LAPORAN PENDAHULUAN 2
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga pembuatan Laporan Pendahuluan Penyusunan Dokumen Kajian Risiko
Bencana Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri Kabupaten Bantul Tahun 2023 dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan Mendukung kebijakan pemerintah daerah D.I. Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul tentang mitigasi bencana, Mengidentifikasi Kerentanan, Ancaman dan
Kapasitas yang mempengaruhi tingkat risiko bencana di kawasan makam raja-raja imogiri,
Membuat zonasi tingkat risiko bencana yang menjadi ancaman di kawasan makam raja raja
imogiri dan Memberikan rekomendasi teknis tentang perencanaan penanggulangan bencana
berdasarkan tingkat risiko bencana yang ada di kawasan makam raja-raja imogiri.
Pada kesempatan ini kami mengucapakan terimakasih kepada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul selaku penyelenggara kegiatan ini dan juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak baik Pengelola Makam Raja Imogiri, Pengelola
Makam Seniman Imogiri, Juru Kunci Kasultanan Ngayogyakarto, Jur Kunci Kasunanan
Surakarta, Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, Pemerintah Kecamatan Imogiri,
Pemerintah Kalurahan, Akademisi, Media Massa, Dunia Usaha, serta seluruh pihak yang
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami berharap adanya saran
dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan mendatang. Akhirnya semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dengan memberikan masukan berarti dalam
rangka kegiatan Pengurangan Risiko Bencana di Kabupaten Bantul.
Bantul, September 2023
Hormat Kami
Tim Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN i
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN ii
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
DAFTAR GAMBAR
LAPORAN PENDAHULUAN iv
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
DAFTAR TABEL
LAPORAN PENDAHULUAN v
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
LAPORAN PENDAHULUAN 1
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
dalam melihat bencana, pendekatan dalam mengelola bencana dengan melihat secara utuh
mulai sebab ancaman sampai dampak yang mulai terjadi, yang dikenal dengan pendekatan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
Pengurangan Risiko Bencana juga harus diikuti dengan proses regulasi agar konsistensi
managemen penanggulangan bencana dengan pendekatan pengurangan risiko bencana
dapat terus berkelanjutan yang di aktualisasikan oleh BPBD Kabupaten Bantul dalam Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana dengan Subbidang Pencegahan melalui teknis
pelaksanaan Pengkajian Risiko Bencana pada lokasi berpotensi memiliki risiko bencana tinggi
di Kabupaten Bantul, salah satunya di wilayah makam raja imogiri yang terketak di Kecamatan
Imogiri.
Makam Raja di Imogiri adalah merupakan komplek pemakaman raja – raja kasultanan
mataram dan keluarganya. Makam ini terletak di dusun Pajimatan, Payaman Utara , Kalurahan
Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Makam raja-raja di Imogiri terletak antara 07°
920′ 163″ LS dan 110° 395′ 828″ BT. Komplek makam ini berada tepat di atas bukit yang yang
masih satu gugusan dengan pegunungan seribu. Lereng-lerengnya sebagian terletak atau
masuk wilayah Kalurahan Wukirsari dan Kalurahan Girirejo. Lereng sebelah utara masuk dusun
giriloyo kalurahan wukirsari. Lereng sebelah timur masuk Dusun Kedung Buweng Kalurahan
Wukirsari, Lereng sebelah barat masuk Dusun Tilaman dan Pundung wilayah Kalurahan
Wukirsari dan juga terdapat komplek makam seniman. Lereng sebelah selatan masuk Dusun
Pajimatan Kalurahan Girirejo.
LAPORAN PENDAHULUAN 2
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Kajian risiko bencana yang dilakukan perlu berpedoman pada Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana dan referensi pedoman lainnya di kementerian/lembaga di tingkat nasional.
Dengan adanya aturan yang mengikat dan memprioritaskan pengkajian risiko bencana, maka
LAPORAN PENDAHULUAN 3
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
setiap daerah diharapkan dapat melakukan kajian risiko sesuai karakteristik daerah masing-
masing. Hasil dari keseluruhan pengkajian tersebut disajikan dalam bentuk Dokumen Kajian
Risiko Bencana (KRB) dan Album Peta Kajian Risiko Bencana yang nantinya juga memuat
beberapa rekomendasi tindak untuk menghadapi setiap bencana berpotensi terjadi di
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri dan dapat menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten
Bantul untuk penyusunan perencanaan penanggulangan bencana lima tahunan.
- Pengkajian Risiko Bencana ini dimaksudkan untuk menentukan sifat dan besarnya
risiko yang ada di dalam Kawasan wilayah makam raja-raja di imogiri. Tujuan penyusunan
dokumen kajian risiko bencana di kawasan makam raja-raja imogiri bencana adalah sebagai
berikut:
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan penyusunan dokumen kajian bencana tanah
longsor di kawasan makam raja-raja di imogiri adalah sebagai berikut:
1. Peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana di kawasan
makam raja-raja di imogiri.
LAPORAN PENDAHULUAN 4
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Ruang Lingkup Kegiatan penyusunan Kajian Risiko Bencana Kawasan Makam Raja-Raja Imogiri
untuk dapat mengakomodasikan tujuan, sasaran dan keluaran pekerjaan ini, mencakup:
1. Kajian Risiko Bencana penyusunan Kajian Risiko Bencana Kawasan Makam Raja-Raja
Imogiri difokuskan pada 4 jenis bahaya yaitu Tanah Longsor, Banjir, Kebakaran dan
Cuaca Ekstrim.
2. Sosialisasi mengenai rencana Penyusunan Kajian dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Mengundang unsur penanggulangan bencana di Kabupaten Bantul
(pemerintah kabupaten dan kapanewon imogiri yang mempunyai wilayah,
organisasi non pemerintah, lembaga usaha, media, dan masyarakat).
b. Materi yang disampaikan paling tidak meliputi potensi ancaman bencana di
kawasan makam raja-raja di Imogiri, pengertian Kajian bencana dan rencana
kontingensi, kedudukan dokumen dalam perencanaan penanggulangan
bencana, prinsip-prinsip penyusunan, proses penyusunan, struktur dokumen,
SKPDB, pengetahuan mengenai tim penyusun, dan data yang dibutuhkan untuk
menyusun dokumen.
3. Pembentukan Tim Pengkajian Bencana yang terdiri dari Tim Ahli beserta unsur-
unsurnya sesuai dengan pedoman Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan Pembentukan Tim Teknis
Penyusunan Rencana Kontingensi yang terdiri dari unsur pemerintah, organisasi non
pemerintah, lembaga usaha, media, dan masyarakat dengan syarat dan ketentuan
sesuai Pedoman Rencana Kontingensi 5.0.
4. Pengumpulan dan pengolahan data, baik dari instansi Tim Teknis maupun dari sumber-
sumber lain, oleh konsultan untuk menyusun laporan.
LAPORAN PENDAHULUAN 5
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
5. Penyempurnaan draft laporan awal kajian risiko bencana menjadi laporan antara
dengan memperhatikan masukan-masukan dari review internal BPBD Kabupaten
Bantul.
6. Penyusunan, finalisasi, pencetakan, dan penyerahan draft laporan antara kajian risiko
bencana.
7. Penyempurnaan draft laporan antara menjadi laporan akhir kajian risiko bencana
dengan memperhatikan masukan-masukan hasil review dari BPBD.
LAPORAN PENDAHULUAN 6
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
12. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018 Standard Pelayanan
Minimum Sub Urusan Penanggulangan Bencana;
14. Peraturan Kepala BNBP Nomor 7 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar;
15. Peraturan Kepala BNPB Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi Cepat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
16. Peraturan Kepala BNBP Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Distribusi Bantuan
Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana;
17. Peraturan Kepala BNPB Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Pusat Pengendalian
Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS-PB);
18. Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2016 tentang Sistem Komando Penanganan
Darurat Bencana (SKPDB);
19. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 tahun 2010 tentang
Penanggulangan Bencana sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor
13 tahun 2015 tentang tentang Perubahan Atas Perda Daerah Istimewa Yogyakarta No.
8 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Bencana;
20. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 49 Tahun 2011 tentang Standar
Operasional Prosedur Penanggulangan Bencana;
21. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 140 Tahun 2021 tentang
Rencana Kontinjensi Tingkat Provinsi Untuk Acaman Gempa Bumi;
22. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 01 Tahun 2013 tentang Kesiapsiagaan dan
Peringatan Dini Dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 14 Tahun 2015 tentang Peran Serta
Lembaga Usaha Dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana; dan
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 05 Tahun 2010 tentang Penanggulangan
Bencana.
