Adella Salsa Billa (Reading Assigment) 1 New
Adella Salsa Billa (Reading Assigment) 1 New
READING ASSIGNMENT
Oleh :
ADELLA SALSA BILLA
Oleh :
ADELLA SALSA BILLA
58224214564
READING ASSIGNMENT
Judul Reading : Identifikasi Vibrio sp sebagai penyebab penyakit berak putih pada udang
vanname dengan bahan herbal di Provinsi Lampung Timur, Indonesia
Nama : ADELLA SALSA BILLA
NRP : 58224214564
Program studi : Teknologi Akuakultur
Menyetujui,
i
KATA PENGANTAR
Reading yang berjudul “: Identifikasi Vibrio sp sebagai penyebab penyakit berak putih
pada udang vanname dengan bahan herbal di Provinsi Lampung Timur, Indonesia” ini disusun
untuk menyelesaikan Tugas Akhir Semester III sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester lll. Sebagai wujud kesempurnaan dalam pemahaman yang disajikan dalam bentuk
makalah.
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB ll PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Bahan dan Metode............................................................................................................................2
2.2 Pengumpulan Sampel........................................................................................................................2
2.3 Jumlah Total Sampel..........................................................................................................................2
2.4 Identifukasi Bakteri............................................................................................................................3
2.5 Media Bakteri....................................................................................................................................3
2.6 Inkubasi Bakteri.................................................................................................................................3
2.7 Uji Aktivitas Bahan Herbal.................................................................................................................3
2.8 Penentuan Konsentrasi Terbaik..........................................................................................................4
2.9 Analisis Statistik.................................................................................................................................4
HASIL...........................................................................................................................................................4
a. Warna Koloni Bakteri pada Media TCBSA........................................................................................5
b. Identifikasi Actor..............................................................................................................................6
c. Aktivitas Antibakteri Bahan Herbal..................................................................................................6
d. Konsentrasi Terbaik Ekstrak Daun Mangrove...................................................................................7
DISKUSI........................................................................................................................................................7
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................11
iii
Kementerian Kelautan dan Perikanan
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
Program Studi Teknologi Akuakultur
1.2 TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan Vibrio sp. dan keberadaan Vibrio
sp. sebagai pemicu merebaknya penyakit WFD pada udang vanname dan mengkaji penggunaan
beberapa bahan herbal dalam menekan pertumbuhan bakteri gram negatif Vibrio sp.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1 1
N=Cx x
p v
Keterangan :
N = Jumlah koloni (CFU ml-1)
C= Jumlah koloni bakteri yang dihitung pada cawan petri
P= Faktor pengenceran
V= Volume sampel identifikasi bakteri.
3
Sebanyak 40 µL ekstrak daun carica pepaya, ekstrak daun ketapang, dan ekstrak daun
bakau dengan konsentrasi 500 mg L−¿1 ¿ , masing-masing ekstrak diteteskan pada
kertas cakram berdiameter 6 mm. Cawan petri itu kemudian diinkubasi selama 24
jam. Selanjutnya dilakukan pengukuran daya hambat masing-masing ekstrak terhadap
bakteri. Kemampuan untuk menghambat bakteri di cirikan dengan terbentuknya zona
bening di sekitar kertas cakram yang diuji.
HASIL
Pada saluran primer atau saluran utama kelimpahan Vibrio sp. 3,9±2,1×104 CFU
1
mL−¿ ¿ sehingga saluran ini masih pada tingkat aman untuk budidaya udang
(Taslihan dkk 2015). Kelimpahan total Vibrio sp. pada saluran sekunder adalah
1,0±0,1×105CFU mL−¿1 ¿ sehingga melebihi batas aman di perairan. Sementara di
saluran tersier yaitu saluran masuk dan saluran keluar, total kelimpahan Vibrio sp.
