Anda di halaman 1dari 60

PENGUJIAN

MATERIAL
KOMPONEN DAN
KONSTRUKSI
REFERENSI
1. DIETER GEORGE.E,Mechanical Metallurgy
2. SNI (Standar Nasional Indonesia)
3. ISO (international Standard Organisation)
4. ASTM (American Society of Testing Material
5. JIS (Japan Industrial Standard)
6. ASM (American Society of Materials) handbook
7. API
8. AWS
9. ASME
PENGUJIAN PENELITIAN

MEMENUHI
SPESIFIKASI
BAHAN PRODUK
BAKU

PROSES QUALITY
PRODUKSI CONTROL

1. MENENTUKAN PEMILIHAN PROSES


2. MENENTUKAN PARAMETER PROSES
3. MENGKONFIRMASI SPESIFIKASI BAHAN BAKU
TUJUAN PENGUJIAN MATERIAL :
1. MENGETAHUI KUALITAS PRODUK---------- P + U
2. FERIFIKASI SESUAI DG SPESIFIKASI ------ P + U
3. MELIHAT KARAKTERISTIK MATERIAL --------- U
4. MENGAMATI KONDISI TERAKHIR ---------------- U
5. MENCARI PENYEBAB KERUSAKAN --- ---------- U
6. MENGHITUNG UMUR SISA -------------------------- U
7. UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT ----------- P

P = PRODUSER
U = USER
PENGUJIAN MATERIAL

TIDAK MERUSAK (DT)


MERUSAK
(NDT)
BISA MERUSAK BISA TIDAK
LOKASI : LAB atau IN SITU (lapangan)

DT BIASANYA UTK MENGETAHUI SIFAT MEKANIS,


NDT UNTUK MENGAMATI KONDISI FISIK
SIFAT MEKANIS

KUAT
TARIK,
GESER KERAS,
TAHAN AUS
KUAT
LENGKUNG, DUCTILE/
TORSI BRITTLE

-TAHAN TERHADAP BEBAN DINAMIS


-TAHAN TERHADAP GAYA PADA TEMP. TINGGI
-TAHAN TERHADAP BEBAN KEJUT
-CREEP, DLL
KONDISI FISIK

RETAK
PENIPISAN

RONGGA
DISKONTINUITAS

-TEBAL LAPISAN/COATING/CAT
-ADANYA KOROSI
-TERJADINYA DEFORMASI
-KEBOCORAN, DLL
PENGUJIAN TIDAK MERUSAK :
1.DYE PENETRANT
2.MAGNETIC PARTICLE
3.RADIOGRFI
4.ULTRASONIC
5.EDDY CURRENT
PENGUJIAN TIDAK MERUSAK :
6.WALL THICKNESS
7.SURFACE ROUGHNESS
8.INSITU HARDNESS
9.KOMPOSISI KIMIA (NDT+DT)
10.INSITU METALOGRAFI
11.XRD (NDT+DT)
12.STRAIN GAUGE
PENGUJIAN MERUSAK
1.METALOGRAFI
2.TENSILE TEST
3.BENDING TEST
4.COMPRESSION TEST
5.SHEAR TEST
6.IMPACT TEST
7.HARDNESS
8.HARDENABILITY
PENGUJIAN MERUSAK
9.TORSION
10.FATIGUE
11.CORROSION
12.SCRATCH TEST
13.WEAR TEST
14.CREEP
15.BONDING TEST
16.SEM (Scanning Electron Microscopy)
17.TEM (Transmission Electron Microscopy)
KEKUATAN TARIK

DIDEFINISIKAN SEBAGAI KEKUATAN MATERIAL


UNTUK MENAHAN BEBAN TARIK STATIS DALAM
SATUAN LUAS TERTENTU.

