Memahami Framing
Gerakan Sosial
A . S U M A R WA N
A
hok awalnya hanyalah perkara acara tersebut merupakan spontanitas orang yang
Pilkada Jakarta. Namun sejak merayakan syukur atas keadilan yang telah ditegakkan:
penistaan agama dituduhkan penista agama telah diberikan hukuman yang setimpal
kepadanya dan Ahok ditetapkan (“Beredar foto syukuran atas vonis Ahok, Prabowo sebut
sebagai tersangka, kasus ini itu spontanitas,” http://megapolitan.kompas.com/
menjadi perkara nasional. Bahkan read/2017/05/10/23251471/beredar.foto.syukuran.atas.
setelah tiga hakim di Pengadilan vonis.ahok.prabowo.sebut.itu.spontanitas.
Tinggi DKI Jakarta memutuskan bahwa Ahok bersalah Sementara gerakan mendukung Ahok terus
sehingga layak dipenjara selama dua tahun pada 9 Mei berlangsung; gerakan yang menentangnya dan
2017, perkara ini menjadi perhatian dunia. Di berbagai membenarkan keputusan pengadilan terlihat tidak surut
belahan Indonesia dan di luar negeri terjadi gerakan juga. Semakin kuatnya dukungan terhadap Ahok, apalagi
1.000 lilin sebagai ekspresi kekecewaan atas keputusan saat dukungan ini berupa tekanan dunia internasional,
pengadilan (http://www.dw.com/id/aksi-1000-lilin- justru membuat gerakan ini menampilkan diri semakin
untuk-ahok-digelar-di-berbagai-kota/a-38809053). perlu. Demikianlah, Ahok menjadi figur yang memicu
Berbagai lembaga dan media internasional mengecam gerakan sosial yang masif dan saling bertentangan.
putusan ini seraya mengingatkan bahwa ini mencoreng Bagaimana pun gerakan massa ini tak dapat
citra Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim dipisahkan dari konteks Pilkada DKI Jakarta (Hodge, A.
mayoritas (“International rights groups express concerns (2017). Jakarta pollstrokes fears. The Australian, April,
following Ahok verdict,” http://www.thejakartapost. 21, 2017, hlm. 13. http://www.theaustralian.com.au/
com/news/2017/05/09/intl-rights-groups-express- news/inquirer/anies-beats-ahok-jakarta-election-stokes-
concerns-following-ahok-verdict.html). fears-over-islamists/news-story/6f825a44bfbe68e03765
Namun di lain sisi, beredar foto sekelompok orang 5cfb567be505).
penentang Ahok memotong tumpeng pasca keputusan Namun tidak menutup kemungkinan pola yang sama
ini. Seorang tokoh politik berpengaruh menyatakan diulang dalam Pilkada yang lain dan pemilihan presiden
dan wakil presiden yang akan datang. Oleh karena itu, hlm. 198). Dengan kata lain, frame aksi kolektif adalah,
penting untuk memahami bagaimana pola gerakan sosial pertama, seperangkat keyakinan dan pemaknaan, yang
atau mobilisasi massa yang saling bertentangan pada berorientasi pada aksi dan yang menginspirasi serta
peristiwa Ahok? Apa yang menyebabkan suatu gerakan melegitimasi aksi tersebut; kedua, kampanye yang
sosial berhasil sementara yang lain gagal? Bagaimana bertujuan untuk menggerakkan sekolompok orang
cara membantu masyarakan agar kritis terhadap upaya (massa) (Benford & Snow, 2000).
