Anda di halaman 1dari 14

e-ISSN : 2443-308X

Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023 p-ISSN : 2086-7352

Diterima : 30 Juni 2023 | Selesai Direvisi : 05 Juli 2023 | Disetujui : 07 Juli 2023 | Dipublikasikan : Juni 2023
DOI : http://dx.doi.org/10.24853/jk.14.2.175-188
Copyright © 2023 Jurnal Konstruksia
This is an open access article under the CC BY-NC licence (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)

Estimasi Lendutan Pelat Untuk Menghitung Kapasitas Beban Dengan


Akurasi Tinggi Menggunakan Uji Getar

Heri Khoeri1,2, Sofia W. Alisjahbana1, Jack Widjajakusuma1 dan Najid1

1ProdiTeknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440
2Prodi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. Cempaka Putih Tengah 27, Jakarta, 10510
Email korespondensi: hkhoeri@hesa.co.id

ABSTRAK
Asesmen kapasitas struktur bangunan eksisting dapat dilakukan dengan cara analitis,
dimana mutu dan dimensi elemen struktur dapat diperoleh dari pengujian dan pengukuran.
Uji beban statik disarankan untuk dilakukan dalam beberapa pedoman pemeriksaan
bangunan eksisting, namun jarang dilakukan karena membutuhkan waktu persiapan dan
pelaksanaan pengujian beberapa hari. Hal ini tentunya mengganggu operasional bangunan,
selain masalah biaya dan resiko terhadap struktur itu sendiri. Alternatif yang cukup efektif
adalah dengan uji getar, dari data percepatan menggunakan Fast Fourier Transformation,
frekuensi struktur dapat diketahui. Lendutan dapat diestimasi dengan integrasi ganda data
percepatan. Namun dalam banyak kasus mengubah data percepatan menjadi lendutan tidak
selalu akurat karena ketidaktahuan kondisi awal dan noise yang tidak dapat dihindari
dalam proses perekaman. Filtering data percepatan yang diterapkan pada satu kasus belum
tentu cocok untuk kasus lainnya, karena proses koreksi memungkinkan menghilangkan/
merubah data. Pada penelitian ini mengusulkan penggunaan Highpass Equripple FIR pada
data percepatan pada tiap tahap integrasi numerik dengan optimasi pada Panjang Filter.
Interpolasi dilakukan dengan hermite kubik dan integrasi menggunakan metode Simpson
3/8. Dengan algoritma tersebut dihasilkan estimasi lendutan statik dari data percepatan
100.67% dari lendutan hasil uji statik dengan deviasi 1.86%.%. Kapasitas beban dapat
diketahui dengan memasukkan lendutan ijin pada persamaan lendutan.
Kata kunci: percepatan, filter, FIR, lendutan, uji getar

ABSTRACT
Assessment of the capacity of existing building structures can be done in an analytical way,
where the quality and dimensions of structural elements can be obtained from testing and
measurement. Static load tests are recommended to be carried out in several existing
building inspection guidelines, but are rarely carried out because they require several days
of preparation time and test execution. This certainly interferes with building operations, in
addition to cost issues and risks to the structure itself. A fairly effective alternative is to
vibrate test, from the acceleration data using Fast Fourier Transformation, the frequency of
the structure can be known. Deflection can be estimated by double integration of
acceleration data. However, in many cases, converting acceleration data into deflection is
not always accurate due to ignorance of the initial conditions and unavoidable noise in the
recording process. Accelerated data filtering applied to one case is not necessarily suitable
for other cases, because the correction process allows removing/changing data. This study
proposes the use of Highpass Equripple FIR in acceleration data at each stage of numerical
integration with optimization in Filter Length. Interpolation is performed with cubic hermite
and integration using the Simpson 3/8 method. With this algorithm, static deflection
estimation is produced from acceleration data of 100.67% of the deflection of static test
results with a deviation of 1.86%.%. The load capacity can be determined by inserting a
permit deflection in the deflection equation.
Keywords: acceleration, filter, FIR, deflection, vibrating test

Jurnal Konstruksia 175 | K o n s t r u k s i a


Jurnal Konstruksia Terakreditasi Sinta 4 https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/google/378
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

