Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Allah telah menciptakan manusia baik itu laki-laki ataupun perempuan,


supaya mereka hidup berpasang-pasangan membangun rumah tangga yang
damai serta teratur. Untuk itu maka diadakan ikatan pertalian yang kokoh,
yang dinamakan ikatan pernikahan untuk membangun keluarga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah. Yang salah satunya bertujuan untuk memperoleh
keturunan yang sah, bersih sangkut pautnya bak rantai yang kuat dan tidak ada
putusnya.
Zaman sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan sudah melesat, baik
itu pengetahuan umum maupun keagaamaan. Dengan beriringan majunya
zaman, orang- orang mudah mengenal satu sama lain dan memutuskan untuk
menikah. Maka tidak luput juga adanya seorang muslim menikah dengan suku
di daerah manapun. Namun walaupun sudah memiliki ilmu mengenai baik
buruknya suatu kegiatan yang dilakukan, maka tentunya masih ada diantara
suku di Indonesia yang mempercayai tradisi mistis dalam suku mereka, salah
satunya suku kubu. Umumnya kepercayaan ini dianut oleh masyarakat primitif
dan bagi mereka suatu barang atau benda yang memancarkan kekuatan ghaib
disebut keramat. Keramat dibagi menjadi 3 yaitu benda-benda keramat,
binatang-binatang keramat, dan orang-orang keramat.
Sesungguhnya penciptaan Allah SWT terhadap alam semesta, makhluk
hidup, dan segala sesuatunya telah sempurna dengan kekuasaan-Nya sendiri,
sesuai dengan pengetahuan dan kehendak-Nya, tanpa ada contoh sebelumnya,
dan tanpa penolong atau perantara. Pengaturan Allah terhadap semua ini
berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya dalam aturan baku dan kaidah umum
yang mengandung hikmah tertentu, sehingga tidak ada seorang pun yang
mampu merombaknya dan menggantinya.
Begitu juga dengan semua yang diberitakan oleh agama Islam mengenai
alam gaib, seperti jin, setan, hari kiamat, dan berbagai kenikmatan dan

1
2

kesengsaraan yang akan terjadi pada hari kiamat seperti dibangkitkannya


seluruh makhluk, pengembalian pada bentuk semula, padang mahsyar (tempat
berkumpul), hisab (penghitungan setiap amal perbuatan), mizan (timbangan
amal), berjalan di atas sirath (jalan), surga dan api neraka. Demikian juga
dengan awal mula datangnya hari kiamat, yaitu ketika sakratul maut, dan
setelahnya, pertanyaan di dalam kubur, nikmat serta siksanya. Selama ada
berita benar yang memberitakan keberadaannya, serta adanya dalil yang
menunjukkan kebenaran orang yang memberikan kabar tersebut yaitu
Rasulullah SAW, maka akal manusia tidak mempunyai alasan untuk
mengingkari, menafikan dan mendustakannya.
Allah berfirman dalam surah Al-baqarah ayat 221 yang berbunyi:
        
        
         
        
      
 
Artinya “dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”

“ Dan janganlah kalian (wahai kaum muslimin) menikahi wanita -wanita


para sembah berhala, sampai mereka mau masuk ke dalam islam. Dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya wanita budak sahaya yang tidak memiliki harta
dan kedudukan tinggi yang beriman kepada Allah, lebih baik dari wanita
musyrik, walapun (pesona) wanita musyrik yang merdeka itu mengundang
decak kagum kalian” .
Dan janganlah kalian menikahkan wanita-wanita muslimah (baik merdeka
atau pun hamba sahaya) dengan laki-laki musyrikin. Sehingga mereka mau
3