LAPORAN PENDAHULUAN 7
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
1.6. Pengertian
1. Ancaman bencana selanjutnya disebut dengan bahaya adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang dapat menimbulkan bencana.
2. Banjir adalah kenaikan drastis dari aliran sungai, kolam, danau, dan lainnya di mana
kelebihan aliran tersebut menggenangi keluar dari tubuh air.
3. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam, maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis
4. Cuaca ekstrem adalah angin dengan kecepatan 120 km/jam atau lebih yang sering
terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah
yang sangat dekat dengan khatulistiwa.
5. Kajian Risiko adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh
terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat
kerugian dan kapasitas Daerah.
6. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian akibat bencana.
7. Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi
bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung
sebagai satu kejadian.
8. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana.
LAPORAN PENDAHULUAN 8
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
9. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal
dunia akibat bencana.
10. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh
lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya.
11. Peta Risiko Bencana adalah gambaran tingkat risiko bencana suatu daerah secara
spasial dan non spasial berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.
12. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologi,
klimatologi, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu
kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi
dampak buruk bahaya tertentu.
13. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
14. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah
sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan
penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan
muka bumi.
15. Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan
satuan atau teknik tertentu.
16. Tanah Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan
arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena
pengaruh gravitasi; dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi (Permen PU
22/2017).
17. Tingkat Ancaman adalah potensi timbulnya korban jiwa pada suatu daerah akibat
terjadinya bencana.
18. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat kehancuran
fasilitas kritis, fasilitas umum, dan rumah penduduk pada zona ketinggian tertentu
akibat bencana.
LAPORAN PENDAHULUAN 9
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
19. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas
Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana.
LAPORAN PENDAHULUAN 10
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 11
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Gambaran umum wilayah kecamatan imogiri akan dibahas dalam sub bab berikut ini;
2.1. Topografi
Terdapat 5 kelas kemiringan lereng di Kecamatan Imogiri. Kelas kemiringan lereng yang
rendah dapat ditemukan di bagian barat Kecamatan Imogiri, sedangkan kelas kemiringan
LAPORAN PENDAHULUAN 12
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
lereng yang sedang hingga tinggi dapat ditemukan di bagian timur dan selatan, serta sebagian
di sisi utara Kecamatan Imogiri. Apabila digambarkan menggunakan warna, terdapat 5 warna
yang menunjukkan tingkat kemiringan di wilayah ini. Warna hijau tua menunjukkan tingkat
kemiringan lereng 0-8%, warna hijau muda menunjukkan tingkat kemiringan lereng 9-15%,
warna kuning menunjukkan tingkat kemiringan lereng 16-25%, warna oranye menunjukkan
tingkat kemiringan lereng 26-45%, dan warna merah menunjukkan tingkat kemiringan lereng
lebih dari 45%. Berdasarkan kemiringan lereng tersebut maka bentuk topografi Kecamatan
Imogiri sebagai berikut :
LAPORAN PENDAHULUAN 13
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 14
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Berdasarkan Peta kemiringan lereng dan topografi yang ada di Kecamatan Imogiri,
terlihat bahwa Kecamatan Imogiri Timur dan selatan memiliki kemiringan lereng antara 16 –
25 % sampai dengan > 45% yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana Tanah Longsor,
sedangkan sebelah barat Kecamatan Imogiri merupakan wilayah dengan topografi datar
dengan kemiringan lereng 0 – 8 % yang memiliki potensi tinggi terhadap bencana banjir
didukung adanya aliran Sungai Opak dan Sungai Oyo yang melintas di wilayah tersebut.
2.2. Geologi
Kecamatan Imogiri, berdasarkan pembagian zona Pulau Jawa menurut Van Bemmellen
(1970 : 554-562), merupakan Zone Selatan Jawa Timur yang merupakan bagian dari rangkaian
pegunungan Jawa Timur bagian selatan. Rangkaian Pegunungan Jawa Timur bagian selatan
dapat dibagi menjadi: sebelah selatan, dataran tinggi berbatu kapur dengan topografi karst
LAPORAN PENDAHULUAN 15
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
yang dikenal dengan pegunungan sewu, sebelah utara, yang disusun oleh rangkaian
pegunungan (Gunung Kidul atau Baturagung Range, dan Kembengan Range). Bagian selatan
dan utara dari pegunungan Jawa Timur bagian selatan ini dipisahkan oleh Basin Wonosari dan
Baturetno. Kondisi stratigrafi dan formasi geologi yang terdapat pada daerah penelitian antara
lain:
LAPORAN PENDAHULUAN 16
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
persen dari luas daerah penelitian. Penggunaan lahan pada formasi semilir adalah
untuk tegalan, hutan dan permukiman.
d. Formasi Semilir (Tmse)
Formasi Semilir merupakan sediment laut dalam yang diendapkan melalui proses
aliran grafitasi distal (distal gravitaty flows). Batuan penyusun formasi ini terdiri dari
tufa dasitik, batu pasir, batu pasir tufan, batu apung, aglomerat, batu lempung, batu
lanau, serpih dan breksi. Penyebaran breksi di dalam formasi ini merupakan sisipan-
sisipan yang melensa. Formasi semilir berumur Miosen Awal. Formasi semilir dapat
dijumpai di sebelah utara Kecamatan Imogiri. Formasi semilir memiliki luas 1396,65 ha
atau 25,42 persen dari luas total Kecamatan Imogiri.
e. Formasi Wonosari (Tmwl)
Formasi Wonosari terdiri dari batu gamping berlapis, batu gamping massif, dan batu
gamping terumbu. Ciri-ciri spesifik pada formasi ini adalah porosi sekunder berupa
rongga-rongga yang terbentuk dari pelarutan mineral-mineral kalsit maupun dolomit.
Formasi Wonosari berumur Miosen Tengah hingga diperkirakan Plestosen. Formasi
Wonosari berada di selatan Kecamatan Imogiri. Formasi ini memiliki luas 267,50 ha
atau 4,87 persen dari luas Kecamatan Imogiri
f. Formasi Ngglanggeran (Tmn)
Formasi Nglanggran memiliki hubungan selaras dan menyilang jari dengan Formasi
Semilir di atasnya. Batuan penyusun utamanya adalah breksi vulkanik andesitik,
endapan lava, aglomerat, breksi polimiks, dan batu tuffan (Sari B. Kusumayuda, 2002 :
27). Formasi Nglanggeran diendapkan selaras di bawah Formasi Sambipitu dan di atas
Formasi Semilir pada zaman Miosen. Berdasarkan material penyusun, maka formasi
ini dipengaruhi oleh aktifitas gunungapi selama pengendapannya. Pada formasi ini
gerakan massa banyak dijumpai dengan ukuran yang bervariasi dari kecil hingga besar,
dengan jenis gerakan massa yang beraneka, yaitu: tipe longsoran, aliran, dan jatuhan.
LAPORAN PENDAHULUAN 17
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
2.3. Hidrologi
Kecamatan Imogiri dilewati oleh dua sungai utama yaitu Sungai Opak dan Sungai Oyo.
Sungai Opak berhulu di lereng merapi sedangkan Sungai Oyo memliki hulu di Pegunungan
Sewu. Kedua sungai tersebut bertemu di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri. Sungai Opak
mengalir dengan arah aliran dari utara ke selatan dan berada di sebelah barat Kecamatan
Imogiri, sedangkan Sungai Oyo mengalir dari timur ke barat dan membelah Kecamatan Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 18
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
di sebelah selatan. Kedua sungai tersebut memiliki cabang-cabang yang relative pendek.
Disamping itu pada lereng-lereng pegunungan ditemukan rembesan-rembesan yang
menyebabkan satuan lahan di Kecamatan Imogiri memiliki potensi terjadi tanah longsor.
Masyarakat memanfaatkan aliran air sungai untuk mengairi sawah. Utuk kebutuhan
sehari-hari mayoritas masyarakat di Kecamatan Imogiri memanfaatkan air sumur. Kedalaman
air tanah di Kecamatan Imogiri sangatlah bervariasi. Pada daerah datar kedalaman air tanah
mencapai 7 meter. pada daerah lereng Pegunungan Baturagung kedalaman muka air tanah
antara 7 meter sampai 15 meter. Sedangkan pada rangkaian Pegunungan Baturagung
kedalaman air tanah lebih dari 15 meter.
