JR - I Made Brama Atmaja
JR - I Made Brama Atmaja
Aida Petca, Daiana Anne-Marie Dimcea, Mihai Cristian Dumitrascu, Florica Sandru,
Claudia Mahenditu, Rizvan-Cosmin Petca
OLEH:
I Made Brama Atmaja
H4A02310002
PEMBIMBING:
dr. Agus Rusdhy Hariawan, Sp. OG
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas Journal Reading
dengan judul “Management of Hyperthyroidism during Pregnancy: A Systematic
Literature Review” ini disusun dalam rangka kepaniteraan Klinik Madya di Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta menjadi salah satu sarana penulis dalam
proses pembelajaran dan memperluas ilmu pengetahuan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Agus Rusdhy Hariawan, Sp. OG selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan masukan sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki, sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dan dibutuhkan oleh penulis sebagai proses pembelajaran.
Penulis
ii
BAB I
IDENTITAS JURNAL
DOI : https://doi.org/10.3390/jcm12051811
1
BAB II
ISI JURNAL
2.1 Abstrak
2
2.2 Pendahuluan
Ibu hamil dengan hipertiroidisme memerlukan evaluasi yang cermat karena dapat
meningkatkan risiko keguguran, preeklamsia, kelahiran prematur, dan gagal jantung.
Dikarenakan dampak buruknya pada ibu dan janin, pengenalan yang cepat dan manajemen
kasus yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi besar.
Penanganan yang paling sering dilakukan pada wanita hamil dengan hipertiroidisme
adalah dengan obat antitiroid, dikarenakan tatalaksana bedah (tiroidektomi) dan dapat
menimbulkan komplikasi dan terapi yodium merupakan kontraindikasi pada kehamilan.
Sampai saat ini, masih belu ada konsensus mengenai metode yang optimal untuk
mengobati hipertiroidisme dalam kehamilan. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini
adalah untuk meninjau pertimbangan khusus, penemuan, dan pendekatan baru yang
digunakan dalam pengelolaan hipertiroidisme selama kehamilan
3
dalam pengumpulan artikel dalam topik ini adalah:
Literatur yang diterbitkan dalam bahasa Inggris selama periode penelitian (1 Januari
2010-31 Desember 2021);
4
Gambar 1. Pemilihan literatur dan ekstraksi data.
Sebanyak 858 studi dari kedua database diidentifikasi. Semua studi yang dihasilkan
disaring berdasarkan judul dan abstrak, sebanyak 409 penelitian dikeluarkan. Mayoritas
penelitian yang dieksklusi tidak termasuk dalam tema yang ditargetkan (manajemen
hipertiroidisme dalam kehamilan) atau populasi yang ditargetkan. Setelah penyaringan teks
secara lengkap, 57 artikel yang paling relevan dipilih untuk membentuk tinjauan akhir.
Kelenjar tiroid mengalami perubahan fisiologis sejak awal kehamilan, baik dengan
bertambahnya ukuran maupun vaskularisasi. Human chorionic gonadotropin beta (β-HCG)
menstimulasi kelenjar tiroid sejak trimester pertama karena strukturnya yang mirip dengan
Tyroid Stimulating Hormone (TSH). Sifat tirotropik β-HCG menyebabkan penurunan nilai
TSH pada trimester pertama kehamilan, yang menjelaskan mengapa wanita hamil memiliki
nilai TSH yang lebih rendah daripada pasien yang tidak hamil. Tingkat maksimum hCG
5
dicapai pada usia kehamilan 8-10 minggu, kemudian menurun dan menetap hingga cukup
bulan; nilai TSH mencapai titik minimum pada waktu yang kurang lebih sama. Pada
kehamilan kembar, pertumbuhan hCG lebih jelas dan bertanggung jawab atas stimulasi
tiroid, yang menyebabkan peningkatan nilai fT4 dan supresi TSH yang lebih sering dan
lebih tinggi.
Perubahan hormon tiroid yang dihasilkan pada kehamilan juga berasal dari
peningkatan konsentrasi estrogen ibu, yang menginduksi peningkatan substansial pada
tingkat sirkulasi Thyroxine Binding Globulin (TBG), yang meningkatkan tiroksin (T4)
hingga 50%. Kadar TBG yang lebih tinggi meningkatkan kemampuan untuk mengikat T4
dan dengan demikian mengurangi bentuk bebas T4 (fT4). Mekanisme yang mendasari
terdiri dari peningkatan laju sintesis TBG oleh hepatosit dan pengurangan klirens
plasmanya. Konsentrasi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) meningkat pada minggu-
minggu pertama kehamilan dan mencapai puncaknya pada trimester kedua, dengan
konsentrasi 30-100% lebih tinggi daripada sebelum hamil.