beriman kepada Allah SWT dan rasulnya. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
seorang budak lelaki beriman meskipun dia miskin dia tetap lebih baik dari pada
lelaki musyrik, meskipun lelaki musyrik itu membuat kalian terkagum-kagum
kepadanya.
Orang-orang yang memiliki keyakinan syirik, lelaki maupun perempuan,
menyeru orang yang mempergauli mereka kepada sesuatu yang menyeret
kepada neraka, sedangkan Allah SWT menyeru hamba-hambanya kepada
agamanya yang haq yang mendorong mereka, masuk surga dan ampunan bagi
dosa-dosa mereka, dan dia menerangkan ayat-ayat dan hukum-hukum pada
sekalian manusia, agar mereka mengingat dan dapat mengambil pelajaran.
Berdasarkan fakta yang kita temui terdapat orang muslim yang menikahi
orang kubu yang ternyata masih mempercayai tradisi yang mengarah ke hal
mistis. Berdasarkan ayat di atas tentunya fakta yang kita temui bertentangan
dengan ayat ke 221 dari surah Al-Baqarah ini. Masalah ini sangat menarik untuk
dikaji karena masih menjadi perdebatan para ulama kontemporer. Oleh karena
itu penulis sangat tertarik untuk membahas mengenai permasalahan ini, dan
penulis akan mengkaji lebih dalam lagi. Maka penulis ingin mengangkat
permasalahan ini dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul ”PANDANGAN
ISLAM TERHADAP PERNIKAHAN SEORANG MUSLIM DENGAN
ORANG KUBU YANG MASIH MEMPERCAYAI TRADISI MISTIS”.

B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan oleh penulis
sebelumnya, maka penulis memberikan rumusan masalahnya yaitu.“Bagaimana
Hukum Islam mengenai pernikahan seorang muslim dengan orang kubu yang
masih mempercayai tradisi mistis” .
Agar memudahkan dalam penulisan paper ini, penulis membatasi
beberapa masalah yang akan dibahas agar tidak menyimpang dari pokok
permasalahan yaitu.“Pernikahan laki-laki muslim dengan wanita kubu menurut
pandangan Islam.
C. TUJUAN PENULISAN
Paper ini mengandung beberapa tujuan yang hendak penulis
4

capai,diantaranya:
1. Tujuan umum
a. Untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai pernikahan
seorang muslim dengan orang kubu yang masih percaya tradisi
mistis menurut Islam
b. Untuk mengasah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
pola pikir penulis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mencari ridha Allah SWT dan ingin mengetahui
pernikahan antar sesama muslim yang dianjurkan oleh Islam.
b. Untuk memenuhi persyaratan mengikuti Ujian Akhir
tahun ajaran 2023/2024 di Madrasah Aliyah Sumatera
Thawalib Parabek.
D. PENJELASAN JUDUL
Sebagai penegas inti persoalan pemahaman terhadap judul, maka
penulis menjelaskan pengertian judul sebagai berikut:

Hukum :Keputusan yang ditetapkan oleh Hakim. (KBBI, 2016)

Islam :Agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang


berpedoman pada kitab suci alquran dan diturunkan ke dunia
melalui wahyu Allah SWT. (KBBI, 2016)

Pernikahan :Ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai


dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.(KBBI,
2016)

Muslim :Penganut Agama Islam. (KBBI, 2016)

Kubu :Dikenal dengan Suku Anak Dalam atau Orang Rimba. Suku ini
merupakan suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau
Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.
(Dini,2022)
5

Mempercayai :Menganggap benar atau nyata. (KBBI, 2016)

Tradisi :Adat kebiasaan turun menurun (dari nenek moyang) yang


masih dijalankan dalam masyarakat. (KBBI, 2016)

Mistis :Bersifat mistik (ghaib). (KBBI, 2016)

E. METODE PENULISAN
Dalam menulis paper ini penulis menggunakan dua metode, yaitu:

1. Metode pengumpulan data


a. Library research :
Penulis mengumpulkan, membaca, dan mengkaji beberapa sumber
buku yang berhubungan dengan masalah ini.
b. Field research :
Penulis berkonsultasi dengan beberapa ustadz atau ustadzah untuk
mencari kebenaran dalam masalah ini.
2. Metode pengolahan data
a. Induktif :
Cara mempelajari sesuatu dengan menyelidiki hal-hal atau
membutuhkan hukum yang umum.
b. Deduktif :
Penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum,menemukan
yang khusus dari yang umum.
c. Komperatif :
Membandingkan beberapa pendapat dan membandingkannya.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Supaya penulisan paper ini bisa lebih terarah, penulis mengemukakan
sistematika penulisan dengan beberapa bagian, berupa :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan


dan batasan masalah, tujuan penulisan, penjelasan judul, metode
penulisan, dan sistematika.

