Babb Teo
Babb Teo
LANDASAN TEORI
2.2. Planning
Planning biasanya dibangun dengan menentukan atau mengidentifikasi
aktivitas-aktivitas yang ada di proyek, mendata sequence / urutan dari aktivitas yang
akan terjadi di proyek dari start sampai finish (completion). Ini sangatlah membantu
perencana dalam menentukan schedule dan durasi dari proyek. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam planning yaitu :
• WBS (Work Breakdown Structure) aktivitas proyek.
• Penyusunan urutan aktivitas.
• Estimasi durasi setiap aktivitas.
• Menentukan metode scheduling yang dipakai, dalam hal ini menggunakan CPM.
5. Pengecoran
6. Urugan kembali
Ketika menyusun jadwal aktivitas, sangatlah penting untuk menyediakan
level of detail untuk semua aktivitas. Tujuannya adalah menyediakan control
management yang lebih baik. Planning yang detail, full, dan free dapat memberikan
keuntungan, tetapi perlu diingat penyediaan detail yang berlebihan pada network
dapat membuat schedule menjadi rumit, menciptakan pekerjaan yang tidak perlu, dan
biaya tambahan untuk waktu persiapan dan waktu untuk proses pembuatan. Terlalu
banyak informasi dapat membuat organisasi yang ada menjadi gagal dalam
menjalankan fungsi-fungsinya. Setiap pekerja konstruksi akan menjadi kelebihan
informasi yang sebenarnya tidak dibutuhkan saat bekerja dan mungkin akan
membuang waktu dan kesempatan yang seharusnya digunakan untuk melakukan
pekerjaan yang lainnya. Seorang perencana sendiri haruslah berhati-hati dan selektif
dalam membuat level of detail, buatlah agar lebih menguntungkan proyek dan
memperlancar jalannya proyek, bukan membuang untuk rencana yang sebenarnya.
Contoh bagian dari WBS dan level of detail dapat dilihat pada Gambar 2.1. di bawah
ini.
WBS
Proyek
00000 Level 0
Level 1
Pek.
Pek.Persiapan Pek. Str. Bawah Pek. Str. Atas Finishing Major
01000 02000 03000 04000 Work
Level 2
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Atap
03100 03200 03300 03400 Area
Level 3
Plat Balok Kolom Tangga
03310 03320 03330 03340 Aktivitas
Level 4
Fabrikasi Tulangan Bekisting Cor
03331 03332 03333 Resource
Gambar 2.1. Bagian dari WBS dan Level of Detail
A D G
B E
start C F H finish
lag
A B A
lag
Finish to start B
Start to start
lag
A A B
lag
B
Finish to finish Start to finish
FS +1
A B
FS -12
C D
estimasi karena kondisi setiap proyek tidaklah sama satu dengan yang lain. Hal-hal
yang mempengaruhi dalam estimasi durasi setiap aktivitas :
1. Productivity rate, termasuk pekerja dan peralatan
2. Quantity of work harus dijelaskan dan spesifik
3. The quantity of resources available
Rumus untuk menentukan durasi setiap aktivitas adalah sebagai berikut :
2.2.4. CPM
CPM kepanjangan dari Critical Path Method. Metode ini dikembangkan oleh
ahli matematika dan tim insinyur dari perusahaan DuPont yang bekerja sama dengan
Rand Corporation dalam usahanya untuk mengembangkan sistem kontrol
manajemen. CPM merupakan suatu teknik perencanaan dengan analisis jaringan
(network) berdasarkan logika ketergantungan antar aktivitas yang ada dalam proyek.
Pada CPM dapat terjawab hal-hal yang belum bisa digunakan pada bagan balok,
seperti berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek, kegiatan mana yang
bersifat kritis, jika terjadi keterlambatan maka bagaimana pengaruhnya terhadap
kegiatan yang lain (Wahana, 2006).
Ada 2 metode diagram dari CPM yaitu Activity On Arrow (AOA) dan Activity
On Node (AON). Di dalam penentuan waktu ke dua metode tersebut terdapat
forward pass yang terdiri dari ES (Early Start) dan EF (Early Finish) dan backward
pass yang terdiri dari LS (Latest Start) dan LF (Latest Finish).
Forward Pass adalah perhitungan waktu aktivitas dengan perhitungan maju.
Forward pass dimulai dengan aktivitas pertama yang dimulai di proyek, dengan
waktu paling awal (early start time) sama dengan nol. Early start adalah waktu
paling cepat dari suatu aktivitas dapat dimulai, sedangkan Early finish adalah waktu
paling cepat dari suatu aktivitas dapat diselesaikan. Early start dan early finish dapat
diperoleh dari perhitungan maju (Forward Pass), dimana hubungan keduanya
dirumuskan sebagai berikut :
EF=ES + d...................................................................................................(2.2)
LF= LS + d..................................................................................................(2.3)
16 4 20 20 3 23
Elektrikal Insulate
16 0 20 20 0 23
0 3 3 3 6 9 9 5 14 14 2 16 16 2 18 23 6 29 29 3 32
Galian Plesteran
Bekisting & cor plat Bekisting dinding Pemasangan atap Penutup atap Cat interior
0 0 3 3 0 9 9 0 14 14 0 16 21 5 23 23 0 29 29 0 32
3 1 4 14 3 17 17 5 22 32 2 34
Pemasangan jendela Pemasangan bata
Pemasangan sloof Finish elektrikal
& pintu sisi depan
8 5 9 17 3 20 27 10 32 32 0 34
17 4 21 21 3 24 34 1 35
Install Siding Cat exterior Close out
25 8 29 29 8 32 34 0 35
→ : Critical path
ES DUR EF
Activity
LS TF LF
Gambar 2.5. Activity Box CPM
Total float adalah jumlah total waktu yang dimiliki oleh suatu aktivitas yang
dapat ditunda (aktivitas non kritis) tanpa mempengaruhi durasi proyek secara
keseluruhan. Total float dapat dirumuskan sebagai berikut :
LS-ES =LF-EF............................................................................................(2.4)
Free float adalah jumlah waktu yang dimiliki oleh suatu aktivitas yang dapat
ditunda (aktivitas non kritis) tanpa mempengaruhi early start aktivitas sesudahnya.