CARA PENGUJIAN
MENGETAHUI..? TARIK/TENSILE
TEST

PENGUJIAN TARIK DILAKUKAN DENGAN


MEMBUAT BENDA UJI, TETAPI JIKA TIDAK
MEMUNGKINKAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN
FULL SCALE, JIKA ALAT UJI MEMUNGKINKAN
TENSILE TEST/UJI TARIK
TUJUANNNYA :
MENGETAHUI KARAKTERISTIK MEKANIK
AKIBAT PEMBEBANAN TARIK STATIS
PARAMETER YANG BISA DI PEROLEH :
-TENSILE STRENGTH -ELASTIC MODULUS
-YIELD STRENGTH -FRUCTURE TYPE
-DUCTILITY -STRESS/STRAIN
CURVE
-TOUGHNESS
-ELASTIC LIMIT
-BREAKING STRENGTH
PADA PENGUJIAN TARIK, KETIKA BEBAN TARIK
DIBERIKAN MAKA LOGAM AKAN MENGALIR
SEARAH DENGAN SUMBU PEMBEBANAN
seluruh batang mengalami
deformasi, tetapi karena bagian
ujung benda uji dijepit pada mesin
tarik, maka deformasi pada daerah
tersebut tidak sempurna, sehingga
hasil deformasi sukar diamati

JADI : perlu dilakukan alokasi daerah deformasi


dengan membuat gauge length dengan harapan
bahwa mayoritas deformasi hanya terjadi pada
daerah tersebut sampai patah.
BEBERAPA CONTOH BENDA UJI STANDAR
Benda uji standar menurut JIS Z 2201 untuk plat
W = 40 mm; L = 200 mm ; P = 220 mm; R = 25 min;
T = sesuai tebal aslinya
Benda uji standar menurut JIS Z 2201 untuk bars
D = sesuai ukuran material, L = 4 , P = L + 2D
Benda uji standar menurut JIS Z 2201 untuk sheet
W = 25 mm; L = 50 mm ; P = 60 mm; R = 15 min
T = sesuai tebal aslinya

Benda uji standar menurut JIS Z 2201 untuk plat


W = T mm; L = 4´A mm ; P = 1,2L mm; R = 15 min;
T = sesuai tebal aslinya
TYPICAL MATERIALS & STANDARDS

- Ceramics - ISO 15733, ISO 15490, ISO 17561


- Composites - MIL-HDBK-17, ISO 527 (Parts 4 & 5 on FRP
composites)
- Elastomers & Rubber - ASTM D412, ISO 37
- Metals - ASTM E8 (at room temperature, E21 (high
temperature, BS EN 10002, ISO 6892 (at ambient
temperature), ISO 783 (elevated temperature), ISO 15579 (at
low temperature)
- Paper - ASTM D828, ISO 1924 (Parts 1 & 2), ISO 3781
- Plastics - ISO 527, ASTM D638
- Textiles & Yarns - ASTM D76, D3822, D2256, D2653, ISO
9073 (Part 3 on nonwovens), ISO 13934, ISO 13935
- Wood - ISO 9086, 3345, 3346
CONTOH
MESIN UJI
TARIK
MESIN UJI TARIK UTK
PLASTIK DAN POLYMER
KURVA TEGANGAN - REGANGAN.
 = P/A
dimana  : tegangan tarik [N/mm2]
P : gaya tarik [N]
A : luas penampang [mm¨]

 = L/Lo =( L1-Lo/Lo)X 100%


 : regangan [%]
L : panjang setelah penarikan [mm]
Lo : gauge length awal [mm]
L : adalah selisih pertambahan
panjang.
Typical yield behavior for non-ferrous alloys.
1: True elastic limit
2: Proportionality limit
3: Elastic limit
4: Offset yield strength
.
DAERAH ELASTIS.
Daerah elastis adalah daerah
pembebanan dimana logam masih
bersifat elastis, artinya logam
berdeformasi ketika dibebani dan kembali
ke bentuk dan dimensi semula saat beban
dilepas, dan kurvanya berbentuk garis
lurus.
Tegangan pada titik P adalah batas proporsional,
yaitu tegangan tertinggi dimana hukum Hook
masih berlaku, yaitu regangan berbanding lurus
dengan panjang awal dan beban tertentu.
DAERAH PLASTIS.
Daerah plastis ialah daerah tegangan
dimana logam mengalami perubahan bentuk
permanen sebesar L walaupun beban telah
dilepas, mulai daerah ini hukum Hook sudah
tidak berlaku dan kurva mulai keluar dari garis
lurus, dan regangan () yang terbentuk disebut
regangan plastis.