Berdasarkan kondisi hidrologi ini, Kecamatan Imogiri memiliki potensi kekurangan air
pada musim kemarau pada Pegunungan Baturagung dan potensi banjir pada saat musim
penghujan di wilayah aliran sungai besar yaitu Sungai Opak dan Sungai Oyo serta potensi
banjir dapat terjadi pada pencabang sungai-sungai tersebut.
2.4. Klimatologi
Kecamatan Imogiri beriklim seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah tropis dengan
dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Imogiri adalah
26o C dengan suhu terendah 23o C. Kondisi iklim memiliki pengaruh langsung terhadap proses
geomorfologi yang terjadi pada suatu bentang lahan sehingga iklim merupakan faktor penting yang
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk permukaan bumi. Proses-ptoses geomorfologi seperti
erosi, gerakan massa, dan pelapukan banyak dipengeruhi oleh karakteristik parameter iklim.
Parameter iklim yang utama adalah curah hujan, temperatur, radiasi, dan kelembapan udara. Adapun
yang berpengaruh terhadap longsor lahan adalah curah hujan dan temperatur.
Berdasarkan data curah hujan 10 tahun, Curah Hujan rata-rata di Kecamatan Imogiri sebesar
1493,23 mm/tahun dengan rata-rata curah hujan terbesar terjadi pada bulan Basah yaitu bulan
Oktober – Mei dengan rata-rata curah hujan 331,54 mm/bulan dan rata-rata curah hujan terkering
pada bulan kering yaitu bulan Juni – September dengan curah hujan 2,60 mm/bulan. Penentuan
keadaan rata-rata suhu udara di Kecamatan Imogiri menggunakan perhitungan temperatur udara
dengan berdasarkan pada parameter ketinggian tempat. Wilayah Kecamatan Imogiri terletak pada
LAPORAN PENDAHULUAN 19
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
antara 25 meter di atas permukaan air laut sampai 412,5 meter di atas permukaan air laut. Perhitungan
rata-rata suhu udara memiliki rentangan suhu antara 23,78o C sampai 26,15o C. Suhu udara akan
mempengaruhi kecepatan pelapukan batuan yang dapat mempengarhi kekuatan lereng untuk
menyangga longsor lahan.
a. Hutan
Kecamatan Imogiri memiliki hutan dengan luas 580,51 ha atau 10,57 % dari luas
seluruh Kecamatan Imogiri. Kawasan hutan teletan di sebelah timur Imogiri yang
menempati lahan yang memiliki kemiringan yang bervariasi mulai yang landai sampai
sangat terjal. Jenis hutan merupakan hutan sejenis dengan tanaman berupa pohon
jati, dan pohon pinus.
b. Hutan Rakyat
Perbukitan yang memiliki lereng curam-terjal menjadi hutan rakyat, sehingga sering
dijumpai kebun campuran yang diolah oleh masyarakat sekitar. Tanaman tersebar baik
di kawasan ini, tanaman kayu putih dan akasia masih sering dijumpai. Luas hutan
rakyat sebesar 104,56 ha atau 1,9 % dari total luas wilayah.
c. Permukiman
Pola permukiman di Kecamatan Imogiri tersebar mengikuti jaringan jalan, dan
mengelompok membentuk perkampungan. Luas area permukiman mencapai 1480,46
atau 26,95 % dari luas Kecamatan Imogiri.
d. Sawah
Area persawahan di Kecamatan Imogiri sebagian besar merupakan sawah irigasi yang
memanfaatkan aliran sungai atau sistem irigasi. Pada daerah peguungan pertaniannya
menggunakan sistem berteras. Sawah irigasi banyak di jumpai di sekitar aliran Sungai
Opak dan Sungai Oyo dan juga anak sungainya. Sawah tadah hujan dapat di jumpai di
Desa Selopamioro dan Desa Wukirsari. Luas sawah irigasi sebesar 1025,47 ha atau
LAPORAN PENDAHULUAN 20
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
18,67 % dari luas Kecamatan Imogiri dan luas sawah tadah hujan sebesar 5861,09 ha
atau 0,47 % dari luas Kecamatan Imogiri.
e. Tanah kosong
Tanah kosong terletak di sebelah tenggara Kecamatan Imogiri. Tanah kosong ini berupa
tanah rusak dengan luas 25,86 ha atau 0,47 % dari luas Kecamatan Imogiri.
f. Tegalan
Tegalan merupakan penggunaan lahan mayoritas di Kecaman Imogiri. Daerah tegalan
dapat dijumpai di wilayah perbukitan di sebelah utara, timur dan selatan. Lahan
tegalan dimanfaatkan peduduk dengan ditanami umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Luas tegalan sebesar 2158,08 ha atau 39,28 % dari luas Kecamatan Imogiri.
LAPORAN PENDAHULUAN 21
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
2.6. Penduduk
Kecamatan Imogiri dihuni oleh 13.119 KK. Jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan
Imogiri adalah 63.446 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 31.549 orang dan penduduk
perempuan 31.987 orang. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Imogiri adalah 1.934 .
jiwa/Km2. Sebagian besar penduduk Kecamatan Imogiri adalah petani. Dari data monografi
Kecamatan tercatat 13.431 orang atau 23,83% penduduk Kecamatan Imogiri bekerja di sektor
pertanian. Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan kalurahan di Kecamatan Imogiri.
LAPORAN PENDAHULUAN 22
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
penduduk, sexrasio, kelompok umur rentan. Jumlah difabel dan jumlah penduduk miskin
disuatu wilayah. Tingkat ancaman bencana dianalisis dengan data kerentanan sosial,
menghasilkan jumlah potensi penduduk terpapar terhadap bencana, baik jumlah penduduk
total, jumlah difabel, jumlah penduduk miskin dan jumlah penduduk terpapar menurut usia
rentan. Jumlah potensi penduduk terpapar bencana tersebut selanjutnya menjadi bahan
pertimbangan dalam menyusun rencana kontingensi bencana yang terjadi di suatu wilayah.
Berdasarkan data kejadian bencana yang didapatkan dari Pusdalops BPBD Kabupaten
Bantul, menunjukkan Kejadian bencana dikawasan makam raja yang pernah terjadi dari tahun
2018 – 2023, adalah sebagai berikut:
1. Kejadian Banjir sungai celeng pada tanggal 29 November 2017 bersamaan dengan
badai siklon tropis cempaka dan 17 Maret 2019 badai siklon tropis savannah, yang
menutup akses jalan dan material lumpur masuk ke pemukiman dudun tilaman dan
sekitarnya.
2. Kejadian Longsor di Dusun Kedung Buweng yang menewaskan 3 orang terjadi pada
tanggal 17 Maret 2019 saat badai siklon tropis savannah.
3. Kejadian kebakaran lahan sejumlah 8 kali, yaitu:
Tabel 2.3 Data kejadian kebakaran lahan di Kawasan Makam Raja-raja Imogiri
No Tanggal lokasi Obyek Penyebab
1 11/09/2018 Pajimatan Tegalan dan rumpun Kelalaian
bambu
2 13/09/2018 Giriloyo Lahan hutan 1 ha Kelalaian
3 14/09/2018 Kedung buweng Bekas lahan tebu Tidak diketahui
4 1/10/2018 Kedung buweng Lahan sengon 2 ha Kelalaian
5 22/10/2018 Kedung buweng Lahan bapak rahmat Membakar sampah
6 21/09/2019 Tilaman Lahan 4 ha Tidak diketahui
7 23/09/2019 Kedung buweng Lahan 2 ha Tidak diketahui
8 27/09/2019 Pajimatan Rumpun bambu Tidak diketahui
LAPORAN PENDAHULUAN 23
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Berdasarkan data dan Informasi Bencana Indonesia yang dipadukan dengan kondisi
gambaran umum wilayah dan catatan Sejarah kejadian Bencana dari BPBD Kabupaten Bantul,
jenis potensi bahaya yang dapat mengancam Kawasan Makam Raja-Raja Imogiri adalah :
Banjir, Tanah Longsor, Kebakaran Hutan dan Lahan dan Cuaca Ekstrim.
