galian Putri

2. Jamu instan

Jamu instan merupakan jamu yang berbahan dasar dari bahan-bahan

segar yang telah diolah secara higienis. Jamu instan memiliki bentuk

butiran halus dengan berbagai kombinasi rasa yang sangat disukai

oleh masyarakat. Jamu instan ini dapat dikomsumsi oleh masyarakat

dengan cara diseduh dengan air hangat maupun dingin. Contoh: Jamu

Instan Kunyit Asam Sirih, Jamu Anak Sehat Helios, Jamu Jahe Arum

3. Jamu kapsul

Jamu kapsul merupakan salah satu inovasi yang terbuat dari bahan-

bahan yang diracik disesuaikan dengan fungsi dan manfaat jamu

tersebut. Jamu ini memiliki bentuk kapsul. dengan bentuk tersebut

32
dapat menjadi keuntungan karena dapat menutupi rasa,warna,bau

yang tidak enak yang terdapat pada jamu. Sehingga banyak

masyarakat yang dapat mengkomsumsi dan lebih praktis. Contoh:

Jamu Macan GT.

E. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

E1 Gudang

Gudang terdiri dari 3 bagian yaitu gudang bahan baku, gudang bahan

kemas dan gudang produk jadi. Di gudang memiliki beberapa ruang

diantara lain:

a. Ruang Admin

Berada dibagian depan gudang

b. Area penimbangan

Di area ini dilakukan penimbangan bahan baku datang, bahan baku

sebelum dan sesudah disortasi dan bahan baku yang akan dikirim

ke bagian pencucian. Hasil dari penimbangan tersebut akan dicatat

ke dokumen.

c. Area karantina

Area karantina berfungsi sebagai area untuk menyimpan bahan

baku yang belum dilakukan pengujian Quality Control (QC).

Bahan diarea karantina akan diletakkan terpisah dan diberi tanda

atau label berwarna kuning.

33
d. Area sortasi

Area ini berfungsi sebagai tempat untuk melakukan sortasi

simplisia dan bagaian tanaman atau bahan-bahan lain yang tidak

dikehendaki, baik itu tercemar oleh dari tanaman lain, kerikil, tanah

dll. Selain itu, area ini dilakukan pencucian bahan baku. Setelah

bahan dibersihkan akan dikeringkan didalam oven. Bahan baku

yang sudah disortasi akan mendapatkan label berwarna hijau.

e. Area barang reject

Area ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sementara

bahan baku yang tidak memenuhi persayaratan hasil pengujian

Quality Control (QC) sebelum diambil oleh supplier. Bahan baku

yang tidak memenuhi persyaratan akan langsung dikembalikan

oleh supplier.

Di PT Gujati 59 Utama terdapat 3 macam gudang yaitu:

E 1.1 Gudang Bahan Baku

Gudang bahan baku berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan

bahan baku yang akan digunakan oleh produksi. Gudang bahan

baku kegiatan yang kita lakukan selama dibagian gudang

diantara lain:

a) Penerimaan barang datang

Pada saat penerimaan barang datang dilakukan pemeriksaan

visual mengenai kondisi umum, keutuhan wadah maupun

kerusakan bahan. Selain itu, dilakukan dengan mengecek

34
kesesuaian Surat Jalan yang meliputi kesesuaian jumlah

barang, nomer batch, expired date, nama pemasok.

Kemudian akan dianalisa oleh Quality Control (QC).

Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa

akan dicatat yang berisi keterangan mengenai pemasok,

nama barang, nomor bets/lot/QC, tanggal penerimaan atau

penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa.

b) Perlakuan barang datang

Saat barang datang dan barang sesuai dengan Purchase

Order (PO) maka barang tersebut akan ditimbang dan

diletakkan di ruang karantina menunggu hasil dari

pengujian dari pihak Quality Control (QC). Barang yang

tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan akan

ditolak. Barang yang tidak memenuhi spesifikasi atau

ditolak akan diberi tanda atau label reject yang berwarna

merah dan dikembalikan oleh pihak Supplier langsung.