1. PENDAHULUAN dengan 2, maka hampir 95% beban akan


Dalam SNI 2847:2019, Pasal 27-Evaluasi dilimpahkan dalam arah bentang pendek,
Kekuatan Struktur Eksisting, 27.2.3 dan pelat akan menjadi sistem pelat satu
dinyatakan, “bila pengaruh penurunan arah.
kekuatan tidak diketahui dengan baik atau Dalam SNI 2847-2019, dalam beberapa
tidak memungkinkan untuk mengukur ketentuan memberikan penyederhanaan
dimensi dan menentukan properti untuk disain pelat satu arah seperti pada
material pada komponen yang diperlukan balok, diantaranya:
untuk analisis, maka uji beban diperlukan ▪ R7.3.1 Ketentuan ketebalan minimum
sesuai 27.4” [1]. Uji beban statis pada pelat pelat satu arah sama seperti balok.
secara aktual menggambarkan performa ▪ R7.3.2 Dasar perhitungan lendutan
pelat berdasarkan hubungan beban dan untuk pelat satu arah sama seperti pada
lendutan. Pada bangunan eksisting balok.
umumnya terkendala operasional ▪ R7.4.3.2 Persyaratan penampang geser
bangunan, karena membutuhkan waktu kritis dalam pelat satu arah sama
dan menghentikan operasional bangunan seperti pada balok.
setidaknya pada modul pelat yang akan ▪ R7.6.3 Dasar untuk penulangan geser
diuji dan lantai di bawahnya. Metode minimum pada pelat satu arah sama
pengujian lain yang dapat diterapkan seperti pada balok.
adalah uji getar, yaitu dengan ▪ R7.6.3.2 Dasar evaluasi kekuatan
menempatkan sensor percepatan pada berdasarkan pengujian untuk pelat satu
pelat yang dikenai beban impulse. Dari arah sama seperti balok.
data percepatan, frekuensi pelat dapat ▪ R7.7.3 Persyaratan penyaluran
diketahui dengan Fast Fourier tulangan pada pelat satu arah sama
Transformation, FFT. Jika frekuensi dan dengan balok.
massa struktur diketahui, maka kekakuan
struktur dapat diketahui. Statika Pada Balok Euler-Bernoulli
Idealnya respon lendutan dapat diperoleh Persamaan Euler-Bernoulli menunjukkan
dengan integrasi ganda data percepatan. hubungan antara lendutan balok dan
Mode shape lendutan dapat diperoleh beban merata yang bekerja [3].
dengan memplotkan posisi sensor, 𝜕2 𝜕2 𝑧
(𝐸𝐼 2 ) = 𝑞 (1)
Selanjutnya persamaan statika dapat 𝜕𝑥 2 𝜕𝑥
direkonstruksi agar mendekati aktualnya. Dengan z(x) lendutan vertikal elemen
Masalahnya mengubah melakukan balok sejarak x dari tumpuan kiri, E
integrasi ganda data percepatan menjadi modulus Young, I momen inersia
lendutan tidak selalu memberikan solusi penampang balok, persamaan (1) dapat
yang akurat, karena beberapa hal, dituliskan sebagai:
diantaranya kondisi awal yang tidak 𝜕4𝑧
diketahui dan noise yang tidak dapat 𝐸𝐼 4 = 𝑞(𝑥) (2)
𝜕𝑥
dihindari dalam proses perekaman. Selain Turunan lendutan, z adalah sudut rotasi :
itu, proses koreksi yang diterapkan dalam 𝜕𝑧
memperkiraan lendutan dari percepatan 𝜃(𝑥) = (3)
𝜕𝑥
memungkinkan menghilangkan beberapa Momen, M dan geser, V dapat dinyatakan:
data [2]. Untuk mengatasinya diusulkan 𝜕2𝑧
filtering dengan Finite Impulse Response 𝑀(𝑥) = −𝐸𝐼 2 (4)
𝜕𝑥
(FIR) diformulasi dalam domain waktu. 𝜕𝑀(𝑥) 𝜕3𝑧
𝑉(𝑥) = = −𝐸𝐼 3 (5)
𝜕𝑥 𝜕𝑥
2. SIMPLIFIKASI PELAT SATU ARAH Dengan subtitusi kondisi batas, maka
Apabila pelat tertumpu di keempat sisinya, pers. (2), (3), (4), (5) dapat diselesaikan.
