Anda di halaman 1dari 17

2.

LANDASAN TEORI

2.1. Perencanaan dan Penjadwalan Proyek


Perencanaan merupakan penyusunan suatu konsep secara global yang
digunakan untuk memprediksi pekerjaan yang harus dilakukan di kemudian hari
(Uher, 1996). Perencanaan sangat membantu pihak manajemen dalam melakukan
pengawasan terhadap aktivitas atau kegiatan yang sedang dilaksanakan, selain itu
bila tidak ada perencanaan, maka tidak ada pegangan atau pedoman yang dipakai
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Proses pengontrolan terhadap
aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan pun tidak dapat dilakukan tanpa adanya
perencanaan, karena perencanaan / planning merupakan kegiatan yang mendahului
controlling / monitoring (Hamilton, 1997).
Penjadwalan memiliki pengertian secara khusus sebagai durasi dari waktu
kerja yang dibutuhkan untuk melakukan serangkaian aktivitas kerja yang ada dalam
kegiatan konstruksi (Bennatan, 1995). Penjadwalan juga merupakan proses
penyusunan daftar pekerjaan yang akan dilakukan untuk mencapai atau mewujudkan
suatu tujuan tertentu yang juga memuat tabel waktu pelaksanaannya (Gould, 1997).
Karena penjadwalan proyek merupakan hal yang penting sehingga dalam
merencanakannya harus realistis berdasarkan data-data dan informasi tentang proyek.
Proses perencanaan dan pengendalian jadwal proyek terdiri dari 3 tahap yaitu
planning, monitoring / controlling, dan up dating.

2.2. Planning
Planning biasanya dibangun dengan menentukan atau mengidentifikasi
aktivitas-aktivitas yang ada di proyek, mendata sequence / urutan dari aktivitas yang
akan terjadi di proyek dari start sampai finish (completion). Ini sangatlah membantu
perencana dalam menentukan schedule dan durasi dari proyek. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam planning yaitu :
• WBS (Work Breakdown Structure) aktivitas proyek.
• Penyusunan urutan aktivitas.
• Estimasi durasi setiap aktivitas.
• Menentukan metode scheduling yang dipakai, dalam hal ini menggunakan CPM.

4 Universitas Kristen Petra


5

2.2.1. WBS (Work Breakdown Structure) Aktivitas Proyek


Untuk memudahkan perencana dalam membuat planning perlulah membagi
scope pekerjaan menjadi scope yang lebih detail, maka dipakai Work Breakdown
Structure (WBS) dan untuk menentukan seberapa detail WBS ditentukan dari level of
detail. Dengan cara WBS aktivitas, maka kita akan mengetahui aktivitas-aktivitas
apa saja yang ada di proyek secara lebih detail. Salah satu tujuannya dapat
mengetahui secara rinci kegiatan-kegiatan yang ada dalam pelaksanaan proyek
sehingga meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek.
WBS aktivitas dapat dilakukan berdasarkan gambar dan spesifikasi
perencanaan proyek serta observasi lapangan, banyaknya aktivitas tergantung dari
detail aktivitas yang diinginkan. Work Breakdown Structure merupakan gambaran
tentang kegiatan pekerjaan yang harus dilakukan dalam penyelesaian suatu proyek
yang disusun sebagai langkah awal. Penyusunan WBS diawali dengan mempelajari
seluruh dokumen proyek (kontrak, spesifikasi, dan gambar-gambar). Proyek
diuraikan menjadi bagian-bagian (sub proyek) dengan mengikuti pola struktur dan
hirarki tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terinci, yang disebut sebagai
Work Breakdown Structure.
WBS merupakan patokan dari rencana kerja proyek. WBS memberikan
penjelasan mengenai pekerjaan yang dilakukan, mengidentifikasi keahlian yang
dibutuhkan, menjadi panduan dalam memilih tim proyek dan digunakan sebagai
dasar dalam melakukan penjadwalan dan pengendalian jadwal proyek. Jumlah
tingkatan dalam sebuah WBS sangat tergantung pada ukuran dan kompleksitas dari
proyek yang akan dilakukan. WBS merupakan suatu perangkat yang efektif untuk
menghubungkan aktivitas-aktivitas pekerjaan untuk memastikan keseluruhan
pekerjaan telah tercakup, dan yang terpenting adalah WBS dapat menyediakan dasar
dalam melakukan pengukuran kinerja proyek. WBS untuk aktivitas Pekerjaan
pondasi setempat yaitu :
Pekerjaan pondasi setempat :
1. Denah pondasi
2. Galian tanah
3. Bekisting pondasi
4. Penulangan