3,2±1,1×105 CFU mL−¿1 ¿ . Selanjutnya total kelimpahan Vibrio sp. di tambak udang
1 adalah 2,2±0,3×105CFU mL−¿1 ¿ dan 1,3±0,3×105CFU mL−¿1 ¿ di tambak udang
2. Sedangkan total kelimpahan Vibrio sp. di tambak udang 2 adalah 5,2±1,0×104 CFU
1
mL−¿ ¿ . Kelimpahan Vibrio sp. di seluruh lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.
4
Tabel 1 Kelimpahan Vibrio sp. di semua lokasi penelitian
5
b. Identifikasi bakteri.
Identifikasi Vibrio sp. Dilakukan dengan mengambil koloni yang paling banyak terbentuk
pada TVC (Total Vibrio Count). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan MICROBACTTM
24 E Gram Negative Identification System (OXOID) dan hasilnya dibaca menggunakan software
microbact 2000. Hasilnya disajikan pada Tabel 2 berikut .
Aktivitas antibakteri bahan herbal diuji berdasarkan analisis statistik, tidak ada perbedaan yang
signifikan antar perlakuan.
6
d. Konsentrasi terbaik ekstrak daun mangrove.
Hasil pengukuran aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona hambat yaitu
zona dimana bakteri tidak tumbuh di sekitar kertas cakram setelah inkubasi 24 jam seperti pada
Tabel 4.
Pada uji antibakteri ekstrak daun herbal dalam menghambat pertumbuhan Vibrio
parahaemolyticus, kontrol positif digunakan antibiotic chloramphenicol dan kontrol negatif
berupa air murni. Pengujian antibakteri menggunakan chloramphenicol menunjukkan diameter
zona hambat yang dihasilkan sebesar 10,98 mm yang dikategorikan sedang. Air yang sudah
didesinfeksi tidak membentuk zona hambatan karena merupakan air murni tanpa kandungan
senyawa aktif yang dimiliki sifat antibakteri (Tampemawa et al 2016). Jadi, setiap perbedaan
konsentrasi menunjukkan zona hambatan yang berbeda. Semakin besar konsentrasi ekstrak
semakin besar pula zona hambatan yang terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
bakau yang digunakan maka semakin tinggi pula kemampuan antibakterinya, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio parahaemolyticus. Analisis statistik menunjukkan
adanya perbedaan konsentrasi ekstrak daun bakau berpengaruh terhadap daya hambat
pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus.
DISKUSI
Saluran sekunder dan tersier umumnya merupakan saluran tertutup yang tidak dilintasi
oleh saluran utama. Selain itu, kedua saluran tersebut memiliki kadar organik yang cenderung
lebih tinggi dibandingkan saluran primer. Hal ini menyebabkan penumpukan jumlah bakteri dan
bahan organik total (TOM) di dalam salurannya saat air surut. Total bahan organik akan memicu
pertumbuhan Vibrio sp. (Eiler et al 2003). Tingginya total bahan organik pada saluran tersier dan
sekunder disebabkan oleh adanya buangan dari tambak udang yang tidak bisa dibuang ke laut. Di
lokasi penelitian, air masuk dan keluar tambak berada dalam satu saluran.
7
Kondisi tambak udang 2 dan tambak udang 3 belum menunjukkan gejala terserang oleh
WFD namun jumlah total Vibrio ≥104 CFU mL−¿1 ¿ dapat memicu serangan WFD. Hal ini
terlihat dari hasil yang diperoleh pada sampel air yang positif WFD dan usus udang positif WFD
dengan total kelimpahan Vibrio sp 3,5±0,9×105CFU mL−¿1 ¿ dan 4,4±0,1×105 CFU mL−¿1 ¿ .
Di lokasi penelitian, sebelumnya telah terjadi serangan WFD dan WSSV, sehingga tidak
menutup kemungkinan penyakit WFD akan menyerang kembali. Usus udang yang sehat
memiliki kelimpahan bakteri Vibrio total ≤2,5±0,5×104 CFU mL−¿1 ¿ yang menunjukkan bahwa
keberadaan Vibrio pada udang sehat tidak menjadi patogen karena sifatnya bakteri bersifat
oportunistik, namun dapat bersifat patogen pada kondisi tertentu. Riset yang dilakukan oleh
Kharisma & Manan (2012) melaporkan bahwa, pada udang vanname, kelimpahan Vibrio
melebihi 104 CFU mL−¿1 ¿ rentan terhadap serangan Vibriosis. Menurut Taslihan et al (2015)
kelimpahan bakteri Vibrio sebesar 104 CFU mL−¿1 ¿ bisa menyebabkan kematian massal pada
udang budidaya.
