Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan dan kualitas instrumen ujian formatif
mata pelajaran Penjasorkes dilihat dari aspek kognitif dan psikomotor. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Ada 2 jenis instrumen digunakan, yakni soal essay dan soal ujian praktik.
Kualitas soal essay dan soal unjuk kerja dilihat dari validitas isi dengan menggunakan formula Aiken,
hasil estimasi reliabilitasnya menggunakan koefesien Alpha dan Cronbach ICC. Hasil penelitian
menunjukkan dari 12 sekolah, 9 sekolah memiliki instrumen lengkap, yakni kompetensi kognitif
dan psikomotor. Selanjutnya, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) ada 2 sekolah tidak memiliki soal
essay, karena mengutamakan praktik. (2) ada 1 sekolah tidak memiliki soal praktik, karena tidak
memiliki lapangan. Karakteristik soal ujian formatif mata pelajaran Penjasorkes, yaitu: (1) soal essay 9
sekolah memiliki indeks Aiken tergolong baik, dan soal 1 sekolah memiliki indeks Aiken tidak baik;
(2) soal essay memiliki tingkat kesukaran sedang dengan reliabilitas tidak memenuhi syarat; (3) soal
praktik 11 sekolah memiliki indeks Aiken tergolong baik dengan reliabilitas 9 sekolah tidak
memenuhi syarat, dan reliabilitas 2 sekolah memenuhi syarat.
Kata kunci: instrumen, ujian formatif, deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
sepsi terhadap analisis teknik-teknik atau psiko- inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani,
motor dan kognitif akan diukur dalam satu kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengeta-
cabang olahraga tertentu. Selain itu, masalah huan serta pemahaman terhadap gerak manusia.
yang lain adalah kurang terdistribusinya secara Dalam proses pembelajaran pendidikan
merata guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani jasmani guru diharapkan mengajarkan bebagai
Olahraga dan Kesehatan di seluruh sekolah keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi
SMP yang berstatus pegawai negeri sipil se- permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai
hingga memanfaatkan tenaga honorer yang (sportivitas, jujur, kerjasama dan lain-lain) serta
kurang memiliki pengalaman dan pengetahuan pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya
mengajar, serta ketercapaian untuk menyusun bukan melalui pembelajaran konvensional di
instrumen alat ukur hasil belajar sangat rendah. dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun
Masalah selanjutnya selama ini belum ada guru melibatkan unsur fisik, mental, intelektual,
yang melakukan analisis instrumen ujian emosi dan sosial.
formatif mata pelajaran Pendidikan Jasmani Istilah pendidikan jasmani berawal dari
Olahraga dan Kesehatan, serta belum ada yang Amerika Serikat berawal dari istilah gymnas-
melakukan penelitian terhadap penyusunan ins- tics, hygiene, dan physical culture Siedentop
trumen alat ukur hasil belajar siswa utamanya (1972). Pengertian pendidikan jasmani menurut
pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah- Rahayu (2013, p.5), menyebutkan bahwa “tu-
raga dan Kesehatan. Sehingga dengan peneliti- buh adalah tempat bersemayamnya pikiran.”
an ini dapat membantu guru dalam menyusun Ada unsur kesatuan pemahaman antara tubuh
dan menganalisis instrumen ujian formatif mata dengan pikiran. Kesatuan unsur tubuh dan
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan pikiran salah satu masalah besar, untuk selama
Kesehatan dengan baik. bertahun-tahun lamanya seolah tidak akan
Sesuai dengan permasalahan yang ada, pernah tuntas, adalah perdebatan antara inte-
peneliti mengharapkan bahwa dengan menge- lektual dan jasmani. Kepercayaan banyak orang
tahui permasalahan mengenai kompetensi guru adalah bahwa tubuh terpisah dari pikiran, yang
mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga kemudian memunculkan pemahaman “dualis-
dan Kesehatan tingkat SMP diharapkan pene- me” dan cenderung mengarah pada pikiran
itian ini dapat membantu sebagai alternatif adalah sesuatu yang diutamakan, sementara
solusi kompetensi guru. Oleh karena itu, pe- tubuh adalah sesuatu yang inferior.