LAPORAN PENDAHULUAN 24
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
3.1. Pendekatan
LAPORAN PENDAHULUAN 25
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari tiga parameter
pembentuk risiko bencana, yaitu bahaya, kerentanan, dan kapasitas terkait bencana. Di mana,
Hazard (bahaya) dihitung berdasarkan probabilitas spasial, frekuensi dan kekuatan
(magnitude) dari suatu fenomena. Vulnerability (kerentanan) dihitung berdasarkan parameter
sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Komponen Capacity (kapasitas) dinilai dengan
menggunakan pendekatan tingkat ketahanan daerah berdasarkan tujuh prioritas yaitu: (1)
Perkuatan kebijakan dan kelembagaan; (2) Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu; (3)
Pengembangan sistem informasi, diklat dan logistic; (4) Penanganan tematik kawasan rawan
bencana; (5) Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana; (6) Perkuatan
kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana; dan (7) Pengembangan sistem pemulihan
bencana.
Beberapa prinsip dari proses pengkajian risiko bencana yang juga menjadi
pertimbangan proses analisa adalah:
1. Menggunakan data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada, dengan
mengutamakan data resmi dari lembaga yang berwenang;
2. Melakukan integrasi analisis probabilitas kejadian bahaya dari para ahli dengan
kearifan lokal masyarakat;
3. Proses analisis yang dilakukan harus mampu menghitung potensi jumlah jiwa,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar;
4. Hasil kajian risiko dapat diterjemahkan menjadi kebijakan umum untuk pengurangan
risiko bencana.
3.2. Metodologi
LAPORAN PENDAHULUAN 26
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Analisis tingkat bahaya ini diklasifikasikan menjadi 3 kelas bahaya, yaitu rendah,
sedang dan tinggi dengan komponen dan indokator perhitungan Indeks bahaya bencana
sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN 27
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa peta bahaya ini memuat aspek
probabilitas dan intensitas. Kedua aspek tersebut perlu dikoreksi agar hasil kajian dapat
LAPORAN PENDAHULUAN 28
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
a) Banjir
Banjir merupakan kondisi meningkatnya volume air sehingga mengakibatkan suatu
daerah daratan menjadi tergenang/terendam (BNPB). Untuk menentukan wilayah potensi
rawan tergenang banjir digunakan metode GFI (Geomorphic Flood Index). Daerah rawan
banjir dideteksi dengan memperhatikan kondisi geomorfologinya. Dalam kata lain, metode ini
dapat menentukan wilayah yang berpotensi tergenang air apabila faktor penyebab banjir
terjadi seperti air sungai meluap, air laut pasang, dan hujan dengan intensitas tinggi dalam
periode waktu yang lama.
Tabel 3.2 Parameter serta sumber data yang digunakan dalam perhitungan banjir
LAPORAN PENDAHULUAN 29
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
zona ini didasarkan pada nilai ambang batas GFI. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan
oleh Samela et al., diperoleh nilai -0,53 sebagai ambang batas. Oleh karena itu, ketika suatu
titik di DAS memiliki nilai GFI lebih besar dari -0,53 maka titik tersebut masuk ke dalam zona
rawan tergenang banjir dan jika nilai GFInya lebih kecil dari -0,53 maka masuk ke dalam zona
tidak rawan tergenang banjir. Selanjutnya, dilakukan penentuan indeks bahaya pada zona
rawan tergenang banjir. Dua aspek yang diperhatikan dalam menentukan indeks bahaya yaitu
kemiringan lereng dan jarak horizontal dari jaringan sungai.
Nilai indeks bahaya diperoleh dengan menggunakan logika fuzzy yaitu perhitungan
yang didasarkan pada pendekatan “derajat kebenaran” alih-alih pendekatan benar-salah
seperti pada logika boolean. Berbeda dengan logika boolean yang bernilai 0 atau 1 (salah atau
benar), logika fuzzy dapat bernilai berapapun dari rentang 0 – 1. Dalam kata lain, nilai indeks
bahaya di suatu lokasi tidak hanya menunjukkan bahwa lokasi tersebut berada dalam bahaya
atau tidak dalam bahaya melainkan seberapa besar potensi bahaya yang berada di lokasi
tersebut.
Gambar 3.3 Potongan Melintang Deskripsi Metodologi GFI. Samela et al., 2015
Sumber: Modul Teknis Penyusunan KRB Banjir 2019
LAPORAN PENDAHULUAN 30
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.4, nilai GFI diperoleh dengan
membandingkan setiap titik di daerah aliran sungai antara kedalaman air (hr) dengan
perbedaan elevasi (H) antara titik yang diuji (warna hijau) dan titik terdekat dengan jaringan
sungai (warna merah). Kedalaman air (hr) dihitung sebagai fungsi nilai kontribusi area (Ar) di
dalam wilayah terdekat dari jaringan sungai yang secara hidrologi tehubung dengan titik yang
diuji (Samela et al., 2015), yang dijelaskan pada Gambar 3.3.
b) Tanah longsor
Tanah longsor merupakan kejadian yang diakibatkan oleh lebih besarnya gaya
pendorong yaitu sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah/batuan dibandingkan gaya
penahan dari batuan dan kepadatan tanah (Dinas PU, 2012). Peta zona gerakan tanah dari
PVMBG disesuaikan dengan kemiringan lereng untuk menghasilkan sebaran wilayah potensi
LAPORAN PENDAHULUAN 31
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
longsor. Kondisi lereng yang curam berpotensi longsor lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi lereng yang landai. Detail parameter dan data yang digunakan dalam perhitungan
parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Pengkajian bahaya tanah longsor dibuat dengan melakukan delineasi terhadap peta
zona kerentanan gerakan tanah yang dikeluarkan oleh PVMBG. Terdapat empat zona yaitu
zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, zona kerentanan gerakan tanah rendah, zona
kerentanan gerakan tanah menengah, dan zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Tidak
seluruh wilayah zona kerentanan gerakan tanah berpotensi longsor karena dlihat dari
definisinya longsor terjadi di wilayah dengan kemiringan lereng tinggi sehingga hanya daerah
dengan kemiringan lereng di atas 15% yang dimasukkan ke dalam area bahaya. Selanjutnya
dilakukan penilaian indeks yang mengikuti zona kerentanan gerakan tanah. Zona kerentanan
gerakan tanah sangat rendah dan rendah masuk ke dalam kelas rendah, zona kerentanan
gerakan tanah menengah masuk ke dalam kelas menengah, dan zona kerentanan gerakan
tanah tinggi masuk ke dalam kelas tinggi.
LAPORAN PENDAHULUAN 32
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Selain itu, terdapat metode deterministik dengan Tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4 Parameter Penyusun Peta Bahaya Tanah Longsor dengan metode deterministik
LAPORAN PENDAHULUAN 33
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 34
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
lahan, jenis tanah, dan jumlah titik api (hot spot). Detail parameter dan data yang digunakan
dalam perhitungan wilayah sebaran kebakaran hutan dan lahan dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Gambar 3.6 Diagram Alir Pembuatan Indeks Bahaya Kebakaran Hutan dan Lahan
Sumber: Modul Teknis Penyusunan KRB Kebakaran Hutan dan Lahan, 2019
Berdasarkan Gambar 3.6 terdapat tiga parameter yang digunakan dalam pembuatan
peta bahaya yaitu penutup lahan, curah hujan, dan jenis tanah. Berdasarkan jenisnya ketiga
parameter tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk
LAPORAN PENDAHULUAN 35
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
penutup lahan, jenis lahan berupa hutan berada pada kelas rendah, jenis lahan perkebunan
berada pada kelas sedang, dan selain itu berada pada kelas tinggi. Pada peta kebakaran hutan
dan lahan, lahan pemukiman tidak dimasukkan ke dalam area bahaya. Untuk curah hujan, nilai
indeks curah hujan dihitung dengan membagi data curah hujan terhadap nilai 5.000
(diasumsikan sebagai nilai curah hujan tertinggi di Indonesia). Untuk jenis tanah, jika
merupakan tanah gambut maka masuk ke dalam kelas tinggi selain itu masuk ke dalam kelas
rendah. Ketiga parameter tersebut diberi bobot dan skor masing-masing untuk kemudian
digabung dengan metode overlay menjadi indeks bahaya.
d) Kekeringan
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan (BNPB). Kondisi ini bermula saat
berkurangnya curah hujan di bawah normal dalam periode waktu yang lama sehingga
kebutuhan air dalam tanah tidak tercukupi dan membuat tanaman tidak dapat tumbuh
dengan normal. Kekeringan yang dibahas pada kajian ini adalah kekeringan meteorologi yaitu
kondisi berkurangnya curah hujan di bawah normal. Metode penentuan kekeringan dilakukan
dengan Standardized Precipitation Index (SPI) yang menggunakan data curah hujan selama 3
bulanan yang menghasilkan indeks kekeringan berdasarkan frekuensi bulan kering. Parameter
bahaya kekeringan dapat dilihat pada Tabel 3.6.