pengerahan massa demi kepentingan sempit dan sesaat? Frame tindakan kolektif diciptakan sebagai bagian
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dari upaya untuk menegosiasikan pandangan dan
tulisan ini hendak membedah kasus Ahok dengan sikap terhadap suatu persoalaan yang menurut para
kerangka framing gerakan sosial yang ditawarkan inisiator gerakan ini perlu diubah. Termasuk di dalam
oleh Snow & Benford (1988) dan Benford & Snow negosiasi ini adalah (1) menentukan apa atau siapa
(2000). Ada dua gerakan yang muncul dari kasus Ahok. yang mesti disalahkan, (2) kemudian menyampaikan
Gerakan pertama sangat teroganisir dan menyebut alternatif tindakan yang mesti diambil dan akhirnya
diri sebagai Gerakan Bela Islam (GBI) yang menuntut (3) mendorong orang banyak agar bergerak bersama
agar Ahok dipidana. Sementara gerakan kedua, bersifat mewujudkan perubahan. Benford & Snow (2000)
cair dan tidak secara eksplisit menamakan diri. Untuk menyebut tiga hal tersebut sebagai peran utama framing,
kepentingan tulisan ini, gerakan kedua saya sebut yang mereka bedakan sebagai diagnostic framing,
sebagai Gerakan Merawat Keragaman (GMK) dengan prognostic framing, dan motivational framing.
alasan gerakan ini tidak hanya sebatas membela Ahok Terkait tugas utama framing ini, para insiator
melainkan lebih daripada itu menyerukan bahwa gerakan berperan penting dalam “mobilisasi konsensus”
kasus Ahok merupakan tanda terancamnya keragaman dan “mobilisasi aksi” (Benfornd & Show, 2000).
Indonesia. Mobilisasi konsensus mendorong terjadinya kesepakatan
tentang suatu persoalan, sementara mobilisasi aksi
Dari mimbar ke jalanan mendorong terjadinya gerakan. Jelaslah di sini bahwa
Konsep frame dalam gerakan sosial mengambil aksi kolektif tidak lain merupakan gerakan dari mimbar
inspirasi dari karya Goffman (1974). Menurut ke jalanan, dari pikiran ke tangan dan kaki. Dari
Goffman, frame adalah “kerangka penafsiran yang mimbar, sang inisiator gerakan berseru dan memberikan
memungkinan orang untuk menempatkan, memahami, gagasan kepada massa agar mereka bergerak turun ke
mengidentifikasi dan menamai peristiwa-peristiwa jalanan. Dalam konteks zaman sekarang, dunia maya
yang terjadi dalam kehidupan sekitar mereka dan media sosial adalah bagian dari mimbar sekaligus
maupun dunia secara keseluruhan” (hlm. 21). Frame jalanan yang diperebutkan oleh berbagai frame yang
berperan membantu orang menyarikan peristiwa dan saling bersaing.
kejadian menjadi pengalaman bermakna, kemudian
mengorganisasi pengalaman tersebut dan memberi Tiga peran framing
panduan untuk bertindak. Diagnostic framing berperan mengindentifikasi
Bertolak dari gagasan Goffman, Snow & Benford masalah dan penyebab masalah tersebut. Menunjukkan
(1998) menawarkan konsep framing – proses masalah secara jelas dan terang-benderang adalah
penciptaan frame – untuk menjelaskan gerakan langkah pertama (Benford & Show, 2000). Frame
sosial atau aksi kolektif. Mereka berpendapat bahwa yang berhasil biasanya menampilkan persoalan rumit
dalam gerakan sosial terjadi framing, atau lebih tepat dengan cara sederhana. Salah satu model diagnostic
gerakan sosial merupakan hasil suatu framing dan framing yang paling sering dipakai adalah “frame
menghasilkan frame tertentu. Dalam gerakan sosial, ketidakadilan.” Satu tahapan penting dalam frame ini
frame diciptakan untuk memahami peristiwa dengan adalah mengindentifikasi “korban” ketidakadilan dan
cara menyederhanakan dan menyarikan apa yang menggemakan ketidakadilan ini. Langkah berikutnya
terjadi “dunia di luar sana” dan penyederhanaan ini adalah mendefinisikan pelaku ketidakadilan tersebut.
“bertujuan untuk memobilisasi pengagum dan pengikut, Dalam kasus yang kita bahas, (GBI) memperlihatkan
menuai dukungan dari penonton, dan membuyarkan masalah bahwa Islam sedang diancam atau diserang.
