Anda di halaman 1dari 11

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

1. Pengertian Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang


Berwawasan Lingkungan
Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi,
industrialisasi dan modernisasi. Namun dalam pelaksanaan khususnya pada
pembangunan yang bersifat fisik seringkali para pihak yang terlibat mengabaikan masalah
lingkungan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan. Demikian juga dengan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, masalah lingkungan tidak terlalu
diperhatikan, baik pada saat perencanaan maupun pada saat pengoperasiannya, hal ini
karena pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan pembangunan tersebut lebih
mengutamakan hasil atau produk dari pembangunan itu sendiri, sementara dampaknya
terhadap lingkungan masih diabaikan. Pada dasarnya kegiatan pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan pasti mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif
maupun dampak negatif, sebagai contoh pembangunan jalan pada daerah yang tidak
stabil dapat mengakibatkan kejadian tanah longsor yang efeknya bahkan lebih besar
daripada penebangan hutan (Sumarwoto et.al,2001). Agar pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan yang dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau
setidaknya meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan tersebut
harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang baik dari
sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya keharmonisan dengan
alam (Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan yang berwawasan lingkungan, maka dalam setiap tahapan pembangunan harus
memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan
lingkungan dengan sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
2. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam Pembangunan
Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/M/1995
tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan Umum, yang pada prinsipnya
mengatur semua aspek lingkungan pada seluruh siklus pembangunan proyek bidang
pekerjaan umum, termasuk proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan dan jembatan terdiri dari 8 (delapan)
kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan,DPU,2006)
yaitu :
1. Perencanaan umum
2. Pra studi kelayakan
3. Studi kelayakan
4. Perencanaan teknis
5. Pra konstruksi
6. Konstruksi
7. Pasca konstruksi
8. Evaluasi pasca konstruksi

Gambar 1. Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus Pembangunan


Infrastruktur Jalan dan Jembatan.
Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan, sebagai contoh dengan pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan
jalan dan jembatan setelah perencanaan umum langsung studi kelayakan tanpa adanya
pra studi kelayakan. Penerapan pertimbangan lingkungan seperti yang tercantum pada
gambar 1. di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan umum
Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan diawali dengan
perencanaan umum yang berupa gagasan awal baik ide pembangunan jalan atau
jembatan baru maupun peningkatan jalan atau jembatan yang telah ada. Walaupun masih
berupa perencanaan umum dan belum adanya kegiatan fisik, namun pihak pemrakarsa
proyek sudah harus mengidentifikasi sedini mungkin dampak yang akan ditimbulkan
dengan adanya proyek atau pembangunan jalan dan jembatan terhadap lingkungan,
melalui proses penyaringan lingkungan. Dengan adanya proses penyaringan tersebut
akan didapat gambaran apakah suatu proyek perlu adanya AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) atau cukup dengan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) ataupun cukup dengan penerapan SOP
(Standard Operation Procedure). Adapun kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan yang wajib AMDAL atau RKL dan RPL dapat dilihat pada tabel 1. di
bawah.

Tabel 1. Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib dilengkapi
dengan AMDAL atau RKL dan RPL.
( Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

Wajib dilengkapi Wajib dilengkapi


NO. Jenis Proyek AMDAL RKL dan RPL
(Skala/besaran)*) (Skala/besaran)**)
1. Jalan tol dan jalan layang
a. Pembangunan jalan tol a. Semua besaran -
b. Pembangunan jalan laying atau b. Panjang ≥ 2 km b. Panjang < 2 km
subway -
c. Peningkatan jalan tol dengan c. Semua besaran
pembebasan lahan untuk -
Damija
d. Peningkatan jalan tol tanpa d. Panjang ≥ 5 km
pembebasan lahan untuk
Damija

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
2. Jalan raya
a. Pembangunan/peningkatan
jalan dengan pelebaran di luar Panjang ≥ 5 km 1 km ≤ panjang < 5
Damija Luas ≥ 5 Ha km

 Di kota besar/metropolitan : Panjang ≥ 10 km 2 Ha ≤ luas < 5 Ha


 Panjang, atau Luas ≥ 10 Ha
 Luas pembebasan tanah
 Di kota sedang Panjang ≥ 30 km 3 km ≤ panjang <
 Panjang, atau 10 km
 Luas pembebasan tanah
 Pedesaan/antar kota
Panjang 5 Ha ≤ luas < 10
- Ha
b. Peningkatan jalan dengan
pelebaran pada Damija yang
ada 5 km ≤ panjang <
- 30 km
 Di kota besar/metropolitan
(Jalan arteri atau kolektor) -
Panjang ≥ 10 km
3. Jembatan
a. Pembangunan jembatan di kota
besar / metropolitan Panjang ≥ 20 m
b. Pembangunan jembatan di kota
sedang / lebih kecil Panjang ≥ 60 m

*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001


**) : Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003

Catatan :
 Kota metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa
 Kota besar : Jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa
 Kota sedang : Jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwa
 Kota kecil : Jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwa
 Kota di pedesaan : Jumlah penduduk 3000 – 20.000 jiwa

b. Tahap pra studi kelayakan


Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana kegiatan
yang meliputi penentuan beberapa alternatif koridor trase / alinyemen jalan atau jembatan,
dan setiap alternatif dikaji aspek teknis, ekomis dan juga kelayakan lingkungan melalui
proses kajian awal lingkungan.