LAPORAN PENDAHULUAN 36
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 37
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
e) Cuaca ekstrim
Cuaca ekstrim merupakan fenomena cuaca yang dapat menimbulkan bencana, korban
jiwa, dan menghancurkan tatanan kehidupan sosial (BPBD Jakarta). Contoh cuaca ekstrim
antara lain hujan lebat, hujan es, angin kencang, angin puting beliung, dan badai taifun. Pada
kajian ini pembahasan cuaca ekstrim lebih dititikberatkan kepada angin kencang.
LAPORAN PENDAHULUAN 38
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Pada kajian ini yang dipetakan adalah wilayah yang berpotensi terdampak oleh angin
kencang, yaitu wilayah dataran landai dengan keterbukaan lahan yang tinggi. Wilayah ini
memiliki potensi lebih tinggi untuk terkena dampak angin kencang. Sebaliknya, daerah
pegunungan dengan keterbukaan lahan rendah seperti kawasan hutan lebat memiliki potensi
lebih rendah untuk terdampak angin kencang. Oleh karena itu, semakin luas dan landai (datar)
suatu kawasan, maka potensi bencana angin kencang semakin besar. Detail parameter dan
sumber data yang digunakan untuk kajian parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7,
serta tahapan pembuatan indeks bahaya pada Gambar 3.8.
LAPORAN PENDAHULUAN 39
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
adalah hutan maka skornya 0,333; jika kebun skornya 0,666; dan selain itu skornya 1.
Parameter ketiga yaitu curah hujan tahunan diidentifikasi berdasarkan peta curah hujan. Data
nilai curah hujan tahunan dikonversi ke dalam skor 0 – 1 dengan membagi nilainya dengan
5.000 (5.000mm/tahun dianggap sebagai nilai curah hujan tahunan tertinggi di Indonesia).
Indeks bahaya cuaca ekstrim diperoleh dengan melakukan analisis overlay terhadap tiga
parameter tersebut dengan masing-masing parameter memiliki persentase bobot sebesar
33,33% (0,333) sehingga total persentase ketiga parameter adalah 100%.
LAPORAN PENDAHULUAN 40
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
KERENTANAN
KERENTANAN
KERENTANAN KERENTANAN KERENTANAN
EKONOMI
SOSIAL FISIK LINGKUNGAN
PRODUKTIF
RASIO JENIS
KELAMIN FASILITAS HUTAN
KRITIS MANGROVE
JUMLAH
DIFABEL
SEMAK
BELUKAR
JUMLAH
PENDUDUK
MISKIN
RAWA
RASIO UMUR
RENTAN
LAPORAN PENDAHULUAN 41
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 42
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Parameter kerentanan sosial berlaku sama untuk seluruh potensi bencana, kecuali
untuk bencana kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan tidak
memperhitungkan kerentanan sosial karena bencana tersebut berada diluar wilayah
LAPORAN PENDAHULUAN 43
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
pemukiman jadi parameter penduduk tidak dimasukkan dalam analisis. Bobot parameter
kerentanan sosial dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Kelas
Parameter Bobot (%) Rendah Sedang Tinggi
(0 - 0.333) (0.334 - 0.666) (0.667 - 1.000)
Kepadatan Penduduk 60 <5 jiwa/ha 5 - 10 jiwa/ha >10 jiwa/ha
Rasio Kelompok Rentan
Rasio Jenis Kelamin (10%) >40 20 - 40 <20
Rasio Kelompok Umur
Rentan (10%)
Rasio Penduduk Cacat
(10%) 40
Rasio Penduduk Miskin <20 20 - 40 >40
(10%)
Jumlah Penduduk (Laki-
laki dan Perempuan)
(10%)
Sumber: Modul Teknis Kajian Risiko Bencana BNPB, 2019
Kerentanan sosial menggunakan dua parameter utama yaitu kepadatan penduduk dan
kelompok rentan. Kelompok rentan terdiri dari empat jenis parameter, yaitu rasio jenis
kelamin, rasio kelompok umur rentan, rasio penduduk miskin, dan rasio penduduk disabilitas.
Kedua parameter utama yaitu kepadatan penduduk dan kelompok rentan masing-masing
dikelaskan ke dalam tiga kategori kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk kepadatan
penduduk kategori kelas rendah diberikan ketika dalam suatu desa nilai kepadatan
penduduknya kurang dari 5 jiwa/ha, kelas sedang ketika kepadatan penduduk berkisar antara
5 – 10 jiwa/ha, dan kelas tinggi ketika kepadatan penduduknya lebih dari 10 jiwa/ha. Untuk
kelompok rentan selain rasio jenis kelamin kategori kelas rendah diberikan ketika rasio
penduduknya kurang dari 20, kelas sedang ketika rasio penduduknya berkisar antara 20 – 40,
dan kelas tinggi ketika rasio penduduknya lebih dari 40. Sedangkan untuk kelompok rentan
rasio jenis kelamin, kategori kelasnya dibalik. Setelah masing-masing parameter dikelaskan,
selanjutnya dilakukan analisis overlay dengan pembobotan parameter kepadatan penduduk
dan rasio kelompok rentan masing-masing 60% dan 40% secara berurutan. Hasil overlay ini
LAPORAN PENDAHULUAN 44
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
yang nantinya menjadi nilai indeks kerentanan sosial atau bisa disebut juga indeks penduduk
terpapar.
Untuk perhitungan kepadatan penduduk, cara yang sering digunakan adalah dengan
membagi jumlah penduduk di suatu wilayah administrasi (desa/kecamatan/kabupaten)
dengan luas wilayah administrasi tersebut. Hasil nilai kepadatan penduduk kemudian
dipetakan mengikuti unit administrasi. Metode ini disebut dengan metode choropleth. Ketika
ingin mengetahui jumlah penduduk yang terpapar oleh suatu bencana maka metode tersebut
menjadi kurang relevan karena tidak detail. Salah satu metode yang digunakan kemudian
adalah metode dasymetric. Metode dasymetric menggunakan pendekatan kawasan/wilayah
dalam menentukan kepadatan penduduk. Semenov-Tyan-Shansky menyebutkan peta
dasymetric sebagai peta yang menyajikan kepadatan suatu populasi tanpa memperhatikan
batas administrasi dan ditampilkan sedemikian rupa sehingga distribusinya mengikuti kondisi
aktual di lapangan. Dengan menggunakan peta dasymetric, kepadatan penduduk dipetakan
hanya pada wilayah yang memang terdapat penduduk dan tidak mencakup seluruh wilayah
administrasi.
LAPORAN PENDAHULUAN 45
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Pij merupakan jumlah penduduk pada satuan unit terkecil/grid ke-i dan j. Prij
merupakan jumlah penduduk dari data distribusi penduduk (World Population) pada grid
pemukiman ke-i di unit administrasi desa ke-j. Xdi merupakan jumlah penduduk per desa
berdasarkan data kecamatan dalam angka. Secara sederhana persamaan tersebut
menghitung jumlah penduduk di satuan unit luas terkecil berdasarkan proporsi jumlah
penduduk dari data distribusi penduduk dunia (World Population) dan data penduduk dari
kecamatan dalam angka.
Nilai kepadatan penduduk juga digunakan pada parameter kelompok rentan. Data
masing-masing jumlah kelompok rentan kemudian didistribusikan ulang mengikuti nilai
distribusi kepadatan penduduk. Setelah itu, dihitung rasio antara penduduk rentan dengan
penduduk tidak rentan yang menghasilkan nilai di rentang 0 – 100.
dimana, Vs adalah indeks kerentanan sosial; FM adalah fungsi keanggotaan fuzzy; vkp
adalah indeks kepadatan penduduk; vrs adalah indeks rasio jenis kelamin; vru adalah indeks
rasio penduduk umur rentan; vrd adalah indeks rasio penduduk disabilitas; vrm adalah indeks
rasio penduduk miskin.
b) Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik terdiri dari parameter rumah, fasilitas umum (fasum) dan fasilitas
kritis (faskris). Masing-masing parameter dianalisis dengan menggunakan metode MCDA
sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 untuk memperoleh nilai indeks kerentanan fisik. Sumber
data yang digunakan dalam perhitungan setiap parameter kerentanan fisik dapat dilihat pada
Tabel 3.11 dan bobot parameternya dapat dilihat pada Tabel 3.12.