dan rasio bentang panjang terhadap
bentang pendek lebih besar atau sama

176 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Tinjau balok dengan tumpuan Pegas 𝑍(𝑥) = 𝐶1 sin(𝑘𝑥) + 𝐶2 cos(𝑘𝑥) (10)


Rotasi dan Pegas Vertikal seperti gambar + 𝐶3 sinh(𝑘𝑥)
berikut: + 𝐶4 cosh(𝑘𝑥)
𝑇(𝑡) = 𝐴 cos(𝜔𝑡) + 𝐵 sin(𝜔𝑡) (11)
k dan 𝜔 terhubung satu sama lain dengan:
𝐸𝐼
𝜔𝑖 = (𝑘𝑖 )2 √𝜌𝐴; (i =
(12)
1,2,3,4,5, ∞)
k menyatakan frekuensi tanpa dimensi dan
Gambar 1. Balok Euler-Bernoulli dengan 𝜔 adalah frekuensi sudut. 𝐶1 sampai
dua pegas rotasi dan dua pegas vertikal dengan 𝐶4 ditentukan berdasarkan
kondisi batas.
Kondisi batas balok pada Gambar 1 yang
dibebani beban merata q adalah: Fungsi Green
𝑀|𝑥=0 = 𝑘𝑟1 𝜃|𝑥=0 Sebuah persamaan diferensial parsial
𝑀|𝑥=1 = −𝑘𝑟1 𝜃|𝑥=1 linear homogen dengan operator
(6)
𝑉|𝑥=0 = −𝑘𝑣1 𝑧|𝑥=0 diferensial L dan fungsi sumber 𝑅𝑛
𝑉|𝑥=𝐿 = 𝑘𝑣2 𝑧|𝑥=𝐿 Euclidean space, pada sebuah titik 𝑥𝑓,
Solusi untuk pers (2), (3), (4), (5), dengan maka fungsi Green G(x,𝑥𝑓):
kondisi batas (6) adalah: {G(x, z)} = δ(x - xf) (13)
𝑦(𝑥) = 𝑞(𝑘𝑟1 𝑘𝑟2 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿4 (𝐿 − di mana δ(x - xf) fungsi Dirac delta. Fungsi
𝑥)2 𝑥 2 + 144𝐸 3 𝐼3 𝐿(2𝑘𝑟1 + Dirac delta sendiri didefinisikan:
2𝑘𝑟2 + 𝑘𝑣2 𝐿(𝐿 − 𝑥) + 𝑘𝑣1 𝐿𝑥) +
12𝐸 2 𝐼2 (24𝑘𝑟1 𝑘𝑟2 𝐿2 + (5𝑘𝑟1 + (14)
3𝑘𝑟2 )𝑘𝑣2 𝐿4 + 𝐿3 (8𝑘𝑟2 𝑘𝑣1 − Fungsi Dirac delta dalam hal ini memiliki
4𝑘𝑟2 𝑘𝑣2 + 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿2 )𝑥 + fungsi penting, yaitu:
6𝑘𝑟1 (𝑘𝑣1 − kv2)𝐿2 𝑥 2 −
(15)
2𝑘𝑣1 𝐿(2(𝑘𝑟1 + 𝑘𝑟2 ) +
𝑘𝑣2 𝐿2 )𝑥 3 + ((𝑘𝑟1 + 𝑘𝑟2 )(𝑘𝑣1 +
𝑘𝑣2 ) + 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿2 )𝑥 4 ) + Getaran Bebas Balok Euler-Bernoulli
(7) Kondisi batas balok sebenarnya komplek,
2𝐸𝐼𝐿(𝑘𝑟1 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿2 (3𝐿 − 2𝑥)(𝐿 −
𝑥)𝑥 2 + 𝑘𝑟2 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿2 (𝐿 − jarang ada kondisi yang sepenuhnya jepit,
𝑥)2 𝑥(𝐿 + 2𝑥) + sendi atau bebas sempurna. Tinjau model
6𝑘𝑟1 𝑘𝑟2 (𝑘𝑣1 𝑥 2 (−2𝐿 + 𝑥)2 + balok Euler-Bernoulli dengan tumpuan
𝑘𝑣2 (𝐿2 − 𝑥 2 )2 ))))/ pegas rotasi dan pegas vertikal di kedua
(24𝐸𝐼(𝑘𝑟1 𝑘𝑟2 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿4 + ujungnya seperti pada Gambar 1. Dengan
12𝐸 2 𝐼2 ((𝑘𝑟1 + 𝑘𝑟2 )(𝑘𝑣1 + 𝑘r1 dan 𝑘r2 konstanta pegas rotasi kiri dan
𝑘𝑣2 ) + 𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿2 ) + kanan, dan 𝑘v1 dan 𝑘v2 konstanta pegas
4𝐸𝐼𝐿(3𝑘𝑟1 𝑘𝑟2 (𝑘𝑣1 + 𝑘𝑣2 ) + vertikal pada tumpuan kiri dan kanan,
(𝑘𝑟1 + 𝑘𝑟2 )𝑘𝑣1 𝑘𝑣2 𝐿2 )) maka Mode shape getaran vertikal dapat
dinyatakan sebagai:
Dinamika pada Balok Euler-Bernoulli 𝑍(𝜉) = 𝐶1 sin(𝑘𝜉) + 𝐶2 cos(𝑘𝜉)
Teori balok menjelaskan hubungan antara + 𝐶3 sinh(𝑘𝜉) (16)
lendutan, z(x,t) dan momen lentur, 𝑀(𝑥,𝑡): + 𝐶4 cosh(𝑘𝜉)
𝜕2𝑧 Dimana 𝜉 (tanpa dimensi) menyatakan
𝑀(𝑥, 𝑡) = −𝐸𝐼 2 (8) panjang dalam x/L. Kondisi batas balok
𝜕𝑥
Dengan z lendutan vertikal sejarak x dari Euler-Bernoulli Gambar 1 dapat dinyakan:
tumpuan kiri, E modulus Young, I momen
inersia, mode shape getaran bebas Balok 𝑀|𝜉=0 = 𝑘𝑟1 𝜃|𝜉=0
Euler-Bernoulli dapat dinyatakan [4]: 𝑀|𝜉=1 = −𝑘𝑟1 𝜃|𝜉=1
𝑧(𝑥, 𝑡) = 𝑍(𝑥)𝑇(𝑡) (9) 𝑉|𝜉=0 = −𝑘𝑣1 𝑧|𝜉=0 (17)