(demobilized) penentang” (Snow & Benford, 1988, Pada awalnya dalam berbagai aksi, GBI menyerukan
kepada penegak hukum agar tegas terhadap segala ini kita dapat melihat betapa GBI didukung oleh para
bentuk kekerasan dan intoleransi. Ketidakjelasan solusi motivator ulung yang mampu membakar semangat
yang ditawarkan ini membuat daya dobrak gerakan ini pendukungnya. Razieq Shihab, misalnya, dengan
kurang kuat dibanding GBI, meski dari sisi massa tidak lantang menyerukan “penista agama,” “pemimpin
kalah banyak dibanding GBI, melibatkan kelompok kafir,” “revolusi” dan memekikkan takbir dalam orasi-
masyarakat yang lebih luas baik dari kalangan non- orasinya. Kata-kata ini berdaya motivasi sangat kuat.
Muslim maupun Muslim, dan penyebarannya jauh lebih GMK tidak memiliki tokoh yang menonjol namun juga
luas. menyerukan kata-kata kuat seperti “NKRI harga mati,”
Agar dapat menggerakan orang, framing juga “Jaga Pancasila,” “perdaamaian,” “keragamaman” dan
punya peran motivasional (motivational framing), “keadilan.” Masalahnya, kata-kata ini dengan segera
yaitu menyediakan alasan untuk terlibat dalam gerakan diklaim juga oleh GBI dengan menyatakan bahwa
bersama untuk memperbaiki situasi, termasuk di gerakannya “damai” dan “konstitusional,” “Cinta NKRI,”
dalamnya menciptaan kosa kata dan jargon yang cocok “menjunjung Pancasila” dan “supremasi hukum demi
untuk memotivasi (Benford & Show, 2000). Dalam hal keadilan.”
l Jelas dan konsisten: tokoh Islam l Tidak ada tokoh yang menonjol
Motivator fundamentalis dan partai oposisi
Faktor penentu efektivitas suatu frame Kredibilitas frame ditentukan oleh tiga faktor:
Pertanyaan penting yang perlu diajukan konsistensi frame, kredibilitas empiris dan kredibilitas
adalah mengapa beberapa frame berhasil (efektif) insiator frame. Konsistensi frame mengacu pada
menggerakkan massa sementara yang lain tidak? keselarasan antara keyakinan, klaim dan tindakan.
Benford and Snow (2000) mengistilahkan frame yang Konsistensi frame dapat terganggu oleh dua hal:
efektif ini sebagai frame yang menggema (resonate). kontradiksi di antara berbagai keyakinan dan klaim yang
Mereka menyebut dua faktor saling terkait yang ditawarkan, atau kontradiksi antara apa yang dikatakan
menjelaskan tingkat gema (resonance) dari frame: dengan apa yang dilakukan. Semakin besar dan
kredibilitas frame yang ditawarkan dan kejelasannya. semakin jelas kontradiksi dalam suatu frame, semakin
berkuranglah gemanya dan semakin bermasalah dalam dengan “mitos”, keyakinan dominan, dan ideologi yang
penerapannya untuk mobilisasi. dipeluk oleh massa yang ditarget. Jika keterkaitan
Kredibilitas empiris dari frame mengacu pada macam itu ada, maka frame tersebut memiliki
kecocokan antara framing dengan kejadian nyata. keselarasan naratif. Semakin besar keselarasan naratif
Yang menjadi soal utama di sini bukan mengenai suatu frame yang ditawarkan, semakin jelas dia bagi
apakah diagnosis dan prognosis yang ditawarkan massa yang disasar dan semakin besar potensi mereka
sungguh didasarkan pada fakta atau informasi yang untuk memobilisasi massa.
valid, melainkan apakah acuan empirisnya terbuka
untuk dibaca sebagai indikasi dari diagnosis yang Menakar efektivitas dua frame yang bersaing
sesungguhnya. Dengan kata lain, apakah klaim dapat Apa yang dapat dikatakan jika GBI dan GMK
diverifikasi secara empiris?; apakah ada sesuatu di luar dievaluasi dengan kerangka yang ditawarkan Benford
sana yang dapat ditunjuk sebagai bukti dari klaim yang and Snow (2000) tersebut? Sebelum menjawab
ditawarkan? Semakin dipercaya suatu bukti dan semakin pertanyaan ini perlu dikatakan bahwa penilaian
banyak jumlah potongan bukti serupa, semakin kredibel kredibilitas dan kejelasan suatu frame adalah subjektif
suatu frame dan semakin mampu menarik pengikut. dan sangat tergantung berada pada posisi mana si
Karena itulah, untuk mendukung klaim, setiap frame penilai: apakah dia sebagai pengagum-pengikut,
selalu memperlihatkan bukti yang ditemukan, dan kalau penonton, atau penentang. Bagi para pengangum dan
perlu mereka-reka atau menciptakan bukti (hoax). Pada pengikut, seperti apa pun keadaannya, suatu frame
sisi lain, mereka yang sudah meyakini suatu frame akan akan diterima sebagai frame yang kredibel dan jelas.