Universitas Kristen Petra


6

5. Pengecoran
6. Urugan kembali
Ketika menyusun jadwal aktivitas, sangatlah penting untuk menyediakan
level of detail untuk semua aktivitas. Tujuannya adalah menyediakan control
management yang lebih baik. Planning yang detail, full, dan free dapat memberikan
keuntungan, tetapi perlu diingat penyediaan detail yang berlebihan pada network
dapat membuat schedule menjadi rumit, menciptakan pekerjaan yang tidak perlu, dan
biaya tambahan untuk waktu persiapan dan waktu untuk proses pembuatan. Terlalu
banyak informasi dapat membuat organisasi yang ada menjadi gagal dalam
menjalankan fungsi-fungsinya. Setiap pekerja konstruksi akan menjadi kelebihan
informasi yang sebenarnya tidak dibutuhkan saat bekerja dan mungkin akan
membuang waktu dan kesempatan yang seharusnya digunakan untuk melakukan
pekerjaan yang lainnya. Seorang perencana sendiri haruslah berhati-hati dan selektif
dalam membuat level of detail, buatlah agar lebih menguntungkan proyek dan
memperlancar jalannya proyek, bukan membuang untuk rencana yang sebenarnya.
Contoh bagian dari WBS dan level of detail dapat dilihat pada Gambar 2.1. di bawah
ini.

WBS
Proyek
00000 Level 0

Level 1
Pek.
Pek.Persiapan Pek. Str. Bawah Pek. Str. Atas Finishing Major
01000 02000 03000 04000 Work

Level 2
Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Atap
03100 03200 03300 03400 Area

Level 3
Plat Balok Kolom Tangga
03310 03320 03330 03340 Aktivitas

Level 4
Fabrikasi Tulangan Bekisting Cor
03331 03332 03333 Resource
Gambar 2.1. Bagian dari WBS dan Level of Detail

Universitas Kristen Petra


7

2.2.2. Penyusunan Urutan Aktivitas


Penyusunan urutan aktivitas adalah penentuan urutan aktivitas kerja yang
akan dilaksanakan pada proyek di lapangan. Urutan aktivitas ini diperlukan untuk
menggambarkan hubungan antara berbagai aktivitas yang akan dilaksanakan di
lapangan.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun urutan aktivitas adalah :
(Hamilton, 1997)
a. Predecessor, yaitu aktivitas sebelum atau yang mendahului aktivitas yang
bersangkutan, misalnya aktivitas pembersihan lahan merupakan predecessor
aktivitas surveyor.
b. Successor / followers, yaitu semua aktivitas sesudah atau yang terjadi setelah
aktivitas yang bersangkutan, misalnya aktivitas surveyor merupakan successor
aktivitas pembersihan lahan.
c. Concurrent, yaitu aktivitas-aktivitas yang dapat terjadi atau berlangsung
bersamaan dengan aktivitas yang bersangkutan.
Penjelasan dari Predecessor, Successor, Concurrent dapat dilihat pada
Gambar 2.2. di bawah ini.

A D G

B E

start C F H finish

Gambar 2.2. Urutan Aktivitas (Hamilton, 1997)

Universitas Kristen Petra


8

Sebagai contoh, kita ambil aktivitas E maka,


• Aktivitas B adalah predecessor dari aktivitas E.
• Aktivitas G dan H adalah successor dari aktivitas E.
• Aktivitas D dan F adalah Concurrent dari aktivitas E.
Hubungan antar aktivitas proyek dapat dinyatakan dengan finish to start, start
to start, finish to finish, start to finish, dengan lag dapat dilihat pada Gambar 2.3.

lag
A B A
lag
Finish to start B
Start to start

lag
A A B
lag
B
Finish to finish Start to finish

Gambar 2.3. Hubungan antar aktivitas (Kerzner, 2003)