YIELD POINT.
Ialah titik dimana terjadi regangan plastik pada
pembebanan yang sedikit berfluktuasi atau
mendekati konstan.
Pada logam fero titik tersebut ditandai dengan
terbentuknya daerah bergelombang pada kurva
tegangan - regangan. Tetapi pada beberapa
logam non fero titik tersebut tidak nampak jelas
sehingga diambil asumsi bahwa yield terjadi pada
regangan 0,1% atau 0,2 % dan tegangan pada titik
yield ini disebut tegangan yield (y atau 0,2) dan
di beberapa negara seperti Inggris menyebutnya
sebagai proof stress, besarnya tegangan tersebut
ialah Py/Ao.

Tegangan yield ini sangat penting utk menghitung


kekuatan design karena pembebanan pada
operasionilnya tidak boleh melebihi titik yield.
TEGANGAN TARIK MAKSIMUM ( MAX = U)

IALAH TEGANGAN MAKSIMUM LOGAM YANG


MAMPU DICAPAI SAAT DILAKUKAN PENGUJIAN
TARIK. BESAR TEGANGAN TERSEBUT IALAH
BESARNYA GAYA (PMAX) DIBAGI DENGAN
LUAS PERMUKAAN MELINTANG (AO).
TEGANGAN INI MERUPAKAN PATOKAN
KEKUATAN LOGAM, SERTA MENUNJUKKAN
TEGANGAN MAKSIMUM DARI LOGAM YANG
MAMPU DIPIKUL SAAT LOGAM TERSEBUT
DIRUBAH BENTUK/ BERDEFORMASI TANPA
PATAH/ROBEK.
ADA 2 KETENTUAN YANG HARUS
DIPERHITUNGKAN OLEH PARA ENGINEER :
1. JIKA MENGHITUNG GAYA UTK KONSTRUKSI
ATAU SYSTEM MAKA YIELD STRESS TIDAK
BOLEH DI LAMPAU
2. JIKA MENGHITUNG GAYA UNTUK METAL
FORMING, MAKA YIELD DILAMPAUI TAPI MAX
STRESS TIDAK BOLEH

TEGANGAN PATAH
Ialah tegangan dari logam saat logam
tersebut mulai patah akibat pembebanan tarik.
Tegangan patah ini biasa dinotasikan dengan b.
Besarnya ialah P/Ao [N/mm¨].
KELIATAN (DUCTILITY).
Keliatan ialah salah satu sifat logam yang
menunjukkan mudah tidaknya logam tersebut
berdeformasi tanpa patah atau menunjukkan
kemampuan logam untuk mengalir secara plastis
tanpa patah ketika dilakukan proses pengubahan
bentuk