neliti tertarik untuk melakukan analisis instru- Keyakinan ini dapat dengan mudah
men ujian formatif mata pelajaran Pendidikan dikenali, seperti yang sering didengar sebuah
Jasmani Olahraga dan Kesehatan tingkat SMP. semboyan Orandum est ute sit men sana in
Tujuan penelitian ini adalah (1) men- corpora sano atau seperti; a sound mind in a
deskripsikan cakupan kelengkapan instrumen sound body (Krecthmar, 2005, p.51). Moto se-
ujian formatif mata pelajaran Pendidikan perti ini, sering dijadikan rujukan dalam setiap
Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMP. pelaksanaan pendidikan jasmani. Pendidikan
(2) mendeskripsikan karakteristik instrumen jasmani memanfaatkan aktivitas jasmani untuk
soal ujian formatif praktik siswa SMP pada mengembangkan aspek tubuh dan pikiran, dan
mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga bahkan aspek spiritual. Hal ini pun menjadi
dan Kesehatan berdasarkan pada kedua ranah fokus orientasi utama dalam pengembangan
penilaian, yaitu: ranah kognitif dan psikomotor. aktivitas jasmani sebagai upaya pengembangan
Pendidikan jasmani pada dasarnya me- utuh-manusia. Pada kenyataannya di masyara-
rupakan bagian integral dari sistem pendidikan kat sering ditemukan keyakinan bahwa tubuh
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengem- dan pikiran berada pada sifat dualism. Sesung-
bangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, guhnya, pendidikan jasmani mencoba membuk-
keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosio- tikan dan meyakinkan setiap orang bahwa tu-
nal, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan buh dan pikiran berpadu menjadi satu kesatuan
moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. dalam konsep holism, meskipun pikiran berada
diatas kedudukan tubuh.
Pengertian Pendidikan Jasmani Konsep penjas merupakan bagian
Dengan pendidikan jasmani siswa akan penting dari proses pendidikan. Artinya, Penjas
memperoleh berbagai ungkapan yang erat kait- bukan hanya dekorasi atau ornamen yang di-
annya dengan kesan pribadi yang menyenang- tempel pada program sekolah sebagai alat untuk
kan serta berbagai ungkapan yang kreatif, membuat anak sibuk. Menurut Husdarta (2011,
p.17), bahwa “pendidikan jasmani adalah bagi- Hoy & Miskel (2001, p.10), “system is the
an penting dari pendidikan. Melalui penjas yang extent to which a set of actions is organized and
diarahkan dengan baik, anak-anak akan me- implemented to achieve predetermined goals
ngembangkan keterampilan yang berguna bagi with maximum efficiency”. Sistem merupakan
pengisian waktu senggang, terlibat dalam akti- serangkaian kegiatan yang terorganisasi dan
vitas yang kondusif untuk mengembangkan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
hidup sehat, berkembang secara sosial, dan me- ditentukan secara efisien. Menurut Hartati
nyumbang pada kesehatan fisik dan mental- Sukirman, dkk (1998, p.6), sistem adalah unsur-
nya.” Meskipun penjas menawarkan kepada unsur yang secara fungsional saling berkaitan
anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk sesuai dengan fungsinya masing-masing. Se-
mengatakan penjas diselenggarakan semata- lain itu, Luxenburg & Ornstein (1998, p.16),
mata agar anak-anak bergembira dan berse- “System are inputs, transformation process,
nang-senang. outputs…” Sistem terdiri dari input, proses,
Penjas merupakan wahana pendidikan, dan output.
yang memberikan kesempatan bagi anak untuk Kegiatan untuk mengetahui keberhasil-
mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena an belajar peserta didik dilakukan pengujian
itu, pelajaran penjas tidak kalah penting diban- dan dilanjutkan penilaian. Data hasil pengukur-
dingkan dengan pelajaran lain, seperti: Mate- an dan informasi hasil penilaian digunakan
matika, Bahasa, IPS, dan IPA, dan lain- lain. dalam melakukan judgement terhadap evaluasi
Dengan demikian tidak semua guru penjas program.
menyadari hal tersebut, sehingga banyak ang- Measurement, assessment and evaluation
gapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara are hierarchical. The comparison of an
serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai observation with he criteria is a mea-
gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, surement, the interpretation and descrip-
mulai dari kelemahan proses yang menetap. tion of the evidence is an assessment and
Misalnya membiarkan anak bermain sendiri the judgement of the value or implica-
hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, se- tions of the behavior is an evaluation
perti kebugaran jasmani yang rendah. Di ka- (Griffin & Nix, 1991, p.3).
langan guru penjas sering ada anggapan bahwa
pelajaran penjas dapat dilaksanakan seadanya, Pengukuran, penilaian dan evaluasi
sehingga pelaksanaannya cukup dengan cara merupakan kegiatan yang saling menunjang
menyuruh anak pergi ke lapangan, menyedia- dimana ketiganya merupakan hirarki. Peng-
kan bola sepak untuk laki-laki dan bola voli ukuran membandingkan hasil pengamatan de-
untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di ngan kriteria, penilaian menjelaskan dan menaf-
pinggir lapangan. Menurut Husdarta (2011, sirkan hasil pengukuran, dan evaluasi adalah
p.18), bahwa “kelemahan ini berpangkal pada penetapan nilai dan implikasi perilaku.