Sedangkan barang yang telah diuji oleh Quality Control

(QC) dan hasil analisa menyatakan bahwa barang tersebut

memenuhi spesifikasi maka akan dibuatkan label release

dari pihak Quality Control (QC). Setelah release di

mapping didalam gudang sesuai dengan suhu bahan baku

dan di simpan dengan sistem FIFO/FEFO. Kemudian

letakkan di atas platelet agar tidak tercemar oleh mikroba

35
karena bersentuhan langsung dengan lantai. Kemudian

pihak gudang akan membuat dokumentasi berupa BBMG

(bukti barang masuk gudang). Barang akan mendapatkan

perlakuan sortasi bahan diruang sortasi. Setelah barang

tersebut disortasi akan mendapatkan perlakuan berupa

pencucian barang bahan baku di ruang pencucian.

Kemudian barang tersebut akan mengalami pengeringan di

ruang oven simplisia untuk mengurangi kadar air dan hasil

dari oven tersebut akan di analisa oleh Quality Control

(QC) berupa uji kadar air. Jika kadar air yang dihasilkan

≥10% maka akan dilakukan pengeringan ulang. Dan jika

kadar air yang dihasilkan ≤10% maka telah sesuai dengan

standart yang ditetapkan. Bahan yang sudah memenuhi

persayaratan kadar tersebut akan disimpan di gudang bersih

simplisia menggunakan sistem penyimpanan FIFO/FEFO.

c) Pengambilan bahan baku sesuai dengan permintaan

produksi

Pengambilan bahan baku dilakukan disaat pihak gudang

menerima Surat MR dari produksi. Setelah itu, pihak

gudang akan mengambilkan bahan baku sesuai permintaan

tersebut. Sebelum bahan baku ditimbang, timbangan di

verifikasi sesuai dengan form yang sudah disediakan.

36
Setelah itu, bahan baku ditimbang sesuai dengan

permintaan dan akan masuk ke area transit bahan baku.

E 2.1 Gudang Bahan Kemas

Gudang bahan kemas berfungsi sebagai tempat menyimpan

bahan-bahan pendukung seperti bahan kemas suatu produk.

Bahan pengemas ditempatkan diatas platelet untuk mengindari

kontak langsung dengan lantai. Adapun macam-macam bahan

pengemas yang terdapat di PT Gujati 59 Utama adalah box,

karton, roll, tempelan dll

a) Penerimaan barang datang

Penerimaan barang datang dilakukan dengan mengecek

kesesuian dengan surat Surat Jalan yang meliputi

kesesuaian jumlah barang dan nomer batch. Jika telah

sesuai dengan pra-order (PO), bahan kemas dikarantina dan

menunggu hasil analisa dari Quality Control (QC).

b) Perlakuan barang

Setiap barang yang datang akan dianalisa dan diperiksa oleh

pihak Quality Control (QC). Barang kemas yang datang

akan diambil sampel oleh Quality Control (QC). dan

diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi yang ditetapkan.

Setelah dinyatakan lulus oleh pihak Quality Control (QC).

ditempatkan sesuai dengan mapping dan disesuaikan

37
dengan jenis dan sitem FIFO/FEFO. Kemudian akan

dicatat di buku BBMG (Bukti Barang Masuk Gudang).

c) Pengambilan bahan kemas sesuai dengan permintaan

produksi

Pengambilan bahan kemas dilakukan disaat pihak gudang

menerima Surat MR dari pihak produksi. Setelah itu, pihak

gudang akan mengambilkan bahan baku sesuai permintaan

tersebut.

E 3.1 Gudang produk jadi

Gudang produk jadi digunakan untuk menyimpan produk jadi

yang siap dipasarkan. Dimana sebelum masuk gudang, produk

jadi dilakukan serah terima antara departemen produksi dengan

gudang produk jadi. Tetapi sebelumnya dicek kesesuai nomer

batch dan expired date tiap produk. Kemudian disimpan di

gudang produk jadi dengan menggunakan sistem FIFO.

E2 Departemen Produksi

Departemen produksi adalah seluruh kegiatan obat mulai dari

penerimaan bahan yang dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan

dan penandaan sampai menghasilkan produk jadi. Di PT Gujati 59

Utama ruang produksi dibagi menjadi beberapa ruang diantara lain

adalah ada area penimbangan, area masak/pengolahan, pengemasan

dan packing. Pada area produksi pekerja diwajibkan menggunakan

perlengkapan kerja berupa penutup kepal, masker dan sandal karet

38
agar menghindari dari kontaminasi produk sehingga mutu dan kualitas

produk dapat dipertanggung-jawabkan dengan baik.

E3 Departement Research and Development (R&D)

Departemen R&D merupakan departement yang bertanggung jawab

terhadap munculnya inovasi produk baru maupun perkembangan dari

produk yang sudah ada.

