Anda di halaman 1dari 21

KEKUATAN RETORIKA DALAM KUMPULAN PIDATO GUS DUR

Dela Fauziah

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Jember

Fauziahdela1@gmail.com

ABSTRAK
Retorika adalah kemampuan menemukan alat-alat persuasi yang tersedia pada setiap keadaan yang
dihadapi. Retorika memiliki hubungan yang sangat erat dengan diksi dan gaya bahasa karena retorika merupakan
seni berkomunikasi. Diksi dan gaya bahasa sangatlah menentukan keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi.
Permasalahan yang muncul dari latar belakang adalah bagaimana penggunaan diksi dan gaya bahasa pada
pidato Gus Dur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang penggunaan diksi dan gaya bahasa
yang sering digunakan ketika berpidato.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah video tiga pidato Gus Dur
dengan meneliti kata-kata yang diduga diksi dan gaya bahasa pada tiga pidato tersebut. Teknik pengumpulan data
adalah teknik dokumentasi berjenis video. Instrument pengumpulan data adalah peneliti selaku instrument utama
dan instrument bantu berupa laptop, handphone, wifi, dan tabel analisis. Teknik penganalisisan data adalah teknik
simak bebas libat cakap. Teknik pengujian kesahihan data dengan cara meningkatkan ketekunan.
Hasil dari penelitian ini adalah Penggunaan diksi pada pidato Gus Dur meliputi tiga ketepatan pilihan kata
dan dua kesesuaian pilihan kata. Sementara gaya bahasa yang digunakan Gus Dur meliputi gaya bahasa
perulangan, gaya bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan.

ABSTRACT
Rhetoric is the ability to find the tools of persuasion that are available in each situation at hand.
Rhetoric has a very close relationship with diction and language style because rhetoric is the art of communication.
Language diction and style really determine one's success in communicating.
The problem that arises from the background is how to use diction and the style of speech in Gus Dur's
speech. The purpose of this study is to describe the use of diction and the style of language that is often used when
giving a speech.
This type of research is qualitative. The data source of this study is the video of Gus Dur's three
speeches by examining the words predicted by diction and the style of speech in the three speeches. The data
collection technique is a video type documentation technique. Data collection instruments are researchers as the
main instrument and auxiliary instruments in the form of laptops, mobile phones, wifi, and analysis tables. The
data analysis technique is the skillful listening technique. Data validity testing techniques by increasing
perseverance.
The results of this study were the use of diction in Gus Dur's speech, which included three exact choices
of words and two suitability of word choices. While the style of language used by Gus Dur included repetitive
language styles, satirical language styles, and affirmative language styles.

1
PENDAHULUAN ada dua orang yaitu Amin Rais dan Megawati “ .
Retorika memiliki hubungan yang sangat Perkataan yang sering diucapkan salah satunya
erat dengan dialektika. Keduanya sama-sama yaitu ” gitu aja kok repot !”.
berkaitan dengan pengetahuan umum banyak Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan
orang dan tidak termasuk ke dalam suatu cabang meneliti tentang penggunaan diksi dan gaya
ilmu tertentu. Pada umumnya orang menggunakan bahasa pada tiga pidato gus dur.
keduanya, karena pada tataran tertentu, semua METODE PENELITIAN
orang butuh untuk mengajukan dan Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu
mempertahankan pendapat, baik untuk membela “Kekuatan Retorika Pada Kumpulan Pidato Gus
diri atau menyerang pendapat orang lain. Retorika Dur” maka penelitian ini termasuk ke dalam jenis
dapat didefinisikan sebagai kemampuan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Kirk dan
menemukan alat-alat persuasi yang tersedia pada Miller menyebutkan bahwa penelitian kualitatif
setiap keadaan yang dihadapi, fungsi ini hanya adalah suatu tradisi tertentu dalam ilmu
dimiliki oleh seni retorika (Aristoteles, penerjemah pengetahuan sosial yang secara fundamental
Dedeh Sry Handayani, 2018,hal.17). bergantung pada terhadap pengamatan manusia
Hubungan retorika dengan diksi saling berkaitan dan berhubungan dengan orang-orang yang berada
karena pada retorika yang pada dasarnya adalah dalam kawasannya dalam bahasanya dan istilahnya
seni berkomunikasi yang tentunya didalam mereka (Ikhsan dan Misri, 2012,hal. 7)
berkomunikasi harus menggunakan pilihan kata Penelitian Deskriptif kualitatif ini
(diksi) yang baik. Agar seni berkomunikasi itu bisa menurut Kriyantono (2008,hal.58) adalah untuk
diterima oleh para pendengar. Sedangkan menjelaskan sedalam-dalamnya fenomena melalui
hubungan retorika dengan gaya bahasa juga saling data yang dikumpulkan. Menurutnya, dalam
berkaitan. Karena didalam seni berkomunikasi kita penelitian ini yang ditekankan adalah kualitas data
juga memerlukan beberapa gaya bahasa yang didapatkan dan dalamnya persoalan bukan
didalamnya, agar isi dari komunikasi itu tidak kuantitas data.
membuat para pendengar bosan sehingga perlu Penelitian ini menggunakan jenis data
adanya gaya bahasa didalam retorika tersebut. video pidato. Sumber data dalam penelitian ini
Selain itu penggunaan gaya bahasa haruslah akurat adalah pidato Gus Dur yang berwujud kumpulan
agar keberhasilan didalam berkomunikasi tercapai. video pidato. Video tersebut peneliti dapatkan dari
Retorika sering kali dipakai dalam pidato youtube terdiri dari 3 pidato yang semuanya
Kebangsaan, politik, dan demonstrasi. Pidato disampaikan diacara dan kota yang berbeda yaitu:
Kebangsaan sering digunakan oleh Presiden. pertama, pidato pada acara haflah attasyakkur lil
Abdurrahman Wahid yang dikenal dengan nama ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo Kabupaten
Gus Dur merupakan salah satu Presiden yang Magelang. Kedua, pidato pada acara Maulid Nabi
terkenal unik dalam menyampaikan sesuatu namun Muhammad SAW di Sumenep. Ketiga, pidato pada
tetap berkesan bagi para pendengar. Selain acara peresmian Universitas Yudharta di Pondok
terkenal unik Presiden Gus Dur juga lucu serta Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan.
berbicara apa adanya tanpa hal yang ditutupi Peneliti menggunakan teknik
(ceplas-ceplos) seperti ketika dalam acara KICK pengumpulan data dokumentasi berjenis video
ANDY saat ditanya siapa biang dari pada lengsernya untuk memilih teknik ini, karena sumber datanya
Gus Dur sebagai Presiden, Gus Dur menjawab “ menggunakan kumpulan video pidato Gus Dur .
2
Data yang akan dicari adalah tentang diksi dan gaya diksi dan gaya bahasa yang dianalisis pada video
bahasa. Langkah-langkah dalam pengumpulan data pidato Gus Dur. (Sugiono, 2016, hal. 117).
ini adalah dengan cara mencari video di Youtube PEMBAHASAN
tentang pidato Gus Dur, kemudian video pidato itu a. Ketepatan Pilihan Kata pada Pidato Gus Dur
disimpan dan dikumpulkan data tentang diksi dan Ketepatan pilihan kata merupakan
gaya bahasa dari setiap pertuturan atau ucapan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan
dari Gus Dur didalam pidatonya tersebut. Setelah gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar
itu, peneliti akan memperhatikan dengan seksama seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
video pidato Gus Dur. Kemudian, peneliti pembicara. Kosa kata yang kaya akan kemungkinan
menganalisis dengan mencari penggunaan diksi pembicara lebih bebas memilih kata yang dianggap
dan penggunaan gaya bahasa dalam penyampaian paling tepat untuk menyampaikan apa yang ia
pidato Gus Dur tersebut. pikirkan. Hal ini sesuai dengan teori Keraf (2016,
Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen hal.87 ).
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti Ketepatan pilihan kata memiliki syarat-
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih syarat tertentu yang harus dipenuhi agar perkataan
informan sebagai sumber data, melakukan dapat dipahami oleh pendengar secara utuh sesuai
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara.