177 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

𝑉|𝜉=𝐿 = 𝑘𝑣1 𝑧|𝜉=𝐿 Jika redaman diabaikan, fungsi getaran


Momen lentur, M, sudut rotasi, , dan gaya dapat diturunkan untuk frekuensi tanpa
geser, V dapat dihitung sebagai berikut: dimensi, b lebuh kecil dari frekuensi cut-
𝐸𝐼𝑘 2 off .
𝑀(𝜉) = 2 (−𝐶1 sin(𝑘𝜉)
𝐿 4
− 𝐶2 cos(𝑘𝜉) (18) √(𝑟 2 − 𝑠 2 ) + > (𝑟 2 + 𝑠 2 )
+ 𝐶3 sinh(𝑘𝜉) 𝑏2 (26)
1
+ 𝐶4 cosh(𝑘𝜉)) Dengan 𝑏 < 2 2
3 𝑟 𝑠
𝐸𝐼𝑘 G (𝜉, 𝜉𝑓) adalah penjumlahan dua bagian,
𝑉(𝜉) = 3 (−𝐶1 cos(𝑘𝜉)
𝐿 solusi homogen dan solusi partikular.
+ 𝐶2 sin(𝑘𝜉) (19) 𝐺(𝜉, 𝜉𝑓 ) =
+ 𝐶3 cosh(𝑘𝜉) (27)
𝐺0 (𝜉) + 𝐺1 (𝜉, 𝜉𝑓 )𝐻(𝜉 − 𝜉𝑓 )
+ 𝐶4 sinh(𝑘𝜉))
𝐸𝐼𝑘 dimana 𝐻(𝜉−𝜉𝑓) adalah step function, yang
𝜃(𝜉) = (𝐶1 cos(𝑘𝜉) bernilai 0 jika 𝜉 < 𝜉𝑓; dan 1jika 𝜉>𝜉𝑓. 𝐺0(𝜉)
𝐿
− 𝐶2 sin(𝑘𝜉) (20) adalah solusi homogen:
+ 𝐶3 cosh(𝑘𝜉) 𝐺0 (𝜉) = 𝐶1 sin(𝑘𝜉) + 𝐶2 cos(𝑘𝜉)
+ 𝐶4 sinh(𝑘𝜉)) + 𝐶3 sinh(𝑘𝜉) (28)
Subtitusi pers. (18), (19), (20) ke kondisi + 𝐶4 cosh(𝑘𝜉)
batas (17), kemudian ditulis ulang dalam k adalah frekuensi tanpa satuan:
bentuk matriks. Selanjutnya untuk 4 𝐸𝐼𝜔 2 𝐿4
mencari solusi nontrivial 𝐶1 sampai 𝐶4, 𝑘=√ (29)
𝜌𝐴
determinan matiks harus nol. Dengan
mathematica wolfram persamaan dapat 𝐺1(𝜉, 𝜉𝑓) adalah solusi tidak homogen:
diselesaikan, dan frekuensi sudut dapat 𝐺1 (𝜉, 𝜉𝑓 ) = 𝑃1 cosh[𝑘(𝜉 − 𝜉𝑓 )]
dihitung dengan: + 𝑃2 sinh[𝑘(𝜉
𝐸𝐼
𝜔𝑖 = (𝑘𝑖 )2 √𝜌𝐴 (i = − 𝜉𝑓 )]
(21) + 𝑃3 cos[𝑘(𝜉 (30)
1,2,3,4,5, ∞) − 𝜉𝑓 )]
+ 𝑃4 sin[𝑘(𝜉
Getaran Paksa Balok Euler-Bernoulli
Kurva lendutan akibat getaran paksa pada − 𝜉𝑓 )]
Balok Euler-Bernoulli dengan gaya eksitasi Dari kondisi kontinuitas:
terdistribusi acak q(𝜉,t) dapat dinyatakan: 𝐺(𝜉𝑓 + , 𝜉𝑓 ) − 𝐺(𝜉𝑓 − , 𝜉𝑓 ) = 0
𝐸𝐼𝜕 4 𝑧 𝜕2𝑧 𝜃(𝜉𝑓 + , 𝜉𝑓 ) − 𝜃(𝜉𝑓 − , 𝜉𝑓 ) = 0
+ 𝜌𝐴 2 = 𝑞(𝜉, 𝑡) (22) (31)
𝐿4 𝜕𝜉 4 𝜕𝑡 𝑀(𝜉𝑓 + , 𝜉𝑓 ) − 𝑀(𝜉𝑓 − , 𝜉𝑓 ) = 0
Aplikasikan transformasi Laplace: 𝑉(𝜉𝑓 + , 𝜉𝑓 ) − 𝑉(𝜉𝑓 − , 𝜉𝑓 ) = 0
𝐸𝐼 Sudut rotasi 𝜃, momen M, dan gaya geser
𝑧′′′′(𝜉, 𝜔) + 𝜌𝐴𝜔2 𝑧(𝜉, 𝜔) (23)
𝐿4 V, dapat dihitung sebagai berikut:
= 𝑞(𝜉, 𝜔) 𝑑𝐺 1 𝑑𝐺
Kurva lendutan akibat getaran paksa pada 𝜃(𝜉, 𝜉𝑓 ) = = (32)
𝑑𝑥 𝐿 𝑑𝜉
Balok Euler-Bernoulli dengan gaya eksitasi
𝑑 2 𝐺 𝐸𝐼 𝑑 2 𝐺
terdistribusi acak q(𝜉,t) dapat dinyatakan 𝑀(𝜉, 𝜉𝑓 ) = 𝐸𝐼 2 = 2 2 (33)
dalam steady state: 𝑑𝑥 𝐿 𝑑𝜉
𝑧(𝜉, 𝑡) = 𝐺(𝜉, 𝜉𝑓 )𝑒𝑥𝑝(𝑖𝜔𝑡) (24) 𝑑 3 𝐺 𝐸𝐼 𝑑 3 𝐺
𝑉(𝜉, 𝜉𝑓 ) = 𝐸𝐼 3 = 2 3 (34)
dengan 𝜉𝑓 adalah titik dimana beban 𝑑𝑥 𝐿 𝑑𝜉
bekerja Pers.(23) dapat dituliskan ulang Dengan substitusi pers. (30), (32), (33),
menjadi: dan (34) ke dalam pers. (31), diperoleh:
𝐸𝐼 ′′′′ 𝑃1 + 𝑃3 = 0
𝐺 (𝜉, 𝜉𝑓 ) − 𝜌𝐴𝜔2 𝐺(𝜉, 𝜉𝑓 ) 𝑘 (35)
𝐿4 (25) (𝑃2 + 𝑃4 ) = 0
= 𝛿(𝜉, 𝜉𝑓 ) 𝐿