BAB II : Pernikahan yang membahas tentang rukun, syarat, dalil,


pengertian dasar hukum.

BAB III : Tinjauan islam pernikahan seorang muslim dengan orang kubu
yang masih percaya tradisi mistis.

BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau perkawinan secara bahasa adalah menghimpun atau
mengumpulkan. Kata ini bisa di mutlakkan pada dua perkara yaitu ad-dhamu
dan ijtima’ ( hubunggan suami istri ) adapun pengertian nikah secara syar’i
adalah akad yang memperbolehkan untuk bersetubuh dengan lafaz inkah dan
tazwij. Akad nikah merupakan mitsaq ( perjanjian ) diantara sepasang suami
istri.
Sebagaimana firman Allah dalam surah An-nisa ayat 21:

       


   
Artinya: “bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu
telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat.”
Dalam Al-Quran ada kata kunci yang menunjukkan konsep pernikahan
yaitu zawwaja yang dimaksud dengan nikah dalam konteks pembicaraan ini
adalah ikatan (akad) perkawinan. Islam menganjurkan pernikahan sebagai ikatan
yang sah berdasarkan Al-Quran dan sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk
menjadi pedoman manusia dalam membina sebuah rumah tangga yaitu untuk
membentuk keluarga yang bahagia dan islami.

Islam tidak menyukai membujang, Rasulullah saw memerintahkan untuk


menikah dan melarang keras untuk yang tidak mau menikah. Anas bin malik ra
berkata: “Rasulullah saw memerintah kan kami untuk menikah dan melarang
kami untuk membujang dengan laranggan yang keras”.

Dan beliau bersabda:

‫َو ُيْسَتَح ُّب َو ُلوٌد َو ُدوٌد ِلَخ َبِر َتَز َّو ُجوا اْلَو ُلوَد اْلَو ُد وَد َفِإِّني ُم َك اِثٌر ِبُك ْم اُأْلَمَم يوم اْلِقَياَم ِة‬

7
8

‫َر َو اُه أبوَداُو د َو اْلَح اِكُم َو َص َّح َح إْسَناَد ُه َو ُيْع َر ُف َك ْو ُن اْلِبْك ِر َو ُلوًدا َو ُدوًدا ِبَأَقاِر ِبَها‬
‫َنِس يَبٌة‬
Artinya : “Dan dianjurkan menikahi wanita yang subur dan penyayang
berdasarkan hadits: “Nikahilah wanita yang penyayang lagi memiliki banyak
keturunan. Maka sesungguhnya aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya
kalian di depan umat lainnya pada hari Kiamat.” (HR. Abu Daud, an-Nasa`i
dan Ahmad, dan sanadnya shahih).”.

Pernikahan secara istilah di simpulkan bahwa: suatu akad atau perjanjian


untuk kelamin kedua belah pihak dengan dasar keridhoan keduanya sebagai
salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT.

B. LANDASAN HUKUM TENTANG PERNIKAHAN

1. Al-Quran

Al-Quran surah Ar-rum ayat 21 :

       


        
    
Artinya: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.”(Q.S. Ar-rum ayat 21)
Al-Qur’an surah An-nur ayat 32:

     


         
   
Artinya: “dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha mengetahui.”
Allah SWT menganjurkan kita untuk menikah dan membangun rumah
tangga dan telah menjadikan kita berpasang-pasanggan. Dan orang-orang yang
9

menikah diberi oleh Allah karunia. Dan itulah tanda-tanda kebesaran Allah
SWT.

2. Hadist

Hadist yang menjelaskan mengenai pernikahan ini yaitu:


}‫ {َم ا أْط َعْم َت َز ْو َج َتَك َفُهَو َلَك َص َد َقٌة‬: ‫َو َقاَل َع َلْيِه الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم‬

Artinya : Dari Al-Miqdam bin Ma’di Kariba, Rasulullah SAW bersabda: “Apa
yang kamu nafkahkan kepada istrimu, maka bagimu hal itu adalah
sedekah.” (HR Ahmad dan Ath-Thabarani).

‫ {َم ْن أَر اَد أْن َيْلَقى َهللا َطاِهًرا ُم َطَّهرا َفْلَيَتَز َّو ِج الَح راِئَر‬: ‫َو َقاَل َع َلْيِه الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم‬
Artinya : “Siapa yang ingin bertemu Allah dalam keadaan suci dan disucikan,
maka menikahlah dengan perempuan-perempuan merdeka.” (HR Ibnu Majah).