Alur kegiatan dari departemen R&D yaitu:

a) Riset dan pengembangan

Adanya permintaan produk baru maupun perbaikan dari produk

yang sudah ada untuk meningkatkan mutu baik dari segi formulasi

maupun kemasannya. Adanya permintaan riset dan pengembangan

agar mengoptimalkan rasa dan estetika dari suatu produk.

b) Preformulasi

Formula yang dibuat dapat berasal dari studi literatur yang sudah

ada maupun murni dari ide staff yang kemudian dikembangkan

dengan bukti ilmiah yang mendukungnya. Studi preformulasi dapat

juga dilakukan dengan melihat produk sejenis yang sudah lebih

dulu beredar di pasaran. Formula yang dibuat disesuiakan dengan

tujuan dari sediaan, ketersediaan bahan, harga serrta

mempertimbangkan sifat kimia dan fisika dari bahan yang

digunakan. Dari formulasi yang sudah dibuat kemudian dilakukan

evaluasi dengan mempertimbangkan keamanan, efektifitas dan

sesuai dengan kebutuhan pasar.

39
c) Formulasi

1. Skala laboratorium

Pada skala laboratorium beberapa formula yang telah ada dibuat

dengan skala kecil. Formula skala laboratorium umunya

dilakukan untuk mengetahui bahwa formula yang disusun telah

sesuai hasilnya dengan perkiraan atau masih perlu penyusunan

ulang formula hingga diperoleh hasil yang sesuai.

2. Skala produksi

Dari hasil formulasi dan evaluasi dari tahap skala laboratorium.

kemudian dilanjutkan dengan tahap skala produksi. Pada wal

produksi tetap dilakukan pemantauan apakah yang dihasilkan

sudah sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan. Sehingga akan

didaptkan suatu master formula yang berisi data lengkap terkait

produk. Jika hasilnya tidak sesuai standart spesifikasi yang

ditetapkan maka dilakukan pencocokan formula oleh bagian

R&D. Setelah didapatkan hasil yang sesuai maka diproduksi

dengan skala besar dibagian produksi. formula yang telah

disetujui dan ditetapkan standar operasional prosedur (SOP)

sebagai satu calon produk baru. Sebelumnya produk baru

tersebut harus diuji stabilitasnya untuk mengetahui kapan

tanggal kadaluwarsanya.

40
Di R&D terdapat beberapa laboratorium yaitu:

1) Laboratorium R&D

Laboratorium R&D digunakan kegiatan riset ataupun trial

untuk munculkan sebuah inovasi produk baru maupun

perkembangan dari produk yang sudah ada.

2) Laboratorium QC

Laboratorium QC digunakan untuk analisa yang berhubungan

dengan sifat fisik suatu produk. Biasanya analisa fisik yang

dilakukan adalah uji organoleptis (warna, bau dan rasa), uji

kekentalan, uji penetapan kadar air, uji homogenitas dan uji

kelarutan.

3) Laboratorium mikrobiologi.

Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk melakukan

kegiatan analisa yang berhubungan dengan mikroba maupun

bakteri seperti pemeriksaan uji bakteri yang terdapat dalam

sediaan produk, uji kapang atau jamur untuk menentukan

adanya kapang/jamur dalam sediaan produk suatu obat. Hal ini

dilakukan untuk menjaga agar kualitas produk tetap aman dan

higenis jika dikomsumsi oleh masyarkat.

41
E4 Departement Quality Control (QC)

Kegiatan yang dilakukan saat di bagian Quality Control (QC) adalah:

a. Bahan baku dan bahan kemas

Pemeriksaan bahan baku dan bahan kemas dilakukan segera setiap

kali ada barang datang. Quality Control (QC) akan menangani atau

memeriksa bahan baku dan bahan kemas yang akan digunakan

proses produksi. bahan baku diuji dengan pemeriksaan visual

meliputi pemeriksaan kondisi umum, keutuhan wadah maupun

kerusakan bahan yang disesuaikan dengan parameter uji dan

spesifikasi yang ditetapkan. Bahan baku diletakkan di ruang

karantina selagi menunggu hasil dari pengujian dari pihak Quality

Control (QC). Barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan akan ditolak. Barang yang tidak memenuhi spesifikasi

atau ditolak akan diberi tanda atau label reject yang berwarna

merah dan dikembalikan oleh pihak Supplier langsung. Sedangkan

barang yang telah diuji oleh Quality Control (QC) dan hasil analisa

menyatakan bahwa barang tersebut memenuhi spesifikasi maka

akan dibuatkan label release dari pihak Quality Control (QC)

