Anda di halaman 1dari 2

Teks Cerita Fantasi Yang Berjudul “Pertahankan Kemerdekaan Negeri”

Pertahankan Kemerdekaan Negeri

oleh Nurhasanah Widianingsih

Seusai pembelajaran di sekolah, Romi dan Danang segera mengemasi perlengkapan


belajar mereka dan berencana mampir ke warnet untuk bermain game online. Kebetulan hari
itu orang tua Romi sedang berada di luar kota dan Danang pun tadi pagi telah ijin kepada
orang tuanya bahwa ia akan pulang terlambat karena ada tugas kelompok.

Mereka melaju sepeda dengan kencang karena tidak sabar untuk segera sampai di
warnet. Namun di tengah perjalanan mereka dikejutkan oleh peristiwa yang luar biasa,
mereka melihat segerombolan siswa SMA yang masih berseragam utuh sedang berhamburan
ke arah mereka dan Nampak sebagian dari mereka membawa senjata tajam.

Romi dan Danang sangat panik namun sebelum mereka sempat berbalik arah, sepeda
mereka keburu terjatuh tertabrak orang-orang yang berlarian, bahkan badan mereka pun
hampir saja terinjak-injak, namun untungnya mereka segera bangkit dan berlari
menyelamatkan diri.

Saking paniknya Romi dan Danang terpisah satu sama lain, Romi bersembunyi di
belakang warung kecil yang ada di seberang jalan, matanya sibuk memperhatikan orang yang
melintas satu per satu, ia berharap salah satu dari mereka adalah Danang.

Jantung Romi berdegup sangat kencang, apalagi setelah mendengar suara letupan
senjata api dan teriakan orang-orang yang ada di sana.

Sudah hampir 15 menit Romi bersembunyi di sana, ia berusaha untuk menutup mata dan
telinganya, sampai tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya “Ayo, jangan bersembunyi
di sini. Kita harus selesaikan perjuangan ini, wujudkan kemerdekaan 100%”. Romi terheran-
heran menatap pria tersebut, rasanya ia mengenal pria tersebut namun tak tahu di mana.

Tanpa berpikir panjang, Romi mengikuti pria itu dan mengangkat senapan yang ada di
hadapannya, dia tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dana pa yang harus dia
lakukan. Romi hanya mengikuti pria tersebut beserta pasukannya memasuki hutan
belantara.

Pria yang tadi menepuk bahuku kini Nampak kurang sehat, beliau terus menerus
terbatuk-batuk dan nampak melemah.

“Kita istirahat dulu saja di sini Jenderal, Anda butuh istirahat. Esok kita lanjutkan
perjalanan, kami akan siapkan tandu untuk membantu perjalanan Jenderal.”

Romi semakin tercengang saat mendengar pria tersebut dipanggil dengan sebutan
jenderal, ia mencoba untuk mengingat-ingat di manakah ia pernah melihat wajah pria
tersebut.

“Jangan perlakukan saya seperti raja, Nori.” Ucap pria yang dipanggil jenderal tersebut.

“Di saat keadaan perang seperti ini, siapa pun wajib untuk melindungi jenderal, lagipula
itu bukan tandu untuk raja, tapi tandu untuk orang sakit.”

Semua orang di sana nampak berusaha untuk beristirahat, namun Romi sulit untuk
memejamkan matanya. Ia berusaha untuk terjaga dan mengamati sekitarnya, saat ia
menghampiri tempat Sang Jenderal sedang beristirahat, ia melihat Sang Jenderal masih
terjaga dan Romi mencoba untuk menghampirinya. Rupanya Sang Jenderal pun menyadari
keberadan Romi di sana, lalu memanggilnya “Kemarilah anak muda, lihatlah betapa kami
berjuang saat keras untuk memerdekakan tanah air tercinta ini. Oleh sebab itu jangan sia-
siakan pertumpahan darah yang telah dikorbankan oleh para pejuang kita. Isilah
kemerdekaan ini dengan hal-hal positif yang dapat mengharumkan nama negeri”

Begitulah Sang Jenderal menasehatinya, Romi hanya diam tertunduk

“Jika kami telah sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan yang telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan. Maka kalian
harus sanggup untuk mempertahankan kemerdekaan ini dengan menjadi kebanggaan bagi
negeri ini.”

Sang Jenderal melanjutkan perkataannya sembari mengelus punggung Romi hingga tertidur.

“Rom, Rom, pulang yuk!” tiba-tiba Datang dating dan mengagetkannya.

“Baik Jenderal, saya tidak akan mengecewakan negeri ini, saya akan lanjutkan perjuangan
Jenderal.” Danang merasa heran dengan ucapan Romi.

“Lu ngomong apaan sih, ayo balik, nanti ortuku keburu nyariin” Romi pun nampak keheranan
karena kini di hadapannya bukan lagi Sang Jenderal, melainkan sahabatnya, Danang.

Sesampainya di rumah, Romi segera mencari tahu mengenai Sang Jenderal melalui

Anda mungkin juga menyukai