selalu mampu menghubungkan fakta yang tidak terkait Demikian pula halnya dengan artikulatornya. Sebaliknya,
dan memberikan makna sesuai dengan frame tersebut. bagi kelompok penentang, walau pun dapat melihat
Faktor penting terakhir bagi kredibiliatas frame kejelasan suatu frame, mereka akan mengatakan
gerakan sosial adalah kredibilitas dari artikulator frame, bahwa frame tersebut tidak kredibel. Karena itu,
yaitu orang atau kelompok yang menyerukan atau analisa efektivitas suatu frame sebaiknya menggunakan
menawarkan frame. Semakin tinggi status atau semakin perspektif penonton atau pihak netral yang belum
mumpuni artikulator frame, semakin diterima dan mengambil posisi. Suatu frame dikatakan efektif apabila
semakin bergema frame tersebut. mampu membuat orang yang awalnya hanya menonton
Selain soal kredibilitas, gema (resonance) suatu memutuskan untuk setuju dan ikut bergerak seperti yang
frame untuk aksi kolektif dipengaruhi oleh kejelasannya diarahkan oleh frame.
(salience) bagi kelompok sasaran mobilisasi (Benford GBI sangat kuat pada aspek kejelasan, namun
& Show, 2000). Ada tiga dimensi kejelasan: sentralitas sebenarnya agak lemah dari sisi kredibilitas. Sebaliknya,
(centrality), kedekatan pengalaman (experiential GMK kuat pada sisi kredibilitas, namun lemah dalam
commensurability), dan keselarasan naratif (narrative aspek kejelasan (Lihat Tabel 2). Terkait dengan aspek
fidelity). Sentralitas menyangkut seberapa penting kejelasan, GBI dengan cerdik mengambil isu yang sangat
kepercayaan, nilai atau ide yang dihubungkan dengan setral bagi mayoritas masyarakat Indonesia: agama
frame gerakan bagi kehidupan kelompok sasaran (dalam hal ini Islam). Banyak survei memperlihatkan
mobilisasi. Kedekatan dengan pengalaman berurusan betapa sangat penting agama bagi masyarakat Indonesia
dengan pertanyaan apakah frame selaras atau terkait (“Tata nilai, impian, dan cita-cita pemuda muslim di
dengan pengalaman pribadi sehari-hari dari kelompok Asia Tenggara. Survei di Indonesia dan Malayasia,”
sasaran mobilisasi, atau mereka terlalu abstrak dan jauh https://www.goethe.de/ins/id/pro/jugendstudie/
dari kehidupan dan pengalaman kelompok sasaran? jugendstudie_id.pdf.). Dengan demikian, frame yang
Semakin dekat suatu frame dengan pengalaman pribadi ditawarkan oleh GBI memenuhi persyaratan sentralitas
massa yang ditarget, semakin jelas mereka dan semakin isu. Terkait dengan kedekatan, persoalan yang diangkat
besar potensi keberhasilannya dalam memobilisasi. pun sangat dekat dengan kehidupan banyak orang,
Faktor terakhir yang berpengaruh besar terhadap mengingat agama adalah bagian dari kehidupan
gema frame adalah keselarasan naratif, yaitu seberapa sehari-hari, dibicarakan, dan dipraktikan setiap hari,
dalam frame yang ditawarkan berakar pada narasi serta mempunyai ajaran dan ritual yang jelas. Apakah
budaya massa yang ditarget, seberapa cocok mereka GBI setia pada narasi besar Islam, sebenarnya dapat
Kejelasan l Kuat: Agama (Islam) sangat pent-ing l Kurang: nilai pluralitas lebih merupakan
Sentralitas masyarakat Indonesia urusan kelompok minoritas
l Agama sangat dekat dengan prak-tik l Kurang dekat: ritual merayakan
Kedekatan dengan hidup sehari-hari nilai keberagamaan dan kebang-saan
pengalaman l Selaras dengan narasi besar aga-ma; sangat kurang dibanding dengan ritual
namun kontradiktif dengan pesan Islam keagamaaan
Kesetiaan naratif yang damai l Selaras dengan narasi cita-cita
kemerdekaan Indonesia dan nilai
Bhineka Tunggal Ika.