ketidakpahaman guru tentang arti dan tujuan Pengukuran menurut Allen & Yen
penjas di sekolah, disamping guru mungkin (1979, p.2), “measurement is the assigning of
kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh numbers to individuals in a systematic way as a
hati.” means of representing properties of the indivi-
Berdasarkan pada definisi tersebut di duals”. Pengukuran adalah penetapan angka de-
atas, maka secara umum penjas dapat didefi- ngan cara yang sistematik untuk menyatakan
nisikan penjas adalah proses pendidikan melalui keadaan individu. Menurut Griffin & Nix
aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang (1991, p.3), “the process of measurement as
terpilih untuk tujuan pendidikan. assigning numbers to, or quantiying, things
according to a set of rules”. Pengukuran adalah
Pengertian Sistem dan Penilaian proses penetapan angka terhadap suatu gejala
Sistem penilaian merupakan gabungan menurut aturan tertentu.
dari dua kata, yaitu sistem dan penilaian. Istilah Berdasarkan pendapat-pendapat terse-
sistem menunjukkan pada serangkaian sub- but, dapat disimpulkan pengukuran merupakan
sistem-subsistem yang saling berinteraksi, ber- suatu proses yang sistematik untuk mendapat-
kolerasi, berintelerasi, dan saling berhubungan kan informasi dalam bentuk angka-angka dari
membentuk satu kesatuan yang utuh dan dina- karakteristik individu dengan menggunakan alat
mis (Usman, 2008, pp.39-40). Hal yang senada tertentu berdasarkan prosedur dan aturan yang
disampaikan oleh Scott (1992) dalam bukunya jelas.
Sudjana (2014, p.3), menyatakan peni- tujuan pengajaran (penilaian formatif), untuk
laian sebagai proses memberikan atau menen- mempengaruhi tindakan lebih lanjut dalam
tukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan konteks belajar-mengajar dan untuk kurikulum
suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai dan evaluasi pengajaran.
tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi Penjelasan-penjelasan tersebut di atas,
yang diakhiri dengan judgement. Interpretasi menunjukkan luasnya makna penilaian, maka
dan judgement merupakan tema penilaian yang penilaian dapat disimpulkan sebagai proses pe-
mengimplikasikan adanya suatu perbandingan ngumpulan informasi untuk mengetahui penca-
antara kriteria dan kenyataan dalam konteks paian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
situasi tertentu. Pendapat yang senada menurut secara teratur dan berkesinambungan. Penilaian
Griffin & Nix (1991, p.4): dalam penelitian ini difokuskan pada penilaian
An assessment is a statement based on a hasil belajar.
series of facts to describe some charac- Menurut Kaufman & Thomas (1980,
teristic of somebody or something. This p.4), “evaluation is a process used to assess the
definition of „assessment‟ can relate to quality of what going on. Evaluation may deter-
any part of the education process, it mine what is working, what is not working,
allows anything related to the teaching what to change, and what to keep”. Evaluasi
and learning process. It is not limited to merupakan proses yang digunakan untuk
student characteristic, as are some defi- menilai kualitas dari apa yang terjadi. Evaluasi
nitions. Characteristics of teaching me- dapat menentukan apa yang dikerjakan, apa
thods, curricula, facilities, and adminis- yang tidak dikerjakan, apa yang harus dirubah,
trations. dan apa yang harus dipertahankan. Hal yang
senada disampaikan oleh Tyler (Fernandes,
Penilaian merupakan suatu pernyataan 1984, p.1), menyatakan “evaluation as the
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan process of determining to what extent the ed-
karakteristik seseorang atau sesuatu. Definisi ucational objectives are being realized”. Evalu-
penilaian berhubungan dengan setiap bagian asi adalah suatu proses menentukan sejauh
dari proses pendidikan, mencakup semua proses mana tujuan pendidikan telah tercapai. Hal ter-
belajar mengajar. Kegiatan penilaian tidak ter- sebut senada dengan pendapat Guskey (1999),
batas pada karakteristik peserta didik saja, te- bahwa “evaluation is a judgement regarding
tapi juga mencakup karakteristik metode meng- the quality, value or worth a response, product,
ajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi. or performance, based on established criteria
Senada dengan penjelasan penilaian and curriculum standards”. Evaluasi adalah
tersebut, Carroll (1994, p.6) menyatakan: keputusan mengenai suatu kualitas, atau respon
Assessment is not only an integral part of yang berharga, atau hasil suatu kinerja ber-
teaching and learning, it should not be dasarkan standar kurikulum dan kriteria yang
seen as a separate process even in the telah ditentukan. Menurut Gay (Sodikun, 2004,
form of examinations and other sum- p.3):
mative assessments. It should be seen as (a)Evaluation is a systematic process of
part of a teaching assessment evaluation collecting and analyzing data in order to
cycle, which at all points in the cycle determine whether, and to what degree,
feeds back information to both teacher objectives have been or are being achie-
and pupil for teaching purpose (forma- ved; (b) evaluation is systematic process
tive assessment), to affect further action of collecting and analyzing data in order
in the teaching- learning context and for to make decision.
curriculum and teaching evaluation.
