Program Analis Di Rumah Sakit Untuk Penanganan Liver
Program Analis Di Rumah Sakit Untuk Penanganan Liver
Edukasi dan promosi kesehatan untuk pencegahan kondisi gagal hati adalah
vaksinasi terhadap virus hepatitis dan diagnosis dini gagal hati. Pemahaman
terkait faktor risiko dan gejala awal diharapkan dapat membantu pasien terhindar
dari kondisi ini.
1. Edukasi Pasien
Edukasi kesehatan kepada masyarakat sangat penting dalam
pencegahan kondisi gagal hati yang meliputi beberapa hal di bawah ini,
terutama terkait infeksi virus hepatitis yang menjadi salah satu penyebab
tersering pada gagal hati.
a) Hepatitis Viral
Pencegahan transmisi virus hepatitis dilakukan dengan meningkatkan
kesadaran terkait infeksi hepatitis, vaksinasi yang aman dan efektif. Selain
itu, diperlukan penerapan strategi keamanan layanan darah untuk
pencegahan transmisi, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di
layanan kesehatan, serta praktek injeksi yang aman.
Pasien juga perlu diedukasi untuk melakukan hubungan seksual yang
aman, tidak menggunakan jarum suntik bersamaan. Pada pasien yang
berisiko, dilakukan skrining dan diagnosis dini serta edukasi konsumsi agen
retroviral; terutama untuk pasien dengan hasil reaktif pada pemeriksaan
infeksi virus hepatitis.
b) Hindari Alkohol
Untuk mencegah terjadinya gagal hati akibat alkohol, maka
abstinensia merupakan manajemen yang utama. Selain itu, pemberian
konseling dan acamprosate/naltreksone dapat mencegah depresi akibat
gangguan ini.
c) Hindari Penggunaan Obat Hepatotoksik Jangka Panjang
Pada pasien yang diketahui mengonsumsi obat yang hepatotoksik,
contohnya isoniazid, diperlukan pengawasan untuk tanda hepatitis. Selain
itu Hindari penggunaan obat hepatotoksik bila tidak perlu, pemeriksaan
kadar obat dalam darah dan fungsi hati.
2. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pemberian vaksin merupakan cara yang efektif dalam mencegah
infeksi dan komplikasinya, dalam hal ini gagal hati.
a) Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A bukan merupakan imunisasi yang wajib di
Indonesia. Walaupun demikian vaksin hepatitis A dianjurkan diberikan 2
dosis untuk perlindungan yang optimal dengan jarak 6 bulan. Usia
pemberian vaksin yang dianjurkan yakni usia 12 bulan untuk vaksin yang
pertama dan 23 bulan untuk vaksin ke-2.
Selain itu, vaksin ini bisa diberikan pada orang yang sering bepergian
di negara yang terjangkit hepatitis A, lelaki yang berhubungan badan
dengan lelaki, pengguna obat-obat terlarang, memiliki penyakit hepatitis B
atau C, bekerja dengan hewan terinfeksi hepatitis A atau bekerja di
laboratorium yang melakukan penelitian terkait hepatitis A, dewasa dan
remaja yang ingin mendapatkannya.
b) Vaksin Hepatitis B
Pemberian imunisasi hepatitis B menjadi hal yang wajib secara global
untuk mencegah penularan hepatitis B. Pemberiannya yang ideal adalah
<12 jam setelah lahir dilanjutkan dengan pemberian vaksin selanjutnya
dengan interval waktu 4 minggu dari imunisasi pertama. Kemudian
pemberian imunisasi ke-2 dan ke-3 diberikan jarak 4-5 bulan.
Globulin berfungsi
sebagai pengangkut beberapa hormon,
lipid, logam, dan antibodi. Pada sirosis,
sel hati mengalami kerusakan arsitektur
hati, penimbunan jaringan ikat, dan
terdapat nodul pada jaringan hati, dapat
dijumpai rasio albumin : globulin
terbalik.
ELEKTROFORESIS PROTEIN
Pemeriksaan elektroforesis protein
adalah uji untuk mengukur kadar protein lihat.
CHOLINESTERASE (CHE)
Pengukuran aktivitas enzim
cholinesterase serum membantu menilai
fungsi sintesis hati. Aktivitas
cholinesterase serum menurun pada
gangguan fungsi sintesis hati, penyakit
hati kronik, dan hipoalbumin karena
albumin berperan sebagai protein
pengangkut cholinesterase. Penurunan
cholinesterase lebih spesifik
dibandingkan albumin untuk menilai
fungsi sintesis hati karena kurang
dipengaruhi faktor-faktor di luar hati.