diperdebatkan. Jawaban tergantung pada wajah Islam Dari sisi kredibilitas, orang awam dapat
macam apa yang hendak ditampilkan. Namun, karena mempertanyakan banyak pertanyaan terhadap GBI. Dari
dalam agama selalu banyak narasi yang dapat diambil sisi konsistensi keyakinan, klaim, dan tindakan, sebagian
dan GBI menawarkan keharusan dan perjuangan orang menilai apa yang tampilkan GBI (misalnya orasi
membela Islam, maka dapat dikatakan bahwa narasi GBI berapi-api penuh kata-kata tajam, keras dan provokatif)
tidak bertentangan dengan narasi Islam, sebagaimana kurang selaras dengan keyakinan Islam sebagai agama
juga setiap agama mengajarkan perlunya menjunjung yang damai. Dalam hal ini kita bersama menyaksikan
dan membela ajaran agama. Maka, dapat dikatakan dan mendengar betapa kerasnya suara dan seruan di
bahwa frame yang ditawarkan GBI setia dengan narasi media sosial. Sementara itu bukti bahwa Ahok telah
utama. menista Al-Quran bagi sebagian orang sebenarnya dinilai
Sebaliknya, isu terancamnya keragamanan yang tidak kuat. Beberapa cendekiawan Muslim yang kredibel
diangkat KBK pada awal tampaknya tidak begitu sentral menyatakan bahwa apa yang disampaikan Ahok adalah
dan dekat dengan kehidupan orang banyak; persoalan kritik terhadap politisasi ayat Al-Quran yang dilakukan
ini dapat dicerna hanya oleh kelompok terdidik dan secara massif oleh beberapa politisi (“Buya Saffii: Ahok
berpandangan terbuka. Kalaupun ada gambaran tidak menghina Alquran,” http://www.beritasatu.com/
tentang bahaya, sifatnya lebih abstrak dan gambaran megapolitan/397606-buya-syafii-ahok-tidak-menghina-
tentang musuh pun kurang jelas. Dari sisi keselarasan alquran.html). Lebih tidak kuat lagi adalah bukti atas
narasi, narasi keutuhan NKRI sebenarnya kuat, namun sangkaan bahwa polisi telah melakukan makarisasi,
dibadingkan dengan narasi keagamaan, “ritual” untuk kriminalisasi dan teorisasi ulama dan umat Islam. Bagi
merawat nilai kebangsaan ini sangat minim, apalagi sebagian besar orang, para inisiator gerakan ini pun
kalau dibandingkan dengan ritual keagamaan yang bagi orang kebanyakan kurang kredibel. Banyak di
dilaksanakan setiap hari atau minimal seminggu sekali. antara mereka adalah kelompok Islam fundamentalis
dan kelompok oposisi dari pemerintah. Oleh karena adanya GMK, semakin banyak orang sadar dan
itu, tujuan murni dari gerakan ini sebenarnya dapat bersuara tentang pentingnya menjaga keragamaan dan
dipertanyakan. kebhinekaan Indonesia. Setelah GMK, Presiden Jokowi
Sementara itu, kelompok GMK menyuarakan membentuk Tim Pengarah Pembina Ideologi Pancasila
pandangan mereka dengan cara yang tampak konsisten (7 Juni 2017), yang salah satu tugasnya adalah merawat
dengan apa yang mereka perjuangkan: merangkul nilai keragaman. Setelah gerakan ini, POLRI lebih berani
berbagai pihak dan mengungkapkan pandangan dengan lebih tegas terhadap kelopok radikal dan ormas yang
cara yang damai (mengirimkan karangan bunga, menggunakan kekerasan. Dalam berbagi kesempatan,
menyalakan lilin, bernyanyi, orasi secara santun). Kapolri Tito Karnavian menyatakan komitmen
Gerakan ini sebenarnya memiliki kredibilitas empiris POLRI untuk tegas terhadap kelompok intoleran dan
karena banyaknya bukti kekerasan oleh kelompok meminta agar masyarakat, the silent majory, tidak