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan Adapun syarat-syarat tersebut yaitu:
hasil temuannya. Alat yang digunakan untuk a. Membedakan dengan cermat denotasi dari
mengumpulkan data adalah laptop, handphone, konotasi.
dan wifi. Laptop sebagai alat untuk mengetik hasil b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang
dari temuan peneliti. Handphone sebagai alat hampir bersinomin seperti buruk dan jelek,
untuk mencari video di media sosial yaitu Youtube. mati dan wafat. Kata-kata yang bersinomin
Wifi sebagai jaringan untuk mengunduh video di tidak selalu memiliki distribusi yang saling
Youtube melengkapi. Sebab itu, pembicara tau penulis
Teknik analisis data dalam penelitian ini harus berhati-hati memilih kata dari sekian
menggunakan teknik simak bebas libat cakap. sinomin yang ada untuk menyampaikan apa
Maksud dari teknik simak bebas libat cakap ini yang diinginkan, sehingga tidak timbul
adalah peneliti hanya berperan sebagai pengamat interpretasi yang berlainan.
penggunaan bahasa oleh para informannya. c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam
Peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan ejaannya seperti bahwa- bawah- bawa,
yang bahasanya sedang diteliti interfensi- inferensi, karton- kartun. Bila
(Mahsun,2011,hal.91). Peneliti menganalisis data pembicara atau penulis tidak bisa
dengan cara menyimak video pidato Gus Dur dan membedakan hal tersebut akan
mencari kata-kata yang diduga sebagai diksi dan mengakibatkan yang tidak diinginkan yaitu
gaya bahasa. salah paham.
Uji keabsahan data dalam penulisan, ditekankan d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa
pada uji validitas dan reabilitas. Dalam penulisan selalu berkembang sesuai dengan
kualitatif, kriteria data hasil penulisan adalah valid perkembangan dalam masyarakat.
yaitu terbukti dari ketepatan antara data tentang Perkembangan bahasa pertama-tama tampak
dari pertambahan jumlah kata baru. Namun
3
hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh sering sekali menggunakan kata berbahasa Jawa
seenaknya menciptakan kata baru. Kata baru ataupun berbahasa Arab. Hal itu dilakukan Gus Dur
pada biasanya muncul pertama kali karena karena pendengar pada dua acara tersebut
digunakan oleh orang-orang terkenal yang mayoritas mengerti bahkan berbahasa Jawa. Selain
kemudian diterima oleh golongan masyarakat itu, bahasa Arab juga banyak digunakan pada
sehingga kata itu lama kelamaan akan menjadi pidato yang dilakukan di pondok pesantren. Hal
milik masyarakat. tersebut Gus Dur lakukan karena mayoritas
e. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran pendengar merupakan orang-orang yang pernah
asing seperti favorable- favorit. mengenyam atau masih menempuh pendidikan di
f. Kata kerja yang menggunakan kata depan pondok pesantren. Pendengar sehari-hari mengaji
harus digunakan secara ideomatis seperti ingat kitab-kitab yang berbahasa Arab. Oleh karena itu,
akan bukan ingat terhadap, berbahaya bagi bahasa Arab bukanlah bahasa yang asing bagi
bukan membahayakan bagi. mereka. Penggunaan bahasa Arab lebih tepat
g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau dibandingkan menggunakan terjemahan.
pembicara harus bisa membedakan kata Penggunaan terjemahan terkadang tidak mampu
umum dan kata khusus namun kata khusus mengungkapkan makna tersirat dari bahasa asli.
lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada Berdasarkan sepuluh syarat-syarat
kata umum. ketepatan pilihan kata menurut Keraf (2016,
h. Menggunakan kata-kata indria yang hal.87), peneliti menemukan tiga syarat ketepatan
menunjukkan persepsi yang khusus seperti pilihan kata yang terdapat pada tiga pidato Gus
wajahnya manis sekali Dur. Adapun tiga syarat yang ditemukan pada tiga
i. Memperhatikan perubahan makna yang pidato Gus Dur yaitu membedakan secara cermat
terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal baik denotasi dari konotasi, membedakan kata umum
berupa perluasan arti atau penyempitan arti. dan kata khusus, dan menggunakan kata-kata
j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. indria. Tiga syarat tersebut akan dipaparkan
Peneliti menemukan tiga syarat ketepatan dibawah ini.
pilihan kata pada tiga pidato Gus Dur . Untuk 1. Membedakan dengan Cermat Denotasi dari
persyaratan ketepatan pilihan kata Gus Dur sudah Konotasi
memenuhi syarat-syarat tersebut dalam berpidato. Setelah melakukan analisis terhadap tiga
Gus Dur dalam tiga forum yang berbeda itu pidato Gus Dur, Peneliti menemukan konotasi dari
menggunakan kata-kata sesuai dengan situasi tiga pidato Gus Dur yaitu pidato pada acara haflah
audiens atau pendengar. Ini dibuktikan dengan attasyakkur lil ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
cara Gus Dur berpidato di Sumenep pada acara Kabupaten Magelang, pidato pada acara maulid
Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada acara tersebut Nabi Muhammad SAW di Sumenep, dan pidato
Gus Dur sangat menghindari kata yang merupakan pada acara peresmian Universitas Yudharta di
bahasa Jawa melainkan menggunakan bahasa Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan.
Indonesia mengingat pendengar pada acara Sementara peneliti tidak menemukan denotasi dari
tersebut mayoritas berbahasa Madura . tiga pidato tersebut.
Sementara itu, di pondok pesantren 1. Pidato pada Acara Haflah Attasyakkur Lil
Tegalrejo kabupaten Magelang dan Pondok Ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
Pesantren Ngalah kabupaten Pasuruan Gus Dur Kabupaten Magelang
4
Kode data PGD1/M2:18 aslinya melainkan makna tambahan
“ Memberikan kepada saya banyak daripada kata tersebut.
pelajaran dalam menempuh arus 2. Pidato Pada Acara Maulid Nabi Muhammad
kehidupan.” SAW di Sumenep
Pada data ini yang termasuk Kode data PGD8/M16:21
konotasi yaitu kata “arus kehidupan” “ Pak harto pada tahun 1989 jadi
karena kata tersebut tidak dimaksudkan kira-kira empat belas tahun yang
makna yang sesungguhnya dari kata lalu itu menganak emaskan apa
tersebut melainkan makna tambahan yang dinamakan ICMI”
daripada kata tersebut. Makna daripada Pada data ini kata “menganak
kata arus adalah gerak air yang mengalir emaskan” termasuk konotasi karena makna
sementara yang dimaksudkan dalam pidato yang sesungguhnya daripada kata tersebut
tersebut dari kata arus kehidupan yaitu adalah anak yang tercipta dari emas.
jalan kehidupan yang dijalani. Sementara yang dimaksudkan Gus Dur pada
Kode data PGD2/M7:12 kata tersebut adalah mengistimewakan.
“ Beliau melahirkan murid-murid Dengan begitu kata tersebut dikehendaki
seperti penulis-penulis besar” bukan pada makna yang sesungguhnya
Pada data ini yang termasuk melainkan makna tambahan dari pada kata
konotasi yaitu kata “penulis-penulis besar” tersebut yaitu mengistimewakan.
karena kata tersebut tidak dimaksudkan 3. Pidato Pada Acara Peresmian Universitas
makna yang sesungguhnya melainkan Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah
makna tambahan dari kata tersebut. Makna Kabupaten Pasuruan
sesungguhnya dari kata penulis-penulis Kode data PGD16/M1:54
besar yaitu orang-orang berbadan besar “ Sampai sekarang masih ada
yang memiliki karya tulisan. Sementara dibawah putra beliau Gus Bago
makna yang dimasudkan daripada kata arifin”
tersebut yaitu ulama-ulama terkemuka Kata “dibawah putra beliau”
yang memiliki karya tulisan. termasuk konotasi karena yang
Kode data PGD3/M11:09 dimaksudkan dari pada kata tersebut yaitu
“Alhamdulillah kita bisa melihat diasuh oleh putra beliau. Sementara arti
daripada buah kerja Kyai Hudhori” yang sesungguhnya dari pada kata tersebut
Pada data ini yang termasuk adalah putra beliau itu berada diatas
konotasi yaitu kata ” buah kerja”. Karena sementara pesantrennya berada
makna yang sesungguhnya daripada kata dibawahnya. Namun bukan itu yang
buah kerja adalah bagian tumbuhan yang dimaksudkan oleh Gus Dur daripada kata
berasal dari bunga atau putik. Sementara tersebut.
dari data itu yang dimaksudkan adalah hasil Kode data PGD17/M2:10
kerja yang dilakukan oleh kyai Hudhori. “Alhamdulillah pagi ini saya kemari
Dengan begitu kata itu termasuk konotasi menyaksikan dengan mata kepala sendiri”
karena yang dikehendaki bukan makna Kata “mata kepala” pada kalimat
diatas termasuk konotasi karena yang
5
dimaksudkan daripada kata tersebut adalah Saya punya guru Kyai Abdul
melihat secara langsung. Sementara makna Fattah Hasyim Tambakberas
yang sesungguhnya daripada kata tersebut Semua data diatas yang
memiliki arti masing-masing dari setiap termasuk dalam kata khusus yaitu Kyai
katanya, kata mata maknanya adalah panca Hudhori, Al Kholil Ibnu Ahmad Al
indra untuk melihat, sementara kepala Farogibi, Abdul Abbas Al Mukhtarri,
adalah bagian tubuh yang berada dipaling Imam Sibaweh, Abdul Fattah Hasyim.