178 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

2𝐸𝐼𝑘 2 EI𝑘 3
(𝑃1 − 𝑃3 ) = 0 𝑉[𝜉, 𝜉𝑓 ] = (−𝐶1 Cos[𝑘𝜉]
𝐿2 𝐿3
2𝐸𝐼𝑘 3 + C2Sin[𝑘𝜉]
(𝑃2 − 𝑃4 ) = 0 + C3Cosh[𝑘𝜉]
𝐿3
Pers. (35) dapat diselesaikan, dimana: + C4Sinh[𝑘𝜉]
𝐿2
𝑃1 = 0; 𝑃2 = 2𝐸𝐼𝑘 2; 𝑃3 = 0; 𝐿3 (40)
+ Cosh[𝑘(𝜉
𝐿2 (36) 2EI𝑘 3
𝑃4 = − − 𝜉𝑓 )]𝐻[𝜉 − 𝜉𝑓 ]
2𝐸𝐼𝑘 2 𝐿3
Getaran paksa dalam bentuk tertutup: + Cos[𝑘(𝜉
𝐺(𝜉, 𝜉𝑓 ) = 𝐶1 sin(𝑘𝜉) 2EI𝑘 3
− 𝜉𝑓 )]𝐻[𝜉 − 𝜉𝑓 ])
+ 𝐶2 cos(𝑘𝜉)
Kondisi batas untuk balok ini adalah:
+ 𝐶3 sinh(𝑘𝜉)
𝑀(0, 𝜉𝑓 ) = 𝑘𝑅1 𝜃(0, 𝜉𝑓 )
+ 𝐶4 cosh(𝑘𝜉)
𝐿2 𝑀(𝜉, 𝜉𝑓 ) = 𝑘𝑅2 𝜃(𝜉, 𝜉𝑓 )
+ sinh[𝑘(𝜉 (41)
2𝐸𝐼𝑘 2 𝑉(0, 𝜉𝑓 ) = 𝑘𝑉1 𝑉(𝜉, 𝜉𝑓 )
− 𝜉𝑓 )] 𝐻[𝑘(𝜉 (37) 𝑉(𝜉, 𝜉𝑓 ) = 𝑘𝑉2 𝑉(𝜉, 𝜉𝑓 )
− 𝜉𝑓 )] Dengan subtitusi pers. (37), (38), (39), dan
𝐿2 (40) ke dalam kondisi batas pers. (41),
− sin[𝑘(𝜉 persamaan dapat dituliskan dalam bentuk
2𝐸𝐼𝑘 2
− 𝜉𝑓 )] 𝐻[𝑘(𝜉 matriks. Untuk mencari solusi nontrivial
𝐶1 sampai 𝐶4, determinan matiks harus
− 𝜉𝑓 )]
nol. Dengan mathematica wolfram
Pada balok dengan pegas rotasi dan pegas persamaan tersebut dapat diselesaikan.
verikal Gambar 1, lendutan G seperti pada
persamaan (37), Sementara Rotasi sudut ,
momen M, dan Geser V dapat dituliskan: 3. METODE ESTIMASI LENDUTAN
𝑘 DARI DATA PERCEPATAN
𝜃[𝜉, 𝜉𝑓 ] = (𝐶1 Cos[𝑘𝜉]
𝐿 Studi terdahulu
+ C2Sin[𝑘𝜉] Respon perpindahan dapat diperoleh
+ C3Cosh[𝑘𝜉] dengan integrasi ganda sinyal percepatan.
+ C4Sinh[𝑘𝜉] Namun dalam banyak kasus mengubah
𝐿3 (38) sinyal percepatan menjadi perpindahan
+ Cosh[𝑘(𝜉
2EI𝑘 3 melalui integrasi ganda tidak selalu
− 𝜉𝑓 )]𝐻[𝜉 − 𝜉𝑓 ] memberikan solusi yang andal karena
𝐿3 kondisi awal yang tidak diketahui dan
− Cos[𝑘(𝜉 − 𝜉𝑓 )]𝐻[𝜉 noise yang tidak dapat dihindari dalam
2EI𝑘 3
− 𝜉𝑓 ]) sinyal percepatan. Selain itu, proses
EI𝑘 2 koreksi yang diterapkan pada perkiraan
𝑀[𝜉, 𝜉𝑓 ] = 2 (−𝐶1 Sin[𝑘𝜉] perpindahan dari percepatan
𝐿
− C2Cos[𝑘𝜉] kemungkinan akan menghilangkan
+ C3Sinh[𝑘𝜉] beberapa informasi penting, yang
+ C4Cosh[𝑘𝜉] menyebabkan hilangnya beberapa data
𝐿3 (39) perpindahan, umumnya komponen
+ 3
Sinh[𝑘(𝜉 frekuensi rendah dari gerakan struktur
2EI𝑘
− 𝜉𝑓 )]𝐻[𝜉 − 𝜉𝑓 ] [5].
𝐿3 Salah satu pendekatan adalah estimasi
+ Sin[𝑘(𝜉 pengukuran sebagai pusat orde kedua dari
2EI𝑘 3
− 𝜉𝑓 )]𝐻[𝜉 − 𝜉𝑓 ]) beda hingga (second-order central finite
difference). Lendutan direkonstruksi
dengan meminimalkan kesalahan kuadrat
terkecil antara percepatan yang

179 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

diperkirakan dan percepatan yang diukur. frekuensi rendah (high-pass filter).


Metode yang diusulkan adalah metode Filtering telah banyak digunakan baik yang
filter Finite Impulse Response (FIR) yang dikombinasi dengan koreksi baseline atau
diformulasikan dalam domain waktu. hanya filtering saja dan memberikan
Jendela pergerakan-waktu menyebabkan peningkatan dalam akurasi perkiraan
hilangnya bagian dari perpindahan yang lendutan [10].
direkonstruksi pada kondisi batas
(boundary) rekaman perpindahan (awal Filter pada sinyal
dan akhir). Bagian yang hilang bisa jadi Dikenal dua jenis filter yaitu analog dan
penting, terutama bagian awal karena digital. Dari cara kerjanya dalam domain
dalam beberapa peristiwa perpindahan frekuensi, diklasifikasikan menjadi: Low-
puncak terjadi di awal [6]. Pass, High-Pass, Band-Pass dan Band-Stop.
Berg dan Housner (1961) menerbitkan
sebuah penelitian membahas tentang
mendapatkan kecepatan dan lendutan dari
integrasi data percepatan gerakan tanah
yang kuat. Integrasi percepatan dengan
asumsi kecepatan dan lendutan awal nol.
Berg dan Housner membandingkan
lendutan hasil integrasi dengan data
lendutan, dan melihat hubungan yang
realistis keduanya, dan berpendapat
bahwa penyimpangan yang ada karena
keterbatasan instrumen [7]. Gambar 2. Respon ideal Low-Pass, High-
Trifunac (1971) mengusulkan pendekatan Pass, Band-Pass dan Band-Stop
koreksi baseline dengan high pass filtering
untuk data percepatan digital yang tidak Dalam aplikasinya sulit mewujudkan filter
terkoreksi. Dengan pendekatan barunya sempurna seperti Gambar 2, semakin
classical parabolic baseline correction. tinggi kompleksitas filter akan mendekati
Berkesimpulann bahwa metode baru yang ideal.
diusulkan lebih akurat tidak tergantung Menurut respon impulsenya filter digital
dari catatan panjangnya. Sedangkan dibagi dua, yaitu Infinite Impulse Filter
akurasi koreksi parabola klasik (IIR) dan Finite Impulse Response (FIR).
dipengaruhi oleh panjang rekaman data Fungsi transfer dari FIR dan IIR disajikan
[8]. berturut-turut pada pers. (42) dan (43).
Yang (2006) mengusulkan melakukan ∑𝑁 −𝑘
𝑘=0 𝑏𝑘 𝑧
koreksi baseline dalam domain waktu 𝐻(𝑧) = (42)
untuk pengukuran percepatan sebelum 1 + ∑𝑀𝑘=1 𝑎𝑘 𝑧
−𝑘
𝑁−1
integrasi dengan the least-square curve,
kemudian melakukan pemrosesan lebih 𝐻(𝑧) = ∑ ℎ(𝑘)𝑧 −𝑘 (43)
lanjut dalam domain frekuensi dengan 𝑘=0
Algoritma Pemrosesan Sinyal
window filtering untuk menghapus sumber
Percepatan
komponen frekuensi rendah dalam
Dalam penelitian ini diusulkan filtering
integrasi. Yang dkk. membandingkan
data dua kali untuk memperoleh lendutan
pendekatan mereka dengan Trifunac
dari integrasi percepatan yang mendekati
(1971) dan lainnya. Pendekatannya
hasil pengukuran, dengan alur sebagai
memberikan hasil yang lebih baik dalam
berikut:
studi kasus mereka [9].
Filtering umumnya digunakan untuk
menghilangkan komponen frekuensi
tinggi (low-pass filter) atau komponen