intoleran yang mengancam pihak yang tidak sependapat tinggal diam terhadap intoleransi. Dia katakan bahwa
dengan pandangan mereka. Misalnya, dalam beberapa suara dari masyarakat sangat penting karena menjadi
kali aksinya, GBI melakukan tindak kekerasan terhadap dukungan dan legitimasi sosial bagi POLRI untuk
jurnalis dari media stasiun televisi yang mereka anggap bertindak tegas. Berikutnya, pada tanggal 10 Juli
menyampaikan berita mendiskreditkan. Contoh lain 2017 Pemerintah mengeluarkan Perpu No.2 tentang
adalah intimidasi terhadap seorang dokter di Padang Perubahan atas Undang-Undang Ormas. Atas dasar
Muslim yang mendukung GMK lewat media sosial. Perpu tersebut pemerintah dapat bertindak lebih cepat
Terkait dengan inisiator, GMK ini tidak punya tokoh untuk membubarkan ormas yang menentang ideologi
sentral, kurang orator dan motivator yang kuat. Di satu Pancasila atau meresahkan masyarakat, misalnya dengan
sisi hal ini menandakan bahwa pelaku gerakan ini tidak melakukan persekusi dan mengancam kelompok lain.
punya kepentingan pribadi, namun ini juga merupakan Pada 24 Oktober 2017, setelah melewati perdebatan alot,
kelemahan. Sifat gerakan ini yang cair, sporadis, serta DPR mengesahkan Perpu ini menjadi UU.
kurang jelas arah dan saran yang ditawarkan (prognosis) Demikianlah, banyak perubahan terjadi setelah
membuat gerakan ini tampak kurang berhasil. GBI dan GMK. Namun menyatakan bahwa GMK
Pertanyaan berikutnya, dari antara dua framing yang menyebabkan perubahan tersebut kiranya terlalu tegesa
bersaing, GBI dan GMK, mana yang unggul? Pertanyaan karena kemungkinan penyebab lain belum kita periksa.
ini sebenarnya tidak mudah dijawab. Jawaban yang Tetapi bolehlah menduga bahwa GMK berkontribusi
‘objektif’ hanya dapat diperoleh dengan mensurvei para terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan
‘penonton’. Di sisi lain, jawaban atas pertanyaan ini sikap pemerintah tersebut, dan perubahan ini dapat
juga sangat tergantung kapan pertanyaan itu diajukan. menjadi indikasi dampak dari GMK. Meski demikian,
Namun, kalau tujuan paling konkret dari dua aksi dua frame GBI dan GMK masih potensial saling bersaing.
sosial itu, dijadikan ukuran (tujuan dari GBI: vonis Tidak menutup kemungkinan bahwa dua frame ini
bersalah terhadap Ahok; sementara tujuan GMK adalah dipakai lagi pada masa yang akan datang untuk kasus
pembebasan Ahok dan penghapusan pasal pendodaan dan kepentingan berbeda.
agama), maka jelaslah bahwa BGI tampaknya lebih
berhasil dibanding GMK. GBI bahkan memiliki alumni Mengambil sikap
(alumni Gerakan 212) yang pada awal November Dalam kehidupan bermasyakakat, akan selalu ada
2017 melakukan peringatan satu tahun gerakan kontestasi atau persaingan frame. Suatu frame, berikut
411. Sebaliknya, pasca keputusan Ahok untuk tidak segala kepentingannya – politik, ekonomi, sosial,
mengajukan banding atas vonisnya, tampaknya tampak dll. – bersaing dengan frame yang lain untuk merebut
tidak ada lagi GMK yang langsung terkait dengan kasus pengaruh masyarakat. Dalam konteks persaingan politik
Ahok. yang nyata, seruan untuk merebut pengaruh dengan
Namun di lihat dari sisi lain, tidak dapat juga cara-cara beradab penting. Namun sekadar seruan tidak
mengatakan GMK gagal, khususnya ketika peningkatan cukup karena semua pihak akan mengklaim diri beradab.