Free float dapat dirumuskan sebagai berikut :
Float factor adalah jumlah total float time untuk seluruh aktivitas yang
sedang dikerjakan (dalam progress) ataupun belum selesai dikerjakan dibagi dengan
durasi keseluruhan aktivitas proyek (Popescu dan Charoenngam, 1995).
Float factor menunjukkan indikasi fleksibilitas proyek, yang berarti proyek
tersebut memungkinkan untuk dikerjakan dengan waktu yang cukup atau waktu yang
sangat padat. Semakin tinggi nilai float factor, maka proyek tersebut memiliki waktu
yang cukup, semakin kecil nilai float factor maka proyek tersebut memiliki waktu
yang padat, dimana besaran toleransi nilai float factor adalah 3. Float factor dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Float factor =
∑ Total float off all activities in progress or not started (days) ....(2.6)
∑ Activity duration remaining or not started (days)
Critical Factor adalah jumlah durasi untuk seluruh aktivitas kritis yang
sedang dikerjakan (in progress) ataupun belum selesai dikerjakan dibagi dengan
jumlah durasi keseluruhan aktivitas. Critical factor berfungsi untuk memonitor
seberapa kritis proyek tersebut berkenaan dengan jadwal proyek secara keseluruhan
sebelum proyek dimulai dan selama proyek tersebut berlangsung. Critical factor
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hubungan antara critical factor dan project % completion pada Gambar 2.6.
Critical Factor
1.00
0.75
0.50
0.25
0
0 25 50 75 100 Project %
Completion
Dari Gambar 2.7. di atas, dapat dilihat bahwa Project % Completion semakin
meningkat ke arah 100 % atau selesai, maka critical factor juga meningkat
mendekati nilai 1.
Ada 3 langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan fungsi dari Controlling
/ Monitoring, yaitu :
a) Adanya prestasi standard sebagai tolak ukur.
• Pekerjaan rencana awal
• Pekerjaan / aktivitas yang baru
DAPATKAH PEKERJAAN
INI DIMULAI?
YA TIDAK
OK!
ALASANNYA?
ADA KETERLAMBATAN?
DIPERLUKAN
PENANGANAN!
PEKERJAAN MULAI
YANG SEHARUSNYA
SUDAH MULAI?
TIDAK
APAKAH PEKERJAAN KENAPA TIDAK DIMULAI?
BERAPA LAMA
INI SESUAI TERMIN? APAKAH PENANGGUHANNYA
DITANGGUHKAN?
DAPAT DIKEJAR?
YA TIDAK ADA FLOAT?
YA
OK! BERAPA LAMA?
SAMPAI DIMANA OK!
PRESTASINYA?
DITANGANI!
YA TIDAK
OK! APAKAH DAPAT
DIKEJAR?
YA TIDAK
DITANGANI!
Gambar 2.8. Untuk Aktivitas yang Sudah Dimulai
PEKERJAAN YANG
SEHARUSNYA SELESAI ?
YA TIDAK
DITANGANI!
2.4. Up Dating
Setelah schedule CPM dikerjakan dan dilakukan controlling / monitoring,
perlu dijaga agar schedule yang kita buat tetap akurat, yaitu dengan cara up dating.
Up dating schedule dapat mempermudah kita untuk melakukan planning periode
berikutnya. Up dating berfungsi untuk melakukan koreksi apabila ada pekerjaan
yang terlambat yaitu dengan mengatur ulang start date dan finish date atau dengan
mengubah predecessors bila diperlukan. Dengan CPM scheduling setiap up date,
maka akan muncul forward pass, backward pass, free float dan total float yang baru
dengan project completion date yang baru juga. Frekuensi up dating dapat dilakukan
harian (Daily Updates), mingguan (Weekly Updates) atau bulanan (Monthly
Updates). Perlu diingat, setiap kali membuat up dating schedule, perlu menyimpan
schedule yang lama. Hal ini sangat penting dan berguna untuk planning di kemudian
hari.
Dengan patokan bahwa waktu akhir proyek tidak dapat diubah atau tidak
boleh sampai terganggu, ada dua cara yang dapat dilakukan dalam melakukan up
dating yaitu :
1. Dengan percepatan
Jika proses pelaksanaan tidak diubah, maka termin-termin pekerjaan yang
belum selesai harus dikejar dengan cara :
• Meningkatkan kapasitas
- Menambah mesin-mesin / peralatan
- Menambah orang
• Prestasi tambahan
- Lemburan
- Kerja di hari libur
- Kerja 24 jam