Anda di halaman 1dari 2

Ummu Habibah Ramlah (W.

44 H/664-5) (bahasa Arab: ‫(أم حبيبة الرملة‬


Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan al-Umawiyyah al-Qurasyiyah al-Kinaniyyah atau lebih dikenal
dengan Ummu Habibah, Ramlah binti Abu Sufyan atau Ramlah binti Abi Sufyan adalah istri dari Nabi
Lahir pada tahun 589 M.Pertama
Muhammad, sehingga termasuk dari Ibu Para Mukminin.
ia menjadi istri Ubaidullah bin Jahsy Asadi. Ketika kaum Muslimin hijrah ke
Habasyah, dia perempuan pertama yang pergi ke sana bersama suaminya.
Sepeninggal Ubaidullah bin Jahsy Asadi, Nabi saw pada tahun 6 atau 7
H/628 menjadikan Amr bin Umayyah Dhamari sebagai wakilnya untuk
mengawinkan Ummu Habibah dengan beliau dan membawanya
ke Madinah bersama kaum Muslimin. Dia termasuk perawi hadis Nabi saw
dan pada tahun 44 H/664-5 pada umurnya ke 74 tahun meninggal di
Madinah dan dimakamkan di sana.

Ummu Habibah yang teguh, bersahaja, dan sangat diplomatis. Ummu


Habibah (RA) adalah putri Abu Sufyan, salah satu penentang Islam yang
paling kuat sampai dia masuk Islam setelah penaklukan Makkah. Namun,
sebelum Abu Sufyan dibimbing ke Islam, dia adalah seorang kepala suku
Quraisy, dan memimpin musuh-musuh Islam berperang melawan Muslim.

Dinukil dari kitab “Nisaa’ Haular Rasul’ yang ditulis Mahmud Mahdi Al-
Istanbuli dan Mustafha Abu An-Nashr Asy Syalabi, dikisahkan, bahwa suami
pertama Ramlah binti Abu Sufyan adalah Ubaidullah bin jahsy yang
beragama tauhid sebelum datangnya Islam.
Kemudian, cahaya kebenaran menerangi sanubari sepasang suami istri ini.
Tatkala kekejaman orang-orang kafir atas kaum muslimin mencapai
puncaknya, Ramlah berhijrah menuju Habasyah bersama suaminya. Dan
disanalah beliau melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama
Habibah dan sehingga beliau dijuluki Ummu Habibah. Ummu Habibah
senantiasa bersabar memperjuangkan diennya di negeri asing , jauh dari
keluarga dan kampung halaman bahkan terjadi musibah yang tidak dia
sangka sebelumnya. Beliau bercerita:
“Aku melihat didalam mimpi, suamiku Ubaidullah bin Jahsy dengan bentuk
yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan terbangun,
kemudian aku memohon kepada Allah dari hal itu. Ternyata tatkala pagi,
suamiku telah memeluk agama Nasrani. Maka aku ceritakan mimpiku
kepadanya namun dia tidak menggubrisnya”.Suaminya ternyata telah
murtad dan lebih tertarik dengan agama nasrani yang dianut penduduk
Habasyah. Lalu merayu bahkan bertindak keras pada istrinya agar mau ikut
pindah keyakinan. Namun, Ummu Habibah tak bergeming, tetap pada
pendirian semula. Beliau justru mengajak suaminya agar tetap dalam
kebenaran namun dia menolak dan meremehkannya. Yang menyedihkan,
dirinya makin sibuk dengan minuman keras (khamr) hingga akhirnya
nyawanya tercabut dalam kondisi itu.
Sedih dan pilu dirasa, ujian kali ini begitu berat. Seorang perempuan
sendirian, berstatus janda berada di negeri asing hanya bersama bayinya.
Pun ketika ingin kembali ke kampung halaman/keluarganya dia ditolak
karena imannya. Namun, pilihan untuk memenangkan iman di dada lebih
membara. Sembari tawakkal yang jadi senjata semoga mampu
menghadapi ujian berat tersebut. Ia wujudkan firman Allah dalam ayat :

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan


baginya jalan keluar.Dan memberikan rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya.Dan berangsiapa yang telah bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.(QS ath-Thalaq:2-3).

Anda mungkin juga menyukai