Anda di halaman 1dari 2

TUGAS ETIKOLEGAL

DISUSUN OLEH:
NAMA: VANEZHA CHRISNAVITA
NIM: PO7224223 2268
KELAS: 1B KEBIDANAN
DOSEN: NURNIATI TIANASTIA RULLYNI, SST. M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2024
Kasus:

Disebuah desa A terdapat seorang bidan B yang sedang bertugas di sebuah klinik. Lalu datanglah
seorang Ny.D ke klinik bidan B dengan kehamilan 38 minggu. Ny.D datang ke klinik dengan
keluhan mules serta mengeluarkan cairan berwarna jernih dan berbau anyir. Setelah di lakukan
pemeriksaan oleh bidan B, Ny.D di diagnosa mengalami ketuban pecah. Setelah melakukan
banyak pertimbangan, bidan B menyerahkan kepada keluarga Ny.D untuk merujuk Ny.D ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap seperti rumah sakit untuk dilakukannya penanganan yang
lebih aman karena dengan dilihatnya kondisi Ny.D yang lebih membutuhkan penanganan ekstra.
Bidan B telah menjelaskan bagaimana kondisi kebutuhan dari Ny.D, dan jika dilakukan
pertolongan persalinan di klinik akan sangat beresiko baik bagi ibu maupun bayinya. Akan
tetapi, keluarga Ny.D menolak untuk merujuk Ny.D ke rumah sakit. Setelah bidan B melakukan
banyak pertimbangan, akhirnya bidan B melakukan pertolongan persalinan pada Ny.D di klinik.
Setelah dilakukannya pertolongan persalinan, ternyata Ny.D mengalami proses persalinan yang
cukup lama. Dari proses persalinan yang cukup lama itu mengakibatkan bayi Ny.D tidak dapat
diselamatkan karna mengalami asfiksia atau kekurangan oksigen pada saat proses persalinan.
Setelah Ny.D mengetahui bahwa bayinya tidak dapat di selamatkan, Ny.D mengalami shock
berat hingga Ny.D mengalami pendarahan yang cukup hebat dan menyebabkan kondisi Ny.D
semakin drop. Setelah mengetahui kondisi Ny.D semakin drop, bidan B tetap melakukan
penanganan ekstra pada Ny.D. Akan tetapi, pihak keluarga meminta pertanggung jawaban atas
apa yang telah terjadi pada Ny.D dan bayi nya yang tidak dapat diselamatkan. Pihak keluarga
menganggap bidan B tidak mempunyai keahlian dalam bidang kebidanan.
Mendengar hal tersebut, banyak warga desa A menuntut agar bidan B dipindahkan dari desa A
agar tidak terjadi hal yang sama untuk yang kedua kalinya. Dan warga desa A sudah tidak ada
kepercayaan lagi pada bidan B untuk melakukan proses persalinan lagi.
Pada akhirnya pihak keluarga Ny.D membawa permasalahan tersebut ke meja hijau dan
menuntut atas apa yang sudah terjadi.
Pada kasus ini kesalahan tidak sepenuhnya terletak pada bidan B, karena bidan B telah
menyerahkan kepada pihak keluarga untuk merujuknya ke fasilitas yang lebih lengkap . Akan
tetapi, pihak keluarga tidak menyetujuinya, dan disisi lain juga Ny.D membutuhkan pertolongan
ekstra.

Analisis berdasarkan kode etik:


Isu etik timbul dengan adanya keegoisan dari pihak keluarga yang tidak menyetujuinya untuk di
bawa ke fasilitas yang lebih lengkap seperti ke rumah sakit. Dan dari keegoisan tersebut bayi
tidak dapat di selamatkan dan kondisi ibu menjadi drop.
Disisi lain bidan sangat bingung untuk memilih atau melakukan pertolongan persalinan tersebut,
karena bidan tahu itu bukan wewenang bidan, tetapi pihak keluarga tetap memaksakan untuk
melakukan persalinan di bidan tersebut.
Yang seharusnya bidan itu lakukan sebelum melakukan pertolongan persalinan adalah
melakukan informkonsen kepada keluarga tersebut dan menandatangani surat bahwa menyetujui
dilakukannya pertolongan persalinan di klinik tersebut agar kesalahan tidak sepenuhnya di bidan.

Anda mungkin juga menyukai