Ductility ini biasanya ditunjukkan oleh besarnya


regangan total (b) dari logam yang mampu
dicapai sampai logam tersebut patah atau
besarnya reduksi luas penampang melintang
sampai logam tersebut patah (q).
b = (Lb - Lo)/Lo
q = (Ao - Ab)/Ao
MODULUS ELASTISITAS.
Modulus Elastisitas atau sering juga disebut
sebagai Modulus Young (E) adalah suatu nilai yang
menunjukkan sifat kekakuan dari logam. Makin
tinggi nilai modulus elastisitas makin rendah
regangan elastis yang dapat dicapai pada beban
yang diberikan. Modulus elastisitas ini berguna
untuk menghitung difleksi dari konstruksi logam
seperti beam, dsb.
Besarnya nilai modulus elastisitas ini dijabarkan
dalam rumus sbb:
E = /
Modulus elastisitas ini hanya berlaku di daerah
elastis dari kurva tegangan - regangan atau di
daerah hukum Hook.
RESILIENCE : ialah kemampuan dari logam untuk
menyerap energi ketika dilakukan deformasi
elastis serta melepaskannya ketika beban di
bebaskan. Nilai ini biasanya diukur dengan
Modulus of Resilience (Ur), yaitu energi regangan
per unit volume yang dibutuhkan untuk
menimbulkan tegangan dari tegangan nol sampai
tegangan yield.
Dari definisi ini menunjukkan bahwa logam yang
ideal yang dapat menahan energi dari beban yang
diberikan agar logam tidak mengalami deformasi
permanen adalah logam yang mempunyai
tegangan yield yang tinggi dan mempunyai
modulus elastisitas yang rendah.(misalnya bahan
untuk per kendaraan)
KETANGGUHAN (TOUGHNESS).
Ketangguhan adalah kemampuan material
untuk menyerap energi didaerah plastis, atau
kemampuan memikul tegangan diatas tegangan
yield tanpa patah. Sifat mekanis ini diperlukan
untuk logam yang digunakan pada komponen
otomotif seperti bagian dari coupling, gear, rantai.
Cara untuk mengukur besarnya ketangguhan ini
ialah dengan menghitung luas daerah dibawah
kurva tegangan regangan. Suatu pendekatan
matematis dapat dibuat untuk menghitung
besarnya ketangguhan(UT) tersebut, seperti :

UT ~ {(y + u)/2}b
NECKING PADA BENDA UJI DUCTILE
NECKING PADA HASIL UJI TARIK

DUCTILE & BRITTLE


FRACTURE
WARNA MENUNJUKKAN TINGKAT REGANGAN
EXTENSO
METER
UNTUK
MENGUKUR
YIELD
STRESS
YANG
TIDAK
JELAS
TANPA KONTAK
EXTENSOMETER
FULL SCALE TENSION TEST

HAL INI DILAKUKAN AGAR DAPAT


DIKETAHUI GAYA MAKSIMUM YANG
SESUNGGUHNYA DARI KOMPONEN
DENGAN BENTUK TERSEBUT SERTA
AGAR DIKETAHUI LOKASI MANA YANG
PALING LEMAH DENGAN BENTUK
KOMPONEN/KONSTRUKSI SEPERTI ITU.
KEKUATAN TARIK BERBAGAI MATERIAL
SALAH SATU SIFAT MATERIAL YANG DICARI
UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR
SELAIN SIFAT MEKANIS, MATERIAL YANG
DIGUNAKAN UNTUK PRODUK YANG MENAHAN
BEBAN MANUFAKTURER HARUS MENGETAHUI
KONDISI OPERASIONAL SEPERTI : JENIS
BEBAN, ARAH, STRESS LEVEL, LINGKUNGAN,
TEMPERATUR, ABRASIV, DLL.
SELAIN DG PERUBAHAN KOMPOSISI KIMIA,
PENINGKATAN KEKUATAN DAPAT DICAPAI DG:
❖ KONTROL CACAT KRISTAL
❖ STRAIN HARDENING
❖ SOLID SOLUTION HARDENING
❖ GRAIN SIZE STRENGTHENING: rumus Hall-
Petch---- y = 0 + Kd-1/2
KEKUATAN LENGKUNG / KEKUATAN LENTUR:
kemampuan logam dalam menerima beban tekan
Perhitungan perhitungan dari besar tegangan
lentur : b = 3FL/2wh2
Eb = (L3F/4wh3d)
dimana b : tegangan lentur [N/mm2]
F : beban patah [N]
L : Panjang jarak tumpuan [mm]
Eb : Modulus lentur [N mm]
w : lebar benda uji [mm]
h : tebal dan d : difleksi
Three-point bending test: (a) specimen geometry
and loading, (b) finite element mesh
PRINSIP UJI LENGKUNG
UJI LENGKUNG UNTUK LAS LASAN
Searah Tegak
rolling lurus
rolling

