Dinukil dari kitab “Nisaa’ Haular Rasul’ yang ditulis Mahmud Mahdi Al-
Istanbuli dan Mustafha Abu An-Nashr Asy Syalabi, dikisahkan, bahwa suami
pertama Ramlah binti Abu Sufyan adalah Ubaidullah bin jahsy yang
beragama tauhid sebelum datangnya Islam.
Kemudian, cahaya kebenaran menerangi sanubari sepasang suami istri ini.
Tatkala kekejaman orang-orang kafir atas kaum muslimin mencapai
puncaknya, Ramlah berhijrah menuju Habasyah bersama suaminya. Dan
disanalah beliau melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama
Habibah dan sehingga beliau dijuluki Ummu Habibah. Ummu Habibah
senantiasa bersabar memperjuangkan diennya di negeri asing , jauh dari
keluarga dan kampung halaman bahkan terjadi musibah yang tidak dia
sangka sebelumnya. Beliau bercerita:
“Aku melihat didalam mimpi, suamiku Ubaidullah bin Jahsy dengan bentuk
yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan terbangun,
kemudian aku memohon kepada Allah dari hal itu. Ternyata tatkala pagi,
suamiku telah memeluk agama Nasrani. Maka aku ceritakan mimpiku
kepadanya namun dia tidak menggubrisnya”.Suaminya ternyata telah
murtad dan lebih tertarik dengan agama nasrani yang dianut penduduk
Habasyah. Lalu merayu bahkan bertindak keras pada istrinya agar mau ikut
pindah keyakinan. Namun, Ummu Habibah tak bergeming, tetap pada
pendirian semula. Beliau justru mengajak suaminya agar tetap dalam
kebenaran namun dia menolak dan meremehkannya. Yang menyedihkan,
dirinya makin sibuk dengan minuman keras (khamr) hingga akhirnya
nyawanya tercabut dalam kondisi itu.
Sedih dan pilu dirasa, ujian kali ini begitu berat. Seorang perempuan
sendirian, berstatus janda berada di negeri asing hanya bersama bayinya.
Pun ketika ingin kembali ke kampung halaman/keluarganya dia ditolak
karena imannya. Namun, pilihan untuk memenangkan iman di dada lebih
membara. Sembari tawakkal yang jadi senjata semoga mampu
menghadapi ujian berat tersebut. Ia wujudkan firman Allah dalam ayat :