Gambar 2. Perubahan konsentrasi plasma hormon tiroid dan hCG pada kehamilan.
Permukaan oranye sesuai dengan kisaran referensi normal untuk wanita yang tidak hamil
6
(hCG-human chorionic gonadotrophin; TBG-globulin pengikat tiroid; T4-tiroksin; TSH-
hormon perangsang tiroid)
Peristiwa penting lainnya yang mempengaruhi fungsi tiroid ibu selama kehamilan
adalah perubahan metabolisme perifer hormon tiroid. Peristiwa ini terjadi pada kehamilan
karena proses deiodinasi pada tingkat plasenta. Enzim deiodinasi uteroplasenta yang paling
banyak ditemukan adalah D3, yang mencegah aktivasi T4 dan menonaktifkan T3, sehingga
melindungi janin dari paparan hormon tiroid ibu yang berlebihan. Bentuk minoritas
deiodinase plasenta, D2, dianggap sangat penting pada awal kehamilan dalam
mempertahankan tingkat T3 intraplasenta yang diperlukan untuk perkembangan trofoblas.
Perubahan lain dalam fungsi tiroid yang terjadi selama kehamilan muncul sebagai
pengurangan simpanan yodium ibu sebagai akibat dari tiga peristiwa: peningkatan asupan
yodium yang diperlukan untuk sintesis tiroksin ibu; peningkatan pembersihan; transfer
yodium dari ibu ke janin
Tabel 1. Perubahan fisiologis yang memengaruhi fungsi tiroid ibu selama kehamilan
1. Stimulasi tiroid oleh hCG yang Peningkatan fT4 dan T3 untuk sementara
diproduksi dalam jaringan trofoblas waktu
Beberapa penelitian telah menjelaskan kisaran referensi untuk kadar hormon tiroid
pada setiap trimester. Namun, kisaran tersebut sangat bervariasi tergantung pada etnis,
jumlah sampel, konsentrasi yodium, dan metode laboratorium yang digunakan.
7
TSH minimal pada trimester pertama kehamilan dan meningkat setelahnya.
Menurut penelitian terbaru yang dipublikasikan, baik American Thyroid Association (ATA)
dan Endocrinology Society menyarankan bahwa batas atas untuk TSH adalah 2,5 mlU / L
pada trimester pertama, 3,0 mlU / L pada trimester kedua, dan 3,5 mlU / L pada trimester
ketiga. Batas bawahnya adalah 0,1 mlU/L pada trimester pertama, 0,2 mlU/L pada trimester
kedua, dan 0,3 mlU/L pada trimester ketiga. Sulit untuk menentukan batas bawah kisaran
normal TSH, terutama pada trimester pertama kehamilan. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, korelasi dengan hCG mengurangi konsentrasi TSH dalam serum, yang
membuat diagnosis hipertiroidisme dini pada kehamilan menjadi sulit. Batas bawah untuk
TSH berbeda tergantung pada karakteristik kelompok yang diteliti. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Khalid dkk. di Irlandia, batas bawah interval referensi TSH adalah 0,1
mlU/L. Sebaliknya, dalam penelitian lain yang dilakukan di Republik Ceko oleh Springer
dkk., batas bawah menurut kriteria yang diterapkan pada kelompok pasien ditetapkan pada
0,25 mlU / L.
8
pada trimester ketiga merupakan keadaan normal pada wanita hamil yang sehat yang tidak
mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.
Oleh karena itu, menurut rekomendasi dari Endocrinology Society, kadar TSH, fT4,
dan, yang lebih jarang, kadar fT3 harus ditentukan dengan menggunakan interval rentang
referensi yang bersifat trimester-specific.
9
- pengobatan hipertiroidisme;
- diabetes tipe 1.
Dalam kasus pasien yang telah dirawat karena hipertiroidisme sebelum kehamilan
dengan terapi obat antitiroid sintetis, pembedahan, terapi radioiodin, dan yang saat ini
dalam keadaan normal (eutiroid), hipertiroidisme neonatal masih dapat terjadi.
