Anda di halaman 1dari 4

Insektisida

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Botol berisi diklorodifeniltrikloroetana (DDT). DDT adalah insektisida golongan organoklorin. Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. [1] Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman[2] Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah penggunaan insektisida 2 Jenis-jenis insektisida o 2.1 Insektisida Sintetik 2.1.1 Senyawa Organofosfat 2.1.2 Senyawa Organoklorin

2.1.3 Karbamat 2.1.4 Pirethrin/ Pirethroid Sintetik 2.1.5 Pengatur Tumbuh Serangga 2.1.6 Fumigan o 2.2 Insektisida Hayati 3 Efek penggunaan insektisida 4 Resistensi insektisida 5 Referensi

[sunting] Sejarah penggunaan insektisida


Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan sabun untuk mengontrol pertumbuhan hama serangga sejak awal tahun 1800an.[3] Di awal abag ke 19, sabun yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan. Cara-cara tersebut cukup efektif, meski harus diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan tanaman.[3] Belakangan diketahui juga adanya penggunaan campuran bawang putih, bawang merah, dan lada atau berbagai jenis makanan lainnya, namun tidak cukup efektif membunuh serangga.[3] Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai di tahun 1930an dan mulai meluas setelah berakhirnya Perang Dunia II.[4] Di tahun 1945 hingga 1965, insektisida golongan organoklorin dipakai secara luas baik untuk pertanian maupun kehutanan.[4] Salah satu produk yang paling terkenal adalah insektisida DDT yang dikomersialkan sejak tahun 1946.[5] Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pirethroid di tahun 1970an.[4] Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga mulai digunakan.[6]

[sunting] Jenis-jenis insektisida


Insektisida dapat dibedakan menjadi golongan organik dan anorganik.[7]Insekstisida organik mengandung unsur karbon sedangkan insektisida anorganik tidak.[7] Insektisida anorganik umumnya bersifat alami, yaitu diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut insektisida hayati.

[sunting] Insektisida Sintetik


Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa golongan besar:[7] [sunting] Senyawa Organofosfat Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan fosfat.[7] Insektisida sintetik yang masuk dalam golongan ini adalah Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos, Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan Malathion.[7]

[sunting] Senyawa Organoklorin Insektisida golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan klorin.[7] Insektisida organoklorin bersifat sangat persisten, dimana senyawa ini mashi tetap aktif hingga bertahuntahun.[7] Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin sudah dilarang penggunaannya karena memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.[7] [sunting] Karbamat Insektisida golongan karbamat diketahui sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang.[7] Namun, insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering dipakai adalah bendiokarbamat.[7] [sunting] Pirethrin/ Pirethroid Sintetik Insektisida golongan ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil.[7] Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu contoh produk insektisida ini adalah Permethrin.[7] [sunting] Pengatur Tumbuh Serangga Insektisida golongan ini merupakan hormon yang berperan dalam siklus pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal.[7] Beberapa contoh produknya adalah Methoprene, Hydramethylnon, Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.[7] [sunting] Fumigan Fumigan adalah gas-gas mudah menguap yang dapat membunuh hama serangga.[7] Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih karena tingkat toksisitasnya yang tinggi.[7] Contohcontohnya adalah Metil Bromida (CH3Br), Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium Sianida, dan Hidrogen Sianida.[7]

[sunting] Insektisida Hayati


Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun terdapat juga insektisida alami yang berasal dari bakteri, pohon, maupun bunga.

Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang bekerja dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida jenis ini sering dibuat dari tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun dari molekul diatom Bacillariophyceae. [7] Asam Borat (H3BO3) adalah insektisida anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.[7]

Pirethrum adalah insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan.[7] Senyawa ini memiliki kemampuan penghambatan serangga yang baik pada konsentrasi rendah.[7] Namun berkaitan dengan proses ekstraksinya, senyawa ini sangat mahal.[7] Rotenon adalah insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon Derris.[7] Senyawa ini berfungsi sebagai insektisida yang menyerang permukaan tubuh hama.[7] Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica).[3] Penggunaan Neem sebagai insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu.[3] Ekstrak neem mengganggu aktivitas sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta larvanya).[3] Selain itu neem juga berperan sebagai pengatur tumbuh dimana menyebabkan beberapa jenis serangga terus berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.[3] Bakteri Bacillus thuringiensis memproduksi toksin Bt yang dapat mematikan serangga yang memakannya.[6] Toksin Bt aktif pada pH basa dan menyebabkan saluran pencernaan serangga berlubang sehingga berujung pada kematian.[6] Para peneliti telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam produksi toksin Bt dari B. thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan tanaman kapas tersebut akan mati.[6] Kapas Bt merupakan salah satu organisme transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.[6]

[sunting] Efek penggunaan insektisida


Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi).[8] Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida berlebihan.[8] Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti burung dan makhluk hidup lainnya.[8] Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia.[8] Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya.[9] Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan.[9] Namun, penggunaan perekat ini justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan menjadi bahan konsumsi manusia.[9] Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida dan/atau insektisida [9]. Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.[10] Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu ekosistem perairan [10]

Anda mungkin juga menyukai