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
c. Tahap studi kelayakan
Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis, ekonomi,
finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif trase jalan atau
jembatan berdasarkan data yang didapat dari hasil survey. Analisis kelayakan lingkungan
dilakukan melalui studi AMDAL atau RKL dan RPL.
Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus dapat
diterima oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu pembangunan, pengoperasian
maupun pemeliharaannnya (Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan,DPU,2005),
misalnya :
1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi
2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan sekitarnya
3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi
4. Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta menyiapkan
kerangka acuan kerja
5. Mendukung tata ruang dari wilayah studi
Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan disajikan dalam bentuk
dokumen RKL dan RPL yang merupakan pedoman untuk pengelolaan lingkungan pada
tahap perencanaan teknis (detail design), pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

d. Tahap perencanaan teknis


Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :
 Penetapan trase/rute jalan secara definitif berdasarkan pengukuran lapangan yang
akurat
 Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail jalan,
jembatan dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-syarat dan
spesifikasi teknis yang digunakan pada tahap konstruksi
 Perhitungan biaya konstruksi
 Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi
Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah
penjabaran RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta spesifikasi dalam
pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan perencana teknis harus
memahami dokumen RKL yang telah ditetapkan, karena itu tim konsultan perencana
seyogyanya dilengkapi dengan tenaga ahli lingkungan.

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan dan jembatan sudah harus mencakup
biaya pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun pada tahap pasca
konsruksi. Jika diperlukan pengadaan tanah, maka pada tahap ini perlu dilakukan studi
pengadaan tanah dan pemukiman kembali termasuk semua dampak yang akan timbul,
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam dokumen RKL.

e. Tahap pra konstruksi


Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan tanah dan pemukiman kembali
penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa proyek
atau instansi terkait. Pengelolaan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan
pemantapan RKL dan RPL untuk penanganan dampak sosial yang mungkin terjadi.

f. Tahap konstruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan teknik sipil, meliputi pekerjaan
tanah, struktur jalan atau jembatan, bangunan pelengkap dan perlengkapannya.
Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan
RKL dan RPL tahap konstruksi, untuk menangani semua dampak yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan konstruksi, seperti erosi, pencemaran udara, kebisingan, gangguan
pada prasarana umum dan utilitas di areal proyek dan sebagainya.

Tabel 2. Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan


Alternatif Pengelolaannya.

Kegiatan yang Prakiraan Dampak Yang Alternatif Pengelolaan


Menimbulkan Dampak Timbul Lingkungan
Persiapan Pekerjaan
Konstruksi a. Kecemburuan sosial a.1.Tenaga kerja lokal
1. Mobilisasi tenaga diprioritaskan
kerja a.2.Sosialisasi pada
penduduk lokal
b. Peningkatan kesempatan b.1.Pemberian informasi
kerja (dampak positif) tentang tenaga kerja
yang diperlukan
b.2.Pelatihan tenaga kerja
Teknologi Bahan, TKJJ
Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
local

a.1.Perbaikan jalan yang


2. Mobilisasi peralatan a. Kerusakan prasarana rusak
berat jalan a.2.Membatasi tonase

a. Penyiraman jalan secara


3. Pembuatan jalan a. Pencemaran udara berkala
masuk

Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi a. Penghijauan
a. Di lokasi proyek a. Gangguan pada flora dan b. Penyiraman
1. Pembersihan dan fauna c. Pembuatan tanggul atau
penyiapan lahan b. Pencemaran udara drainase sementara
c. Pencemaran air untuk pengendalian air
permukaan larian
d. Gangguan pada utilitas d. Pemindahan dan
perbaikan utilitas

a. Penyiraman secara
2. Pekerjaan tanah a. Pencemaran udara berkala
(galian / timbunan) (debu) b. Pembuatan tanggul atau
b. Pencemaran air drainase sementara
c. Gangguan pada aliran air untuk pengendalian air
tanah dan air permukaan larian
c. Pembuatan sistem
drainase
d.1. Perkuatan tebing
d. Gangguan stabilitas d.2. Pengendalian air
tanah
e. Penataan lansekap

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
e. Perubahan bentang
alam / lansekap
a. Penyiraman secara
3. Pekerjaan badan jalan a. Pencemaran udara berkala
/ lapis perkerasan (debu) b.1. Pengaturan lalu lintas
b. Gangguan lalu lintas b.2. Pemasangan rambu
lalu lintas
a.1. Pengaturan lalu lintas
4. Pembuatan sistem a. Gangguan lalu lintas a.2. Pemasangan rambu
drainase lalu lintas
a. Pemberitahuan kepada
5. Pemancangan tiang a. Kebisingan masyarakat sekitar dan
pancang pengaturan jadwal kerja
b. Penggunaan bor
b. Getaran (kerusakan
bangunan sekitar) c.1. Pengaturan lalu lintas
c. Gangguan lalu lintas c.2. Pemasangan rambu
lalu lintas
a.1. Pengaturan lalu lintas
6. Pekerjaan bangunan a. Gangguan lalu lintas a.2. Pemasangan rambu
bawah dan bangunan lalu lintas
atas jembatan atau
jalan laying
a. Penanaman pohon dan
7. Pembangunan a. Peningkatan estetika tanaman hias
bangunan pelengkap lingkungan (dampak
jalan positif)

b. Di lokasi quarry dan


jalur transportasi
material a. Penyiraman berkala dan
1. Pengambilan tanah a. Pencemaran udara bak truk ditutup terpal
dan material (debu)

