ABSTRAK
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah peradangan kronis pada telinga tengah dan mukosa
mastoid. Manifestasi klinis OMSK terbagi menjadi 2 jenis, yaitu benigna dan maligna. Pada OMSK
maligna, morbiditas dan mortalitas cenderung tinggi karena adanya kolesteatoma yang bersifat
destruktif terhadap tulang. Paresis nervus fasialis adalah salah satu komplikasi intrakranial OMSK
maligna yang terjadi ketika kolesteatoma mengerosi tulang kanalis fasialis. Keterlambatan diagnosis
dan penatalaksanaan komplikasi OMSK dapat mempengaruhi morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup pasien. Studi kasus ini menggambarkan pasien perempuan berusia 37 tahun yang datang
dengan keluhan wajah sebelah kiri tertarik (‘perot’) disertai pipi kanan yang bengkak dan nyeri.
Pasien memiliki riwayat keluhan nyeri telinga yang disertai keluarnya cairan dari telinga. Pasien
kemudian didiagnosis OMSK maligna auris dextra dengan komplikasi paresis nervus fasialis perifer.
Pasien diterapi dengan antibiotik, kortikosteroid, dan analgesik, serta dirujuk untuk tindakan
mastoidektomi. Setelah mendapatkan terapi medikamentosa, bengkak dan nyeri pada wajah
berkurang. Pasien juga dapat berbicara lebih jelas dibanding ketika pertama kali datang ke rumah
sakit. Kesembuhan paresis nervus fasialis perifer akibat OMSK sangat bergantung pada seberapa
cepat pasien memperoleh terapi definitif.
Kata kunci: otitis media supuratif kronis; kolesteatoma; paresis nervus fasialis; mastoidektomi
ABSTRACT
Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is chronic inflammation of the middle ear and mastoid
mucosa, with recurrent discharge through a chronic perforation of the tympanic membrane. Clinical
manifestations of CSOM are divided into 2 types, benign and malignant. In malignant CSOM,
morbidity and mortality are considerably high due to the presence of cholesteatoma which is
destructive to the bone. Facial nerve paresis is one of the intracranial complications of malignant
CSOM that happens when a cholesteatoma erodes the facial canal bone. Delayed diagnosis and
management of CSOM complications can affect patient's morbidity, mortality and the quality of life.
This case study reports a case of a 37-year-old woman who presented with complaints of skew
face, accompanied with swollen and painful right cheek. The patient has a history of ear pain
accompanied by discharge from the ear. The patient was then diagnosed with malignant CSOM
auris dextra with complication of peripheral facial nerve paresis. The patient was treated with
antibiotics, corticosteroids, and analgesics, and referred to another hospital for a mastoidectomy.
After given medication, the face pain and swelling are reduced. The patient also can speak more
clearly compared to when she first came to the hospital. The healing of peripheral facial nerve
paresis due to CSOM is highly depends on how early the definitive treatment is given.
Keywords: Chronic suppurative otitis media; cholesteatoma; facial nerve paresis; mastoidectomy
243
Tarumanagara Med. J. 4, 2, 243-251, Oktober 2022
244
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 4, No. 2, 243-251, Oktober 2022
dirasakan oleh pasien sejak satu bulan kanan yang terasa nyeri dan
yang lalu. Awalnya gigi graham belakang mengeluarkan nanah. Berdasarkan
kanan atas nyeri dan pipi kanan pasien keterangan pasien, ketika itu pasien
membengkak. Nyeri terasa menusuk, berobat ke dokter bedah dan diberikan
menjalar ke wajah, hilang timbul, dan obat rawat jalan hingga sembuh. Sebelum
memburuk saat pasien makan. Pasien akhirnya dikonsulkan ke bagian THT-KL,
kemudian berobat ke dokter gigi, namun pasien merupakan rujukan dari IGD
keluhan tidak membaik sama sekali walau dengan diagnosis awal Bell’s Palsy dan
sudah minum obat dari dokter gigi dan telah diberikan terapi awal dari IGD dan
bengkak pada pipi sebelah kanan semakin bagian saraf RSUD Soewondo berupa
membesar. Pasien juga mengaku, saat infus Ringer Asetat 20 tetes/menit, injeksi
giginya sakit, telinga kanannya sempat Ketorolac 3x30 mg, injeksi Esomeprazole
terasa nyeri, panas dan sempat 1x40 mg, injeksi Ceftriaxone 2x1 gr, dan
mengeluarkan nanah putih kekuningan Prednisolone 1x50 mg tablet.