Rendahnya populasi bakteri patogen pada media budidaya akan meningkatkan kesehatan
udang sehingga pertumbuhan udang akan lebih baik (Nurbaya et al 2010). Menurut Kharisma &
Manan (2012), jumlah bakteri yang melebihi ambang batas berpotensi meningkatkan penularan
penyakit yang pada akhirnya menyebabkan kematian massal udang budidaya. Peningkatan
populasi Vibrio sp. dapat disebabkan oleh tingginya bahan organik yang berasal dari sisa pakan
dan kotoran udang (Paena et al 2018).
Hasil identifikasi menunjukkan beberapa jenis Vibrio yaitu Vibrio parahaemolyticus,
Vibrio vulnificus, dan Vibrio alginolyticus. Kelompok yang berhasil diisolasi pada penelitian ini
menunjukkan keanekaragaman spesies yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan
tambak udang tidak mengandung banyak jenis Vibrio.
Vibrio merupakan bakteri dominan yang biasa ditemukan pada telur, larva dan pasca
larva udang (Hameed et al 2003). Menurut Otta & Karunasagar (2001), terjadinya peningkatan
bahan organik bersumber dari sisa pakan dan kotoran udang yang mendorong berkembangnya
microflora menjadi patogen. Limsuwan (2010) melaporkan bahwa Vibrio harveyi, Vibrio
vulnificus, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio alginolyticus, dan Vibrio sp merupakan bakteri
patogen yang selalu ditemukan di area pembenihan dan pembesaran udang. Menurut Taslihah et
al (2015) dan Anjaini et al (2018), WFD disebabkan oleh mikrosporidia (dari kelompok
Enterocytozoon) dan gregarin (diduga berasal dari Nematopsis sp.) yang tergabung dengan
Vibrio. Beberapa golongan bakteri Vibrio diidentifikasi pada udang yang terinfeksi WFD,
termasuk Vibrio vulnificus, Vibrio fluvialis, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio alginolyticus,
Vibrio mimikus, Vibrio cholerae, dan Listonella damsela. Ralalage et al (2017) menemukan
Vibrio alginolyticus dan Vibrio fluvialis yang menyebabkan penyakit WFD pada udang P.
monodon di Sri Lanka.
Hasil pengukuran aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya, ekstrak daun ketapang dan
ekstrak daun bakau menunjukkan potensi antibakteri terhadap Vibrio sp. Masing-masing
mempunyai nilai zona hambat yang berbeda, yaitu ekstrak daun pepaya sebesar 4,5 mm, ekstrak
daun ketapang sebesar 4,9 mm, dan ekstrak daun bakau 5,61mm. Ekstrak daun bakau
mempunyai rata-rata zona hambat tertinggi dibandingkan dengan ekstrak daun pepaya dan daun
ketapang. Perbedaan rata-rata zona hambat daun papaya, daun ketapang, dan ekstrak daun
mangrove disebabkan oleh perbedaan senyawa antibakteri yang dikandungnya.
Marshall et al (2015) melaporkan bahwa senyawa antibakteri terdapat pada ektrak daun
papaya dan ekstrak daun ketapang mengandung alkaloid sebanyak 0,05 g, flavonoid sebanyak
2,80g, saponin sebanyak 0,07 g, dan tanin sebanyak 1,05 gram. Sedangkan ekstrak daun
ketapang
8
mengandung senyawa antibakteri seperti alkaloid 1,20 g, flavonoid 0,93 g, saponin 2,67 g, tanin
0,50 g. Berdasarkan Okpako et al (2017), ekstrak daun ketapang mengandung saponin, tanin,
fenol dan flavonoid sebagai senyawa fitokimia yang mampu menekan pertumbuhan bakteri.
Penelitian yang dilakukan oleh Ekwueme et al (2015) menunjukkan bahwa ekstrak daun bakau
mengandung senyawa aktif berupa alkaloid sebanyak 3,43 g, flavonoid sebanyak 2,67 g, saponin
sebanyak 1,97 g, tanin sebanyak 4,75 g, steroid sebanyak 0,86 g, dan terpenoid sebanyak 0,87 g.
Aktivitas senyawa antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun herbal mempunyai
mekanisme berbeda-beda untuk menekan pertumbuhan bakteri. Menurut Darsana et al (2012),
Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri adalah dengan mengganggu komponen penyusun
sel bakteri yang menyebabkan kematian sel bakteri. Senyawa flavonoid berfungsi menghambat
membran sel (Kumar et al 2012). Sedangkan saponin berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan sel sehingga permeabilitas akan meningkat atau terjadi kebocoran sel sehingga
senyawa intraseluler akan keluar (Nuria et al 2009). Tanin bekerja dengan cara menghambat
sintesis peptidoglikan sehingga bakteri tidak dapat membelah sel-selnya sehingga menyebabkan
kematian (Ngajow et al 2013).
Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun mangrove menunjukkan kemampuannya sebagai
antibakteri. Uji antibakteri ekstrak daun mangrove dapat dilihat pada Tabel 4 diatas yang
ditandai dengan terbentuknya zona bening yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi 300 mg
1 1 1 1 1
L−¿ ¿ , 400 mg L−¿ ¿ , 500 mg L−¿ ¿ , 600 mg L−¿ ¿ , dan 700 mg L−¿ ¿ .Ekstrak daun
mangrove mampu menghambat pertumbuhan Vibrio parahaemolyticus.
Hasil pengukuran diameter zona hambat ektra daun mangrove pada konsentrasi 300 mg
1 1
L−¿ ¿ dan 400 mg L−¿ ¿ dikategorikan lemah yang masing-masing 5,09 mm dan 5,39 mm.
Ekstrak daun mangrove pada konsentrasi 500 mg L−¿1 ¿ , 600 mg L−¿1 ¿ , dan 700 mg L−¿1 ¿
termasuk kategori sedang yaitu 6,83 mm, 7,22 mm; dan 8,17 mm, masing-masing. Nilai aktivitas
antibakteri pada konsentrasi 700 mg L−¿1 ¿ mempunyai zona hambat paling tinggi dengan nilai
rata-rata sebesar diameter 8,17 mm yang termasuk kategori sedang.
9
BAB III
KESIMPULAN
MARBUN, Juliana; HARPENI, Esti; WARDIYANTO, Wardiyanto. Penanganan Penyakit White Feces
Disease Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Menggunakan Aplikasi Pakan Yang Dicampur
Ekstrak Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum). Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan
Perikanan (Depik), 2018.
MARBUN, JULIANA. Pengobatan Penyakit White Feces Disease pada Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Menggunakan Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K. Schum). Universitas
Lampung, 2018.
HELDA, YENI, et al. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.)
UNTUK PENANGGULANGAN PENYAKIT WHITE FECES DISEASE (WFD) PADA UDANG
VANAME (Litopenaeus vannamei). 2018.
SYAMSURI, AULIA IKHSAN, et al. UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga)
TERHADAP PERTUMBUHAN Vibrio alginolyticus DAN Vibrio parahaemolyticus YANG DITEMUKAN
PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) YANG TERSERANG WHITE FECES DISEASE. 2018.
PhD Thesis. Universitas Airlangga.
MUHAMMAD, FAUZI. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Vibrio sp. PENYEBAB PENYAKIT BERAK
PUTIH (WHITE FECES DISEASE) PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei). Diss. Universitas
Mataram, 2021.
NUR’AINI, Y.; HANGGONO, B.; FARIES, Arman. Penanggulangan penyakit berak putih pada udang
vaname ( Litopenaeus vannamei). Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau Dan Laut, 2019, 14:
108-117.
11