Pernyataan pertama menunjukkan bah-
Penilaian tidak hanya merupakan bagi- wa menentukan tingkat ketercapaian tujuan
an integral dari pengajaran dan pembelajaran, melalui proses yang sistematis mulai dari me-
tidak harus dilihat sebagai proses yang terpisah ngumpulkan data, menganalisis dan memberi-
bahkan dalam bentuk pemeriksaan dan penilai- kan penilaian. Pernyataan kedua menunjukkan
an sumatif lainnya. Ini harus dilihat sebagai bahwa memberikan keputusan (decision) mela-
bagian dari siklus pengajaran-penilaian-evalu- lui proses sistematis dari mengumpulkan data,
asi, yang di semua titik dalam siklus feed kem- menganalisisnya, dan mengambil keputusan.
bali informasi kepada guru dan murid untuk Kiefer (2010), memberikan pengertian:
Adapun validitas prediktif digunakan untuk kan, “(1) reliability refers to the results obtain-
memprediksi performansi di waktu yang akan ed with an assessment instrument and not to
datang, sehingga waktu perolehan skor tes de- instrument itself. (2) an estimate of reliability
ngan skor kriteria tidak bisa dilakukan bersama- always refer to particular type of consistency,
sama. (3) reliability is a necessary but not sufficient
Prosedur validasi juga dapat dilakukan condition for validity, and (4) reliability is
pendekatan konstrak. Dalam Standards yang primarily statistical.”
dikeluarkan American Educational Research Pendapat di atas, dapat ditarik suatu
Association (1999, p.12), menyebutkan kon- makna bahwa reliabilitas sebuah tes menunjuk
strak merupakan jawaban tes yang diperoleh pada tingkat keajegan atau konsistensi skor-
sebagai hasil respon terhadap item. Pengujian skor yang relatif bebas dari kesalahan-kesalah-
validitas konstruk ini dilakukan terus menerus an. Kecenderungan ini mengarah pada ketetap-
sejalan dengan perkembangan sifat (trait) yang an yang ditunjukkan dengan memberikan
diukur. Dalam pelaksanaannya validitas kon- ulangan prestasi dari sebuah perilaku pada
struk tidak hanya terindentifikasi berdasarkan setiap siswa. Gejala atau unsur-unsur dalam
hasil penelitian namun juga berdasarkan orien- gejala yang diungkapkan dalam pengukuran
tasi peneliti (Moss, 2007, p.472). pertama, ternyata tidak berubah atau sama pada
Pengukuran yang memiliki reliabilitas pengukuran kedua dan seterusnya apabila
tinggi disebut sebagai pengukuran yang relia- pengukuran dilakukan dengan menggunakan
bel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai instrumen yang sama.
nama lain seperti: kepercayaan, keterandalan, Budiwanto, S., (2003, p.141), mengata-
keajegan, kestabilan, dan konsistensi, namun kan bahwa, ada tiga cara menaksir reliabilitas
ide pokok yang terkandung dalam konsep relia- tes keterampilan olahraga, yaitu cara tes dan tes
bilitas adalah seberapa jauh hasil suatu peng- ulang (test-retest), cara belah dua (split half),
ukuran dapat dipercaya. Berkenaan dengan kon- dan menggunakan tes setara (equivalent). Cara
sep reliabilitas ini, Miller (2002, p.59), menga- tes dan tes ulang (test-retest) maksudnya adalah
takan bahwa reliabilitas adalah tingkat ketetap- tes pertama dilakukan kemudian selang bebe-
an atau konsistensi pengukuran oleh sebuah tes rapa waktu disusul dilakukan tes ulang dengan
dalam mengukur kualitas yang sama dalam menggunakan tes yang sama. Untuk memper-
setiap pelaksanaan tes tersebut. Reliabilitas di- oleh koefesien reliabilitas tes eksperimen, hasil
artikan sebagai ketetapan pengukuran berarti, tes pertama dan hasil tes ulang dikorelasikan
bahwa semua orang yang menggunakan prose- menggunakan teknik statistik korelasi product
dur ini mendapatkan hasil yang sama secara moment dari Pearson. Koefesien korelasi antara
ajeg. Safrit dan Wood (1989, p.45), menjelas- hasil tes pertama dan hasil tes kedua merupakan
kan bahwa “if a test or measuring instrument is koefesien reliabilitas tes eksperimen. Mengetes
reliable, it consistently will provide the same orang-orang yang sama menggunakan tes yang
measurement of a person. If a measurement sama akan menghasilkan indeks stabilitas.
instrument is totally reliable, it can be adminis- Memperoleh reliabilitas tes keteram-
tered several times in one day or on several pilan olahraga dengan cara belah dua (split half)
different days, and each times a person would hanya digunakan jika jumlah percobaan tes
obtain the same score.” Wahjoedi (2000, p.32), keterampilan tersebut terdiri dari beberapa kali
mengatakan bahwa suatu alat ukur atau tes di- percobaan. Contoh, tes servis bawah dalam per-
katakan reliabel apabila hasil-hasil penggunaan mainan bola voli dilakukan sepuluh kali servis.