dengan menggunakan kode bahan baku tertentu. Setelah release di

mapping didalam gudang sesuai dengan suhu bahan baku dan di

simpan dengan sistem FIFO/FEFO. Kemudian letakkan di atas

platelet agar tidak tercemar oleh mikroba karena bersentuhan

langsung dengan lantai. Kemudian pihak gudang akan membuat

42
dokumentasi berupa BBMG (bukti barang masuk gudang). Barang

akan mendapatkan perlakuan sortasi bahan diruang sortasi. Setelah

barang tersebut disortasi akan mendapatkan perlakuan berupa

pencucian barang bahan baku di ruang pencucian. Kemudian

barang tersebut akan mengalami pengeringan di ruang oven

simplisia untuk mengurangi kadar air dan hasil dari oven tersebut

akan di analisa oleh Quality Control (QC) berupa uji kadar air. Jika

kadar air yang dihasilkan ≥10% maka akan dilakukan pengeringan

ulang. Dan jika kadar air yang dihasilkan ≤10% maka telah sesuai

dengan standart yang ditetapkan. Bahan yang sudah memenuhi

persayaratan kadar tersebut akan disimpan di gudang bersih

simplisia menggunakan sistem penyimpanan FIFO/FEFO.

Sedangkan untuk bahan kemas sebelum dan sesudah digunakan

untuk proses produksi akan dicek oleh Quality Control (QC)

meliputi kesesuaian nomer batch dan tanggal kadaluwarsa produk.

b. Pemeriksaan produk jadi

Produk jadi merupakan suatu produk yang telah melalui seluruh

tahap proses pembuatan. Preprasi sampel untuk produk jadi

dilakukan berdasarkan protap yang telah disetujui. Pemeriksaan

produk jadi dilakukan dengan uji keseragaman bobot, kesesuaian

nomer batch dan tanggal kadaluwarsa. produk jadi ditempatkan di

area karantina produk jadi sambil menunggu pelulusan dari Quality

Control (QC).

43
c. Pemeriksaan produk antara dan produk ruahan

Produk antara adalah tiap bahan atau campuran bahan yang masih

memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk

menjadi produk ruahan. Sedangkan produk ruahan adalah tiap

bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan

pengemasan untuk menjadi produk jadi. Pengambilan sampel

antara dan ruahan dilakukan berdasarkan protap yang ditetapkan.

Produk antara diolah dari bahan baku yang berasal dari ruang

karantina yang dipidahkan ke tempat penggilingan untuk diproses

menjadi serbuk. Kemudian produk antara akan menjadi produk

ruahan ketika bahan tersebut sudah melalui penggilingan dan diuji

oleh Quality Control (QC). Pertama, sebelum mengambil sampel

produk ruahan perlu penyiapan peralatan dan wadah (spidol,

plastik, sendok). Kemudian sampel diambil dan diberi label sesuai

informasi produk (nama produk, nomer batch, nomer tong, berat

dan operator). Kemudian informasi tersebut dicatat didalam

dokumen (Buku Ruahan). Setelah semuanya tercatat dalam

dokumen akan dicek oleh penguji Quality Control (QC) yang

meliputi uji organoleptis (warna, bau dan rasa) dan homogenitas

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Jika produk

tersebut dinyatakan lolos oleh Quality Control (QC) maka akan

dibuatkan label diluluskan yang berwarna hijau. Jika produk

tersebut tidak memenuhi persyaratan seperti terdapat banyak

44
serabut-serabut dari simplisia yang masih lolos dari pengayakan,

maka akan diberi label ditolak yang berwarna merah. Dan akan

diberikan perlakuan khusus seperti mix beberapa bahan lain

diberikan tanda/label karantina yang berwarna kuning untuk

mejaga mutu dan kualitas.

d. Barang Kembalian

Produk kembalian adalah produk yang dikirimkan kembali ke

gudang pabrik atau penyalur. Barang kembalian atau return

dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan. Barang kembalian

akan dilakukan pemeriksaan produk apakah produk tersebut dapat

diproses ulang atau dimusnahkan. Barang kembalian didapatkan

dari distributor yang mengembalikan ke perusahaan karena barang-

barang tersebut tidak laku, rusak maupun kadaluwarsa. Dari

perusahaan akan diterima oleh pihak marketing. Kemudian pihak

marketing akan diserahkan ke gudang. Barang kembalian akan

diletakkan terpisah dari lainnya. Kemudian akan dicek oleh Quality

Control (QC) dan dipisahkan antara barang yang masih bagus dan

tidak. Barang yang kondisi masih baik dan ED ≥ 6 bulan maka

barang tersebut akan disendirikan dan dilakukan pemeriksaan.