Dari Gambar 2.3., menunjukkan contoh hubungan antara 2 aktivitas, yaitu


aktivitas A dan aktivitas B sebagai berikut :
a) Finish to start (FS)
Hubungan finish to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas
dimana aktivitas B dapat dimulai setelah aktivitas A selesai dikerjakan.
b) Start to start (SS)
Hubungan start to start antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas
dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B juga dapat dimulai.
c) Finish to finish (FF)
Hubungan finish to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan
aktivitas dimana aktivitas A dan aktivitas B selesai pada waktu yang sama.

Universitas Kristen Petra


9

d) Start to finish (SF)


Hubungan start to finish antara aktivitas A dan B adalah hubungan aktivitas
dimana ketika aktivitas A dimulai maka aktivitas B sudah selesai.
e) Lag
Lag adalah jumlah waktu diantara mulai atau selesainya aktivitas A dengan
mulai atau selesainya aktivitas B, yang dapat bernilai positif atau negatif.
• Contoh aktivitas dengan lag time positif :

FS +1
A B

Aktivitas B dapat dimulai sehari setelah aktivitas A selesai dikerjakan.


• Contoh aktivitas dengan lag time negatif (lead time) :

FS -12
C D

Aktivitas D dimulai 12 hari sebelum aktivitas C selesai dikerjakan.

Setelah dilakukan penyusunan terhadap aktivitas-aktivitas tersebut, harus


diberikan Activity ID untuk memudahkan di dalam pengamatan terhadap urutan
aktivitas tersebut. Activity ID merupakan sekumpulan alphanumeric yang
memberikan sebuah identitas khusus pada setiap aktivitas. Di dalam penulisan
Activity ID, menggunakan nomer secara berurutan pada setiap aktivitasnya dimulai
dari angka 1000, meningkat 100 kemudian 10 pada setiap aktivitas baru yang masih
merupakan rangkaian dari sebuah aktivitas pekerjaan tersebut (Patrick, 2004).
Contoh Activity ID dapat dilihat pada Tabel 2.1. yaitu :

Universitas Kristen Petra


10

Tabel 2.1. Activity ID


Act.
ID Uraian Pekerjaan

01000 PEKERJAAN PERSIAPAN


01100 Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
01200 Pembuatan Bedeng dan Gudang
01300 Galian Tanah Pondasi dan Sloof
01400 Galian Tandon, Biotank, Bak Kontrol
01500 Pemadatan Tanah
02000 PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH
02100 Pekerjaan Sloof 20x40
02110 Lantai Kerja Sloof
02120 Bekisting Batako Sloof
02130 Fabrikasi Tulangan Sloof

2.2.3. Estimasi Durasi Setiap Aktivitas


Durasi aktivitas adalah lamanya waktu dari permulaan sampai penyelesaian
suatu aktivitas, sementara durasi proyek adalah lamanya waktu dari permulaan
sampai penyelesaian suatu proyek secara keseluruhan yang terdiri dari aktivitas-
aktivitas.
Estimasi durasi aktivitas dihitung berdasarkan pada perhitungan volume
pekerjaan dan produktivitas tenaga kerja.
Estimasi durasi dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap-tiap
aktivitas, yang telah diidentifikasikan pada tahap awal, adalah fungsi dari volume
pekerjaan yang harus diselesaikan dengan produktivitas kerja tiap satuan waktu
(Patrick, 2004).
Estimasi merupakan langkah awal sebelum menuju pada penentuan schedule
(calculation) yang sebenarnya. Namun juga perlu diperhitungkan role of calendars,
tentang hari kerja / working days, hari libur / holiday, dan time restrictons
(contractual imposed dan finished date tidak diperhitungkan). Terjadi banyak faktor
yang tidak menentu dalam estimasi durasi, hal ini sangat penting bagi perencana
memperhitungkannya untuk mendapatkan prediksi yang akurat. Tentu saja, para
perencana dalam memprediksi estimasi durasi, tidak hanya berdasarkan dari
judgement semata tapi juga banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu di
lapangan. Tentu saja, hal ini mungkin mendatangkan hasil yang kurang bagus dalam