tes tersebut menunjukkan ketetapan atau Akan ada sepuluh skor dari usaha servis perta-
diperoleh hasil pengukuran yang ajeg atau tetap ma sampai dengan kesepuluh. Skor-skor terse-
terhadap suatu yang seharusnya diukur. Me- but dapat dibelah atau dibagi menjadi dua
nurut Gronlund & Linn (1990, p.77), reliability kelompok.
refers to the consistency of the test scores that Cara lain memperoleh reliabilitas tes
is, how consistency they are from one measure- adalah menggunakan tes yang setara (equiva-
ment to another. Pernyataan ini berarti bahwa lency atau alternate form). Cara ini sering dise-
reliabilitas mengacu pada konsistensi skor-skor but juga menggunakan cara tes paralel (paralel
tes, apabila tes tersebut mengukur hal yang form). Dalam hal ini harus dibuat dua perangkat
sama, atau seberapa konsisten tes-tes ersebut tes yang pada dasarnya sama atau mempunyai
dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. tingkat kesetaraan (koefesien ekuivalen). Kedua
Linn dan Gronlund (1990, pp.78-79), menjelas- tes yang dipakai memiliki kualitas dan spesi-
fikasi yang sama. Reliabilitas tes eksperimen Sedangkan teknik dokumentasi yang digunakan
diperoleh dengan cara mengkorelasikan antara adalah untuk mengumpulkan data-data yang
kedua tes tersebut. berkaitan dengan penelitian yang akan dilaku-
kan, seperti kisi-kisi soal, perangkat soal, pe-
rangkat unjuk kerja, kunci jawaban, pedoman
Metode Penelitian
penskoran, respon peserta didik yang diambil di
Penelitian ini merupakan penelitian sekolah-sekolah yang menjadi objek penelitian.
deskriptif, yaitu mendeskripsikan cakupan dan Pelaksanaannya dengan mendatangi sekolah
kualitas instrumen yang digunakan dalam yang dijadikan objek penelitian dan menemui
melakukan penilaian formatif. Penelitian ini kepala sekolahnya untuk meminta izin, kemu-
bertujuan untuk mengetahui cakupan ujian dian peneliti menemui guru mata pelajaran
formatif mata pelajaran Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Olahraga dan Kesehatan kelas VII SMP Tahun untuk meminta data berkaitan dengan instrumen
Pelajaran 2014/2015 dilihat dari aspek kognitif yang digunakan pada ujian formatif serta hasil
dan psikomotor. Peneliti dibantu oleh ahli penilaian siswa.
menganalisis instrumen ujian formatif secara Berdasarkan dari dua ranah yang akan
kualitatif untuk mendeskripsikan bentuk instru- dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: ranah
men yang baik berdasarkan aspek materi, kon- kognitif dan psikomotor, maka peneliti mem-
struksi, dan bahasa. bagi dua model analisis didasarkan pada jenis
Penelitian dilaksanakan bulan Maret- objek data yang diteliti. Pada penilaian instru-
April 2015 pada tingkat SMP Tahun Pelajaran men kognitif dan psikomotor. Adapun dua jenis
2014-2015. Sasaran dari penelitian ini adalah teknik analisis data tersebut, yaitu sebagai
instrumen ujian formatif mata pelajaran Pen- berikut.
didikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
tingkat SMP di kelas VII dengan materi yang Analisis Kualitatif
telah dibatasi oleh peneliti mengenai per-
Penelaahan dari aspek materi, kon-
mainan bola besar.
struksi, dan bahasa dilakukan secara terpisah
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
yang ditelaah oleh masing-masing ahli, yaitu:
VII SMP Tahun Pelajaran 2014/2015. Objek
ahli dalam bidang studi yang diujikan, ahli
dalam penelitian ini adalah seluruh instrumen
dalam bidang pengukuran, dan ahli dalam bi-
ujian formatif mata pelajaran Pendidikan Jas-
dang gagasan. Aspek materi berkaitan dengan
mani Olahraga dan Kesehatan yang dibuat oleh
substansi keilmuan yang ditanyakan serta
guru di kelas VII, dan lembar jawaban siswa
tingkat berpikir yang terlibat. Aspek konstruksi
yang diperoleh dari guru beserta hasil peng-
berkaitan dengan teknik penulisan soal, baik
amatan guru saat melakukan ujian formatif
bentuk objektif, maupun yang non-objektif.
praktik mata pelajaran Pendidikan Jasmani
Aspek bahasa berkaitan dengan kekomuni-
Olahraga dan Kesehatan dengan materi perma-
katifan atau kejelasan hal yang ditanyakan.