LAPORAN PENDAHULUAN 46
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Fasilitas Umum
Dinas Pendidikan,
(Fasilitas
Dinas
Pendidikan, Pasar, Data Fasilitas Umum 2023
2. Perhubungan,
Transportasi,
Diskominfo, BPS
ibadah)
3. Fasilitas Kesehatan Data Fasilitas Kesehatan Dinas Kesehatan 2023
Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
Kelas
Parameter Bobot (%) Rendah Sedang Tinggi
(0 – 0,333) (0,334 – 0,666) (0,667 – 1,000)
Rumah 40 <400 juta 400 – 800 juta >800 juta
Fasilitas Umum 30 <500 juta 500 juta – 1 M >1 M
Fasilitas Kritis 30 <500 juta 500 juta – 1 M >1 M
Sumber: Modul Teknis Kajian Risiko Bencana BNPB, 2019
LAPORAN PENDAHULUAN 47
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
tersedia hanya sampai tahun 2008 melalui data Potensi Desa (PODES). Pada data PODES 2008
disebutkan bahwa rata-rata jumlah penduduk dalam satu rumah sebanyak 5 orang. Oleh
karena itu, digunakan asumsi jumlah rumah mengikuti PODES tahun 2008 dengan persamaan
sebagai berikut:
dengan rij adalah jumlah rumah pada satuan unit terkecil/grid ke-i dan ke-j, Pij adalah
jumlah penduduk pada grid ke-i dan ke-j.
Jumlah rumah yang diperoleh selanjutnya dihitung nilai kerugiannya dengan mengacu
kepada nilai pengganti kerugian yang diberlakukan di masing-masing kabupaten/kota untuk
tiap tingkat kerusakan dan disesuaikan dengan kelas bahaya seperti berikut.
- Kelas bahaya sedang : 50% jumlah rumah terdampak rusak ringan dikali
satuan harga daerah;
- Kelas bahaya tinggi : 50% jumlah rumah terdampak rusak sedang dikali
satuan harga daerah dan 50% jumlah rumah
terdampak rusak berat dikali satuan harga daerah
Penggunaan nilai 50% merupakan asumsi bahwa tidak seluruh rumah yang terdampak
bahaya mengalami kerusakan.
Parameter fasilitas umum merupakan banyaknya bangunan yang berfungsi sebagai
tempat pelayanan publik terdampak bahaya yang berpotensi mengalami kerusakan/kerugian
materiil di dalam satu desa. Data spasial fasilitas umum telah banyak tersedia baik berupa titik
(point) atau area (polygon). Kebutuhan minimal data yang diperlukan adalah fasilitas
pendidikan dan fasilitas kesehatan. Data fasilitas umum yang terdampak bahaya dihitung nilai
kerugiannya di dalam satu desa dengan mengacu pada biaya pengganti/perbaikan kerusakan
fasilitas di kabupaten masing-masing yang disesuaikan dengan kelas bahaya sebagai berikut.
LAPORAN PENDAHULUAN 48
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
- Kelas bahaya sedang : 50% jumlah fasum terdampak rusak ringan dikali
satuan harga daerah;
- Kelas bahaya tinggi : 50% jumlah fasum terdampak rusak sedang dikali
satuan harga daerah dan 50% jumlah fasum
terdampak rusak berat dikali satuan harga daerah
- Kelas bahaya sedang : 50% jumlah fasum terdampak rusak ringan dikali satuan
harga daerah;
- Kelas bahaya tinggi : 50% jumlah fasum terdampak rusak sedang dikali satuan
harga daerah dan 50% jumlah fasum terdampak rusak
berat dikali satuan harga daerah
LAPORAN PENDAHULUAN 49
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
c) Kerentanan Ekonomi
Kerentanan ekonomi terdiri dari parameter PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
dan lahan produktif. Masing-masing parameter dianalisis dengan menggunakan metode
MCDA berdasarkan Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 untuk memperoleh nilai indeks kerentanan
ekonomi. Sumber data yang digunakan dalam perhitungan setiap parameter kerentanan
ekonomi dapat dilihat pada Tabel 3.13. dan bobot parameter kerentanan ekonomi dapat
dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.13 Sumber Data Parameter Kerentanan Ekonomi
LAPORAN PENDAHULUAN 50
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
d) Kerentanan Lingkungan
Kerentanan lingkungan terdiri dari parameter hutan lindung, hutan alam, hutan
bakau/mangrove, semak/belukar, dan rawa. Masing-masing parameter digunakan
berdasarkan jenis bencana yang telah ditentukan dan dianalisis dengan menggunakan
metode MCDA berdasarkan Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 untuk memperoleh nilai indeks
kerentanan lingkungan. Sumber data yang digunakan dalam perhitungan setiap parameter
kerentanan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3.15, dan klasifikasinya pada Tabel 3.16.
Tabel 3.15 Sumber Data Parameter Kerentanan Lingkungan
Sumber
Parameter Data yang Digunakan Tahun
Data
1. Status Kawasan Kawasan Hutan dan Penutup
KLHK 2022
Hutan Lahan
Penutup Lahan (semak belukar
2. Penutupan Lahan KLHK 2022
dan rawa)
Sumber: Modifikasi Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
Parameter kerentanan lingkungan dikaji untuk seluruh potensi bencana, kecuali cuaca
ekstrim. Cuaca ekstrim tidak menggunakan parameter ini, dikarenakan tidak merusak fungsi
lahan maupun lingkungan.
Tabel 3.16 Bobot Parameter Kerentanan Lingkungan
Kelas
Rendah Sedang Tinggi Midpoint
Parameter
(0 - (0.334 - (0.667 - (min+(max-
0.333) 0.666) 1.000) min/2))
Hutan Lindung a,b,c,d,e,f,g,h <20 Ha 20 – 50 Ha >50 Ha 35
a,b,c,d,e,f,g,h
Hutan Alam <25 Ha 25 – 75 Ha >75 Ha 50
Hutan Bakau/Mangrove
a,b,c,d,e,f,g,h <10 Ha 10 – 30 Ha >30 Ha 20
Semak Belukar a,b,c,d,e,f,g <10 Ha 10 – 30 Ha >30 Ha 20
Rawa e,f,g <5 Ha 5 – 20 Ha >20 Ha 12.5
Sumber: Modifikasi Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
Keterangan: a) Tanah Longsor, b) Letusan Gunungapi, c) Kekeringan, d) Kebakaran Hutan dan
Lahan, e) Banjir, f) Banjir Bandang, g) Gelombang Ekstrim dan Abrasi, dan h) Tsunami.
LAPORAN PENDAHULUAN 51
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 52
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 53
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
1⁄3
𝐽𝑖𝑘𝑎 0.8 < 𝐼𝐾𝐷 ≤ 1, 𝐼𝐾𝐷𝑇 = 2⁄3 + ( . (𝐼𝐾𝐷 − 0.8))
0.2
b) Kesiapsiagaan Masyarakat
Penilaian kesiapsiagaan masyarakat diadaptasi dari Kajian Kesiapsiagaan
Masyarakat untuk Bencana Tsunami yang disusun oleh LIPI untuk level komunitas dan
mulai diimplementasikan sejak tahun 2013 pada Kajian Risiko Bencana level
Kabupaten/Kota di beberapa wilayah Indonesia.
Kesiapsiagaan masyarakat atau Indeks Kesiapsiagaan Masyarakat (IKM) sebagai
salah satu komponen kapasitas daerah merupakan penilaian tingkat kesiapsiagaan
yang dilakukan melalui metode survei dan wawancara mendalam (deep interview)
kepada responden aparat pemerintah/tokoh dengan teknik purposive sampling pada
beberapa desa/kelurahan yang berpotensi terdampak bencana dengan
menggunakan kuesioner.