Setelah hasil pemeriksaan dinyatakan masih layak maka akan di

produksi/proses ulang. Barang dengan ED ≤ 6 bulan akan

dimusnahkan melalui pembakaran dengan membuat tanda bukti

pemusnahan.

45
F. Pengolahan Limbah

Terdapat 2 macam limbah yaitu cairan dan padat (ampas dari perasan

empon-empon). Untuk limbah padat yang berasal dari hasil perasan

empon-empon basah yang sudah tidak bisa terpakai lagi maka akan

dilakukan dengan cara dikeringkan/dijemur kemudian dijual ke peternak.

Untuk limbah cairan, karena tidak menggunakan bahan beracun dan

berbahaya dalam proses produksinya maka limbah cairan tersebut dapat

langsung dibuang ke saluran pembuangan.

G. Kegiatan Sehari-Hari Praktik Industri

No Hari/Tanggal Bagian Kegiatan

1. 1- 5 juli 2019 Gudang jamu Melipatkan browsur, melekatkan box,


menulis jumlah barang yang masuk dan
keluar di dokumen
2. 8-12 juli 2019 QC jamu Menulis rencana produk yang akan
diproduksi, mengecek kesesuaian nomor
batch bahan pendukung, mengambil sample
bahan baku, mengambil sample produk
ruahan, menempelkan hasil uji dari
pemeriksaan produk ruahan, menjabarkan
produk ruahan, mengecek keseragaman bobot
produk, mengecek kesesuaian nomer batch
dan expired date produk, mengecek barang
return.
3. 15-19 juli 2019 RnD jamu Membuat sari dari simplisia basah, membuat
instan jamu anak helios sehat, memixing dari
beberapa simplisia kering sesuai formula,
mengevaluasi rasa dan bau dari suatu formula
yang dibuat, membuat media NA untuk uji
mikrobiologi.
4. 22-26 juli 2019 QC dan RnD Membuat formulasi dari suatu formula,
mengecek PH dan kekentalan produk saos
bumbu dan mazoni.

46
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan selama praktik industri di PT Gujati 59 Utama

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Mahasiswa dapat mengetahui peran Ahli Madya dalam industri

2. Mahasiwa dapat menambah ilmu dan pengalaman tambahan yang dapat

dijadikan sebagai bekal hidup dalam bersaing di dunia kerja setelah lulus

dari Instansi Pendidikan.

3. Mahasiwa dapat mengetahui alur/proses pembuatan produk sesuai

dengan CPOTB (cara pembuatan obat tradisional yang baik).

B. Saran

1. Saran kepada Pihak Institusi Pendidikan:

a. Sebaiknya diadakan pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan praktik industri sehingga mahasiswa dapat lebih

siap dan mantap dalam melaksanakan praktik industri

b. Perlu adanya monitoring atau bimbingan dari kampus ke tempat

praktik industri secara berkala agar dapat melihat langsung potensi

mahasiwa/mahasiswinya di dunia kerja industri farmasi.

47
2. Saran kepada PT Gujati 59 Utama

Adapun saran yang dapat kami berikan untuk PT Gujati 59 Utama

adalah:

a. Sebaiknya PT Gujati 59 Utama mampu meningkatkan kualitas

produk dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi.

b. Sebaiknya saat pelaksanaan praktik industri dilakukan monitoring

maupun bimbingan secara berkala agar lebih efektif dalam

memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada mahasiswa.

3. Saran kepada Mahasiswa

Bagi mahasiwa yang akan melaksankan praktik industri perlu

pengetahuan tentang CPOTB dan instrumen yang digunakan dalam

industri serta menjaga nama baik Institusi dalam melaksankan praktik

industri.

48
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Peraturan Kepala Badan Pengawas


Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomer HK.03.1.23.06.11.5629
Tahun 2011 Tentang Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik,
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta, 2011

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomer 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan
Usaha Obat Tradisional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat
Tradisional, Kementerian Kesehatan Repbulik Indonusa, Jakarta, 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Perundang-undangan Nomer 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 2009.

49

Anda mungkin juga menyukai