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
bangunan di quarry b. Perawatan kendaraan
dan borrow area di b. Kebisingan c. Pemeliharaan/perbaikan
darat c. Kerusakan badan jalan jalan
d.1. Pengaturan lalu lintas
d. Gangguan lalu lintas d.2. Pemasangan rambu
lalu lintas
a. Pemilihan lokasi quarry
2. Pengambilan material a. Degradasi dasar sungai yang tepat
di quarry sungai b. Pengendalian bahan
b. Pencemaran air sungai buangan
c. Gangguan terhadap biota c. Pengendalian bahan
air buangan
d.1. Perkuatan tebing
d. Longsor tebing sungai d.2. Penggalian bertahap

a. Penyiraman secara
3. Pengangkutan tanah a. Pencemaran udara berkala
dan bahan bangunan (debu) b. Perawatan kendaraan
b. Kebisingan c. Pemeliharaan/perbaikan
c. Kerusakan badan jalan jalan
d. Pengaturan lalu lintas
d. Gangguan lalu lintas

c. Di lokasi base camp


dan AMP a. Pendekatan kepada
1.3 Pengoperasian a. Kecemburuan social masyarakat
base camp (barak b. Perawatan peralatan
pekerja, kantor, b. Pencemaran udara c. Perawatan peralatan
stone*) crusher dan c. Kebisingan d. Pengendalian limbah
AMP**)) d. Pencemaran air cair
permukaan e. Pengaturan lalu lintas
e. Kecelakaan lalu lintas

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU
Keterangan : *) Stone crusher : alat pemecah batu
**) AMP (Asphalt Mixing Plant) : Unit pencampur aspal panas

f. Tahap pasca konstruksi


Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian
(pemanfaatan) jalan atau jembatan dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak terhadap
lingkungan akibat pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan atau jembatan tersebut,
diperlukan pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap pasca konstruksi, antara
lain meliputi pengaturan lalu lintas, pencemaran udara dan kebisingan serta pengendalian
penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.

g. Tahap evaluasi pasca proyek


Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan atau
pengoperasionalan ruas jalan atau jembatan yang telah dibangun / ditingkatkan sampai
dengan tercapainya umur rencana desain. Pertimbangan lingkungan pada tahap ini
adalah evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap
sebelumnya agar dapat dijadikan masukan dalam kegiatan perencanaan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan selanjutnya.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap siklus kegiatan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang telah dijelaskan di atas harus
dipantau pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan sebelum dan setelah
pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan. Selain itu dengan pemantauan
pengelolaan lingkungan dapat diketahui keberhasilan pengelolaan lingkungan pada
kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

3. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang


Berwawasan Lingkungan di Indonesia
Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum telah banyak
mengeluarkan keputusan, peraturan dan NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual)
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan. Aturan-
aturan tersebut telah dijadikan bagian dari dokumen kontrak seperti dituangkan dalam
Teknologi Bahan, TKJJ
Syanne Pangemanan, ST., M.Eng
syarat-syarat kontrak dan dalam spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat
para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak pembangunan jalan dan jembatan
baik pihak proyek maupun penyedia jasa (kontraktor).
Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program “green construction” yaitu
kegiatan pembangunan atau konstruksi yang ramah lingkungan. Dalam kegiatn
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, pemerintah tengah menggalakkan
program penggunaan material daur ulang, yaitu penggunaan kembali bahan agregat dari
konstruksi jalan yang telah rusak dengan menggunakan teknik dan campuran tertentu
sedemikian rupa agregat tersebut dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan
baru sehingga dapat menghemat penggunaan sumberdaya alam batuan dan pasir. Dalam
hal konstruksi penahan longsor badan jalan tengah dikembangkan penggunaan rumput
vetifer, selain murah, kuat dan ramah lingkungan juga menambah nilai estetika.

4. Kesimpulan
1. Kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan berpotensi menyebabkan
kerusakan lingkungan, sehingga setiap siklus kegiatan perlu adanya pengelolaan dan
pemantauan dampak lingkungan.
2. Perlu adanya kesadaran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan kontrak
konstruksi, baik pihak proyek (owner) maupun penyedia jasa (kontraktor) dalam
pengelolaan lingkungan pada pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.
3. Pengelolaan lingkungan di bidang jalan dan jembatan perlu ditunjang penguatan
kapasitas institusional dan sumberdaya manusia

Teknologi Bahan, TKJJ


Syanne Pangemanan, ST., M.Eng

Anda mungkin juga menyukai