kental namun pasien tidak mengingat Pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan
apakah berbau busuk atau tidak. Ketika umum tampak sakit sedang, kesadaran
datang ke IGD RSUD Soewondo, compos mentis dengan tekanan darah
keluhan nyeri telinga dan telinga 140/100 mmHg, nadi 112x/menit,
bernanah tidak dirasakan oleh pasien. pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,7°C.
Riwayat keluarnya cairan dari telinga Pada pemeriksaan telinga kanan
sebelum sakit disangkal. Sekitar satu didapatkan bentuk telinga normotia,
minggu setelahnya, pasien merasakan aurikula terdorong ke depan, sikatriks
wajah sebelah kirinya tertarik dan bagian pada retroaurikula, retroaurikula tampak
belakang telinga kanan terasa nyeri. hiperemis, liang telinga sempit dan
Bengkak pada pipi kanannya juga masih hiperemis, tidak terdapat sekret,
belum membaik. Riwayat keluhan membran timpani kanan tidak dapat
demam, batuk pilek, dan sakit dinilai. Pada pemeriksaan telinga kiri
tenggorokan disangkal. Riwayat keluhan didapatkan bentuk telinga normotia, liang
pusing berputar, telinga terasa penuh, telinga kiri lapang, tidak ada sekret,
telinga berdenging dan penurunan membran timpani utuh dan normal. Pada
pendengaran disangkal. Pasien memiliki pemeriksaan orofaring didapatkan karies
riwayat penyakit dahulu pada telinga pada gigi molar 3 kanan atas. Pada
kanannya, tahun 2013, pasien pernah pemeriksaan nervus VII didapatkan
mengalami benjolan di belakang telinga pergerakan otot wajah asimetri pada saat
245
Tarumanagara Med. J. 4, 2, 243-251, Oktober 2022
246
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 4, No. 2, 243-251, Oktober 2022
inap dan oleh bagian THT-KL diberikan komplikasi intratemporal OMSK. Pasien
terapi Levofloxacin tablet 1x1, menunjukkan tanda-tanda mastoiditis, di
Metilprednisolone tablet 2x8 mg, mana edema periosteum pada mastoiditis
Mecobalamin tablet 2x500 µg, Kalium menyebabkan terdorongnya telinga ke
Diklofenak tablet 3x50 mg, dan depan, serta menyempitnya liang telinga
Lansoprazole tablet 1x30 mg. Setelah yang disebabkan oleh sagging pada
mendapatkan terapi medikamentosa, dinding meatal posterosuperior.2,4 Secara
bengkak dan nyeri pada wajah pasien anatomis, nervus fasialis juga berjalan
berkurang, bicara pasien juga lebih jelas melewati telinga dan mastoid melalui
dibanding ketika pertama kali pasien segmen timpani dan segmen mastoid
datang ke IGD. Pasien kemudian dirujuk sehingga paresis yang diderita pasien
ke RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk adalah salah satu komplikasi lebih lanjut
mastoidektomi. dari OMSK yang diderita pasien.2 Derajat
keparahan kelumpuhan wajah dapat
dinilai berdasarkan klasifikasi House and
PEMBAHASAN Brackmann yang direkomendasikan oleh
Pada kasus ini, pasien datang dengan American Academy of Otolaryngology.4
keluhan paresis (‘perot’) wajah sebelah Sebagian besar pasien OMSK dengan
kanan dengan riwayat otalgia dan otore komplikasi paresis nervus VII mengalami
pada telinga ipsilateral. Pemeriksaan fisik setidaknya House-Brackmann derajat
menunjukkan bahwa paresis yang dialami III.6 Pada pasien ini, kelumpuhan wajah
pasien adalah tipe perifer (lesi lower yang dialami tergolong dalam disfungsi
motor neuron) karena adanya lagoftalmus moderat-berat House-Brackmann derajat
dextra, ketidakmampuan mengangkat alis IV.