Universitas Kristen Petra


11

estimasi karena kondisi setiap proyek tidaklah sama satu dengan yang lain. Hal-hal
yang mempengaruhi dalam estimasi durasi setiap aktivitas :
1. Productivity rate, termasuk pekerja dan peralatan
2. Quantity of work harus dijelaskan dan spesifik
3. The quantity of resources available
Rumus untuk menentukan durasi setiap aktivitas adalah sebagai berikut :

Quantity x faktor koefisien SNI (oh)


Durasi = .........................................................(2.1)
Jumlah pe ker ja di lapangan

Volume pekerjaan diperoleh dari perhitungan gambar struktural dan gambar


arsitektural. Volume pekerjaan berupa perhitungan dalam satuan tertentu, misalnya
untuk pekerjaan beton, galian dan urugan tanah, serta urugan sirtu memiliki satuan
m³, untuk pasangan batu bata dan plesteran dinding memiliki satuan m², untuk
pekerjaan benangan dan survey batas tanah memiliki satuan m1, untuk pekerjaan
pemasangan instalasi listrik, bekisting kolom pedestal memiliki satuan unit, untuk
pekerjaan pembersihan lahan di awal dan akhir proyek memiliki satuan lump sum
(LS) dan untuk penulangan atau pembesian memiliki satuan kg.
Jam kerja adalah jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas
dalam 1 (satu) periode. Perhitungan produktivitas berdasarkan Buku SNI Analisa
Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan tahun 2002.

2.2.4. CPM
CPM kepanjangan dari Critical Path Method. Metode ini dikembangkan oleh
ahli matematika dan tim insinyur dari perusahaan DuPont yang bekerja sama dengan
Rand Corporation dalam usahanya untuk mengembangkan sistem kontrol
manajemen. CPM merupakan suatu teknik perencanaan dengan analisis jaringan
(network) berdasarkan logika ketergantungan antar aktivitas yang ada dalam proyek.
Pada CPM dapat terjawab hal-hal yang belum bisa digunakan pada bagan balok,
seperti berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek, kegiatan mana yang
bersifat kritis, jika terjadi keterlambatan maka bagaimana pengaruhnya terhadap
kegiatan yang lain (Wahana, 2006).

Universitas Kristen Petra


12

Ada 2 metode diagram dari CPM yaitu Activity On Arrow (AOA) dan Activity
On Node (AON). Di dalam penentuan waktu ke dua metode tersebut terdapat
forward pass yang terdiri dari ES (Early Start) dan EF (Early Finish) dan backward
pass yang terdiri dari LS (Latest Start) dan LF (Latest Finish).
Forward Pass adalah perhitungan waktu aktivitas dengan perhitungan maju.
Forward pass dimulai dengan aktivitas pertama yang dimulai di proyek, dengan
waktu paling awal (early start time) sama dengan nol. Early start adalah waktu
paling cepat dari suatu aktivitas dapat dimulai, sedangkan Early finish adalah waktu
paling cepat dari suatu aktivitas dapat diselesaikan. Early start dan early finish dapat
diperoleh dari perhitungan maju (Forward Pass), dimana hubungan keduanya
dirumuskan sebagai berikut :

EF=ES + d...................................................................................................(2.2)

Backward Pass adalah perhitungan waktu aktivitas dengan perhitungan


mundur. Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal
paling akhir dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan, tanpa menunda
kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan dari hasil perhitungan Forward
Pass. Late start (LS) adalah waktu paling lambat dari suatu aktivitas dapat dimulai,
sedangkan late finish adalah waktu paling lambat dari suatu aktivitas dapat
diselesaikan. Late start dan late finish dapat diperoleh dari perhitungan mundur
(Backward Pass), dimana hubungan keduanya dirumuskan sebagai berikut :

LF= LS + d..................................................................................................(2.3)

Aktivitas-aktivitas di mana ES = LS merupakan critical path proyek tersebut.


Critical path merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas yang ada, yang tidak dapat
ditunda jika proyek ingin selesai tepat pada waktunya. Critical path merupakan
waktu tersingkat dari sebuah proyek dapat diselesaikan. Contoh CPM dapat dilihat
pada Gambar 2.4. dan keterangan activity box (Newitt, 2005) dapat dilihat pada
Gambar 2.5.

