Oleh
RAPLI PASHA ( F021211013 )
KELAS 4A
PRODI SASTRA DAERAH BUGIS-MAKASSAR
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
Proses Pembentukan Frasa Pada Cerita Rakyat Enrekang “Bellang Langi”
Rapli Pasha
Universitas Hasanuddin
email: rapli.0882@Gmail.Com
Abstract
This writing is about the process of forming a phrase in Enrekang folklore
"bellang langi". The purpose of writing is to analyze the process of forming phrases in
Enrekang folklore "bellang langi". Writing with a qualitative approach, using
descriptive methods with data collection techniques in this writing is documentation as
a data collection technique taking from journals and theses that are relevant to writing.
Based on the results of writing, identified phrases in Enrekang folklore "bellang
langi" which are divided into two forms of phrase groups, namely phrases based on
distribution with elements and based on distribution with word categories. Based on
the distribution with His elements consists of endocentric phrases and exocentric
phrases. The form of phrases based on distribution with word categories, consisting of
noun phrases (objects), verb phrases (verbs), adjective phrases (properties), numeralia
phrases (numbers), and preposition phrases (prepositions).
Abstrack
Penulisan ini mengenai proses pembentukan frasa pada cerita rakyat Enrekang
“bellang langi”. Adapun tujuan penulisan untuk menganalisis proses pembentukan
frasa pada cerita rakyat Enrekang “bellang langi”. Penulisan dengan pendekatan
kualitatif, menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data pada
penulisan ini adalah dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data mengambil dari
jurnal dan skripsi yang relevan dengan penulisan.
Berdasarkan hasil penulisan, diidentifikasi frasa pada cerita rakyat Enrekang
“bellang langi” yang terbagi atas dua bentuk kelompok frasa yaitu frasa berdasarkan
distribusi dengan unsur-Nya dan berdasarkan distribusi dengan kategori kata.
Berdasarkan distribusi dengan unsur-Nya terdiri atas frasa endosentrik dan frasa
eksosentrik. Adapun bentuk frasa berdasrkan distribusi dengan kategori kata, terdiri
atas frasa nomina (benda), frasa verba (kerja), frasa adjektiva (sifat), frasa numeralia
(bilangan), dan frasa preposisi (kata depan).
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sintaksis sebagai bagian dari ilmu tata bahasa yang mempelajari tata
hubungan antara kata dengan kata lain-Nya dalam membentuk struktur yang lebih
besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Seperti yang dikatakan Ramlah (2001: 1)
bahwa Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Dalam sintaksis, objek pengkajian-
Nya tidal lepas dari hubungan antara kata dengan ujaran. Adapun satuan dalam
sintaksis seperti yang disebutkan dalam pengertian yaitu kalimat tunggal, frasa,
klausa, dan kalimat. Namun dalam penulisan ini, hanya fokus terhadap frasa.
Frasa ialah salah satu dari satuan dari sintaksis. Frasa sebagai gabungan kata
yang bersifat non predikatif. Dalam frasa mempunyai bentuk, yang mengisi fungsi
dan kategori sintaksis. Frasa dapat dikelompokkan, baik berdasarkan distribusi
dengan unsur-Nya dan frasa berdasarkan distribusi dengan kategori-Nya. Frasa
tidak lepas dari kehidupan sehari-hari manusia sebagai mahkluk sosial yang selalu
berkomunikasi salah satu-Nya dalam bentuk ujaran. Salah satu hasil dari
komunikasi yaitu tradisi lisan.
Dalam tradisi lisan, komunikasi yang dilakukan oleh manusia ada kalanya
berupa penyampaian informasi, baik itu berupa informasi kekinian ataupun sebagai
bentuk penyampaian informasi atas warisan masa lalu. Dalam tradisi lisan
terkandung kejadian-kejadian salah satu-Nya ialah cerita rakyat. Cerita rakyat
merupakan cerita pada zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang
diceritakan secara turun temurun.
Sehingga dalam penulisan ini, pribadi mencoba menganalisis proses
pembentukan frasa dalam cerita rakyat masyarakat Enrekang yaitu cerita rakyat
“bellang langi”.
B. RUMUSAN MASALAH
Penyusun telah menulis yang akan dibahas dalam artikel sebagai berikut:
1. Proses pembentukan frasa pada pada cerita rakyat Kabupaten Enrekang
“bellang langi”.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami dan mengetahui proses pembentukan frasa pada cerita rakyat
bellang langi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. FRASA
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlah, 2001: 138). Sedangkan menurut
(Chaer, 2009: 39) bahwa frasa dibentuk oleh dua kata atau lebih dan mengisi salah
satu fungsi sintaksis. Bentuk frasa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
menurut (Ramlah, 121-148), yaitu berdasarkan distribusi dengan unsurnya dan
berdasarkan distribusi dengan kategori kata.
Tradisi lisan
Tradisi lisan dapat diartikan sebagai kebiasaan atau adat yang berkembang
dalam suatu komunitas masyarakat yang direkam dan diwariskan dari generasi ke
generasi melalui bahasa lisan. Dalam tradisi lisan, komunikasi yang dilakukan oleh
manusia ada kalanya berupa penyampaian informasi, baik itu berupa informasi
kekinian ataupun sebagai bentuk penyampaian informasi atas warisan masa lalu.
Dalam tradisi lisan terkandung kejadian-kejadian sejarah, adat istiadat, cerita
rakyat, dongeng, peribahasa, lagu, mantra, nilai moral, dan nilai keagamaan.