kanan, mendatarnya lipatan dahi dan Nyeri telinga adalah salah satu tanda
nasolabial serta kelumpuhan pada wajah berkembangnya komplikasi OMSK.
bagian bawah.2,4 Pemeriksaan fisik Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis
didapatkan aurikula dextra tampak lebih THT-KL Indonesia (PERHATI), kriteria
menonjol dari sisi kontralateral, tampak diagnosis OMSK maligna adalah riwayat
terdorong ke depan, serta retroaurikula keluar cairan dari telinga terus menerus
dextra hiperemis. Liang telinga kanan atau hilang timbul lebih dari dua bulan
tampak sempit dan hiperemis. Temuan dengan atau tanpa gejala yang lain,
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik adanya perforasi membran timpani dan
menunjukkan kesan tanda-tanda ditemukan kolesteatoma pada
247
Tarumanagara Med. J. 4, 2, 243-251, Oktober 2022
pemeriksaan fisik atau kecurigaan adanya Bakteri mencapai telinga tengah melalui
kolesteatoma pada pemeriksaan patologi kanalis auditorius eksternus dengan
anatomi atau pemeriksaan radiologis, adanya defek membran timpani, atau
sedangkan menurut Scott Brown’s secara retrograde melalui nasofaring.6
Textbook of Otorhinolaryngology, Head OMSK dapat terjadi akibat episode otitis
& Neck Surgery, diagnosis OMSK dapat media akut, di mana membran timpani
ditegakkan apabila otore rekuren terjadi gagal pulih setelah terjadinya ruptur.
setidaknya 2 minggu melalui perforasi Riwayat otitis media akut (OMA) dan
membran timpani.1,5 Berdasarkan otitis media efusi (OME) pada masa
anamnesa, riwayat otore pasien tidak kanak-kanak dapat menyebabkan
mencapai 2 bulan, dan tidak ada riwayat perubahan jangka panjang berupa
otore sebelumnya. Hal ini bisa terjadi degenerasi membran timpani sehingga
karena OMSK terbagi menjadi tipe aktif elastisitas membran timpani berkurang.
(wet perforation) dan inaktif, di mana Akibatnya, membran timpani menjadi
pada tipe inaktif tidak ditemukan adanya lebih rentan terhadap perforasi kronis dan
inflamasi mukosa dan otore.3,4 Selain itu, retraksi. Penelitian menunjukkan bahwa
pada OMSK tanda-tanda penyebaran infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
penyakit dapat terjadi setelah sekret meningkatkan risiko OMSK.1
berhenti keluar dan hal ini menandakan Disfungsi tuba Eustachius berperan
adanya sekret purulen yang terbendung.3 penting pada OMSK. Tuba Eustachius
Pada OMSK tipe maligna, sekret yang terbuka dengan kontraksi musculus tensor
keluar dapat sangat sedikit hingga pasien veli palatini ketika menelan, secara
tidak menyadari hal tersebut, pada fisiologis tuba Eustachius bertanggung
beberapa kasus sekret juga dapat jawab untuk membersihkan sekresi
berkurang karena adanya obstruksi telinga tengah ke nasofaring, mencegah
drainase. Terhentinya pengeluaran sekret refluks sekret nasofaring ke telinga
dari telinga yang sebelumnya aktif juga tengah, dan menyeimbangkan tekanan
bisa disebabkan oleh tertutupnya antara telinga tengah dan lingkungan luar.