perhatian masyarakat terhadap perlunya merawat Seruan untuk kembali pada Frame Besar menjaga
keberagaman dijadikan tolok ukur penilaian. Setelah keutuhan NKRI, nilai-nilai Pancasila dan keragaman
suku, budaya dan agama pun tidak memadai karena masalah apa yang kita perjuangkan dan siapa yang
semua frame yang bersaing, jika kondisi menuntut, menjadi sumber masalah ini. Perlu juga diungkapkan
pasti akan berusaha mempelihatkan keselarasan naratif dengan lebih jelas bukti-bukti bahwa yang kita angkat
dengan Frame Besar dan mengklaim mendukung sebagai masalah memang merupakan masalah orang
Pancasila, NKRI, UUD 1945, menjunjung keragaman, banyak. Perlu dipikirkan juga kelompok mana yang
mendasarkan diri pada hukum, dan memperjuangkan ingin kita ajak bergerak dan bagaimana mendekatkan
keadilan. masalah yang kita perjuangkan dengan kepentingan
Di lain sisi, setiap orang mau tidak mau, sadar dan perhatian mereka, pengalaman sehari-hari serta
atau pun tidak, menggunakan frame untuk memaknai kenyakinan mereka. Kita juga perlu menciptakan kosa-
peristiwa dalam masyarakat dan mengambil sikap kata motivasi yang tidak mudah diambil alih oleh frame
terhadapnya serta bertindak. Oleh karena itu, diperlukan pesaing, tetapi sebaliknya dapat mendeligitimasi frame
sikap kritis atas berbagai frame yang ditawarkan dan pesaing. Hanya dengan cara itu, kita dapat mengajak
kejernihan pikiran dan hati serta kesadaran untuk para penonton ikut bergerak dan memperjuangkan apa
memilih frame yang adil dan tidak merugikan pihak lain. yang kita perjuangkan. l
Setiap orang mesti dapat mempertanggungjawabkan di
hadapan hatinuraninya pilihannya atas suatu frame. A. Sumarwan, SJ
Selanjutnya, perlu mengupayakan agar frame Dosen Universitas Sanata Dharma
yang kita yakini dapat diterima, diyakini dan
menggerakkan banyak orang. Agar ini terjadi, kita RUJUKAN
perlu menyusun strategi dengan baik. Salah satu cara Benford, R.D. & Snow, D.A., “Framing process and social
yang dapat ditempuh adalah mendeligitimasi frame movements: an overiew and assessment”, Annual
pesaing. Analisalah masalah apa yang diangkat oleh Review of Sociology, 26, 2000: 611-39.
frame pesaing, siapa yang disalahkan, aksi apa yang Goffman, E., Frame Analysis: An Essay on the
diserukan, dan bagaimana cara-cara memotivasi massa. Organization of the Experience, New York: Harper
Perlihatkan bahwa frame tersebut tidak kredibel dengan Colophon, 1974.
menunjukkan inkonsistensinya, ketidaksambugannya Snow, D.A. & Benford, R. D., “Ideology, frame resonance,
dengan kenyataan dan ketidakkredibelan artikulatornya, and participant mobilization”. Int.Soc.Mov.Res, 1,
khususnya dengan menyingkap motif politik dan 1988: 197-218.
ekonomi dibalik gerakan yang menawarkan suatu frame, Yang, C. & Modell, S., “Shareholder orinentation and
dengan mencermati siapa yang diuntungkan dan siapa the framing of management control practices: A
yang dirugikan oleh gerakan ini dari sisi politik dan field study in a Chinese state-owned enterprise”,
ekonomi. Accounting Organizations and Society, 45 (2015),
Pada sisi lain, perlu juga menganalisa frame yang 1-23.
kita tawarkan sehingga jelas bagi kita sendiri menganai