Perkembangan tradisi lisan terjadi dari mulut ke mulut sehingga menimbulkan
banyak versi cerita.
Cerita rakyat
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya lewat tuturan bahasa
yang diceritakan oleh masyarakat empunya yang berhubungan langsung dengan
berbagai aspek seperti agama dan kepercayaan, undang-undang kegiatan ekonomi,
sistem kekeluargaan, dan susuna nilai sosial masyarakat tersebut (Isnain, 2007).
Sedangkan menurut Endraswara (2003: 47) mengenai cerita rakyat sebagai bagian
dari genre folklor lisan yang diceritakan emnpu-Nya dari generasi ke generasi.
Cerita rakyat sebagai cerita yang diturunkan secara turun temurun sebagai
salah satu ciri-Nya. Secara garis besar, cerita rakyat dibagi atas tiga kelompok
yaitu, mitos, legenda, dan dongeng. Salah satu cerita rakyat masyarakat Enrekang
yang diidentifikasi sebagai legenda setempat sebagai berikut:
BELLANG LANGI
Ia tonna anok deen pea muane maglindo macora. Sanga macora gajai lindona
na disangai bellang langi. Konon, ia tee bellang langi mellao jio langi nola buntu
bamba puang. Sanga macora gajai lindona na sangai tau bellang langi.
Jio buntu bamba puang luminkai lako timur tiro ningan tobisa diqni torro. Ia
tonna timbai jio mesa pangkampong to nasangai tau too kua kampong bolang. Tapi,
cindakturi jio sanga tangmanyaman banggi nasakding. Napatarru pallingkana
nanampa omo mesa kampong. Ia topangkampong jio njo kampong malajai kitai
bellang langi sanga macora gajai lindona. Naiamo nadisangai jio kampong, kampong
kalaja.
Apa tonna napatarru omi pallingkana rundun biring salu. Pangkampong kua
salu alu-alu. Jiomo njo nanampa bubun todisanga kollan rano jio daera baroko.
Bellang langi kabuami bola-bola biccu natorro jio njo sade bubun. Pissen waktu
deen pea baene tammaka lolo ollong jio sakde bubun. Ia tee pea baene disanga
takombong ribura, naolaimi to allo demi allona sampenna bottingi. Ia tee
kambottinganna jadianni pea muane tallu todisanga pata langi, kila langi, na londong
langi.
Kila langi sola londong langi pole polei lako kampong lura, ia to pammulanna
naniqi bellang langi mellao jio langi. Torromi ia jio njo daera. Naia to pata langi
napillemi ia torro jio daera baroko tonna mangka bottingi pea baene todisanga bunga
kaise. Najadian pea muane disanga sondong langi.
Ia tee keturunanna sondong langi mammulami siala-ala jio njo daera. Naia to
pangkampong nakua, kua bijanna bellang langi, to pea muane mellao jio mai langi.
Terjemahan bebas
BELLANG LANGI
Dikisahkan dahulu ada seorang pria berwajah berseri. Karena wajahnya sangat
berseri, ia dinamai Bellang Langi. Konon, Bellang Langi turun dari langi melalui
gunung Bamba Puang, karena wajahnya yang beri sehingga orang-orang menyebutnya
Bellang Langi.
Bellang langi sementara buat gubuk kecil dan menetap di sekitar sumur. Pada
suatu hari muncul seorang gadis yang sangat cantik dekat sumur. Gadis itu bernama
Takombong Ribura, mereka melewati hari demi hari sampainya mereka nikah. Dari
nikahannya tersebut lahirnya tiga putra yaitu pata langi, kila langi, dan londong langi.
Kila Langi dan Londong Langi kembali ke lura, tempat pertama kali Bellang
Langi turun dari langit. Mereka menetap pada daerah tersebut. Sedangkan Pata Langi
memilih menetap di daerah baroko setelah menikahi seorang gadis yang bernama
Bunga Kaise. Mereka memiliki seorang putra Sondong Langi.
Genetasi Sondong Langi inilah yang mulai beranak cucu di daerah. Masyarakat
menganggap bahwa mereka adalah keturunan dari Bellang Langi, pria yang turun dari
langit.
BAB III
PEMBAHASAN
b. Frasa endosentrik
Sebagai frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya, baik semua unsurnya, maupun salah satu dari unsurnya.
Maksudnya ialah frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan
kedudukan keseluruhannya, bila salah satu unsurnya ditanggalkan
kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis masih bisa diterima. Berikut
beberapa hasil analisis dalam cerita rakyat bellang langi.
A. KESIMPULAN
Frasa sebagai satuan sintaksis yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih
yang tidak melampaui fungsi klausa dan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Dalam
penulisan, diidentifikasi dua kelompok frasa pada cerita rakyat Enrekang “bellang
langi” yaitu: (a). Berdasarkan distribusi dengan unsur-Nya, dan (b). Berdasarkan
distribusi dengan kategori kata.
Adapun berdasarkan distribusi dengan unsur-Nya yang diidentifikasi ialah
frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Sedangkan berdasarkan distribusi dengan
kategori kata, diidentifikasi frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa
numeralia, dan frasa preposisi.
DAFTAR PUSTAKA
Novianingsih, N. (2012). Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas XII SMA Karangan Dawud Dkk Penerbit: Erlangga 2004 (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).