Universitas Kristen Petra


13

16 4 20 20 3 23
Elektrikal Insulate

16 0 20 20 0 23

0 3 3 3 6 9 9 5 14 14 2 16 16 2 18 23 6 29 29 3 32
Galian Plesteran
Bekisting & cor plat Bekisting dinding Pemasangan atap Penutup atap Cat interior

0 0 3 3 0 9 9 0 14 14 0 16 21 5 23 23 0 29 29 0 32

3 1 4 14 3 17 17 5 22 32 2 34
Pemasangan jendela Pemasangan bata
Pemasangan sloof Finish elektrikal
& pintu sisi depan

8 5 9 17 3 20 27 10 32 32 0 34

17 4 21 21 3 24 34 1 35
Install Siding Cat exterior Close out

25 8 29 29 8 32 34 0 35

Gambar 2.4. CPM pada proyek rumah sederhana


Keterangan :

→ : Critical path

ES DUR EF
Activity
LS TF LF
Gambar 2.5. Activity Box CPM

Float adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi


keterlambatan suatu aktivitas yang non kritis. Float dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Float = LS-ES
Float = LF-EF
Float = LS-(ES+durasi)

Universitas Kristen Petra


14

Total float adalah jumlah total waktu yang dimiliki oleh suatu aktivitas yang
dapat ditunda (aktivitas non kritis) tanpa mempengaruhi durasi proyek secara
keseluruhan. Total float dapat dirumuskan sebagai berikut :

LS-ES =LF-EF............................................................................................(2.4)

Free float adalah jumlah waktu yang dimiliki oleh suatu aktivitas yang dapat
ditunda (aktivitas non kritis) tanpa mempengaruhi early start aktivitas sesudahnya.
Free float dapat dirumuskan sebagai berikut :

Free float = ES(aktivitas B)-EF (aktivitas A)............................................(2.5)

Float factor adalah jumlah total float time untuk seluruh aktivitas yang
sedang dikerjakan (dalam progress) ataupun belum selesai dikerjakan dibagi dengan
durasi keseluruhan aktivitas proyek (Popescu dan Charoenngam, 1995).
Float factor menunjukkan indikasi fleksibilitas proyek, yang berarti proyek
tersebut memungkinkan untuk dikerjakan dengan waktu yang cukup atau waktu yang
sangat padat. Semakin tinggi nilai float factor, maka proyek tersebut memiliki waktu
yang cukup, semakin kecil nilai float factor maka proyek tersebut memiliki waktu
yang padat, dimana besaran toleransi nilai float factor adalah 3. Float factor dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Float factor =
∑ Total float off all activities in progress or not started (days) ....(2.6)
∑ Activity duration remaining or not started (days)

Critical Factor adalah jumlah durasi untuk seluruh aktivitas kritis yang
sedang dikerjakan (in progress) ataupun belum selesai dikerjakan dibagi dengan
jumlah durasi keseluruhan aktivitas. Critical factor berfungsi untuk memonitor
seberapa kritis proyek tersebut berkenaan dengan jadwal proyek secara keseluruhan
sebelum proyek dimulai dan selama proyek tersebut berlangsung. Critical factor
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Universitas Kristen Petra


15

No. of Critical Activities


Critical Factor = .................................................(2.7)
Total No. of Activities

Sum of Critical Duration (days)


Critical Factor = ...........................(2.8)
Total No. of Activities Duration (days)

Hubungan antara critical factor dan project % completion pada Gambar 2.6.

Critical Factor

1.00

0.75

0.50

0.25

0
0 25 50 75 100 Project %
Completion

Gambar 2.6. Hubungan antara Critical Factor dan Project % Completion

Dari Gambar 2.7. di atas, dapat dilihat bahwa Project % Completion semakin
meningkat ke arah 100 % atau selesai, maka critical factor juga meningkat
mendekati nilai 1.