Pada wanita hamil dengan Graves’ Disease aktif, antibodi reseptor TSH (TRAbs)
harus ditentukan pada saat presentasi ke dokter untuk menilai tingkat keparahan dan risiko
hipertiroidisme janin. Tindakan tersebut diindikasikan untuk semua pasien dengan riwayat
pembedahan atau terapi radioiodin. Pemeriksaan ulang wajib dilakukan antara usia
kehamilan 22 dan 26 minggu. Jika kadar serum melebihi tiga kali batas atas, pemantauan
ketat terhadap janin melalui ultrasonografi diperlukan. Dalam kasus peningkatan nilai TSH
reseptor antibodi (TRAb) pada usia kehamilan 36 minggu, bayi yang baru lahir harus
dievaluasi pascapersalinan untuk hipertiroidisme. Pada beberapa kasus hipertiroidisme pra-
kehamilan, hipertiroidisme dapat hilang selama kehamilan; namun, hipertiroidisme akan
muncul kembali pascapersalinan ketika status imun tubuh kembali ke kondisi Th1 (T-cell
helper type 1).
Obat antitiroid adalah bentuk terapi utama yang digunakan pada wanita hamil.
Pengobatan yodium radioaktif merupakan kontraindikasi pada kehamilan, dan pembedahan
dilakukan pada kondisi parah yang tidak merespons pengobatan dengan obat antitiroid.
Obat antitiroid menghambat sintesis hormon tiroid dengan mengurangi pengorganisasian
yodium dan menggabungkan monoiodotirosin dengan diiodotirosin.
Namun, beberapa penelitian tidak menjelaskan terjadinya cacat lahir pada hamil
dengan hipertiroidisme yang diobati dengan obat antitiroid. Dalam sebuah survei terhadap
2.830 wanita hamil dengan hipertiroidisme, tingkat cacat lahir serupa pada kelompok yang
10
diobati dengan obat antitiroid dan kelompok kontrol.
Tujuan utama dari pengobatan ini adalah untuk mempertahankan nilai fT4 pada
batas atas dengan menggunakan dosis serendah mungkin untuk mencegah komplikasi ibu
dan janin (pembatasan pertumbuhan janin, takikardia janin, gagal jantung janin, fetal
hydrops, pematangan tulang yang dipercepat). Meskipun terdapat efek samping yang
muncul pada wanita hamil yang diobati dengan obat antitiroid, risiko komplikasi ibu dan
janin pada pasien yang tidak diobati jauh lebih tinggi.
Terapi lainnya yang digunakan adalah kelas obat beta-blocker. Namun, penelitian
terbaru tidak merekomendasikannya untuk jangka waktu yang lama, karena dapat
menyebabkan retardasi intrauterin, dan, jika diberikan antepartum, dapat menyebabkan
hipoglikemia transien neonatal atau bradikardia.
Pilihan pengobatan saat ini terbatas pada pengendalian sekresi hormon tiroid. Yang
jadi perhatian utama dalam penelitian saat ini adalah ketidakpastian dalam pemilihan obat
antitiroid yang optimal. Sampai saat ini, pengobatan yang direkomendasikan untuk
hipertiroidisme pada kehamilan adalah PTU, diikuti oleh MMI dan CMZ; namun, penelitian
terbaru menunjukkan adanya risiko disfungsi hati yang dikaitkan dengan PTU. Food and
Drug Administration (FDA) dan National Institute of Child Health and Development telah
mengubah pedoman mereka, merekomendasikan pembatasan penggunaan PTU pada
trimester pertama kehamilan
11
2.8 Efek Samping Ibu dan Janin dari Hipertiroidisme yang Tidak Diobati/Tidak
Terkendali
Faktor penting untuk perkembangan intrauterin normal juga diwakili oleh jenis
kelamin janin. Dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh Aiken CE et al. Menunjukkan
bahwa janin laki-laki tumbuh lebih cepat daripada janin perempuan dan lebih mungkin
menjadi makrosomik, sementara janin perempuan lebih mungkin mengalami IUGR. Selain
itu, menurut penelitian tersebut, bahkan plasenta pun dipengaruhi oleh jenis kelamin janin:
plasenta janin perempuan lebih tahan terhadap stress dibandingkan dengan plasenta janin
laki-laki. Lebih lanjut, pada kehamilan dengan IUGR, pola tertentu diidentifikasi: terminal
vili mengurangi proliferasi trofoblas dan angiogenesis dengan peningkatan deposit protein
matriks dalam stroma vili.