inan bola voli di semester genap Tahun Pela-
Hasil penelaahan instrumen peneliti
jaran 2014/2015. Objek penelitian tersebut yang
membuat rangkuman dan kesimpulan terhadap
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12
butir-butir yang sudah memenuhi kriteria peni-
sekolah diperoleh dari 44 SMP yang diambil
laian pada pedoman telaah. Kriteria keputusan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu
yang diambil adalah memperoleh dua dukungan
hanya berfokus pada sekolah yang memiliki
dari ketiga penelaah dengan katagori diterima,
guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah-
direvisi, dan ditolak.
raga dan Kesehatan berstatus PNS serta memi-
Pedoman penelaahan butir soal yang
liki perangkat tes berbeda pada setiap sekolah.
digunakan untuk menelaah butir soal mengacu
Objek penelitian tersebut akan dianalisis untuk
pada pedoman yang telah ditetapkan oleh Pusat
melihat cakupan ujian formatif mata pelajaran
Penilaian Pendidikan. Pedoman penelaahan soal
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
bentuk uraian adalah sebagai berikut.
SMP pada aspek kognitif dan psikomotor.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
Aspek Materi
adalah menggunakan instrumen checklist (lem-
bar telaah butir soal) dan dokumentasi. Check- a) Soal sesuai dengan indikator;
list digunakan untuk melihat kriteria butir soal b) Batasan pertanyaan dan jawaban yang di-
dilihat dari aspek materi, konstruk, dan bahasa. harapkan sesuai;
c) Materi yang diukur sesuai dengan kompe- Tingkat kesukaran, yaitu proporsi pe-
tensi; dan serta tes yang menjawab benar. Rentang tingkat
d) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan kesukaran berada antara interval 0 sampai
jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas. dengan 1. Jika proporsi menjawab benar (p)
<0,30, maka disimpulkan bahwa tingkat kesu-
Aspek konstruksi karannya tinggi, apabila proporsi menjawab
a) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara benar (p) diantara 0,30 sampai 0,70, maka soal
mengerjakan soal; memiliki tingkat kesukaran sedang, dan jika
b) Rumusan kalimat soal/pertanyaan meng- proporsi menjawab benar (p) > 0,70, maka
gunakan kata tanya atau perintah yang disimpulkan bahwa tingkat kesukarannya
menuntut jawaban terurai; rendah.
c) Gambar/grafik/tabel/diagram dan sebagai-
nya, jelas dan berfungsi; dan Hasil Penelitian
d) Ada pedoman penskoran.
Proses pelaksanaan penelitian ini sesuai
dengan petunjuk pada metode penelitian yang
Aspek bahasa
mengambil subjek penelitian siswa peserta
a) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komu- ujian formatif dengan materi permainan bola
nikatif; voli semester genap pada mata pelajaran
b) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di
yang baku; kelas VII SMP Tahun Pelajaran 2014/2015
c) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang dengan sejumlah 12 sekolah. Subjek penelitian
mengandung penafsiran ganda atau salah ini adalah siswa yang mengikuti ujian formatif
pengertian; dengan materi permainan bola voli semester
d) Tidak mengandung kata yang menyingung genap. Objek penelitian ini adalah kisi-kisi soal,
perasaan; dan soal, kunci jawaban, lembar penskoran, kisi-kisi
e) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku ujian praktik, praktik, lembar penskoran prak-
setempat/tabu. tik, kisi-kisi sikap, penilaian sikap, dan pen-
skoran sikap yang dikumpulkan hingga menjadi
Butir soal diterima, apabila butir soal sebuah dokumentasi. Selain itu, respon siswa
tersebut memenuhi semua kriteria yang ada berupa lembar jawaban dan nilai hasil ujian
pada aspek materi, konstruk, dan bahasa. Butir psikomotor. Dokumentasi yang diperoleh mela-
soal direvisi, apabila butir soal memenuhi pling lui 12 sekolah melalui guru mata pelajaran
tidak satu kriteria dari aspek materi, tiga kriteria Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
dari aspek konstruk, dan satu kriteria dari aspek yang dijadikan sampel penelitian ini memiliki
bahasa. Untuk soal ditolak, apabila butir soal keragaman. Tahapan-tahapan yang harus diper-
tidak memenuhi semua kriteria penilaian yang hatikan pada instrumen kognitif dan psikomotor
telah ditetapkan. berupa karakteristik butir soal, unjuk kerja, dan
kuesioner yang dianalisis secara kualitatif dan
Analisis Kuantitatif ditelaah oleh ahli, selanjutnya dianalisis secara
Untuk analisis secara kuantitatif di kuantitatif dengan menggunakan program
analisis menggunakan formula teori tes klasik komputer.