180 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Gambar 3. Algoritma usulan estimasi


lendutan

Highpass FIR dengan Equiripple Filter


FIR dengan Equiripple Filter dirancang
untuk memberikan respons amplitudo
Gambar 5. Alur Penelitian
merata di rentang frekuensi tertentu.
Uji statik dan uji dinamik dilakukan di
lokasi yang dengan denah lokasi pengujian
statik seperti pada gambar berikut:

Gambar 4. Disain highpass FIR Equiripple


Gambar 6. Lokasi Uji Beban
4. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan
metode koreksi baseline yang dapat
memperbaiki estimasi lendutan dari data Tebal pelat=
percepatan yang dapat diaplikasikan 12 cm
secara konsisten pada pelat 1 arah, 3m
hasilnya digunakan untuk memperbaiki
asumsi kondisi batas tumpuan sehingga
respon lendutan analitik mendekati hasil
uji.
6m
Gambar 7. Lokasi accelerometer dan
LVDT

181 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Pada uji statik, digunakan beban air


dengan rencana maksimum 300 kg/m2.
Pembebanan dilakukan bertahap, 0%,
25%, 50%, 75%, dan 100%. Selanjutnya
dilakukan unloading dengan tahapan yang
sama. Sementara beban dinamik
menggunakan orang yang melompat dari
ketinggian 30 cm.

Gambar 10. Data Percepatan arah z


sensor-1

Gambar 8. Pembebanan uji statik dengan


air
Gambar 11. Data Percepatan arah z
5. HASIL PENELITIAN sensor-2
Uji Beban Statik
Hasil uji beban statik diperlihatkan pada
Gambar 9, menunjukkan perbedaan jika
dibandingkan dengan solusi exact dengan
asumsi tumpuan sederhana.

0 0.75 1.5 2.25 3


0

-0.2
Lendutan, mm

-0.4

-0.6

-0.8
Gambar 12. Data Percepatan arah z
-1
sensor-3
Hasil Uji 75 kg 150 kg 225 kg 300 kg
Teoritis 75 kg 150 kg 225 kg 300 kg
Rekaman Data Lendutan
Gambar 9. Lendutan hasil uji dan teoritik Perekaman dan pemotongan data
dilakukan sama dengan data percepatan.
Rekaman Data Percepatan Rekaman data lendutan seperti diberikan
Percepatan direkam selama 60 detik pada gambar-gambar berikut:
dengan sampling rate 100 Hz, selanjutnya
untuk mempercepat proses running data.
Data yang digunakan 5 detik (Gambar 10):

182 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Penerapan Filtering untuk Estimasi


Lendutan

Gambar 13. Data Lendutan arah z sensor-


1

Gambar 16. Percepatan sensor-1 yang


difilter

Gambar 14. Data Lendutan arah z sensor-


2

Gambar 17. Kecepatan dari integrasi


Gambar 16

Gambar 15. Data Lendutan arah z sensor-


3

Penerapan Usulan Metode Filtering


FIR dilakukan dengan Equiripple Filter. Gambar 18. Lendutan dari integrasi
Equiripple adalah filter FIR yang dirancang Gambar 17
untuk memberikan respons amplitudo
merata dengan gelombang ganda pada
rentang frekuensi tertentu. Highpass filter,
akan melewatkan frekuensi di atas titik
potong (cutoff frequency) yang ditentukan,
secara signifikan mengurangi frekuensi di
bawah cutoff frequency. Respons
amplitudo akan memiliki serangkaian
puncak dan lembah yang sama di rentang
frekuensi, sehingga mencapai
keseragaman yang diinginkan.

183 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Gambar 19. Lendutan dari integrasi


langsung data sensor-1 dibanding yang
difilter 1 tahap dan 2 tahap

Perbandingan lendutan hasil integrasi dan


hasil uji sensor-1 dan frekuensi alaminya
diberikan pada Gambar 20 dan Gambar 21.

Gambar 23. Perbandingan lendutan hasil


integrasi dengan data LVDT-2

Gambar 20. Perbandingan lendutan dari


integrasi dengan data LVDT-1

Gambar 24. Frekuensi data percepatan


sensor-2 sebelum dan sesudah difilter
Pemrosesan Data

Gambar 21. Frekuensi data percepatan


sensor-1 sebelum dan sesudah difilter

Dengan cara yang sama dilakukan pada


data percepatan sensor-2 dan sensor-3,
diperoleh

Gambar 25. Lendutan dari integrasi


langsung data sensor-3, difilter 1 tahap
dan 2 tahap

Gambar 22. Lendutan dari integrasi


langsung data sensor-2 dibanding yang
difilter 1 tahap dan 2 tahap

Gambar 26. Perbandingan lendutan hasil


integrasi dengan data LVDT-3

184 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Perbaikan Kondisi Batas Tumpuan