atas. Dengan begitu makna yang Menurut Keraf (2016,hal.90) kata
sesungguhnya daripada kata tersebut khusus adalah kata yang mengacu
tidaklah dikehendaki melainkan makna kepada pengarahan-pengarahan yang
tambahan daripada kata tersebut. khusus dan konkret. Sementara nama
2. Membedakan Kata Umum dan Kata Khusus diri merupakan istilah yang paling
Adapun data yang menunjukkan syarat khusus sehingga menggunakan kata-
ketepatan pilihan kata yang berupa kata khusus kata tersebut tidak akan menimbulkan
ditemukan pada pidato acara haflah attasyakkur lil salah paham sebagaimana data-data
ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo Kabupaten diatas yang merupakan nama diri
Magelang, pidato pada acara maulid Nabi sehingga kata-kata tersebut tergolong
Muhammad SAW di Sumenep, dan pidato pada dalam kata khusus.
acara peresmian Universitas Yudharta di Pondok 2. Pidato Pada Acara Maulid Nabi
Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan. Sedangkan Muhammad SAW di Sumenep
data yang menunjukkan syarat ketepatan pilihan Kode data PGD10/M6:21
kata berupa kata umum tidak ditemukan pada tiga Joko Tingkir akhirnya lari ke
pidato tersebut. Data tersebut akan dipaparkan Madura ke ibunya
dibawah ini. Kode data PGD11/M10:36
1. Pidato pada Acara Haflah Attasyakkur Lil Contohnya tadi saya datang
Ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo dirumahnya Habib Alwi, Habib
Kabupaten Magelang Muhammad
Kode data PGD4/M2:41 Kode data PGD12/M15:05
“Almarhum Kyai Hudhori Saya makan dengan bapak
berhasil membawa mereka Sutrisno di Bali
kepada standar keislaman” Kode data PGD13/M15:12
Kode data PGD5/M6:11 Pak Edi Sudrajat dengan istrinya,
Perhatikanlah seperti Imam saya dengan istri saya makan
Al Kholil Ibnu Ahmad Al Kode data PGD14/M16:07
Farogibi Contohnya yang mementingkan
Kode data PGD6/M7:22 lembaga itu dulu pak Harto
Abdul Abbas Al Mukhtarri Kode data PGD15/M16:45
dengan kitabnya Al Kamil Pak Habibi datang cari saya”pak
dan baboknya kitab Nahwu Dur saya minta anda jadi dewan
karangannya Imam Sibaweh pakar
Kode data PGD7/M8:39
6
Adapun yang dimaksud daripada Soleh, Haji Mustofa bisri, Alfet
data diatas yaitu Joko Tingkir, Habib Simanjuntak, Abdul Karim Hasyim,
Alwi, Habib Muhammad, Sutrisno, Edi Abdul Kholiq Hasyim. Menurut Keraf
Sudrajat, Harto, Habibi yang kesemua (2016,hal.90) kata khusus adalah kata
kata tersebut termasuk dalam kata yang mengacu kepada pengarahan-
khusus.Menurut Keraf (2016,hal.90) pengarahan yang khusus dan konkret.
kata khusus adalah kata yang mengacu Sementara nama diri merupakan istilah
kepada pengarahan-pengarahan yang yang paling khusus sehingga
khusus dan konkret. Sementara nama menggunakan kata-kata tersebut tidak
diri merupakan istilah yang paling akan menimbulkan salah paham
khusus sehingga menggunakan kata- sebagaimana data-data diatas yang
kata tersebut tidak akan menimbulkan merupakan nama diri sehingga kata-
salah paham sebagaimana data-data kata tersebut tergolong dalam kata
diatas yang merupakan nama diri khusus.
sehingga kata-kata tersebut tergolong 3. Menggunakan Kata Indria
dalam kata khusus. Adapun data yang menunjukkan syarat
3. Pidato Pada Acara Peresmian ketepatan pilihan kata yang berupa penggunaan
Universitas Yudharta di Pondok kata indria ditemukan pada pidato acara maulid
Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan Nabi Muhammad SAW di Sumenep dan pidato
Kode data PGD18/M1:26 pada acara peresmian Universitas Yudharta di
Ini saingannya pondoknya al- Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan.
marhum kiai Hamid Kajoran Sementara pada pidato acara haflah attasyakkur lil
Magelang ikhtitam di Pondok Pesantren Tegalrejo Kabupaten
Kode data PGD19/M2:28 Magelang peneliti tidak menemukan penggunaan
Pondok yang keliatannya kecil kata indria. Data tersebut akan dipaparkan
dibawah bimbingan kyai Soleh dibawah ini.
Kode data PGD20/M7:05 1. Pidato Pada Acara Maulid Nabi Muhammad
Saya dapat kiriman cd compact SAW di Sumenep
disk dari kyai Haji Mustofa bisri Kode data PGD9/M4:55
Kode data PGD21/M10:43 Sumenep ini sebagai cikal bakal
Itu orang beragama Protestan orang Madura berbahasa halus
bernama Alfet Simanjuntak Yang dimaksudkan daripada data
Kode data PGD22/M13:48 diatas yaitu kata halus. Kata tersebut
Saya inget dongengnya Paman tergolong sebagai kata indria. Menurut
saya putranya ada disini dengan Keraf (2016,hal.94) penggunaan kata indria
saya pak Abdul Karim Hasyim termasuk suatu jenis pengkhususan dalam
Kode data PGD23/M14:50 memilih kata-kata yang tepat yaitu dengan
Adeknya Abdul Kholiq Hasyim menyatakan pengalaman-pengalaman yang
senengannya tauhid dicerap oleh panca indera yang lima. Pada
kata yang tergolong dalam kata data diatas kata halus termasuk dalam indra
khusus yang menjadi data yaitu Hamid, peraba.
7
2. Pidato Pada Acara Peresmian Universitas f. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom
Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah yang mati).
Kabupaten Pasuruan g. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
Kode data PGD24/M33:17 Berdasarkan tujuh syarat-syarat kesesuaian
Lah Sunda ini orangnya halus, atos? pilihan kata, peneliti menemukan dua syarat
Yang dimaksudkan daripada data kesesuaian pilihan kata yaitu menggunakan kata
diatas yaitu kata halus. Kata tersebut substandar dan standar serta menggunakan kata
tergolong sebagai kata indria. Menurut ilmiah dan populer. Adapun dua syarat kesesuaian
Keraf (2016,hal.94) penggunaan kata indria pilihan kata akan dipaparkan dibawah ini.
termasuk suatu jenis pengkhususan dalam 1. Menggunakan Kata Substandar dan Standar
memilih kata-kata yang tepat yaitu dengan Adapun data yang menunjukkan syarat
menyatakan pengalaman-pengalaman yang kesesuaian pilihan kata yang berupa penggunaan
dicerap oleh panca indra yang lima. Pada kata substandar ditemukan pada pidato acara
data diatas kata halus termasuk dalam indra haflah attasyakkur lil ikhtitam Pondok Pesantren
peraba. Tegalrejo Kabupaten Magelang dan pidato pada
b. Kesesuaian Pilihan Kata pada Pidato Gus Dur acara maulid Nabi Muhammad SAW di Sumenep.