2.3. Controlling / Monitoring


Controling sebuah action yang berdasarkan pada monitoring yang dilakukan
selama proyek berlangsung. Hal ini perlu untuk dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga agar waktu tetap / sesuai dalam rencana awal. Bila ada hal yang tidak sesuai
maka controlling / monitoring akan mengidentifikasi kesalahan lebih awal dan
membuat perbaikan secepatnya. Controlling / monitoring juga dapat dikatakan
kebutuhan dasar untuk memonitor dari project’s operations secara berkelanjutan.
Untuk menjaga suksesnya suatu proyek, sangat penting untuk membuat dokumentasi
/ catatan terhadap actual work dan durasi. Dan dari hasil dokumentasi / catatan
tersebut akan dibandingkan dengan as plan schedule.

Universitas Kristen Petra


16

Ada 3 langkah yang perlu ditempuh dalam melakukan fungsi dari Controlling
/ Monitoring, yaitu :
a) Adanya prestasi standard sebagai tolak ukur.
• Pekerjaan rencana awal
• Pekerjaan / aktivitas yang baru

b) Mengukur dan mencatat hasil prestasi pekerjaan.


• Actual start date dan finish date
• Perubahan urutan aktivitas

c) Membandingkan dan mengevaluasi hasil prestasi actual dengan standard prestasi


yang diharapkan.
Controlling / monitoring memperjelas tentang actual start (saat pekerjaan
mulai) dan actual finish dates (saat aktivitas benar-benar telah selesai), atau jika
aktivitas yang sudah dimulai tetapi belum selesai dan percent completenya dapat
dihitung.
Cara untuk melakukan Controlling / Monitoring :
• Untuk aktivitas yang akan dimulai pada Gambar 2.7.

DAPATKAH PEKERJAAN
INI DIMULAI?

YA TIDAK

OK!
ALASANNYA?
ADA KETERLAMBATAN?

DIPERLUKAN
PENANGANAN!

Gambar 2.7. Untuk Aktivitas yang Akan Dimulai

Universitas Kristen Petra


17

• Untuk aktivitas yang sudah dimulai pada Gambar 2.8.

PEKERJAAN MULAI
YANG SEHARUSNYA
SUDAH MULAI?

TIDAK
APAKAH PEKERJAAN KENAPA TIDAK DIMULAI?
BERAPA LAMA
INI SESUAI TERMIN? APAKAH PENANGGUHANNYA
DITANGGUHKAN?
DAPAT DIKEJAR?
YA TIDAK ADA FLOAT?
YA
OK! BERAPA LAMA?
SAMPAI DIMANA OK!
PRESTASINYA?
DITANGANI!
YA TIDAK
OK! APAKAH DAPAT
DIKEJAR?

YA TIDAK

OK! BERAPA LAMA PERPANJANGAN?


ADA FLOAT?

DITANGANI!
Gambar 2.8. Untuk Aktivitas yang Sudah Dimulai

• Untuk aktivitas yang sudah selesai pada Gambar 2.9.

PEKERJAAN YANG
SEHARUSNYA SELESAI ?

YA TIDAK

SISA WAKTU SAMPAI


OK! SELESAI?
ALASAN TERLAMBAT?

DITANGANI!

Gambar 2.9. Untuk Aktivitas yang Sudah Selesai

Universitas Kristen Petra


18

ƒ Menentukan persentase complete

Durasi aktivitas yang terjadi


% complete = x 100%...................................(2.9)
Durasi aktivitas total

2.4. Up Dating
Setelah schedule CPM dikerjakan dan dilakukan controlling / monitoring,
perlu dijaga agar schedule yang kita buat tetap akurat, yaitu dengan cara up dating.
Up dating schedule dapat mempermudah kita untuk melakukan planning periode
berikutnya. Up dating berfungsi untuk melakukan koreksi apabila ada pekerjaan
yang terlambat yaitu dengan mengatur ulang start date dan finish date atau dengan
mengubah predecessors bila diperlukan. Dengan CPM scheduling setiap up date,
maka akan muncul forward pass, backward pass, free float dan total float yang baru
dengan project completion date yang baru juga. Frekuensi up dating dapat dilakukan
harian (Daily Updates), mingguan (Weekly Updates) atau bulanan (Monthly
Updates). Perlu diingat, setiap kali membuat up dating schedule, perlu menyimpan
schedule yang lama. Hal ini sangat penting dan berguna untuk planning di kemudian
hari.
Dengan patokan bahwa waktu akhir proyek tidak dapat diubah atau tidak
boleh sampai terganggu, ada dua cara yang dapat dilakukan dalam melakukan up
dating yaitu :
1. Dengan percepatan
Jika proses pelaksanaan tidak diubah, maka termin-termin pekerjaan yang
belum selesai harus dikejar dengan cara :
• Meningkatkan kapasitas
- Menambah mesin-mesin / peralatan
- Menambah orang
• Prestasi tambahan
- Lemburan
- Kerja di hari libur
- Kerja 24 jam