Berdasar Hasil Uji Dinamik
Adanya perbedaan solusi teoritik dengan
data uji, perlu dilakukan perbaikan pada
kondisi batas tumpuan. Mengingat
fokusnya untuk memperoleh metode
estimasi lendutan dari uji getar, maka
perbaikan dilakukan mengacu pada hasil
uji getar. Acuan untuk merubah adalah
Gambar 27. Frekuensi data percepatan dari frekuensi dan mode shape.
sensor-3 sebelum dan sesudah difilter Superimpossed data lendutan hasil
integrasi data sensor-1, 2 dan 3 seperti
Tabel 1. Lendutan Max/ Min dari Hasil diperlihatkan pada gambar berikut:
Integrasi Ganda dibanding data (LVDT)
50
1/4 1/2 3/4
40 41.712
36.018 35.683

Lendutan 30 30.037
29.269
31.291

Rasio
25.245 24.211
23.904
21.883 22.645
20.625
20.386

dinamik (mm)
20 19.457 20.013 19.993
17.524
17.082 18.325
17.216 17.733
16.374 16.351 16.280
15.185 16.332
15.448
15.446 13.921
13.584

Max/ Estimasi
10 11.528 11.620
11.442

Lendutan, mm
5.184

Sensor Estimasi 0
-1.926 -1.878
2.79-2.820
-3.270

Min terhadap
2.54 2.59 2.64 2.69 2.74-3.782
-3.829
-6.046 -5.698 -6.414 -5.137
-5.748 -4.993
-8.402 -7.236 -7.939 -6.995 -7.019
-7.464 -7.392
-7.544
-10 -10.973 -10.692 -9.343 -9.662 -9.736 -9.473
-11.137

dari LVDT
-13.428 -13.228 -12.035
-13.660
-16.960 -17.468 -16.043
-16.268
-18.713
-18.761

LVDT
-20 -20.791
-21.569
-21.893
-23.326 -24.439

integrasi
-30 -28.371
-31.738
-32.780 -34.428
-40

S1 Max 32.04 33 97.09%


-45.115
-50
t, detik

(L/4) Min -38.78 -39.3 98.68% Gambar 28. Superimpossed data lendutan
S2 Max 41.71 42.7 97.68% hasil integrasi data sensor-1, 2 dan 3
(L/2) Min -60.72 -62.8 96.69%
Bentang, L Bentang, L
S3 Max 32.93 33 99.79% 0 0 L/4 L/4 L/2 L/2
3L/4 L 3L/4 L

(3L/4) Min -43.11 -45 95.80%


0 0 0.000 0.000 0.000 0.00
Mode Shape-1
Mode Shape-1

0.2 0.2

Rata-rata 97.62% 0.4 0.4


0.6 0.6
deviasi 1.43% 0.8 0.8
0.700 0.700 0.719 0.719

1 1 1.000 1.000

Rasio lendutan estimasi dari integrasi Gambar 29. Mode Shape lendutan dari
ganda data percepatan menggunakan percepatan
algoritma yang diusulkan rata-rata
97.62% dari data LVDT dengan standar Dengan mengodealisasikan tumpuan
deviasi 1.43%, nilai yang lebih kecil balok sebagai sendi dengan pegas rotasi,
dibandingkan hasil LVDT disebabkan oleh yang nilainya akan dicari dari mode shape
filtering dengan FIR equiripple highpass yang sudah diketahui (Gambar 29). Model
dimana respons amplitudo filter ini akan FEM seperti pada Gambar 30.
membuat serangkaian puncak dan lembah
gelombang yang sama pada rentang
frekuensi tersebut, sehingga mencapai
keseragaman yang diinginkan dalam
mereduksi frekuensi rendah. Namun
dengan perbedaan kurang dari 5% dengan
standar deviasi cukup kecil 1.43%, dapat
dianggap akurat untuk memprediksi
Gambar 30. Diskritisasi Elemen balok
parameter estimasi lendutan statik dengan
perbaikan pada kondisi batas tumpuan.
Le = L/4, dan konstanta spring 𝑘𝑟1 pada
tumpuan kiri dan 𝑘𝑟2 kanan, dengan
hubngan:
([𝐾] − 𝜔2 [𝑀]){∅}𝑖 = 0 (44)

185 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Lendutan dinamik di 3/4 bentang

Konstanta pegas rotasi tumpuan kiri dan


50

40

kanan, 𝑘𝑟1 = 5,03 x 104 kg.m/rad dan


30

20

𝑘𝑟2 = 9.2x104 kg.m/rad.


10

Lendutan, mm
0
2.3 2.5 2.7 2.9 3.1 3.3 3.5 3.7
-10

-20

-30

Perhitungan Lendutan Dinamik dengan -40

-50

Penambahan Pegas Rotasi Tumpuan -60


Waktu, t

Pengecekan lendutan dinamik secara


Teoritis asumsi tumpuan sendi Teoritis asumsi tumpuan sendi dan pegas rotasi Estimasi dari data percepatan LVDT

analitik dengan memasukkan konstanta Gambar 34. Lendutan dinamik di ¾


bentang
pegas, pada persamaan getaram. Impulse
dimodelkan sebagai beban segitiga:
Perbandingan lendutan teoritik terhadap
𝐹(𝑡)
0 𝑡 < 𝑡𝑖0 data LVDT disajikan dalam tabel berikut:
(𝑡 − 𝑡𝑖1 ) (45)
= 𝐹𝑜 𝑡𝑖0 ≤ 𝑡 ≤ 𝑡𝑖1
𝑡𝑖1 − 𝑡𝑖0 Tabel 2. Lendutan teoritik dengan
{ 0 𝑡 > 𝑡𝑖1 modifikasi kondisi tumpuan dibandingkan
data LVDT
Lendutan
Rasio
dinamik (mm)
Solusi
Teoritik
Max Teoriti
dengan
Sensor / k
modifik
Min LVDT terhad
asi
ap
Gambar 31. Beban impulse tumpua
LVDT
n
Berikut dapat dilihat perbandingan solusi S1 Max 32.190 33.00 97.5%
analitik, estimasi
Lendutandengan hasil uji.
dinamik di 1/4 bentang (L/4) Min -44.054 -39.28 112.1%
S2 Max 45.799 42.70 107.3%
50

