2. Dwi Sekar sary 3. Nazwa amelia 4. Gustin wijaya 5. Rafael Chiesha 6. Mikael Bielsha
SMA N 2 KOTA JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KABUT ASAP BERDAMPAK BAGI PEREKONOMIAN
Kota Jambi Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan
(Karhutla) yang terjadi selama musim kemarau di wilayah Provinsi Jambi berdampak terhadap perekonomian. Sejumlah aktivitas terganggu. Di antaranya jam kerja ASN dikurangi, berkurangnya aktivitas lalu lintas masyarakat di jalan, berkurangnya aktivitas jual beli, dan terganggunya aktivitas penerbangan.
Kebakaran parah di lahan gambut yang terjadi selama musim
kemarau atau Juli-Oktober 2019 telah merusak ratusan ribu ekosistem gambut di tiga kabupaten, yakni Muarojambi, Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat."Dilihat dari sektor ekonomi, kabut asap memberikan dampak terhadap produksi dan aktivitas pekerja meski masih terbatas," kata Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia, Rihando. Senin (7/10/2019). Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) membeberkan nilai kerugian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) gambut di Provinsi Jambi mencapai Rp145 triliun. Nilai kerugian tersebut, dihitung berdasarkan luas lahan gambut terbakar dan rusak seluas 114 ribu hektare yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2019.Direktur Eksekutif Walhi Jambi Rudiansyah mengatakan, hasil kajiannya untuk memulihkan gambut yang rusak akibat terbakar dalam satu hektare dibutuhkan biaya Rp1,2 miliar.
"Ini angka kerugian yang fantastis atau 37 kali jumlah APBD
Jambi, kerugian ini baru sebatas biaya pemulihan saja, belum termasuk kerugian ekonomi, pendidikan dan kesehatan," kata Rudiansyah) kepada Liputan6.com, Jumat (22/11/2019), Wilayah gambut yang mengalami kebakaran kata Rudi, berada di izin konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Lindung Gambut (HLG), Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) Taman Nasional dan Lahan Masyarakat. Buruknya tata pengelolaan gambut di areal konsesi disinyalir menjadi penyebab kebakaran)Untuk pemulihan kembali wilayah hutan dan lahan gambut yang terbakar itu dananya harus dikeluarkan oleh perusahaan yang areal konsesinya terbakar. Walhi mencatat terdapat 62 perusahaan yang wilayah izinnya mengalami kebakaran. Perusahaan tersebut, paling banyak menyumbang kabut asap yang menyelimuti Jambi. "Ada persoalan untuk yang sudah dibebani izin . Dari hasil penelitian mengenai dampak kabut asap bagi perekonomian pada masyarakat di Kota Jambi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pendapatan di Kota Jambi pada saat terjadi kabut asap memang
sangat berpengaruh terhadap pendapatan warga Jambi dimana pendapatan pokok/bulan yang mereka peroleh rata-rata Rp 1.000.000 Rp 1.500.000/bulan, sedangkan pendapatan perminggu rata-rata mereka hanya mendapatkan Rp. 500.000 Rp. 700.000 Selama kabut asap terjadi. Berbeda dengan Sebelum terjadinya kabut asap dimana pendapatan warga Jambi lebih besar dibandingkan saat kabut asap terjadi. Bisa dilihat pendapatan perbulan sebelum terjadinya kabut asap mereka rata-rata berkisar Rp 4.000.000 Rp 5.000.000/bulan, sedangkan pendapatan rata- rata warga Jambi Rp 500.000 dan pendapatan dari pekerjaan sampingan warga rata-rata memperoleh Rp 1.500.000 Rp 2.000.000
Diharapkan pemerintah atau pihak yang terkait dalam undang-
undang atau hukum yang lebih tegas terhadap kasus pembakaran hutan sehingga tidak terjadi maraknya lagi kabut asap yang terbakar di udara dan berdampak terutama terhadap kesehatan, perekonomian dan lingkungan.Kepada pemerintah melalui intansi yang terkait agar dapat memperhatikan dan membuat penjagaan yang ketat. Sehingga di daerah tersebut bisa ditingkatkan dan pendapatan warga juga semakin ikut meningkat.