Universitas Kristen Petra


19

2. Dengan merubah networknya


- Membuat beberapa aktivitas dapat dilakukan dengan bersamaan.
- Aktivitas yang bukan penghalang dapat dilakukan lebih awal.
- Pekerjaan yang telah menjadi rutinitas dapat dipercepat.
Saat project schedule sudah di updated, sangat penting melihat performance
dari proyek di waktu tersebut. Perlu di-adjust atau diatur lagi bila pada waktu-waktu
tersebut rencana asli / as plan schedule tidak lagi efficient dengan actual
performance.

2.5. Microsoft Project 2003


Microsoft Project adalah program aplikasi komputer yang berguna untuk
mengelola proyek konstruksi. Microsoft Project atau sering disebut dengan Project,
sekarang ini telah mencapai versi terbaru yang diberi nama Project 2003. Seperti
versi-versi sebelumnya, fungsi dan kegunaannya relatif sama, hanya saja Project
2003 memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan versi sebelumnya, antara
lain :
• Project 2003 mengijinkan pemasangan prioritas pekerjaan antara 1 sampai
dengan 1000.
• Pengesetan calendar, termasuk waktu kerja untuk sebuah pekerjaan, dapat
dilakukan.
• Project 2003 dapat memberikan tanda kepada pemakai jika proyek selesai
sesudah batas waktu yang ditentukan.
• Network diagram view yang baru dan lengkap, tidak seperti PERT pada versi-
versi sebelumnya.
• Pada network diagram dapat pula diatur mengenai outlining, seperti
menyembunyikan subtask dan memunculkannya kembali, serta menampilkan
hanya pekerjaan utama saja.
• Diperkenalkan group pekerjaan dan group sumber daya yang lebih memudahkan
pengontrolannya.
• Pada spesifikasi format WBS (Work Breakdown Structures), dapat dilakukan
sesuai selera pemakai.

Universitas Kristen Petra


20

• Untuk memperlebar baris dapat dilakukan dengan dragging sesuai dengan


kebutuhan pemakai. Hal itu berguna untuk membedakan pekerjaan yang satu
dengan yang lainnya.
• Pada proses penyimpanan, Project dapat di-set sesuai dengan waktu yang
diperlukan, baik penyimpanan satu buah proyek ataupun semua proyek yang
sedang dibuka.
Pada lembar kerja Project 2003 terbagi menjadi tiga bagian, yaitu View Bar,
Gantt Table dan Chart Bar. Pada View Bar terdapat beberapa ikon, yaitu Calendar,
Gantt chart, Network diagram, Task usage, Tracking gantt, Resource graph,
Resource sheet, Resource usage, more views. Pada Gantt Table terdapat beberapa
kolom, yaitu Task name, Duration, Start, Finish, Predecessors, Resouces name.
Sedangkan pada Chart Bar terdapat kolom-kolom mingguan tempat chart bar.
Antara Gantt table dan Gantt chart terdapat garis pemisah yang dapat digeser ke
kanan dan ke kiri sesuai kebutuhan.
Pada Project 2003 terdapat fasilitas menyimpan dengan memberi password.
Ini berguna untuk menjaga kerahasiaan proyek dari tangan-tangan jahil atau
perubahan-perubahan oleh orang lain yang tidak dikehendaki. Kelebihan lainnya,
data yang ada pada Project 2003 dapat di ekspor atau diambil oleh software-software
lain, antara lain Word, Access, dan Excel. (Wahana, 2006)

Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai