FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
SAMPUL
ASPEK IMUNOLOGIK PADA CA PROSTAT
OLEH :
PEMBIMBING :
SAMPUL..........................................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................
BAB 2 ISI........................................................................................................................................
2.1 ANATOMI........................................................................................................................
2.2 DEFINISI..........................................................................................................................
2.3 EPIDEMIOLOGI..............................................................................................................
2.4 FAKTOR RESIKO...........................................................................................................
2.5 PATOFISIOLOGI.............................................................................................................
2.6 GEJALA KLINIS.............................................................................................................
2.7 DIAGNOSIS.....................................................................................................................
2.8 TATALAKSANA...........................................................................................................
2.9 ASPEK IMUNOLOGIK PADA KANKER PROSTAT.................................................
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker prostat merupakan kanker yang terdapat pada sistem reproduksi laki-
laki. Pada tahun 1999 lebih dari 179.000 kasus baru dari kanker prostat terdiagnosa di
Amerika Serikat. Ini merupakan 29% dari seluruh kanker pada pria. Penyebab
spesifik kanker prostat masih belum diketahui dengan pasti. Pria yang mempunyai
risiko untuk terjadinya kanker prostat adalah usia, genetik, ras, dan lain – lain. Faktor
utama adalah usia. Kanker prostat berkembang lebih sering pada usia diatas 50 tahun
dan menjadi lebih sering seiring dengan bertambahnya usia.1
1
dubur, pemeriksaan patologik, Ultra sonografi transrectal, kadar PSA yang
meningkat. Penyebaran kanker prostat dapat melalui limfe dan aliran darah.
Metastase ke kelenjar limfe regional terjadi awal, dan sering dapat mendahului
penyebaran hematogen. Metastase ke tulang sebagai akibat penyebaran hematogen
umumnya terjadi pada tulang pelvis, iga, dan tulang belakang.2
Di seluruh dunia, kanker prostat adalah keganasan pria yang paling sering
didiagnosis dan penyebab kematian akibat kanker kelima pada pria. Jumlah ini
berjumlah 1.414.249 kasus baru terdiagnosis dan 375.000 kematian di seluruh dunia
setiap tahunnya akibat penyakit ini pada tahun 2020. Secara global, kanker prostat
adalah keganasan yang paling sering didiagnosis lebih dari lima puluh persen negara
(112 dari 185).2
Sebagian besar kanker prostat cenderung tumbuh lambat dan bersifat ringan
dengan risiko yang relatif rendah dan agresivitas yang terbatas. Pada sebagian besar
kasus, tidak ada gejala awal, namun gejala lanjut mungkin berupa kelelahan akibat
anemia, nyeri tulang, kelumpuhan akibat metastasis tulang belakang, dan gagal ginjal
akibat obstruksi ureter bilateral.3
Jika kanker terbatas pada prostat, maka kanker dianggap terlokalisasi dan
berpotensi disembuhkan. Jika penyakit telah menyebar ke tulang atau tempat lain di
luar prostat, obat pereda nyeri, bifosfonat, pengobatan hormonal, kemoterapi,
radiofarmasi, imunoterapi, radiasi terfokus, dan terapi bertarget lainnya dapat
2
digunakan. Hasil akhir tergantung pada usia, masalah kesehatan terkait, histologi
tumor, dan luasnya kanker.3
BAB 2
ISI
2.1 ANATOMI
Kelenjar prostat pada laki – laki terletak pada pelvis di bawah vesica
urinaria (kandung kemih). Vesicula seminalis terletak di belakang kelenjar
prostat. Kelenjar prostat mengelilingi sebagian uretra yaitu suatu saluran
untuk keluarnya urin saat berkemih dan semen saat ejakulasi.1
3
ini sering mengalami kalsifikasi dan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia.2
4
Gambar 1. Organ Prostat1
2.2 DEFINISI
Organ prostat terletak di depan rektum dan di bawah kandung