untuk menganalisis respon peserta didik ter- Untuk analisis kognitif hasil lembaran
hadap perangkat soal. Analisis ini dilakukan kerja siswa selanjutnya dilakukan dilakukan
untuk melihat karakteristik instrumen yang telaah Aiken, perhitungan penskoran yang mana
dirancang oleh masing-masing guru pada SMP setiap tahapan pengerjaan jawabannya diper-
se-Kabupaten Buton Tahun Pelajaran 2014/ hitungkan sesuai lembaran penskorannya. Ke-
2015. Pada soal uraian hasil analisis memberi- tentuan penskoran yang digunakan dalam peni-
kan informasi tentang butir soal yang layak dan laian lembaran jawaban siswa dapat dicontoh-
tidak layak untuk diujikan, yaitu tingkat ke- kan yaitu jika skor 0 apabila lembar jawaban
sukaran yang di analisis dengan menggunakan siswa tidak sesuai dengan kunci jawaban, jika
program EXCEL. Butir yang baik dan handal skor 1 apabila lembaran jawaban siswa benar
akan memberikan informasi yang akurat ten- dari 1 atau 2 bagian dari kunci jawaban, jika
tang keberhasilan pembelajaran peserta didik. skor 2 apabila lembaran jawaban siswa benar 3
bagian dari kunci jawaban, jika skor 3 apabila
seluruh jawaban siswa sesuai dengan kunci kualitatif perangkat soal yang dibuat oleh guru
jawaban. dari masing-masing sekolah kurang baik.
Berdasarkan dari perolehan deskriptif
kualitatif dan kuantitatif, maka dapat dikemu-
Simpulan dan Saran
kakan hasil penelitian sebagai berikut.
Pertama, hasil penelitian menunjukkan Simpulan
bahwa dari 12 sekolah, hanya 9 sekolah yang
memiliki instrumen lengkap, yakni memiliki Berdasarkan pada hasil dan pem-
soal ujianformatif mata pelajaran Pendidikan bahasan penelitian ini, maka ada beberapa hal
Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas VII pada yang dapat disimpulkan, yakni: (1) Penelitian
kompetensi kognitif dan psikomotor. Selanjut- ini hanya terbatas pada satu unsur materi pokok
nya, secara rinci dapat dijelaskan sebagai bahasan, yaitu materi permainan bola voli. (2)
berikut: (1) ada 2 sekolah tidak memiliki soal Penelitian ini dalam memperoleh dokumen dari
essay, dikarenakan 2 sekolah tersebut lebih sekolah, utamanya pada ranah kognitif dan
mengutamakan pembelajaran bersifat praktik. psikomotor yang selanjutnya dilakukan analisis
(2) ada 1 sekolah yang tidak memiliki soal dengan menggunakan analysis faktor (CFA)
praktik, dikarenakan sekolah tersebut tidak secara umum terdapat tingkat koefesien re-
memiliki fasilitas lapangan. liabilitas tidak memenuhi syarat, hal ini dikare-
Kedua, Karakteristik instrumen soal nakan jumlah item butir sangat minim diguna-
ujian formatif mata pelajaran Pendidikan Jas- kan kepada siswa cukup besar sehingga meng-
mani Olahraga dan Kesehatan SMP, yaitu: (1) hasilkan tingkat reliabilitas yang rendah. (3)
untuk soal uraian yang mengungkap aspek Penelitian ini hanya melihat menganalisis
kognitif dari 9 sekolah memiliki indeks Aiken instrumen ujian formatif berbentuk uraian,
tergolong baik (Aiken validitas 0,54, sampai sehingga bentuk soal lain berupa pilihan ganda,
dengan 0,69), dan hanya soal dari 1 sekolah maupun soal campuran lainnya belum dapat
yang tidak baik, (2) soal uraian tersebut rata- terlaksana. (4) Penelitian ini pula, hanya meli-
rata memiliki tingkat kesukaran sedang (TK hat pada instrumen yang dibuat oleh guru mata
0,42 sampai dengan 0,58) dengan reliabilitas pelajaran pada masing-masing sekolah, sehing-
memenuhi syarat (Alpha 0,41 sampai dengan ga instrumen yang dinilai dalam penelitian ini
0,59). (3) untuk soal praktik yang mengungkap tidak digeneralisasikan.
aspek psikomotor dari 11 sekolah memiliki
indeks Aiken tergolong baik (Aiken validitas Saran
0,47 sampai dengan 0,59) dengan reliabilitas 1. Instrumen yang digunakan oleh guru mata
soal praktik 9 sekolah yang tidak memenuhi pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
syarat (ICC 0,37 sampai dengan 0,49) dan dan Kesehatan tingkat SMP sebaiknya per-
reliabilitas soal praktik 2 sekolah yang lu dikondisikan dengan keadaan masing-
memenuhi syarat (ICC 0,84 dan 0,94). masing sekolahnya.
2. Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Temuan Penelitian (MGMP) perlu diaktifkan kembali, guna
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- instrumen yang telah disusun oleh guru
bahasan, ada beberapa hal yang ditemukan se- dapat terpenuhi baik validitas dan relia-
bagai berikut: (1). Kelengkapan instrumen bilitas instrumen yang akan digunakan.
penelitian yang dikumpulkan dari 12 sekolah 3. Sebelum soal digunakan untuk evaluasi
pada 3 ranah, yaitu ranah kognitif dan psiko- belajar peserta didik perlu dilakukan telaah
motor terdapat beberapa sekolah kurang leng- oleh ahli (expert judgment) dengan me-
kap. Untuk sekolah tidak memiliki soal kognitif minta ahli yang memiliki pengalaman
terdapat 2 sekolah, dikarenakan guru mata dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani
pelajarannya lebih memprioritaskan kegiatan Olahraga dan Kesehata serta penilaian.
psikomotor. Untuk sekolah tidak memiliki soal Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat
psikomotor hanya 1 sekolah, ini dikarenakan karakteristik soal ditinjau dari aspek ma-
tidak memiliki lapangan. (2). Karakteristik butir teri, konstruk, dan bahasa.
soal yang dianalisis secara kualitatif menunjuk- 4. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif,
kan bahwa ada beberapa indikator dari setiap selanjutnya perlu dianalisis secara kuan-
aspek yang tidak terpenuhi, sehingga dari segi titatif dengan teori tes klasik dapat meng-
gunakan program EXCEL. Analisis kuanti-
Brennan. (2006). Educational measurement. Linn, R.L. & Miller, M.D. (2005).
Westpost: Greenwood Publishing Measurement and assessment in teach-
Group. ing (9th ed.). New Delhi: Pearson
Education, Inc.
Carroll, B. (1994). Assessment in Physical
Education: A Teacher‟s Guide to the Luxenburg, F.C. & Ornstein, A.C. (1998).
Issues. Washington, D.C : The Falmer Educational administration: concepts
Press. and practices (3rd ed). United States:
School Management and Organization.
Coll, C., Rochera, M.J., Mayordomo, R.M., et
al. (2007). Continuous assessment and Mardapi, D., (2012). Pengukuran penilaian &
support for learning: an experience in evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
educational innovation with ICT Media.
support in higher education [Versi Mardapi, D., (2008). Teknik penyusunan tes &
elektronik]. Journal of Research in non tes. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Educational Psychology, N. 13 Vol Press.
5(3), 783-804.
Mardapi, D., (2004). Pengembangan sistem
Ebel, R.K & Frisbie, D.A. (1986). Essensial of penilaian berbasis kompetensi. Disam-
educational measurement (4th ed.). paikan pada Seminar HEPI “Rekayasa
Englewood Cliffs New Jersey: Sistem Penilaian untuk Meningkatkan
Prentice- Hall. Inc. Kualitas Pendidikan” Yogyakarta 26-27
Guskey, T.R. (1999). Using assessment to Maret 2004.
improve student learning. National Miller, D.K. (2002). Measurement by the
conference on standards and assess- physical educator 4th edition. San
ment. Alberta Assessment Consortium. Fransisco: McGraww Hill.
Morrow, J.R; Jackson, A.W; Disch, J.G; dan Sodikun, I., (2004). Pengembangan sistem
Mood, D.P., (2005). Measurement and penilaian hasil belajar keterampilan
Evaluation in Human Performance. 3rd gerak. Disampaikan pada seminar
Edition USA: Human Kinetics. HEPI “Rekayasa Sistem Penilaian
dalam rangka Meningkatkan Kualitas
Popham, W.J. (2008). Transformative Assess-
Pendidikan” Yogyakarta 26-27 Maret
ment. Alexandria: Association of super-
2004.
vision and curriculum development
(ASCD). Thomas, J.R & Nelson, J.Krecthmar. (1990).
Methods research in physical activity
Rahayu.E.T., (2013). Strategi Pembelajaran
(2 nd ed). New Jersey: Human Kinetics
Pendidikan Jasmani: Implementasi pa-
Publisher.
da Pembelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan. Bandung: Usman, H. (2008). Manajemen: teori, praktik,
Alfabeta. dan riset pendidikan (edisi kedua).
Jakarta: Bumi Aksara.
Safrit, M.J & Wood, T.M. (1989). Mea-
surement concept in physical education Wahjoedi. (2000). Landasan Evaluasi Pendi-
and exercise science. Illionois: Human dikan Jasmani. Jakarta: PT Raja Gra-
Kinetics Books. findo Persada.
Sudjana, N., (2014). Penilaian hasil proses bel- Wright. R.J., (2008). Educational Assessment :
ajar mengajar. Bandung: PT Remaja Test and Measurements in the Age of
Rosdakarya. Accountability. California: Widener
University, Sage Publication.
Sukirman, H., dkk (1998). Administrasi dan
supervise pendidikan. Yogyakarta:
IKIP Yogyakarta.