Anda di halaman 1dari 3

6.

Kesalahan berbahasa berdasarkan sintaksis dan semantik

1. Sintaksis
Beberapa contoh gejala penggunaan bahasa Indonesia yang dapat dipandang
sebagai kasus yang bersifat problematik pada aspek sintaksis dapat dipaparkan seperti
berikut ini.
1) Penggunaan kata depan tidak tepat
Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat umumnya disebabkan oleh penggunaan
kata depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media
masa, misalnya sebagai berikut:
 di malam itu seharusnya pada malam itu
 pada masa itu seharusnya pada waktu itu
 di hari itu seharusnya hari itu
2) Penyusunan frasa yang salah struktur
Sejumlah frasa kerja yang salah umumnya disebabkan oleh strukturyang tidak tepat,
karena kata keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja. Misalnya:
 belajar sudah seharusnya sudah belajar
 minum belum seharusnya belum minum
 makan sudah seharusnya sudah makan
3) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)
Pada dasarnya, frasa benda yang terstruktur hanya memiliki kata benda + kata sifat
saja. Tidak menggunakan kata penghubung yang diantara keduanya. Misalnya:
 petani yang muda seharusnya petani muda
 pedagang yang hebat seharusnya pedagang hebat
 Guru yang profesional seharusnya guru profesional
4) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata benda tidak menggunakan kata
penghubung yang atau dari. Karena, tanpa menggunakan kata dari pun sudah dapat
menunjukkan asalnya. Contoh:
 gadis dari Bali seharusnya gadis Bali
 pisang dari Ambon seharusnya pisang ambon
5) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+K Pr)
Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak menggunakan kata
penghubung milik atau kepunyaan. Karena, tanpa kata tersebut pun sudah
menunjukkan kepunyan posesif. Misalnya:
 motor milik Imran seharusnya motor Imran
 golok milik Abdullah seharusnya golok abdullah

2. Semantik
Beberapa contoh gejala penggunaan bahasa Indonesia yang dapat dipandang
sebagai kasus yang bersifat problematik pada aspek semantik dapat dipaparkan seperti
berikut ini.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik, antara lain:

1. Gejala Hiperkorek

Kesalahan berbahasa karena "membetulkan" bentuk yang

sudah benar sehingga menjadi salah. Contoh:

• utang (betul) --> hutang ⚫ pihak (betul) --> fihak

2. Gejala Pleonasme

Kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak
diperlukan. Pleonasme ada tiga macam:

1. Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata.

• zaman dahulu (benar)

o dahulu kala (benar)

• zaman dahulu kala (pleonasme)

2. Bentuk jamak dinyatakan dua kali.


。 ibu-ibu (benar)

• para ibu (benar)

。 para ibu-ibu (pleonasme)

3. Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya


sudah cukup jelas. Contoh: maju ke depan, kambuh kembali.

Anda mungkin juga menyukai