kemih.1,2 Organ ini berperan menghasilkan cairan yang memberi perlindungan
dan nutrisi pada sel spermatozoa dalam semen, sehingga membuat semen
menjadi lebih cair.1 Organ prostat tumbuh cepat selama masa pubertas
dipengaruhi oleh hormon androgen, terutama testosteron yang dihasilkan oleh
testis.1 Organ ini terbagi atas zona perifer, zona transisional, zona anterior,
dan zona sentral. Ukuran organ ini biasanya tidak berubah atau tumbuh
lambat pada orang dewasa.1
Kanker prostat adalah kanker yang berasal dari organ prostat; hampir
semua kanker prostat berasal dari sel-sel kelenjar, dikenal dengan istilah
adenokarsinoma prostat.1,2 Sebagian besar kanker prostat (70-80%) berasal
dari zona perifer. Kanker prostat adalah proliferasi tidak terkendali dari sel di
dalam kelenjar prostat. Proliferasi tidak terkendali ini lebih disebabkan oleh
beberapa faktor daripada faktor tunggal.3,4
5
2.3 EPIDEMIOLOGI
Kanker prostat termasuk kanker yang paling sering terjadi pada pria. 5
Menurut GLOBOCAN tahun 2018, kejadian kanker prostat di seluruh dunia
sebesar 1.276.106 kasus dengan kematian sebesar 358.989.6 Menurut
American Cancer Society, kasus baru kanker prostat di Amerika diperkirakan
sekitar 164.690 kasus baru dan kematian karena kanker prostat diperkirakan
sekitar 29.430 kematian pada tahun 2018.1
Kanker prostat sangat jarang pada pria usia di bawah 40 tahun, risiko
lebih tinggi setelah usia 50 tahun. Hampir 2 dari 3 kasus dijumpai pada
pria usia di atas 65 tahun. Otopsi mengungkapkan prevalensi kanker
prostat sebesar 50% pada pria usia antara 70-80 tahun.
Ras/etnis1,10
6
Riwayat keluarga1
Risiko kanker prostat meningkat 2 kali lipat jika memiliki ayah atau
saudara kanker prostat.
Gen1,9,10
Diet1,9,10
Peran diet masih belum diketahui pasti. Konsumsi daging merah, lemak,
produk susu, dan alkohol berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko kanker prostat. Buah-buahan dan sayuran segar diperkirakan
menurunkan risiko kanker prostat.
Obesitas1,9,10
Indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2 dikaitkan dengan kanker prostat
lokal derajat lebih tinggi.10 Studi lain11 menyebutkan pria obesitas lebih
berisiko mengalami kanker prostat yang lebih agresif.
Merokok1
Inflamasi prostat1
7
Vasektomi1,10
2.5 PATOFISIOLOGI
Organ prostat terdiri atas sebagian besar jaringan kelenjar yang
menghasilkan cairan yang menyusun 30-35 % cairan semen. Keganasan
berawal dari proses mutasi pada sel kelenjar prostat akibat inflamasi kronik
yang cenderung terjadi pada sel basal di zona perifer. Sel-sel ganas akan terus
mengalami proliferasi yang tidak terkontrol dan membentuk nodul secara
makroskopis. Tumor yang terus membesar dapat menetap di jaringan prostat
atau menembus kapsul prostat dan meluas ke luar jaringan prostat. Metastasis
sel kanker prostat biasanya terjadi pada tulang dan kelenjar getah bening.
Metastasis ke tulang diduga terjadi secara hematogenik akibat drainase
pleksus vena prostatika ke vena vertebralis. Gambar 2 mengilustrasikan
perjalanan penyakit kanker prostat berdasarkan teori proliferasi inflamatori
atrofik.5
8
Gambar 3. Proses patogenesis kanker prostat berdasarkan teori lesi proliferasi
inflamatori atrofik yang diduga menjadi prekursor sel kanker prostat.5
9
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis kanker prostat ditegakkan dengan pemeriksaan jaringan
prostat melalui biopsi.17 Ahli patologi menentukan derajat Gleason primer
untuk pola histologi predominan dan derajat sekunder untuk pola histologi
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan histology. Dokter melakukan
stratifikasi risiko berdasarkan jumlah pola Gleason, kadar prostate specific
antigen (PSA), dan stadium klinis.16,17 Stratifikasi risiko kanker prostat
menurut National Comprehensive Cancer Network: 16,17
1. Risiko sangat rendah: stadium klinis T1c, skor Gleason 6 atau kurang, kadar
PSA < 10 ng/mL, < 3 biopsy core dengan kanker 50% atau kurang pada
tiap core, dan densitas PSA < 0,15 ng/mL/g.
2. Risiko rendah: stadium klinis T1 sampai T2a, skor Gleason 6 atau kurang,
dan kadar PSA < 10 ng/mL. Risiko intermediate: stadium klinis T2b sampai
T2c atau skor Gleason 7 atau kadar PSA 10-20 ng/mL.
3. Risiko tinggi: stadium klinis T3a atau skor Gleason 8-9 atau kadar PSA >
20 ng/mL.
10
4. Risiko sangat tinggi: stadium klinis T3b sampai T4 atau pola Gleason
primer 5 atau > 4 biopsy core dengan skor Gleason 8-10.
11
1) PET scan. Pemeriksaan ini menghasilkan gambar organ dan jaringan dalam
tubuh.18 Sejumlah kecil substansi radioaktif dimasukkan dalam tubuh dan
akan diambil oleh sel yang paling banyak menggunakan energi, seperti sel
kanker.18 Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 63-92% dan spesifisitas
pemeriksaan ini adalah 88-100%.17 PET scan terutama digunakan pada
pasien dengan kadar PSA rendah dan untuk mendeteksi penyebaran ke
kelenjar getah bening.17
2.8 TATALAKSANA
Kanker Prostat Lokal
Kanker prostat lokal (tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
atau penyebaran pada organ jauh) dapat ditatalaksana sebagai berikut:
1. Expectant management:
2. Pembedahan
12
3. Radiasi
13
ADT yang bekerja menghambat interaksi androgen dengan reseptor
androgen merupakan terapi kanker prostat stadium lanjut sejak tahun 1940-
an.5 Terapi ini menurunkan kadar testosteron agar memperlambat
pertumbuhan kanker prostat.21 ADT diindikasikan untuk penyakit metastatik
yang baru didiagnosis, sebagai terapi adjuvan pada penyebaran ke kelenjar
getah bening yang ditemukan saat prostatektomi, dan dikombinasikan dengan
radioterapi untuk pasien dengan penyakit risiko intermediate atau tinggi.5
Orkiektomi bilateral.
Terapi hormon.
14
Antagonis LHRH
Anti-androgen non-steroid
15
time to progression sebanding dengan kombinasi flutamide dengan
analog LHRH.25 Dibandingkan dengan terapi agonis LHRH, studi
monoterapi bicalutamide pada hewan dan secara klinis menyebabkan
penurunan akumulasi lemak, peningkatan densitas tulang, dan lebih
sedikit efek samping.23 Namun, ginekomastia dan nyeri payudara
sering dijumpai dengan monoterapi bicalutamide (70-80%). 23 Hal ini
dapat dicegah dengan radioterapi lokal atau terapi tamoxifen. 23
16
2. Kemoterapi
Docetaxel
Dalam uji klinik ini, PSA <0,2 ng/mL pada 6 dan 12 bulan, median
waktu sampai kanker prostat resisten kastrasi, dan median waktu sampai
progresif lebih baik pada kombinasi ADT plus docetaxel. Uji klinik lain,
GETUG-AFU 15 menunjukkan bahwa median OS tidak berbeda bermakna
(58,9 bulan vs 54,2 bulan) pada kelompok ADT plus docetaxel dan ADT
saja.5 Median biochemical dan clinical PFS lebih baik dengan kombinasi
ADT plus docetaxel, efek samping serius lebih sering dijumpai dengan
kombinasi docetaxel. 5
Cabazitaxel
17
prednisone memperbaiki OS (15,1 bulan vs 12,7 bulan; p <0,0001) pasien
kanker prostat resisten kastrasi metastatik yang telah gagal dengan regimen
terapi berbasis docetaxel.5
Efek samping derajat 3-4 yang paling bermakna secara klinis adalah
neutropenia. Pembanding dalam uji klinik TROPIC adalah mitoxantrone plus
prednisone. Indikasi tersebut juga sejalan dengan hasil uji klinik FIRSTANA.
Uji klinik FIRSTANA membandingkan cabazitaxel 20 mg/m2 dan 25 mg/m2
dengan docetaxel 75 mg/m2 dalam kombinasi dengan prednisone sebagai lini
pertama dan hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan dalam hal OS pada
pasien kanker prostat resisten kastrasi metastatik. Oleh karena itu, cabazitaxel
diberikan pada pasien yang gagal dengan docetaxel. 28
3. Imunoterapi
Salah satu produk vaksin untuk kanker yang telah disetujui oleh US
FDA adalah sipuleucel-T diindikasikan untuk terapi kanker prostat metastatik
resisten kastrasi asimptomatik atau asimptomatik minimal. 29,30 Dalam uji
klinik fase III pada 512 pasien kanker prostat metastatik resisten kastrasi,
pasien yang mendapat sipuleucel-T memiliki median survival lebih panjang
dibandingkan plasebo (25,8 bulan vs 21,7 bulan; p= 0,03).31 Respons imun
terpantau pada pasien dengan sipuleucel-T. Efek samping derajat 3-4 yang
sering dijumpai antara lain nyeri punggung (3,6%), artralgia (2,1%), anemia
(1,5%), menggigil (1,2%), dan fatigue (1,2%).31
4. Penghambat CYP17
18
Yang termasuk dalam penghambat CYP17:
Ketoconazole
Abiraterone
COU-AA-301 merupakan uji klinik fase III pada 1.195 pasien kanker
prostat resisten kastrasi metastatik yang sebelumnya telah diterapi dengan
26,32
docetaxel. Hasil uji klinik ini menunjukkan pemanjangan OS pada pasien
yang diterapi dengan abiraterone plus prednisone dibandingkan plasebo plus
prednisone (14,8 bulan vs 10,9 bulan; p < 0,001).26,32 Time to PSA
progression (10,2 bulan vs 6,6 bulan; p < 0,001), PFS 5,6 bulan vs 3,6 bulan;
p < 0,001), dan PSA response rate (29% vs 6%; p < 0,001) lebih baik dengan
abiraterone plus prednisone dibandingkan plasebo plus prednisone. 26,32
19
dengan abiraterone plus prednisone dibandingkan prednisone saja (25,2 bulan
vs 16,8 bulan; p <0,001).26,32
5. Radium 223
20
2.9 ASPEK IMUNOLOGIK PADA KANKER PROSTAT
RESPON IMUN TERHADAP KANKER
21
tahap aktivasi, setelah pengenalan antigen, terjadi respon biologi sel-T yaitu
sel-T dapat mengeluarkan sitokin dan dapat menghancurkan sel target
terhadap antigenyang dituju. Sel- T akan berproliferasi melalui Autocrin
Growth Pathway yaitu sel-T mengeluarkan sitokin peningkat pertumbuhan.
Tahap pelaksanaan efektor yaitu sitokin yang dihasilkan oleh sel-T pada saat
pengenalan antigen. 36
22
tumor melalui reseptor NKCF dan berakibat lisisnya sel tumor. IL-2 yang
dihasilkan oleh sel Th-1 akan mempengaruhi sel-B untuk meningkatkan
opsonisasi.35,36
23
menginduksi trombosis pada pembuluh darah tumor sehingga sel tumor
menjadi nekrosis. Efek toksik langsung tergantung pada ikatan dari TNF
dengan reseptor- reseptor permukaan pada sel tumor yaitu pada proses
apoptosis. Makrofag dapat memakan dan mencerna sel kanker dan
mempresentasikan ke sel T CD4+.35,36
24
Metastase kanker prostat terjadi pada stadium lanjut, dimana beberapa
kanker akan kehilangan protein P53, RB (retinoblastoma), reseptor TGF-B II .
Reseptor TGF-B II adalah sitokin yang terlibat pada hambatan pertumbuhan,
apoptosis dan diferensiasi. Penelitian pada kanker prostat menggunakan
subyek manusia ada korelasi hilangnya reseptor. TGF-B II dengan kanker
stadium lanjut.39
Penelitian pada sel line kanker prostat yang diukur dengan analisis
fluositometri diketahui semuanya mempunyai antigen Fas (CD 95) positif.
25
Semua jaringan prostat mengekspresikan Fas untuk memerantarai proses
apoptosis pada sel- sel epitel yang ganas maupun yang jinak. Dengan
menggunakan antibodi monoklonal, agonis anti-Fas akan menginduksi
apoptosis hanya pada 2 dari 6 sel line. Penelitian tersebut terfokus untuk
mengidentifikasi resistensi dari fas yang memerantarai apoptosis. 40
BAB 3
KESIMPULAN
Kanker prostat merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada pria.
Five-year overall survival kanker prostat dapat mencapai lebih dari 90%. Pada saat
didiagnosis, sebagian besar kanker prostat lokal dan regional, dan 5-year survival
hampir mencapai 100%. Kanker prostat lokal dapat diterapi dengan pembedahan atau
radioterapi, namun sekitar sepertiga akan relaps. Terapi hormon dan kemoterapi
26
masih berperan penting. Terapi anti-androgen, enzalutamide dan penghambat CYP17,
abiraterone memperbaiki rPFS dan menunda pemberian kemoterapi pada pasien
kanker prostat resisten kastrasi metastatik.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Prostate cancer [Internet]. 2018 [cited 2018 Sept 30].
Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer.html
2. Ellsworth PI. Prostate cancer. MedicineNet.com [Internet]. 2018 [cited 2018 Sept
30]. Available from: https://www.medicinenet.com/prostate_cancer/article.
htm#prostate_cancer_facts
27
3. Peng Y, Chen Q, Gu M, Chen Y, Zhang M, Zhou J, et al. Human stromal cells in
the peripheral zone of the prostate promote tumorigenesis of prostatic cancer
stem cells through up-regulation of C-Kit expression. Journal of Cancer
2015;6(8):776-85.
9. Cancer.Net. Prostate cancer: Risk factors and prevention [Internet]. 2018 [cited
2018 Sept 30]. Available from:
https://www.cancer.net/cancer-types/prostatecancer/risk-factors-and-prevention
10. Shah SIA. An update on the risk factors for prostate cancer. WCRJ
2016;3(2):e711.
28
11. Haque R, Van Den Eeden SK, Wallner L, Richert-Boe K, Kallakury B, Wang R,
et al. Association of body mass index and prostate cancer mortality. Obes Res
Clin Pract. 2014;8(4):e374-81.
12. De Nunzio C, Andriole GL, Thompson IM Jr, Freedland SJ. Smoking and
prostate cancer: A systematic review. Eur Urol Focus 2015;1(1):28-38.
13. Ding H, Fan S, Zhang L, Hao Z, Liang C. Does prostatitis increase the risk of
prostate cancer? A meta-analysis. Int J Clin Exp Med. 2017;10(3):4798-808. 14.
14. Siddiqui MM, Wilson KM, Epstein MM, Rider JR, Martin NE, Stampfer MJ, et
al. Vasectomy and risk of aggressive prostate cancer: A 24-year follow-up study.
J Clin
15. Oncol. 2014;32:3033-8. 15. Cheuck L. Prostate cancer diagnosis and staging.
Medscape [Internet]. 2018 Sept 27 [cited 2018 Oct 1]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/ article/458011-overview#a7
17. Litwin MS, Tan HJ. The diagnosis and treatment of prostate cancer. A review.
JAMA 2017;317(24):2532-42.
18. Cancer.Net. Prostate cancer: Diagnosis [Internet]. 2005-2018 [cited 2018 Sept
30]. Available from:
https://www.cancer.net/cancer-types/prostate-cancer/diagnosis
29
20. Baum N, Levy J. Methodology of patient care for elevated PSA after prostate
cancer treatment: A primary care perspective. Postgraduate Medicine
2015;127:654-9.
21. Gomella LG, Singh J, Lallas C, Trabulsi EJ. Hormone therapy in the
management of prostate cancer: Evidence-based approaches. Ther Adv Urol.
2010;2(4):171-81.
30
29. Graff JN, Chamberlain ED. Sipuleucel-T in the treatment of prostate cancer: An
evidence-based review of its place in therapy. Core Evidence 2010;10:1-10.
31. Kantoff PW, Higano CS, Shore ND, Berger ER, Small EJ, Penson DF, et al.
Sipuleucel-T immunotherapy for castration-resistant prostate cancer. N Engl J
Med. 2010;363:411-22.
32. Ritch CR, Cookson MS. Advances in the management of castration resistant
prostate cancer. BMJ 2016;355:i4405.
34. Parker C, Nilsson S, Heinrich D, Helle SI, O’Sullivan JM, Fossa SD, et al. Alpha
emitter radium-223 and survival in metastatic prostate cancer. N Engl J Med.
2013;369:213- 23.
35. Kresno SB. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Ed.3 FKUI.
Jakarta 1996
36. Robbins dan Kumar. Buku Ajar Patologi II. Ed.4. EGC. Jakarta 1995
38. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology. 4 th ed.
WB Saunders. USA 2000
31
39. Bratawidjaya KG. Imunologi Dasar. Ed.7 FKUI Jakarta 2006
40. Tu WH, Thomas TZ, Masumori N, et all. The Loss of TGF-B Signaling
Promoted Prostat Cancer Metastasis. Neoplasia Press. USA; 2003.
32