Maksud dari Hadist ini adalah menikah itu adalah hal yang mulia yang
menafkahkan seorang istri yang dimana itu kewajiban kita tetap di hitung
sedekah dan jika kita ingin bertemu Allah dengan keadaan suci dan di sucikan
maka menikahlah.
C. RUKUN NIKAH DAN SYARAT NIKAH
Dari berbagai penjelasan ulama nikah memiliki rukun sebagai berikut :
1. Calon suami dan calon istri
a) Keduanya jelas identitasnya dan dapat di bedakan dengan yang
lainnya, baik menyangkut nama, jenis kelamin, keberadaan dan
hal lain yang berkenaan dengan dirinya.
b) Keduanya sama-sama ber agama islam.
c) Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan pernikahan.
d) Kedua belah pihak telah setuju untuk nikah dan setuju pula
untuk menikahkanya.
e) Undang-undang perkawinan mengatur persyaratan persetujuan
kedua mempelai ini dalam pasal 6 dengan rumusan yang sama
dengan fiqih. Perkawinan harus di dasarkan atas persetujuan
10

kedua mempelai. KHI mengatur persetujuan kedua mempelai


dalam pasal 7 dan KHI mempertegas persyaratan tersebut.

2. Wali nikah
Wali dalam pernikahan di perlukan dan tidak sah suatu pernikahan yang
dilakukan tanpa adanya wali. Oleh karena itu maka seseorang wali haruslah
memenuhi syarat-syarat sebagai wali. Syarat-syarat tersebut adalah :
a) Islam (Orang kafir tidak sah menjadi wali).
b) Baliqh (Anak-anak tidak sah menjadi wali).
c) Berakal (Orang gila tidak sah menjadi wali).
d) Laki-laki (Perempuan tidak sah menjadi wali).
e) Adil (Orang fasik tidak sah menjadi wali).
f) Tidak sedang ihrom atau umroh.
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah mengemukakan beberapa persyaratan
wali nikah sebagai berikut :
Syarat-syarat wali ialah merdeka, berakal, sehat dan dewasa.budak, orang gila
dan anak kecil tidak dapat menjadi wali karena orang-orang tersebut tidak berhak
mewalikan dirinya sendiri apalagi terhadap orang lain. Syarat ke empat untuk
menjadi wali ialah beragama islam, jika yang di jadikan wali tersebut orang islam
pula sebab yang bukan islam tidak boleh menjadi walinya orang islam.
(Nurhadi,2020 : 40 ).
3. Saksi-saksi nikah dan syarat-syaratnya
Syarat-syarat saksi nikah yaitu :
Laki-laki, Islam, Adil, Baliqh dan berakal, Tidak terganggu ingatanya dan Tidak
tuli.
Adapun tujuan di hadirkanya saksi dalam pernikahan adalah untuk menyaksikan
dan membenarkan suatu pernikahan serta menjaga ke absahan keturunan dari
pasanggan yang melangsungkan pernikahan tersebut. (Ahmad Rofi’i, 2020 : 88)
4. Ijab qabul dan syarat-syaratnya
a) Adanya persyaratan mengawinkan
b) Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai
c) Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari dua kata tersebut
d) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
11