Keraf (2016,hal.102) mengatakan bahwa Sementara pada acara peresmian Universitas
dalam ketepatan pilihan kata fokus terhadap Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten
apakah kata yang digunakan sudah tepat sehingga Pasuruan, peneliti menemukan penggunaan
antara pembicara dan pendengar tidak bahasa standar. Kedua kelompok data tersebut
menimbulkan interpretasi yang berlainan akan dipaparkan dibawah ini.
sementara dalam persoalan kesesuaian pilihan kata a) Menggunakan Kata Substandar
fokus terhadap apakah pilihan kata dan gaya Adapun data yang menunjukkan syarat
bahasa yang digunakan tidak merusak suasana atau kesesuaian pilihan kata yang berupa penggunaan
menyinggung perasaan orang lain. Terdapat kata substandar ditemukan pada pidato acara
beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh haflah attasyakkur lil ikhtitam Pondok Pesantren
pembicara agar dalam memilih kata sesuai dengan Tegalrejo Kabupaten Magelang dan pidato pada
apa yang hendak disampaikan. Adapun syarat- acara maulid Nabi Muhammad SAW di Sumenep.
syarat tersebut yaitu: Data tersebut akan dipaparkan dibawah ini
a. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur 1. Pidato Pada Acara Haflah Attasyakkur Lil
substandar dalam suatu situasi yang formal. Ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
b. Menggunakan kata ilmiah pada forum yang Kabupaten Magelang
khusus saja. Sementara dalam forum umum Kode data PGD29/M6:31
gunakan kata yang populer. Ini adalah baboknya ilmu karena dia
c. Hindarilah jargon dalam tulisan untuk mengambilnya dari filsafat Yunani
pembaca umum. Kata babok pada kalimat diatas
d. Penulis atau pembicara sejauh mungkin merupakan kata substandar karena bahasa
menghindari pemakaian kata-kata slang. ini merupakan bahasa Jawa. Kata
e. Dalam penulisan jangan menggunakan kata substandar terkadang digunakan oleh kaum
percakapan terpelajar dalam bersenda gurau,
berhumor, menyatakan sarkasme atau
8
menyatakan ciri-ciri kedaerahan (Keraf, 2. Pidato Pada Acara Maulid Nabi Muhammad
2016, hal.104) dalam hal ini Gus Dur SAW di Sumenep
menggunakan bahasa tersebut untuk Kode data PGD39/M22:38
menyatakan ciri-ciri kedaerahan yang mana Ada lagi orang gotongnya abote
Gus Dur merupakan orang Jawa. setengah mati
Kode data PGD30/M8:29 Kode data PGD40/M29:58
Keilmuan kita bersumber pada Mahkamah Agung jadi pengecut ya
tradisi kemanusiaan tidak perlu ngono piye maneh
galak-galak Kode data PGD41/M33:09
Kata galak-galak merupakan kata Ada seorang perempuan marah-
substandar atau kata tidak baku. Kata marah kepada mantu-mantunya,
standar atau kata baku daripada kata mantunya akeh dungo
tersebut adalah keras-keras. Kata baku atau Dari tiga data diatas yang
standar pada biasanya digunakan pada dimaksudkan dari masing-masing data
acara yang resmi atau pada tulisan-tulisan tersebut yaitu abote, ngono piye maneh,
resmi. akeh dungo. Tiga kata tersebut tergolong
Kode data PGD31/M8:30 kata substandar karena kata-kata tersebut
Menungso itu dididik menjadi yang bukanlah bahasa Indonesia melainkan
baik bahasa Jawa.
Kata munongso merupakan kata Kode data PGD42/M39:00
substandar karena kata tersebut Tapi sebagian lagi dihisap oleh bumi
merupakan bahasa Jawa yang memiliki disimpan jadi sumur jadi mata air
makna manusia. Gus Dur menggunakan Kata dihisap pada data diatas
kata tersebut sebenarnya ingin menyatakan tergolong kata substandar atau kata tidak
atau dipengaruhi oleh bahasa daerah yang baku karena maksud daripada Gus Dur
ia gunakan setiap hari. menggunakan kata tersebut yaitu ingin
Kode data PGD32/M9:10 mengatakan bahwa air diserap oleh bumi.
Saya kalau nyolong itu gak pernah Dari semua kata substandar yang digunakan
konangan Gus Dur pada pidato ini tidaklah
Kata konangan merupakan kata mempengaruhi terhadap syarat kesesuaian
substandar karena kata tersebut bukanlah pilihan kata karena pidato ini merupakan
bahasa Indonesia melainkan bahasa Jawa pidato tidak resmi. Sementara yang
yang memiliki makna ketahuan. Dari disyaratkan menggunakan bahasa standar
kesemua kata diatas yang termasuk kata yaitu pada pidato resmi.
substandar yang digunakan Gus Dur pada b) Menggunakan Kata Standar
pidato Pidato Pada Acara Haflah Adapun data yang menunjukkan syarat
Attasyakkur Lil Ikhtitam Pondok Pesantren kesesuaian pilihan kata yang berupa penggunaan
Tegalrejo Kabupaten Magelang sama sekali kata standar ditemukan pada pidato acara
tidak mempengaruhi terhadap syarat peresmian Universitas Yudharta di Pondok
kesesuaian pilihan kata karena pada pidato Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan. Data
ini merupakan pidato tidak resmi. tersebut akan dipaparkan dibawah ini.
9
Kode data PGD52/M1:06 Kata begini merupakan kata standar atau
“Hadirin-hadirot saya datang kesini baru kata baku yang memiliki ciri tidak termasuk ragam
kemarin” bahasa percakapan. Dalam ragam bahasa
Kata hadirin merupakan kata standar dari percakapan untuk menggantikan kata tersebut
kata para hadirin. Kata hadirin tergolong standar yaitu kata gini. Dalam pidato ini Gus Dur
karena kata tersebut sudah menunjukkan kepada menggunakan bahasa standar mengingat acaranya
banyak orang sehingga kata tersebut tidak perlu merupakan acara resmi berbeda dengan dua
diawali dengan kata para. Menurut Noviatuti dkk pidato Gus Dur yang lain.
(2017, hal. 114) ciri-ciri dari pada kata standar atau 2. Menggunakan Kata Ilmiah dan Populer
baku yaitu tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah, Adapun data yang menunjukkan syarat
tidak dipengaruhi oleh gaya terjemahan asing, kesesuaian pilihan kata yang berupa penggunaan
tidak termasuk ragam bahasa percakapan, kata ilmiah ditemukan pada pidato acara haflah
pemakaian imbuhan secara eksplisit, pemakaian attasyakkur lil ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
sesuai dengan konteks kalimat, tidak mengandung Kabupaten Magelang, pidato pada acara maulid
makna ganda, tidak mengandung pleonasme Nabi Muhammad SAW di Sumenep, dan pidato
(menambah keterangan yang tidak perlu), tidak pada acara peresmian Universitas Yudharta di
mengandung hiperkorek (membetulkan bentuk Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan.
yang benar hingga menjadi salah). Pada data diatas Sedangkan data yang menunjukkan syarat
merupakan ciri tidak mengandung pleonasme. kesesuaian pilihan kata berupa kata populer
Kode data PGD53/M3:16 ditemukan pada pidato acara haflah attasyakkur lil
“Kalau diingat bahwa lembaga pendidikan ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo Kabupaten
yang berbentuk Universitas ini tempatnya di Magelang dan pidato pada acara maulid Nabi
desa” Muhammad SAW di Sumenep. Sementara pada
Kata Universitas merupakan kata standar pidato acara peresmian Universitas Yudharta di
atau kata baku. Kata ini memiliki ciri kata baku Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan
yaitu tidak dipengaruhi oleh bahasa asing karena peneliti tidak menemukan penggunaan kata
kata yang substandar atau kata tidak baku yaitu populer. Kedua kelompok data tersebut akan
kata university yang masih dipengaruhi oleh bahasa dipaparkan dibawah ini.
asing. a) Menggunakan Kata Ilmiah
Kode data PGD54/M8:21 Adapun data yang menunjukkan syarat
Saya ini sebagai orang Tebuireng diwarisi kesesuaian pilihan kata yang berupa penggunaan
Toriqot kata ilmiah ditemukan pada pidato acara haflah
Kata yang dimaksdukan pada data diatas attasyakkur lil ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
yaitu kata saya. Kata tersebut tergolong kata Kabupaten Magelang, pidato pada acara maulid
standar atau ata baku yang memiliki ciri tidak Nabi Muhammad SAW di Sumenep, dan pidato
dipengaruhi oleh bahasa daerah. Sementara pada acara peresmian Universitas Yudharta di
apabila pembicara dipengaruhi oleh bahasa daerah Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan.
maka dia akan menggunakan kata gue. Data tersebut akan dipaparkan dibawah ini.
Kode data PGD55/M22:50 1. Pidato Pada Acara Haflah Attasyakkur Lil
Ini punya Perguruan Tinggi begini itu tidak Ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
lain mengamalkan apa kata Al-Qur’an Kabupaten Magelang
10
Kode data PGD25/M3:54 Kata “institusi” merupakan kata
“ Kyai Hudhori berhasil membawa ilmiah dari pada kata” lembaga”
mereka kepada standar keislaman sebagaimana penjelasan pada data PGD12.
yang kita kenal” Kata ini biasanya digunakan pada acara-
Kata “standar” pada kalimat diatas acara ilmiah maupun formal.
tergolong kata ilmiah karena makna Kode data PGD36/M24:34
daripada kata tersebut adalah alat “Ini kalau terjemahan kontemporer
penompang, dipakai sebagai patokan atau terjemahan sekarang”
ukuran baku. Kata populer daripada kata Kata “kontemporer” yang dimaksud
tersebut yaitu kata “ketentuan”. Pada pada data ini adalah termasuk kata ilmiah.
kalimat diatas yang dimaksudkan Gus Dur kata tersebut memiliki arti yaitu termasuk
adalah Kyai hudhori berhasil membawa waktu ini juga, sekarang, atau dewasa ini.
mereka kepada ketentuan keislaman yang Kata populer dari pada kata tersebut adalah
kita kenal. kata masa kini yang berantonim dengan
Kode data PGD27/M4:12 kata kuno.