40

30

20

10
(L/2) Min -62.680 -62.80 99.8%
S3 Max 33.131 33.00 100.4%
Lendutan, mm

0
2.3 2.5 2.7 2.9 3.1 3.3 3.5 3.7
-10

-20

-30
(3L/4) Min -45.342 -45.00 100.8%
-40
102.99
-50
Rata-rata
-60
Waktu, t
%
deviasi 5.54%
Teoritis asumsi tumpuan sendi Teoritis asumsi tumpuan sendi dan pegas rotasi Estimasi dari data percepatan LVDT

Gambar 32. Lendutan dinamik di ¼


bentang
Lendutan dinamik di 1/2 bentang
Tabel 2 menunjukkan perbedaan antara
80
solusi exact dibandingkan data LVDT
menunjukkan nilai lebih besar 2.99%
60

40

20
dengan standar deviasi 5.54%.
Lendutan, mm

0
2.3 2.5 2.7 2.9 3.1 3.3 3.5 3.7

-20

-40
Lendutan Estimasi dibanding Hasil Uji
Dengan memasukkan konstanta pegas
-60

-80
Waktu, t

Teoritis asumsi tumpuan sendi Teoritis asumsi tumpuan sendi dan pegas rotasi Estimasi dari data percepatan LVDT
rotasi pada tumpuan sesuai estimasi dari
Gambar 33. Lendutan dinamik di ½ uji dinamik pers. (7), diperoleh lendutan
bentang statik pada beban 100% sebagai berikut:
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
-0.2
Lendutan, m

-0.4
-0.6
-0.8
-1
Bentang, L

Asumsi awal tumpuan sendi Teoritis asumsi tumpuan sendi dan pegas rotasi Hasil uji

186 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

Gambar 35. Perbandingan lendutan statik 4. Dengan mensubtitusi konstanta pegas


asumsi awal, setelah perbaikan kondisi ke persamaan lendutan statik
tumpuan dan hasil uji statik diperoleh lendutan teoritis 100.67% +
1.86% lendutan hasil uji. Selanjutnya
Lendutan hasil estimasi dengan perbaikan kapasitas beban diketahui dengan
kondisi batas tumpuan menggunakan hasil memasukkan lendutan ijin pada
uji dinamik dibandingk dengan lendutan persamaan lendutan.
hasil uji statis seperti pada Tabel 3:
DAFTAR PUSTAKA
[1] SNI 2847:2019, “Persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung
Tabel 3. Lendutan estimasi dibanding dan penjelasan”, Pasal 27 Evaluasi
hasil uji Kekuatan Struktur Eksisting, 27.2.3.
Lendutan Statik [2] S. C. Stiros. (2008). “Errors in velocities
Rasio and displacements deduced from
(mm)
lendutan accelerographs: An approach based on
Estimasi
Posisi estimasi the theory of error propagation”, Soil
dengan
LVDT terhadap Dyn. Earthq. Eng., vol. 28, no. 5, pp.
modifikasi
LVDT 415–420.
tumpuan
[3] Gere, J. M., Timoshenko, S. P., (1997).
S1 (L/4) -0.56 -0.57 98.8%
“Mechanics of Materials”. HPB-
S2 (L/2) -0.81 -0.80 100.7%
Emerald, Dallas, TX, U.S.A.
S3
[4] Weaver Jr, William, Stephen P.
(3L/4) -0.58 -0.56 102.5%
Timoshenko, and Donovan Harold
Rata-rata 100.67%
Young. (1990). “Vibration problems in
deviasi 1.85% engineering”. John Wiley & Sons, New
Rasio rata-rata lendutan estimasi terhadap York City
hasil uji 100.67% + 1.86%. Dengan rasio [5] Lee, H.S., Y.H. Hong, and H.W. Park.
tersebut, metode estimasi lendutan dari (2010). “Design of an FIR filter for the
data percepatan yang diusulkam dapat displacement reconstruction using
diterapkan. measured acceleration in low-
frequency dominant structures”.
6. KESIMPULAN International Journal for Numerical
1. Dengan FIR Equiripple Highpass Methods in Engineering. 82(4), pp.
Filter, yang dioptimasi pada Panjang 403-434.
filter yang dilakukan pada dua tahap [6] F. Moschas, D. Mouzoulas, and S.
integrasi simpson 3/8 menghasilkan Stiros, (2015). “Phase errors in
nilai lendutan dinamik 97.62% + accelerometer arrays: An analysis
1.43% data LVDT. based on collocated sensors and FEM”.
2. Dari kesimpulan 1, mode shape Soil Dyn. Earthq. Eng., vol. 78, pp. 32–
lendutan cukup konfiden digunakan 45.
memprediksi pegas rotasi tumpuan. [ ] Berg, G.V., and G.W., Housner. (1961).
7

Dari frekuensi alami dan mode shape- "Integrated velocity and displacement
1 diperoleh, k_r1=5,03 x 10^4 of strong earthquake ground motion”.
kg.m/rad dan k_r2=9.2x10^4 Bulletin of the Seismological Society of
kg.m/rad.. America 51.2. pp. 175-189.
[ ] Trifunac, M.D. (1971). “Zero baseline
8
3. Dengan mensubtitusi konstanta pegas
correction of strong-motion
ke persamaan lendutan dinamik
accelerograms”. Bulletin of the
diperoleh lendutan teoritis 102.99% +
Seismological Society of America.
5.54% terhadap data LVDT.
61(5): pp. 1201-1211.

187 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 14 Nomer 2 | [Heri-Sofia-Jack-Najid_Juli] 2023

[9] Yang, J., J.B. Li, dan G. Lin (2006). “A


simple approach to integration of
acceleration data for dynamic soil–
structure interaction analysis”. Soil
Dynamics and Earthquake
Engineering, 26(8): pp. 725-734.
[10] Park, J.W., S.H. Sim, and H.J. Jung.
(1013). “Displacement Estimation
Using Multimetric Data Fusion”.
IEEE/ASME Transactions on
Mechatronics, 18(6): pp. 1675-168.

188 | K o n s t r u k s i a

Anda mungkin juga menyukai