e) Harus di ucapkan dalam satu majelis (Ahmad Rofi’i, 2020 hal 31)
D. KEPERCAYAAN ANIMISME DAN DINAMISME
1. Pengertian animisme contoh dan bentuk kepercayaan
Animisme berasal dari kata anima, animae, dari bahasa latin animus dalam
bahasa yunani avevos, dalam bahasa sanskerta di sebut prana dalam bahasa ibrani
di sebut ruah yang artinya nafas atau jiwa. Animisme adalah kepercayaan manusia
tentang adanya roh-roh baik dan roh-roh jahat yang harus dihormati. Ini
merupakan defenisi animisme secara umum. Kepercayaan animisme mempercayai
bahwa setiap benda di bumi ini (seperti kawasan tertentu gunung, laut, sungai,
gua, pohon dan batu besar) memiliki jiwa yang harus di hormati agar tidak
menggangu manusia, tetapi malah membantu kehidupan mereka. (sriyana, 2020 :
160).
2. Pengertian dinamisme contoh dan bentuk kepercayaan
Secara etymologis, perkataan dinamisme berasal dari bahasa yunani yaitu
dunamos dan dalam bahasa Inggris dynamic yang umumnya di terjemahkan ke
dalam bahasa indonesia dengan kekuatan, kekuasaan, atau khasiat dan dapat juga
di terjemahkan dengan daya. Sedangkan dalam ensiklopedia umum di jumpai
definisi dinamisme sebagai kepercayaan keberagamaan primitif pada zaman
sebelum kedatanggan agama hindu ke indonesia ( termasuk antara lain polinesia
dan melanesia ) dasarnya adalah percaya adanya kekuatan yang maha ada yang
berada dimana-mana.
Dinamisme adalah paham atau kepercayaan bahwa pada benda-benda
tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan yang
memiliki kekuatan, pengertian dinamisme menurut istilah adalah dorongan yang
mengajarkan bahwa tiap Benda mempunyai suatu kekuatan atau kekuasaan yang
dianggap keramat dan tidak beribadah dianggap harus ataupun berjasa dimiliki
maupun tidak dapat dimiliki oleh benda binatang dan manusia, manusia, hewan
atau benda tersebut harus dihormati dengan cara menjalankan suatu upacara
kebaktian di samping Mereka mengkultuskan dengan segala macam cara untuk
menguasai kekuasaan tersebut pengertian dinamisme sebagaimana yang terdapat
pada diri orang dan jasa pola terdapat pada benda atau tempat, dapat berwujud
kesaktian kekebalan kekuasaan kewibawaan dan kekuatan yang luar biasa benda-
benda yang mengandung maka dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok yaitu makhluk hidup, benda atau makhluk yang tidak
bernyawa serta tempat yang dianggap jelek.( sriyana, 2020 : 160 ).
E. TITIK PENYIMPANGAN KEPERCAYAAN ANIMISME DAN
DINAMISME MENURUT ISLAM
Semua paham-paham yang menyatakan bahwa ada kekuatan selain Allah
termasuk Syirik Hal ini karena ciri-ciri paham animisme dan dinamisme ada
dalam ciri-ciri Syirik yang telah diperingatkan oleh Allah SWT.
12

1. Syirik adalah beriman kepada Allah tetapi ia mempercayai adanya


kekuasaan selain Allah yang menguasai makhluk, kehidupan, kematian
penderitaan yang keberuntungan azas diri segenap makhluk ini Jadi ini
seperti yang dilakukan oleh Nasrani dan majusi orang Nasrani percaya
bahwa Allah 3 maha suci Allah dari apa yang mereka katakan orang
mengisi percaya bahwa Allah dua maha suci Allah dari apa yang mereka
katakan.
Allah berfirman surat Al-Furqan ayat 2 :

        


         

Artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.”(Q.S Al-Furqan ayat 2)
Maksudnya adalah Allah SWT lah yang mempunyai kekuasaan di langit dan bumi
dan ialah yang menciptakan segala sesuatu.
2. Mempercayai adanya sifat sempurna pada diri sendiri atau orang lain. Sifat-
sifat kesempurnaan hanya ada pada Allah Syirik semacam ini seperti
perkataan Firaun Seraya berkata: surat An-Naziat ayat 24

    


Artinya: “(seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi".
Maksudnya adalah ciri kini adalah orang yang mengaku sempurna sedangkan
yang seperti itu hanyalah Allah SWT dan lihatlah Firaun yang mengaku Tuhan
dan bagaimana caranya Allah membinasakan dia waktu akhir hidupnya.
3. Menyembah selain Allah dalam bentuk apapun
Allah SWT berfirman dalam Q. S. An-nisa:36:

        


     
      
          
  