“ Kalau dikatakan pondok pesantren Kode data PGD37/M26:19
itu mewariskan suatu yang beragam “Namun gak pakek bahasa sampai
itu betul” dia dapet doktor S3, nah setelah itu
Pada kalimat diatas yang menjadi cumlaude”
data yaitu kata “beragam” yang termasuk Kata “cumlaude” yang dimaksudkan
kata ilmiah. Kata tersebut memiliki makna pada diatas termasuk kata ilmiah yang
macam, model, gaya, atau corak. Kata diadopsi dari bahasa inggris. Kata tersebut
tersebut cocok digunakan untuk situasi memiliki arti nilai tinggi. Adapun kata
ilmiah atau situasi khusus yang formal. populer daripada kata tersebut adalah kata”
Dengan itu maksud dari kalimat diatas terbaik”. Kata ini pada biasanya hanya
adalah mewariskan sesuatu yang banyak digunakan untuk ukuran yang menyangkut
sekali. nilai.
Kode data PGD28/M7:58 Kode data PGD38/M41:01
“ Keilmuan kita bersumber pada “ Saya harapkan warga Sumenep
tradisi kemanusiaan “ mengapresiasi betul-betul “
Pada kalimat diatas yang menjadi Kata “apresiasi” yang terdapat pada
data yaitu kata “tradisi” yang termasuk kata kalimat diatas merupakan kata ilmiah. Kata
ilmiah. Kata tersebut memiliki makna populer daripada kata tersebut adalah kata
kebiasaan. Sedangkan kata populernya “penghargaan”. Sementara antonim
yaitu budaya sebagaimana pada data daripada kalimat tersebut adalah cacian
PGD26. atau kecaman. Dengan begitu maksud dari
2. Pidato Pada Acara Maulid Nabi Muhammad pada kalimat diatas adalah Gur Dur
SAW di Sumenep mengharapkan warga Sumenep menghargai
Kode data PGD35/M15:02 betul-betul.
“ Dia tidak mementingkan isntitusi
tapi mementingkan budaya”
11
3. Pidato Pada Acara Peresmian Universitas sebagaimana yang ada di Indonesia. Jadi,
Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah maksud Gus Dur mengatakan kalimat diatas
Kabupaten Pasuruan adalah disinilah penerapan sistem
Kode data PGD43/M3:34 demokrasi itu dijalankan.
“Lebih-lebih lagi ini adalah Kode data PGD46/M8:00
multiagama sesuatu yang saya “Sama dalam hal kalau status sama
perjuangkan seumur hidup” kayak legalitas”
Kata “multi” pada kata Kata” legalitas” merupakan anak
“multiagama” merupakan kata ilmiah yang kata daripada kata legal yang mana kata
memiliki makna berlipat ganda dalam arti legal sendiri memiliki makna sah secara
lebih dari satu. Kata populer daripada kata hukum atau resmi. Sementara kata legalitas
tersebut adalah kata “banyak” yang bermakna keabsahan. Sementara kata kerja
merupakan antonim kata “sedikit”. Dengan daripada kata tersebut adalah legalisasi
begitu maksud daripada multiagama yang yang bermakna pengesahan.
dikatakan Gus Dur pada kalimat tersebut Kode data PGD47/M9:11
adalah banyak agama dalam arti lain lebih “ Ini kita harus jelas sebetulnya ini
dari satu agama. disahkan oleh muktamar NU di
Kode data PGD44/M4:01 Banjarmasin”
“Insyaallah semua akan Data yang dimaksud daripada kata
berkembang menjadi sesuatu yang tersebut yaitu kata” muktamar”. Kata
memenuhi kriteria paling utama tersebut memiliki makna rapat besar. Kata
dalam Islam” ini memiliki sinonim yaitu kata “kongres”.
Kata “kriteria” merupakan kata Kata muktamar adalah termasuk kata ilmiah
ilmiah daripada kata “syarat”. Pada daripada kata “musyawarah besar”.
biasanya kata tersebut digunakan untuk Kode data PGD48/M10:09
tolak ukur suatu hal. Dengan begitu maksud “Islam tidak harus formal seperti
daripada kalimat diatas yang dikatakan Gus Kyai Sholeh diwujudkan dalam
Dur adalah semua akan berkembang bentuk pendidikan”
menjadi sesuatu yang memenuhi syarat Data yang dimaksudkan pada
untuk menjadi hal yang paling utama dalam kalimat diatas yaitu kata “formal”. Kata
Islam. tersebut merupakan sinonim daripada kata”
Kode data PGD45/M4:37 legal”. Sebagaimana yang dijelaskan pada
“Ini artinya disinilah demokratisasi pembahasan sebelumnya. Kata populer
itu dijalankan” daripada kata tersebut yaitu kata “resmi”.
Kata ” demokratisasi” merupakan Kode data PGD49/M9:34
kata ilmiah yang memiliki dua arti yaitu : (1) “Pada tahun 1935 sepuluh tahun
pergerakan untuk merombak bentuk sebelum proklamasi”
pemerintahan dengan yang demokratis, (2) Kata “proklamasi” merupakan kata
penerapan sistem demokrasi. Sementara yang dimaksudkan sebagai data daripada
arti dari kata “demokrasi” adalah kata ilmiah. Kata ini memiliki makna
pemerintah atas asas kerakyatan pengumuman resmi, pemakluman atau
12
pernyataan. Orang yang mengumumkan hal 1. Pidato Pada Acara Haflah Attasyakkur Lil
resmi itu disebut proklamator. Dengan itu Ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo
maksud pernyataan Gus Dur pada kalimat Kabupaten Magelang
diatas adalah pada tahun 1935 sepeuluh Kode data PGD26/M4:06
tahun sebelum pengumuman resmi “ Tanpa menghilangkan budaya
kemerdekaan. daerah mereka”
Kode data PGD50/M26:05 Pada kalimat diatas yang menjadi
“Kita harus memelihara data daripada kata populer yaitu kata
persaudaraan dan menjaga “budaya”. Yang mana makna daripada kata
pluralitas” tersebut adalah kebiasaan. Sementara kata
Kata ” pluralitas” yang dimaksudkan ilmiah daripada kata tersebut yaitu kata
pada data ini merupakan kata yang diadopsi “tradisi”.
dari kata “plural” yang berarti banyak. Kata 2. Pidato Pada Acara Maulid Nabi Muhammad
tersebut tergolong sebagai kata ilmiah. SAW di Sumenep
Dengan ini maksud kalimat diatas adalah Kode data PGD33/M10:22
kita harus memelihara persaudaraan dan “ Ini merupakan perwujudan
menjaga kemajmukan. daripada kekuatan islam yang tidak
Kode data PGD51/M29:41 perlu dilupakan dalam bentuk
“Duduk dimasjid yang sama sholat lembaga”
dengan imam yang sama karena Kata “bentuk” merupakan salah satu
ideologinya gak beda “ data daripada kata populer. Kata tersebut
Kata “ideologi” pada kalimat diatas, memiliki makna yaitu perawakan, postur,
merupakan kata ilmiah. Kata tersebut pada bangun badan, tipe, atau sosok. Kata ini
biasanya digunakan untuk menunjukkan bisa digunakan untuk benda mati ataupun
kelompok ide-ide yang teratur menangani makhluk hidup. Kata ilmiah daripada kata
bermacam-macam masalah politik, tersebut yaitu kata “figure”.
ekonomi, sosial, asas haluan dan agama. Kode data PGD34/M13:06
Kata populer daripada kata tersebut adalah “Apa sih bedanya lembaga dengan
kata keyakinan. Sehingga maksud dari budaya?”
kalimat diatas adalah duduk dimasjid yang Kata “lembaga” daripada kalimat
sama, sholat dengan imam yang sama, diatas termasuk dalam kata populer. Kata
karena keyakinannya sama. tersebut memiliki makna yaitu badan atau
b) Menggunakan Kata Populer yayasan yang bergerak dalam bidang
Adapun data yang menunjukkan syarat penyelenggaraan pendidikan,
kesesuaian pilihan kata berupa kata populer kemasyarakatan dan sebagainya. Kata
ditemukan pada pidato acara haflah attasyakkur lil ilmiah daripada kata tersebut yaitu
ikhtitam Pondok Pesantren Tegalrejo Kabupaten “institusi”.