Di dalam kuesioner, kesiapsiagaan masyarakat terdiri dari 2 parameter spesifik
dan 3 parameter generik yang dibagi dalam 19 indikator pencapaian. Dari pencapaian
19 indikator tersebut, diperoleh nilai indeks dan tingkat kesiapsiagaan masyarakat di
LAPORAN PENDAHULUAN 54
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
level desa/kelurahan untuk setiap jenis potensi bencana yang ada pada daerah
kabupaten/kota yang dikaji, dengan menggunakan alat bantu yang telah disediakan
melalui MS Excel. Parameter tersebut adalah sebagai berikut.
a) Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana (PKB)
Pengukuran parameter pengetahuan kesiapsiagaan bencana didasarkan pada
indikator pengetahuan jenis ancaman, pengetahuan informasi bencana,
pengetahuan sistem peringatan dini bencana, pengetahuan tentang prediksi
kerugian akibat bencana, dan pengetahuan cara penyelamatan diri. Penilaian
parameter ini berdasarkan kepada pengetahuan masyarakat terhadap indikator
tersebut.
b) Pengelolaan Tanggap Darurat (PTD)
Pelaksanaan tanggap darurat didasari pada pencapaian tempat dan jalur
evakuasi, tempat pengungsian, air dan sanitasi, dan layanan kesehatan. Indikator
pencapaian tersebut memiliki tujuan pada masa tanggap darurat melalui
ketersediaan-ketersediaan kebutuhan masyarakat.
c) Pengaruh Kerentanan Masyarakat (PKM)
Pengaruh kerentanan berdasarkan pada penilaian pengaruh mata pencaharian
dan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan masyarakat, dan pemukiman
masyarakat.
d) Ketidaktergantungan Masyarakat terhadap Dukungan Pemerintah (KMDP)
Masa pascabencana dibutuhkan dan diharapkan adanya kemandirian
masyarakat terhadap dukungan pemerintah melalui jaminan hidup
pascabencana, penggantian kerugian dan kerusakan, penelitian dan
pengembangan, penanganan darurat bencana, dan penyadaran masyarakat.
e) Partisipasi Masyarakat (PM)
LAPORAN PENDAHULUAN 55
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 56
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Kelas
Bobot
Komponen Rendah Sedang Tinggi
(%)
(0 - 0,333) (0.334 - 0,666) (0,667 - 1.000)
Transformasi Transformasi
Transformasi nilai
Ketahanan Daerah 40 nilai nilai
0,81 – 1
0 – 0,40 0,41 – 0,80
Kesiapsiagaan
60 <0,33 0,34 – 0,66 0,67 – 1,00
Masyarakat
Sumber: Modifikasi Perka BNPB No. 2 Tahun 2012.
Risiko (Risk) bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu kawasan dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat. Dalam perhitungan secara matematis dan spasial, risiko bencana dinilai
dalam bentuk nilai indeks yang merupakan gabungan nilai dari indeks bahaya, indeks
kerentanan, dan indeks kapasitas yang dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut:
𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝑋 𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 =
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
LAPORAN PENDAHULUAN 57
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Sebagai ilustrasi, jika suatu Kelurahan memiliki luas 300 ha dengan hasil kajian bahaya,
kerentanan dan risiko menunjukkan sebesar 50 ha kelas rendah, 100 ha kelas sedang, dan 150
ha kelas tinggi, maka penarikan kesimpulan kelas pada Kelurahan tersebut adalah tinggi.
Sementara itu untuk tingkat kecamatan, penentuan kelas menggunakan kelas Kalurahan
maksimum yang terdapat di kecamatan tersebut. Ilustrasinya, jika suatu kecamatan memiliki
5 Kalurahan dengan 3 Kalurahan pada kelas rendah, 2 Kalurahan kelas sedang, dan 1 Kalurahan
kelas tinggi maka kesimpulan kelas di kecamatan tersebut adalah tinggi. Hal yang sama juga
berlaku untuk penarikan kesimpulan kelas Kabupaten yaitu kelas disimpilkan dari kelas
kecamatan maksimum yang terdapat di Kabupaten tersebut.
KABUPATEN
(KELAS KECAMATAN MAKSIMUM)
KECAMATAN
(KELAS KELURAHAN MAKSIMUM)
KALURAHAN
(KELAS MAYORITAS)
LAPORAN PENDAHULUAN 58
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
tersebut. Pada tingkat Kota, penentuan kelas kapasitas disimpulkan berdasarkan rata-rata
indeks kapasitas seluruh Kelurahan yang terdapat di Kota tersebut. Pengambilan kesimpulan
untuk kelas kapasitas digambarkan pada Gambar 3.12.
KABUPATEN
(Kelas Kapasitas Kelurahan Rata-Rata
dalam Satu Kabupaten)
KECAMATAN
(Kelas Kapasitas Kelurahan Rata-Rata
dalam Satu Kecamatan)
Kalurahan
(Kapasitas Kelurahan)
LAPORAN PENDAHULUAN 59
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
kapasitas daerah dalam mengurangi kerugian akibat bencana masih rendah. Pengambilan
kesimpulan tingkat ancaman, kerugian, kapasitas, dan risiko dapat dijelaskan melalui matriks
berikut:
Berdasarkan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa jika indeks bahaya berada
pada kelas rendah dan indeks penduduk terpapar berada pada kelas rendah maka tingkat
ancaman berada pada kelas rendah. Jika indeks bahaya berada pada kelas sedang dan indeks
penduduk terpapar berada pada kelas sedang maka tingkat ancaman berada pada kelas
sedang. Jika indeks bahaya berada pada kelas tinggi dan indeks penduduk terpapar berada
pada kelas tinggi, maka kesimpulan tingkat ancaman berada pada kelas tinggi.
Berdasarkan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa jika tingkat ancaman berada
pada kelas rendah dan indeks kerugian berada pada kelas rendah maka tingkat kerugian
berada pada kelas rendah. Jika tingkat ancaman berada pada kelas sedang dan indeks kerugian
berada pada kelas sedang maka tingkat kerugian berada pada kelas sedang. Jika tingkat
ancaman berada pada kelas tinggi dan indeks kerugian berada pada kelas tinggi, maka
kesimpulan tingkat kerugian berada pada kelas tinggi.
LAPORAN PENDAHULUAN 60
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Berdasarkan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa jika tingkat ancaman berada
pada kelas rendah dan indeks kapasitas berada pada kelas tinggi maka tingkat kapasitas
berada pada kelas tinggi. Jika tingkat ancaman berada pada kelas sedang dan indeks kapasitas
berada pada kelas sedang maka tingkat kapasitas berada pada kelas sedang. Jika tingkat
ancaman berada pada kelas tinggi dan indeks kapasitas berada pada kelas rendah, maka
kesimpulan tingkat kapasitas berada pada kelas rendah.
Berdasarkan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa jika tingkat kerugian berada
pada kelas rendah dan tingkat kapasitas berada pada kelas rendah maka tingkat risiko bencana
berada pada kelas sedang. Jika tingkat kerugian berada pada kelas sedang dan tingkat
kapasitas berada pada kelas sedang maka tingkat risiko berada pada kelas sedang. Jika tingkat
kerugian berada pada kelas tinggi dan tingkat kapasitas berada pada kelas tinggi, maka
kesimpulan tingkat risiko berada pada kelas sedang.
LAPORAN PENDAHULUAN 61
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Data merupakan bahan yang digunakan dalam suatu analisis. Data digunakan
berdasarkan parameter-parameter yang digunakan untuk penyusunan kajian risiko bencana.
Kebutuhan data dikelompokkan berdasarkan instansi yang mengampu data di Kawasan
Makam Raja-raja Imogiri. Dalam hal kebutuhan data juga memperhatikan sumber data yang
digunakan. Kebutuhan Data yang digunakan untuk Kajian Risiko Bencana Kawasan Makam
Raja-raja Imogiri Tahun 2023 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.18 Kebutuhan data dalam Analisis Kajian Risiko
LAPORAN PENDAHULUAN 62
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 63
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Teknik pengumpulan data dalam penyusunan Kajian Risiko Kawasan Makam Raja-raja
Imogiri adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
• Review terhadap kajian KRB Kabupaten Bantul apakah datanya masih relevan atau
sudah expired.
• Mempelajari kebijakan, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
kajian wilayah.
• Menyusun rencana kerja dan metodologi yang akan digunakan.
2) Pengumpulan data sekunder dan FGD
• Pengumpulan data sekunder melalui SKPD terkait
• Pengumpulan data spasial (data collecting)
LAPORAN PENDAHULUAN 64
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
• Penggalian informasi yang lebih mendetail melalui FGD (Focus Group Disscussion)
pada saat paparan pendahuluan.