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,”
13

Maksudnya adalah janganlah kamu menyangkutkan Allah dengan bentuk


apapun dan janganlah menyembah selain Allah karena itu adalah syirik, orang
orang kubu yang ada di pedalaman Jambi serta masih mempercayai hal-hal yang
mistis termasuk ke dalam perbuatan syiri.
BAB III
TINJAUAN ISLAM PERNIKAHAN SEORANG
MUSLIM DENGAN ORANG KUBU YANG MASIH
PERCAYA TRADISI MISTIS
A. PENDAPAT ULAMA
1. Ibnu Katsir
Beliau memberikan penjelasan bahwa surat Al-Baqarah ayat 221
ini merupakan dari Allah terhadap kaum muslimin supaya tidak
menikah dengan wanita-wanita musyrik atau para penyembah berhala
seraya menegaskan bahwa wanita musyrik tidak halal dinikahi juga
mempertegas pendapatnya dengan menjelaskan dalam surat Al-
Muttahanah sebagai keterangan Allah selain surat al-baqarah yang
melarang menikah dengan orang di luar Islam. (nasrul umam, 2005 :
63)

2. Imam Syafi'i
Dalam kitab Al Umm, Imam Syafi'i mengatakan yang dimaksud
dengan Ahlul kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
berasal dari keturunan bangsa Israil asli Adapun umat-umat lain yang
menganut agama Yahudi dan Nasrani mereka tidak masuk dalam
Ahlul kitab sebagai nabi Musa AS, dan Nabi Isa AS tidak diutus
kecuali untuk bagi Israel dan dakwah mereka juga bukan ditujukan
bagi umat-umat setelah Bani Israil.
Pernikahan lintas agama dipastikan akan sangat sulit untuk
mewujudkan pernikahan yang Mawadah Sakinah dan Warahmah
sebagai tujuan utama dari dilaksanakan sebuah pernikahan. (Abdul
syukur, 2017 : 73)
Sebagai upaya Sadd Zariyah (mencegah kerusakan keimanan
dalam suami istri dan yang akan dilahirkan).
Firman Allah SWT At-Tahrim ayat 6:

      

14
    

15
16

         



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Percaya hal-hal mistis atau percaya roh nenek moyang animisme dan dinamisme
sama dengan orang musyrik.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 221:

         
Artinya: “Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan Kami, Dia tidak
beristeri dan tidak (pula) beranak.
Kaidah Ushul dari ayat di atas yaitu:
Shighatnya

‫وال تنكحوا‬
‫ االصل النهى التحيم‬: ‫ال نهى‬
Artinya : “Asal larangan itu menunjukan pada haram”
Dalam surah Al-Mumtahanan ayat 10 juga membahas:

      


       
           
          
       
       
          
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah
mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu
kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal
pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang
telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu
bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali
17

(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta


mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah
mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu.
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

       


Shighatnya yang menyatakan larangan
tidak halalnya menikah beda agama

Maka berdasarkan kaidah ini, menikahi wanita kubu yang


masih percaya mistis hukumnya haram. (Abdul hamid, 2020)
Dari pembahasan ini penulis berpendapat bahwa kepercayaan animisme dan
dinamisme itu sama dengan musyrik karena mereka memiliki Tuhan selain Allah
SWT dan Allah SWT, melarang untuk menikah dengan orang-orang musyrik
karena itu haram kecuali kalau mereka sudah beriman.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa keterangan tentang orang muslim menikah dengan orang kubu
yang masih mempercayai hal mistis atau menganut animisme dan dinamisme,
penulis dapat menyimpulkan bahwa haram bagi seseorang muslim menikah
dengan orang kubu yang menganut animisme dan dinamisme karena mereka sama
dengan orang- orang musyrik, dan dalam Alquran juga terdapat dalam surah al-
baqarah ayat 221 yang mana Allah melarang orang muslim menikah dengan orang
muslim karena itu haram dan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 10 Allah juga
melarang menikahi musrik karena tidak halal bagi mereka.

B. SARAN
Dalam studi yang penulis lakukan, terdapat saran-saran yang harus dicermati
dan ditindak lanjut:
1. Mengingat permasalahan pernikahan ini penulis mengharapkan bagi
penulis- penulis yang ingin membahas tentang studi ini lagi dihadapkan
agar ditindaklanjuti lagi dan dicari di buku-buku yang lebih lengkap atau
di jurnal- jurnal yang lengkap.
2. Dalam paper ini penulis sudah mencoba yang terbaik dan sudah lengkap
rasanya tapi tidak ada salahnya dikritik dan ditindak lanjuti lagi oleh
penulis setelah ini.

18

Anda mungkin juga menyukai