Magelang dan pidato pada acara maulid Nabi 3. Gaya Bahasa pada Pidato Gus Dur
Muhammad SAW di Sumenep. Data tersebut akan Abidin (2013, hal.75) membedakan gaya
dipaparkan dibawah ini. bahasa menjadi lima macam yaitu gaya bahasa
perulangan, gaya bahasa perbandingan, gaya
13
bahasa sindiran, gaya bahsa pertentangan, dan Pada data ini Gus Dur selaku pembicara
gaya bahasa penegasan. Namun, yang peneliti menuturkan satu hal secara berturut-turut yang
temukan hanya terdapat tiga gaya bahasa pada tiga semakin kompleks yaitu pada kata-kata “ Keluarga
pidato Gus Dur yaitu gaya bahasa perulangan, gaya besar pondok pesantren Tegalrejo khususnya
bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan. kepada Pengasuhnya yang dipimpin oleh kyai
Untuk lebih jelasnya peneliti akan membahas lebih Abdurrahman Hudhori”. Pada kalimat ini
dalam hasil temuan tersebut sebagai berikut. menunjukkan semakin kompleks yaitu yang asalnya
a. Gaya Bahasa Perulangan hanya menyebutkan keluarga besar yang sifatnya
Gaya bahasa perulangan adalah gaya umum yang kemudian dispesifikan lagi kepada
bahasa yang mengandung kata demi kata, baik pengasuh yang dipimpin oleh Kyai Abdurrahman
dibagian depan, tengah, maupun akhir kalimat. Hudhori. Selain itu bukti bahwa ini semakin
Menurut Tarigan (2010, hal.73) gaya bahasa kompleks yaitu dengan adanya kata khususnya.
perulangan terbagi menjadi tiga belas yaitu: b) Antiklimaks
pleonasme, klimaks, antiklimaks, retoris, Noviastuti, Arifah, dan Murtiani
antanaklsis, repetisi, tautologi, apofasis, atau (2017,hal. 210) menyatakan bahwa antiklimaks
preterisio, paralelisme, elipsis, koreksio, syndeton, adalah majas yang menyatakan beberapa hal yang
pararima. Namun pada tiga pidato Gus Dur yang berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-
peneliti analisis hanya terdapat lima jenis gaya kata yang semakin lama semakin lemah
bahasa perulangan yaitu klimaks, antiklimaks, pengertiannya atau sederhana. Pada penelitian ini
repetisi, tautologi, retoris, dan pararima Untuk hanya terdapat dua data yang menunjukkan gaya
lebih jelasnya peneliti akan memaparkan masing- bahasa perulangan jenis antiklimaks yaitu pada
masing data dari lima jenis dari gaya bahasa pidato Gus Dur di acara maulid Nabi Muhammad
perulangan yaitu sebagai berikut. SAW di Sumenep dan pada acara peresmian
a) Klimaks Universitas Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah
Noviastuti, Arifah, dan Murtiani (2017,hal. kabupaten Pasuruan. Sementara satu pidato tidak
210) menyatakan bahwa klimaks adalah majas yang ditemukan data yang menunjukkan gaya bahasa
menyatakan beberapa hal secara berurutan yang perulangan jenis antiklimaks.
semakin lama maka semakin memuncak Adapun data yang menunjukkan gaya
pengertiannya atau kompleks. Pada penelitian ini bahasa perulangan jenis antiklimak terdapat pada
hanya terdapat satu data, yaitu pada pidato Gus data PGD30/M1:06.
Dur di acara haflah attasyakkur lil ikhtitam di Kode data PGD30/M1:06
pondok pesantren Tegalrejo kabupaten Magelang. “ Bapak Bupati kabupaten Sumenep, para
Sementara pada dua pidato Gus Dur yang lain tidak pengurus Nahdlatul Ulama, para pengurus
terdapat gaya bahasa perulangan jenis klimaks. dewan pimpinan cabang PKB, hadirin-
Data tersebut akan dipaparkan dibawah ini. hadirot yang saya mulyakan”.
Kode data PGD26/M1:18 Pada data ini Gus Dur selaku pembicara di
” Terutama kepada keluarga besar pondok acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Sumenep
pesantren Tegalrejo, khususnya kepada menuturkan secara berturut-turut suatu hal namun
pengasuhnya yang dipimpin oleh Kyai semakin lama semakin sederhana. Dikatakan
Abburrahman Hudhori “ sederhana karena pada kata-kata “Bapak Bupati
kabupaten Sumenep, para pengurus Nahdlatul
14
Ulama, para pengurus dewan pimpinan cabang bahasa perulangan jenis repetisi dengan jumlah
PKB, hadirin-hadirot yang saya mulyakan” ini Gus lima data dari tiga pidato Gus Dur. Pada pidato
Dur menuturkan dari tataran status sosial yang acara haflah attasyakkur lil ikhtitam Pondok
lebih tinggi kepada tataran status sosial yang Pesantren Tegalrejo Kabupaten Magelang dan pada
rendah yaitu Bupati lebih tinggi status sosialnya acara peresmian Universitas Yudharta di Pondok
dibandingkan dengan para pengurus Nahdlatul Pesantren Ngalah Kabupaten Pasuruan peneliti
Ulama, sedangkan pengurus Nahdlatul Ulama lebih menemukan satu data gaya bahasa perulangan
tinggi tataran sosialnya dibandingkan dengan jenis repetisi dari masing-masing dua pidato
pengurus dewan pimpinan cabang PKB begitu juga tersebut. Sementara pada acara maulid Nabi
dengan pengurus dewan pimpinan cabang PKB Muhammad SAW di Sumenep peneliti menemukan
lebih tinggi dibandingkan dengan para hadirin- tiga data jenis gaya bahasa tersebut. Data tersebut
hadirot yang hadir pada acara tersebut. akan dipaparkan dibawah ini.
Adapun data kedua yang menunjukkan 1. Pada Acara Haflah Attasyakkur Lil Iktitam di
gaya bahasa perulangan jenis antiklimaks terdapat Pondok Pesantren Tegalrejo Kabupaten
pada data PGD37/M00:41. Magelang
Kode data PGD37/M00:41 Kode data PGD27/M10:12
“ Bapak Sekda yang mewakili Bupati, semua “ Masyaallah besarnya kemanusiaan
tenaga pengajar, Mahasiswa dari ini warisan kemanusian beliau itu
Universitas yang kita resmikan ini.” loh mikirin orang lain, mikirin
Pada data ini Gus Dur selaku pembicara pondok, mikirin masjid, mikirin
pada acara peresmian Universitas Yudharta di langgar.”
pondok pesantren Ngalah kabupaten Pasuruan Pada data ini peneliti
menuturkan secara berturut-turut suatu hal namun menggolongkan pada gaya bahasa
semakin lama semakin sederhana. Dikatakan perulangan jenis repetisi karena sesuai
sederhana karena Gus Dur menuturkan secara dengan pengertian repetisi yaitu majas
berturut-turut sesuai dengan tataran status sosial perulangan kata-kata sebagai penegasan
dengan diawali penyebutan kata Bapak Sekda yang dalam kalimat yang berbeda. Ini terbukti
kemudian dilanjutkan dengan kata semua tenaga adanya kata mikirin yang diulang empat kali
pengajar dikarenakan bapak Sekda lebih tinggi dalam kalimat yang berbeda yaitu mikirin
status sosialnya dibandingkan dengan tenaga orang lain, mikirin pondok, mikirin masjid,
pengajar. Setelah itu Gus Dur melanjutkan dengan mikirin langgar. Ini menunjukkan adanya
kata mahasiswa dari Universitas yang diresmikan penegasan bahwa kyai Abdul Fattah Hasyim
disebabkan status sosial daripada mahasiswa yang benar-benar mikirkan hal-hal yang bernilai
diresmikan lebih rendah dibandingkan tenaga positif. Penegasan ini ditunjukkan dengan
pengajar. Dengan begitu penuturan Gus Dur adanya pengulangan kata mikirkan pada
semakin lama semakin sederhana pada data ini. data tersebut.
c) Repetisi
Noviastuti, Arifah, dan Murtiani (2017,hal.