A flat spot can When the base When the properties of the base Notches that are
appear in the metal is metal and weld metal are perpendicular to stress
center of the length significantly
significantly different, some codes fields create localized stress
of the bend stronger than the
specimen when the weld metal, the permit the use of a longitudinal concentrations where
strength of the bending strains bend specimen cracks may occur.
weld exceeds than concentrate in the
that of the base weld creating a
metal "dog house" look
Salah satu tujuan pengujian bending ialah untuk
mengamati kejadian/ reaksi yang timbul ketika
logam ditekuk yaitu Spring Back
Pada proses bending terdapat spring back yaitu
perubahan dimensi pada hasil pembentukan setelah
tekanan pembentuk ditiadakan. Perubahan ini
merupakan akibat dari perubahan regangan yang
dihasilkan oleh pemulihan elastis (elastic recovery).
elastic recovery ini lebih besar kalau logam yang
bersangkutan mempunyai tegangan yield yang
tinggi, modulus elastisitas rendah dan mempunyai
regangan plastis yang tinggi dan jika rasio panjang
terhadap tebal besar
UJI TEKAN

UJI TEKAN JUGA


DILAKUKAN PADA
PIPA DISEBUT
FLATENING TEST
P
UJI TEKAN

MELIHAT DARI ARAH PEMBEBANAN


UJI TEKAN ADALAH KEBALIKAN
DARI UJI TARIK . UJI TEKAN
MENGHASILKAN COMPRESSIVE
YIELD STRESS, COMPRESSIVE
ULTIMATE STRESS, DAN
COMPRESSIVE MODULUS OF
ELASTICITY

PENGUJIAN TEKAN INI SANGAT


BERMANFAAT UNTUK MENGUKUR
SIFAT ALIR PLASTIS DAN BATAS
PATAH DUCTILE DARI MATERIAL
Karena volme benda uji tetap, maka ketika
ditekan tingginya turun diikuti dengan makin
besarnya penampang melintang

Sama dengan uji tarik, besarnya tegangan


sama dengan beban dibagi luas penampang
melintang
Flow curves for Al-2%Mg alloy tested in
compression for various lubricant
Curve 1, molygrease; curve 2,
Molykote spray; curve 3, boronnitride
spray; curve 4, boron-nitride and
alcohol; curve 5, Teflon and Molykote
spray;
curve 6, polished dry anvils; curve 7,
grooved anvils.
Penetration test digunakan untuk menentukan
daya tahan penetrasi dari plastik padat sebuah
penetrator di dorong ke benda uji pada kecepatan
konstan dan pada sudut yang tepat kemudian
mempenetrasi benda uji. Pengujian dapat
dilakukan pada rentang temperatur dari –40 ºC
sampai +23 ºC.
Yang diukur :
Maximum force FM [N]
Deflection at maximum force lM
[mm]
Energy to maximum force EM [J]
Puncture deflectionlP [mm]
Puncture energy EP [J]

Standard:
DIN EN ISO 6603-2
UJI PENETRASI
PLALSTIK/POLYMER
Tear propagation / separation / shear / take-off
tests Tear propagation testing is carried out on
soft films and very flexible elastomers where the
tensile test does not produce any product
differentiation.
The previously notched samples are pulled apart
from one another and the force required to do so
is recorded. This is highly dependent on the
angle at which they are pulled apart.
Hasil :
Tear propagation resistance
[N/mm thickness of test piece]
Complete stress-deformation
diagram with all measuring
channels
Standards:
ASTM D1004
ASTM D1938

Anda mungkin juga menyukai