• Survey Indeks Kasiapsiagaan Masyarakat (IKM)
3) Pengolahan dan analisis data
4) Penyusunan laporan dan album peta
Langkah kerja penyusunan dokumen kajian risiko bencana disajikan pada Gambar
3.17, secara garis besar dibagi menjadi pembuatan peta-peta komponen (bahaya, kerentanan,
dan kapasitas), pembuatan peta risiko, hingga pembuatan peta multirisiko. Pembuatan peta
bahaya dilakukan dengan menganalisis bahaya berdasarkan parameter bahaya endogen dan
eksogen hingga menghasilkan peta bahaya tentatif. Ground checking dilakukan untuk validasi
peta bahaya tentatif, dengan mempertimbangkan peta bahaya yang telah tersedia dan data
kejadian bencana yang mutakhir. Ground checking peta bahaya tentatif menghasilkan peta
bahaya tervalidasi yang dijadikan pertimbangan analisis kerentanan.
Analisis kerentanan terdiri dari data komponen sosial, ekonomi, fisik, dan lingkungan
yang digunakan. Masing-masing komponen kerentanan disajikan secara spasial kemudian
dioverlay menjadi peta kerentanan. Adapun informasi komponen kelembagaan, peringatan
dini, pendidikan, mitigasi, dan kesiapsiagaan digali melalui diskusi kelompok terarah atau FGD
untuk menghasilkan kapasitas daerah, sementara informasi komponen generik dan spesifik
digali melalui wawancara mendalam (indepth interview) menghasilkan kapasitas masyarakat.
Data kapasitas daerah dan kapasitas masyarakat disajikan secara spasial kemudian di -overlay
menghasilkan peta kapasitas.
Risiko merupakan hasil analisis dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Peta bahaya
yang tervalidasi, peta kerentanan, dan peta kapasitas di-overlay per jenis bencana dengan
rumus Rsiko=[Bahaya.Kerentanan.(1-Kapasitas)] 1/3 menghasilkan peta risiko. Risiko
multibahaya akan didapatkan di daerah yang memiliki bahaya lebih dari satu. Penilaian risiko
LAPORAN PENDAHULUAN 65
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
multibahaya didasarkan pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada daerah yang
berada pada lebih dari satu bahaya.
LAPORAN PENDAHULUAN 66
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
BAB IV PELAKSANAAN
KEGIATAN
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
Dalam melakukan tugasnya ini, Team Leader akan selalu berkoordinasi dengan
beberapa anggota tim ahli yang bekerja sesuai dengan bidangnya, yaitu Ahli
Perencanaan/Kebijakan Publik/Kebencanaan/Kebumian dan tenaga pendukung yang terdiri
dari Surveyor, Drafter, Tenaga administrasi dan operator teknis. Masing-masing anggota tim
ahli ini bekerja sesuai dengan jadwal penugasan personil yang telah diatur sesuai dengan
jadwal teknis pelaksanaan pekerjaan sebagaimana telah disusun sebelumnya. Seluruh
LAPORAN PENDAHULUAN 67
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
personil bekerja sesuai dengan petunjuk dari Team Leader sebagai penanggung jawab utama
teknis kegiatan, serta anggota tim ahli sesuai dengan bidang dan kebutuhan teknis
pelaksanaan pekerjaan.
Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Uraian Pekerjaan
Keahlian
Tenaga Ahli
Surya Heppy CV. Multi Ahli Team Leader Sebagai Ahli Manajemen (Leader)
Kurniasari, S.Pd, Lisensi Manajemen Bencana mempunyai tugas dan
M.Sc, Bencana tanggung jawab sebagai berikut:
- Mengkoordinasikan
keseluruhan pelaksanaan
kegiatan, baik kepada pemberi
tugas, tim pelaksana kegiatan,
maupun pihak-pihak yang
terkait.
- Menyusun guide lines
pelaksanaan survei.
- Bertanggungjawab dalam
merumuskan analisis dan
rekomendasi tindak lanjut.
- Mempresentasikan hasil
kepada pemberi tugas.
Galih Aries CV. Multi Ahli Ahli Sebagai Ahli Manajemen Bencana
Sastanto, S.Pd, Lisensi Manajemen Perencanaan/ mempunyai tugas dan tanggung jawab
M.Sc, Bencana Kebijakan sebagai berikut:
Publik / - Bertanggung jawab dalam
Kebencanaan/ pengumpulan data-data
Kebumian - Menyusun data, menganalisis
Vinansius Jimmy CV. Multi Ahli Ahli dan menilai potensi
Jati, S.T, M.M.B., Lisensi Manajemen Perencanaan/ kebencanaan.
Bencana Kebijakan - Mempresentasikan hasil
Publik / kepada pemberi tugas.
Kebencanaan/
Kebumian
Girinsdra CV. Multi Ahli Geologi Ahli
Pradana, S.T, M.T., Lisensi Perencanaan/
Kebijakan
Publik /
Kebencanaan/
Kebumian
LAPORAN PENDAHULUAN 68
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
Lingkup
Nama Perusahaan Posisi Uraian Pekerjaan
Keahlian
Tenaga Pendukung
Aisya Jaya • Membantu tim dalam
CV. Multi Tenaga
Dhannahisvara, Survey berkoordinasi dan kegiatan di
Lisensi Pendukung
S.Si lapangan
Bhayu Satria • Mengumpulkan data lapangan
CV. Multi Tenaga
Andiprayogo,
Lisensi
Survey
Pendukung • Membantu tenaga ahli dalam
A.Md pengambilan data
Rachma Muthia, CV. Multi Tenaga
Survey
A.Md Lisensi Pendukung
Nurul Agustina, CV. Multi Tenaga
Survey
S.Si Lisensi Pendukung
Rukiyya Sri Rayati CV. Multi Tenaga
Survey
Harahap, S.Si Lisensi Pendukung
• Membantu tim ahli
mengumpulkan data sekunder
• Membantu tim ahli untuk
Retno Wulandari, CV. Multi Operator Tenaga
mengidentifikasi dan
S.Kom Lisensi Komputer Pendukung
mengkompilasi data
• Membantu tenaga ahli untuk
menyusun laporan kegiatan
• Membantu tim dalam
berkoordinasi dan kegiatan
surat menyurat dengan
berbagai pihak dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan
Dian Septi CV. Multi Tenaga • Mendokumentasikan berkas-
Administrasi
Nilamsari, A.Md Lisensi Pendukung berkas administrasi kegiatan
sebagai bahan laporan
• Pengelolaan keuangan dan
berbagai pelaksanaan
kegiatan teknis selama
berlangsungnya kegiatan
• Membantu tim ahli untuk
mengidentifikasi dan
CV. Multi Tenaga
Syaripin, S.T Drafter mengkompilasi data
Lisensi Pendukung
• Membantu tenaga ahli untuk
menyusun laporan kegiatan.
Sesuai dengan yang tercantum didalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa total waktu yang
dibutuhkan untuk Pekerjaan “Penyusunan Kajian Indeks Risiko Bencana Kawasan Makam Raja-
Raja Imogiri Tahun 2023” yaitu 90 (Sembilan Puluh) hari kalender. Berdasarkan acuan tersebut
LAPORAN PENDAHULUAN 69
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
selanjutnya akan disusun Jadwal Waktu yang merupakan tulang punggung keseluruhan proses
Kajian, sehingga akan dibuat berdasarkan pada sasaran dan pencapaian target yang jelas.
Jadwal Waktu yang merupakan rencana kerja secara terinci dapat disimak pada Jadwal
Pengawasan (Time Schedule)
LAPORAN PENDAHULUAN 70
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
LAPORAN PENDAHULUAN 71
Kajian Risiko Bencana
Kawasan Makam Raja - Raja Imogiri
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2021. Indeks Risiko Bencana Indonesia. Jakarta:
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Penilaian Kapasitas
Daerah Dalam Penanggulangan Bencana. Sekretariat Negara. Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: Deputi
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. Modul Teknis Penyusunan Kajian Risiko
Bencana Cuaca Ekstrim. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. Modul Teknis Penyusunan Kajian Risiko
Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. Modul Teknis Penyusunan Kajian Risiko
Bencana Banjir. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2019. Modul Teknis Penyusunan Kajian Risiko
Bencana Tanah Longsor. Direktorat Pengurangan Risiko Bencana. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2022. Kecamatan Imogiri Dalam Angka Tahun 2022. Bantul.
LAPORAN PENDAHULUAN 72