209) menyatakan bahwa repetisi adalah majas
perulangan kata-kata sebagai penegasan dalam
kalimat yang berbeda. Peneliti menemukan gaya
15
2. Pada Acara Maulid Nabi Muhammad SAW Pada data ini mengeluluhkan
di Sumenep marhaban dengan mengeluluhkan Nabi
Kode data PGD31/M4:56 Muhammad SAW itu memiliki satu arti yang
“ Sumenep ini sebagai cikal-bakal sama yaitu memuji kepada Nabi. Dikatakan
orang Madura berbahasa halus, sama karena marhaban itu berisi pujian
berbudaya halus.” kepada Nabi sementara mengeluluhkan
Pada data ini Gus Dur mengulang Nabi Muhammad SAW juga berisi pujian
kata halus dalam kalimat yang berbeda kepada Nabi. Pengulangan kata
dalam rangka menegaskan bahwa Sumenep mengeluluhkan dalam kalimat yang
merupakan cikal bakal orang Madura berbeda yang dilakukan oleh Gus Dur dalam
memiliki kepribadian yang halus. Sesuai rangka menegaskan bahwa tradisi tersebut
dengan pengulangan kata halus yang yaitu memuji Nabi Muhammad SAW
disampaikan Gus Dur, maka peneliti dengan qosidah. Dengan begitu data ini
menggolongkan data ini terhadap gaya termasuk gaya bahasa perulangan jenis
bahasa perulangan jenis repetisi dengan repetisi dikarenakan pada data ini adanya
alasan adanya pengulangan kata halus pada pengulangan kata mengeluluhkan dan
data tersebut. adanya penegasan.
Kode data PGD32/M8:13 3. Pada Acara Peresmian Universitas Yudharta
“ Didiklah pesantren, didiklah di Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten
rakyat, gak perlu jadi penguasa Pasuruan
jadi kyai mendidik rakyat sudah Kode data PGD40/M5:23
cukup.” “ Beda keyakinan, beda agama,
Peneliti menggolongkan data ini beda ras, beda bahasa, beda
terhadap gaya bahasa perulangan jenis tingkat ekonomi.”
repetisi dikarenakan kesesuaian pengertian Pada data ini Gus Dur menegaskan
repetisi dengan data tersebut. Kesesuaian bahwa semua warga Negara di hadapan
tersebut dibuktikan dengan pengulangan undang-undang itu sama walaupun asal
kata didik pada data tersebut. Pengulangan usulnya berbeda. Penegasan perbedaan itu
tersebut yaitu didiklah pesantren, didiklah Gus Dur ungkapkan dengan pengulangan
rakyat. Dalam pengertian repetisi tidak kata beda sebanyak lima kali. dengan
sembarang pengulangan kata dikategorikan adanya pengulangan tersebut peneliti
sebagai repetisi melainkan harus ada tujuan menggolongkan data ini termasuk gaya
penegasan dari pengulangan tersebut. bahasa perulangan jenis repetisi dengan
Dalam data ini Gus Dur ingin menegaskan melihat pengertian gaya bahasa perulangan
bahwa tidak perlu untuk menjadi penguasa jenis repetisi.
tetapi cukup menjadi seorang pendidik. d) Tautologi
Kode data PGD33/M10:56 Menurut Keraf (2016, hal.133) tautologi
“ Namanya tradisi mengeluluhkan adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih
marhaban, mengeluluhkan Nabi banyak daripada yang diperlukan untuk
Muhammad SAW.” menyatakan satu gagasan. Ini sebenarnya hampir
sama dengan pleonasme namun, yang
16
membedakan adalah dalam tautologi kata yang 2. Pidato Pada Acara Peresmian Universitas
berlebihan sebenarnya mengandung perulangan Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah
dari sebuah kata yang lain. Kabupaten Pasuruan
Peneliti dalam melakukan analisis terhadap Kode data PGD38/M2:47
tiga pidato Gus Dur hanya menemukan dua data “ Sekarang kesini lagi
yang termasuk gaya bahasa perulangan jenis menyaksikan berkembang dan
tautologi. Dua data tersebut peneliti temukan pada berdirinya sebuah STAIN
dua pidato Gus Dur. Adapun dua pidato tersebut (Sekolah Tinggi Agama Islam
yaitu pada acara maulid Nabi Muhammad SAW di Negeri) menjadi sebuah
Sumenep dan pada acara peresmian Universitas Universitas.”
Yudharta di Pondok Pesantren Ngalah Kabupaten Kalimat diatas termasuk gaya
Pasuruan. Sementara pada acara haflah bahasa perulangan jenis tautologi dengan
attasyakkur lil ikhtitam di Pondok Pesantren mengacu terhadap definisi tautologi yaitu
Tegalrejo Kabupaten Magelang Peneliti tidak kata yang berlebihan sebenarnya
menemukan gaya bahasa perulangan jenis mengandung perulangan dari sebuah kata
tautology. Data tersebut akan dipaparkan dibawah yang lain. Pada kata berdirinya dan
ini. berkembangnya sebenarnya mengandung
1. Pidato Pada Acara Maulid Nabi Muhammad perulangan kata yang memiliki kesamaan
SAW di Sumenep makna. Pada dua kalimat tersebut
Kode data PGD35/M36:15 sebenarnya apabila dicukupkan dengan
“ Makanya kita gak boleh mukul kata berkembang maka gagasan atau ide
orang tua apalagi menghardik pemikiran akan dapat dipahami secara utuh
dan membentak.” oleh pendengar karena kalau berkembang
Pada data ini yang termasuk gaya itu pasti diawal terlebih dahulu dengan
bahasa jenis tautologi adalah kata berdirinya.
menghardik dan membentak. Karena pada e) Pararima
kalimat tersebut mengandung pengulangan Pararima adalah majas yang mengulang
kata yang lain yaitu kata membentak konsonan awal dan akhir dari suatu kata atau
mengulang kata sebelumnya yaitu bagian kata yang berlainan. Adapun data yang
menghardik yang esensinya mengandung tergolong gaya bahasa perulangan jenis pararima
kesamaan makna yang seandainya salah hanya terdapat pada pidato acara peresmian
satu dari dua kata tersebut dihilangkan Universitas Yudharta di pondok pesantren Ngalah
maka gagasan ataupun ide dari suatu kabupaten Pasuruan. Dalam pidato tersebut
pikiran akan dapat dicerna dan dipahami terdapat dua gaya bahasa perulangan jenis
secara utuh. pararima. Adapun dua data tersebut yaitu :
Kode data PGD39/M5:22
“ Yang kedua perlakuan sama
kepada sesame warga Negara
dihadapan undang-undang
walaupun asal-usulnya saling
berbeda.”
17
Pada data tersebut yang termasuk gaya Yudharta di pondok pesantren Ngalah kabupaten
bahasa perulangan jenis pararima yaitu kata asal- Pasuruan peneliti tidak menemukan gaya bahasa
usul karena kata tersebut sudah sesuai dengan sindiran. Bentuk temuan peneliti tentang gaya
pengertian pararima. Kata asal-usul merupakan bahasa sindiran.
kata yang berubah konsonan awal dan akhir. 1. Pidato pada Acara Haflah Attasyakkur Lil
Konsonan awal yaitu “a” pada kata asal berubah Ikhtitam di Pondok Pesantren Tegalrejo
menjadi “u” pada kata usul. Sementara konsonan Kabupaten Magelang
akhir yaitu “a” pada kata asal berubah menjadi “u” Kode data PGD28/M11:44
pada kata usul sehingga menjadi asal-usul. “ Presiden kok dalil yang dalil itu
Kode data PGD41/M37:09 Kyai pondok, Presiden gak usah
“ Piye? Suroboyo asale yo gudong dalil”
gedang mana ada suro dari plastik Pada data ini merupakan gaya
kan gak ada.“ bahasa sindiran karena rangkaian kata-kata
Kata gudong gedang pada data diatas pada kalimat diatas tidak dimaksudkan
tergolong sebagai gaya bahasa perulangan jenis sebenarnya melainkan makna yang
pararima karena pada kata tersebut terjadi tersembunyi daripada kalimat tersebut.
perubahan konsonan awal dan akhir. Konsonan makna yang sebenarnya dari kalimat
awal yaitu “u” pada kata gudong berubah menjadi tersebut adalah yang boleh berdalil hanya
“e” pada kata gedang. Sementara konsonan akhir kyai sementara Presiden tidak boleh
yaitu “o” pada kata gudong berubah menjadi “a” berdalil. Sedangkan makna yang
pada kata gedang sehingga menjadi gudong tersembunyi yang dimaksudkan dari kalimat
gedang. tersebut adalah masa sekarang banyak
b. Gaya Bahasa Sindiran sekali kyai-kyai yang hanya bisa berdalil
Noviastuti, Arifah, dan Murtiani (2017,hal. saja.