perforasi timpani oleh sekret yang Obstruksi tuba Eustachius menyebabkan
mengering (crusted discharge) atau semakin menurunnya tekanan telinga
adanya polip yang mengobstruksi aliran tengah yang normalnya negatif. Hal ini
bebas dari sekret. Akibatnya pus mencari menyebabkan transudasi cairan serosa ke
jalan ke arah internal dan menyebabkan celah telinga tengah (middle ear cleft).
komplikasi.2 Bakteri nasofaring akan dengan mudah
248
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 4, No. 2, 243-251, Oktober 2022
menginvasi telinga tengah melalui dialami pasien bisa jadi adalah penjalaran
bukaan tuba atau perforasi membran nyeri dari OMSK dan mastoiditis yang
timpani. Terjadilah proses inflmasi di diderita pasien.
telinga tengah, yang jika memasuki fase Kolesteatoma bersifat destruktif dan
kronis akan menyebabkan terbentuknya mengerosi kanalis fasialis sehingga
jaringan granulasi. Jaringan granulasi terjadilah paresis pada wajah pasien.
akan menjadi semakin fibrotik dan Kolesteatoma adalah media yang baik
membentuk perlengketan ke struktur- untuk pertumbuhan kuman. Infeksi dapat
struktur penting di dalam telinga tengah. memicu respons imun lokal yang
Perlengketan tersebut mengganggu aerasi mengakibatkan produksi berbagai
antrum dan mastoid karena mengurangi mediator inflamasi dan sitokin
ruang antara tulang-tulang pendengaran (Interleukin 1, interleukin-6, tumor
dan mukosa yang memisahkan telinga necrosis factor α dan transforming
tengah dari antrum.6 growth factor). Zat-zat ini dapat
Pada kasus ini, pasien menyangkal menstimulasi sel-sel keratinosit sehingga
riwayat infeksi saluran nafas atas dan matriks kolesteatoma bersifat proliferatif,
riwayat otitis media di masa lalu, namun destruktif, dan mampu berangiogenesis.
mengaku bahwa 9 tahun yang lalu Massa kolesteatoma ini akan mendesak
terdapat benjolan di belakang telinganya organ di sekitarnya dan menimbulkan
yang bengkak, nyeri dan bernanah. nekrosis tulang yang diperparah oleh
Riwayat tersebut kemungkinan adalah terbentuknya reaksi asam akibat
suatu abses subperiosteal (abses pembusukan bakteri. Proses nekrosis
postaurikular) yang juga dapat tulang tersebut mempermudah timbulnya
disebabkan oleh infeksi mastoid dan komplikasi.3
komplikasi ekstratemporal OMSK. Abses Pada kasus ini, hasil CT scan mendukung
postaurikular adalah abses yang paling diagnosis OMSK maligna karena adanya
umum terbentuk di sekitar mastoid. kesan kolesteatoma pada mastoid kanan
Ketika pus keluar dari korteks tulang, serta destruksi air cell mastoid dan
akan terbentuk abses subperiosteal yang ossicula auditiva kanan. Sumbatan pada
fluktuatif yang selanjutnya dapat keluar aditus dan inflamasi mastoid yang
ke kulit dan membentuk fistula.2 Riwayat menetap membuat cairan dalam air cell
ini memperkuat dugaan bahwa otitis mastoid menjadi semakin purulen
media yang diderita pasien adalah suatu sehingga edema mukosa memburuk dan
perjalanan yang kronis. Nyeri gigi yang terjadi stasis vena. Saraf dan pleksus
249
Tarumanagara Med. J. 4, 2, 243-251, Oktober 2022
250
Tarumanagara Medical Journal
Vol. 4, No. 2, 243-251, Oktober 2022
251