212) menyatakan bahwa gaya bahasa sindiran Kode data PGD29/M5:10
adalah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran “ Kan begitu! Presiden pertama
untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya katanya gila wanita“
terhadap pendengar. Rangkaian kata pada gaya Pada kalimat diatas kata-kata gila
bahasa ini digunakan mengingkari maksud yang wanita merupakan sindiran bagi orang yang
sebenarnya. Oleh karena itu pendengar akan memiliki banyak istri. Dengan begitu kata
memahami daripada rangkaian kata-kata tersebut tersebut merupakan gaya bahasa sindiran
apabila pendengar sadar akan maksud yang karena kalimat tersebut tidak dimaksudkan
tersembunyi dibalik rangkaian kata-kata itu. makna yang sebenarnya melainkan makna
Data yang ditemukan peneliti yang yang tersembunyi daripada kalimat
termasuk gaya bahasa sindiran hanya terdapat tersebut. untuk memahami makna tersebut
pada dua pidato Gus Dur dari tiga pidato. Adapun pendengar haruslah sadar akan makna yang
dua pidato tersebut yaitu pada acara haflah tersembunyi dan keadaan orang yang
attasyakkur lil ikhtitam di pondok pesantren dibicarakan. Dalam hal ini orang yang
Tegalrejo kabupaten Magelang dan pada acara dibicarakan adalah bapak Presiden
maulid Nabi Muhammad SAW di Sumenep. pertama.
Sementara pada acara peresmian Universitas
18
kabupaten Pasuruan. Data tersebut sebagai
berikut:

2. Pidato pada Acara Maulid Nabi Muhammad


SAW di Sumenep Kode data PGD42/M33:15
Kode data PGD36/M29:30 “ Dibuka orangnya keluar dari dalam sambil
“ DPR sudah sibuk ngurusi diri masang celononya keluar “
sendiri, kekayaan DPR sekarang Kalimat tersebut tergolong dalam gaya
menjadi showroom termahal di bahasa penegasan karena pada kalimat tersebut
dunia” ada kata perulangan yang sebenarnya tidak penting
Pada kalimat “kekayaan DPR untuk dikatakan. Kata yang tidak perlu dikatakan
sekarang menjadi showroom termahal di adalah kata dari dalam karena pada kata tersebut
dunia” merupakan gaya bahasa sindiran sudah diwakili oleh kata keluar sementara kalau
karena kalimat tersebut Gus Dur gunakan keluar pasti dari dalam tidak mungkin dari luar.
untuk mengungkapkan suatu fakta yang Gus Dengan begitu kata “dari dalam” merupakan
Dur rasakan terkait dengan Pemerintahan penegasan dari pada kata “keluar”.
yang tidak memahami bahkan melanggar Berdasarkan temuan diatas tentang
undang-undang di Indonesia yang mereka pemilihan kata (diksi) berupa kesesuaian pilihan
menurut Gus Dur tidak paham karena kata dan ketepatan pilihan kata pada tiga pidato
mereka sibuk mengumpulkan harta dengan Gus Dur, peneliti lebih mementingkan kesesuaian
melalaikan tanggung jawab, mereka pilihan kata karena lebih berpengaruh terhadap ide
menjadi anggota pemerintah bukan atau gagasan yang ingin disampaikan dibandingkan
mengabdi kepada masyarakat melainkan ketepatan pilihan kata. Dalam ketepatan pilihan
untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak kata menuntut untuk memilih kata-kata yang
mungkin. Dengan begitu kalimat tersebut sesuai dengan persyaratan ketepan pilihan kata.
digunakan tidak pada makna aslinya Sementara dalam kesesuaian pilihan kata
melainkan makna yang tersembunyi menuntut adanya penyesuaian kata yang
daripada kalimat tersebut. digunakan dengan lawan bicara, contoh ketika
c. Gaya Bahasa Penegasan lawan bicara bukan merupakan orang yang
Noviastuti, Arifah, dan Murtiani (2017,hal. berpendidikan tinggi maka kata populer yang harus
209) menyatakan bahwa gaya bahasa penegasan digunakan.
adalah majas yang menggunakan kata-kata kiasaan Sementara temuan tentang gaya bahasa
untuk menyatakan penegasan yang sebenarnya pada tiga pidato Gus Dur, peneliti lebih
tidak perlu dikatakan lagi. Dalam menggunakan mementingkan gaya bahasa sindiran dibandingkan
kata kiasaan ini salah satu tujuannya adalah dengan gaya bahasa penegasan dan gaya bahasa
meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap perulangan. Gaya bahasa sindiran adalah gaya
pendengar. bahasa yang lebih tampak seni berkomunikasinya
Adapun data yang ditemukan peneliti hanya dibandingkan dengan gaya bahasa yang lain,
terdapat pada satu pidato Gus Dur dari tiga pidato. karena pada gaya bahasa ini menggunkan kata-kata
Pidato tersebut yaitu pada acara peresmian namun yang dimaksudkan bukanlah makna aslinya.
Universitas Yudharta di pondok pesantren Ngalah Dengan begitu penggunaan gaya bahasa sindiran
19
tergolong rumit karena pembicara dituntut untuk penegasan. Dari tiga gaya bahasa yang
merangkai kata-kata yang halus sehingga kata yang digunakan, gaya bahasa perulangan yang
digunakan tidak terkesan kasar. paling sering digunakan. Namun tidak
Semua pembahasan diatas merupakan semua jenis gaya bahasa perulangan yang
sebuah upaya untuk mengetahui kekuatan retorika digunakan, meliputi: klimaks, antiklimaks,
yang dilihat dari diksi dan gaya bahasa karena repetisi, tautologi dan pararima. Klimaks
retorika dengan diksi dan gaya bahasa memiliki adalah majas yang menyatakan beberapa
hubungan. Retorika merupakan seni berkomunikasi hal secara berurutan yang semakin lama
yang tentunya didalam berkomunikasi harus maka semakin kompleks. Antiklimaks
menggunakan pilihan kata (diksi) yang baik, selain adalah majas yang menyatakan hal secara
itu didalam berkomunikasi harus menggunakan berurutan namun semakin lama semakin
gaya bahasa agar lawan bicara tidak bosan dengan sederhana. Repetisi adalah majas
apa yang akan disampaikan. Dengan begitu perulangan kata-kata sebagai penegasan
kekuatan retorika adalah penggunaan pemilihan dalam kalimat yang berbeda. Tautologi
kata yang tepat serta penggunaan gaya bahasa adalah majas perulangan kata-kata sebagai
yang berseni sehingga gagasan yang disampaikan penegasan sebuah kalimat. Pararima adalah
dapat dipahami dan lawan biacar tidak bosan bentuk pengulangan konsonan awal dan
dengan apa yang akan disampaikan. akhir dalam kata.
SIMPULAN DAFTAR RUJUKAN
Setelah dilakukan pengolahan data dan Aristoteles. Retorika Seni Berbicara. Terjemahan
analisis data. Maka diperoleh gambaran yang jelas oleh Dedeh Sry Handayani. (2018)
terkait dua permasalahan dalam penelitian ini yaitu Yogyakarta: Basa Basi.
tentang diksi dan gaya bahasa pada pidato Gus Dur. Badudu, Rendra dan Dewi Shinta. (2012). Bukan
Berdasarkan hal diatas maka dapat peneliti Pidato dan MC Biasa. Yogyakarta: Pustaka
simpulkan sebagai berikut: Cerdas.
1. Penggunaan diksi pada pidato Gus Dur Bahtiar, Ahmad dan Fatimah. (2014).Bahasa
meliputi ketepatan pilihan kata dan Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.Bogor: IN
kesesuaian pilihan kata. Dilihat dari kajian MEDIA
ketepatan pilihan kata, dalam tiga pidato Guntur Tarigan, Henry, Pengajaran Gaya Bahasa.
terdapat tiga ketepatan pilihan kata yaitu (2010) Bandung: Angkasa Bandung.
membedakan secara cermat denotasi dari Keraf,Gorys. (2016). Diksi dan Gaya
konotasi, membedakan kata umum dan Bahasa.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka
kata khusus, dan menggunakan kata-kata Utama
indria. Sementara,dilihat dari kajian Mahsun. (2011). Metode Penelitian Bahasa.
kesesuaian pilihan kata, dalam tiga pidato Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.
Gus Dur, terdapat dua yaitu menggunakan Putra Wijaya, Bena. (2015). Buku Sakti mahir
kata substandar dan standar serta Pidato. :Second Hope.
menggunakan kata ilmiah dan populer. Rahmat, Jalaluddin. (2009). Retorika Modern
2. Penggunaan gaya bahasa pada pidato Gus (Pendekatan Praktis).Bandung: Remaja
Dur berupa gaya bahasa perulangan, gaya Rosdakarya
bahasa sindiran, dan gaya bahasa
20
Sugiono.(2016). Metode Penelitian Noviastuti, Lia dkk. (2017). Tata Bahasa Indonesia.
Kuantitaif,Kualitatif dan R&D. Bandung: Yogyakarta: Araska
Alfabeta. Zainal Abidin, Yusuf. (2013). Pengantar Retorika.
Triningsih, Diah Erna. (2009). Diksi (Pilihan Kata). Bandung: CV Pustaka Setia.
Klaten: Intan Pariwara

21

Anda mungkin juga menyukai