Selama kehamilan, asupan yodium harus meningkat 50% karena kebutuhan tubuh
ibu untuk mensintesis lebih banyak hormon tiroid, peningkatan ekskresi ginjal akibat
peningkatan laju filtrasi glomerulus, dan peningkatan kebutuhan janin sejak trimester
kedua.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Israel pada tahun 2017 yang bertujuan untuk
menentukan konsentrasi yodium urin termasuk pada wanita hamil, menunjukkan defisiensi
yodium pada kelompok Wanita hamil lebih dari 85%, dengan rata-rata 61 µg/L (IQR 36-97
µg/L). Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa kategori pasien yang rentan ini memiliki
tingkat yodium yang cukup dalam tubuh, berbagai organisasi nasional dan internasional
merekomendasikan suplementasi yodium pada wanita hamil
Namun, pada tahun 2007, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan sebuah
dokumen yang menyatakan bahwa, dalam kasus wanita hamil yang tinggal di daerah
dengan asupan yodium yang cukup, yang didefinisikan sebagai konsentrasi yodium urin
rata-rata >100 µg/L selama lebih dari dua tahun dan penggunaan garam beryodium di lebih
dari 90% rumah tangga, suplementasi tidak diperlukan, wanita hamil secara langsung
terlindungi dengan menggunakan garam beryodium. Sumber tambahan Yodium dapat
14
ditemukan dalam penggunaan produk hewani. Di Inggris, penambahan produk yodium ke
dalam makanan hewani dan penggunaan suplemen yodium telah menyebabkan peningkatan
kadar yodium dalam produk hewani. Dengan demikian, Untuk mencegah kekurangan
yodium di Inggris, disarankan agar wanita hamil mengonsumsi dua-tiga porsi produk susu
per hari untuk memenuhi kebutuhan yodium harian mereka; segelas susu dianggap
menyediakan 50 µg yodium, yang setara dengan 20% asupan yang direkomendasikan untuk
wanita hamil.
Dalam studi nasional yang melibatkan wanita usia subur dari berbagai negara di
Eropa, asupan yodium rata-rata sekitar setengah dari tingkat yang direkomendasikan oleh
WHO. Asupan yodium harian yang optimal selama kehamilan yang direkomendasikan oleh
WHO dan International Council for Control of Iodine Deficiency Disorders (ICCIDD)
adalah 200 µg/L dan dari IOM sebesar 220 µg/L; sebaliknya, di Jerman, menurut penelitian
Ver- bundstudie Ernahrungserhebung und Risikofaktoren-Analytik (VERA), asupan
yodium rata-rata adalah 100 µg/L (33-284 µg/L) pada wanita berusia 19-24 tahun. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan di Denmark oleh Rasmussen dkk., asupan rata-rata yang
dibutuhkan untuk wanita berusia 18 hingga 22 tahun di Kopenhagen ditemukan sebesar 116
µg/L per hari, sementara di Belanda, Survei Konsumsi Makanan Nasional telah menetapkan
asupan rata-rata sebesar 149 µg/L per hari untuk wanita berusia 20-49 tahun
15
Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan yodium pada kehamilan muncul ketika
wanita hamil mengalami penurunan asupan yodium, yang menyebabkan penurunan sintesis
hormon tiroid, yang mempengaruhi otot, jantung, hati, dan perkembangan neurologis bayi
yang baru lahir. Dampak kekurangan yodium pada kehamilan berbeda tergantung pada
tingkat keparahan dan rentang trimester, pembagian ini diperlukan untuk memandu strategi
terapeutik. Selama trimester pertama, filtrasi glomerulus dan aliran darah meningkat,
sehingga ekskresi yodium urin meningkat. Sebagai mekanisme adaptif, tubuh meningkatkan
sekresi human chorionic gonadotropin (HCG) dan Tyroid Stimulating Hormone (TSH),
yang mengarah pada peningkatan konsentrasi fT4 yang membantu sintesis hormon tiroid.
Bahkan kekurangan yodium ringan pun merupakan faktor risiko untuk diabetes melitus dan
abruptio placentae. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Cina pada tahun 2018,
kekurangan yodium pada ibu menginduksi peningkatan kadar TSH serum yang
menyebabkan efek antagonis terhadap insulin, menghasilkan hiperglikemia yang terkait
dengan peningkatan stres oksidatif, yang merupakan faktor risiko abruptio plasenta.
Meskipun prevalensi defisiensi yodium yang tinggi pada wanita hamil, tidak ada
korelasi yang pasti dengan kadar serum hormon tiroid ibu. Namun, sebuah penelitian di
Belgia pada wanita hamil menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit tiroid pada
pasien kekurangan yodium. Meskipun demikian, hubungan yang signifikan antara
konsentrasi yodium urin dan kadar serum TSH tidak dapat ditunjukkan, hanya korelasi yang
buruk dengan fT3 dan fT4.
Saat ini, metode utama yang digunakan untuk menangani hipertiroidisme subklinis,
yang telah divalidasi oleh berbagai penelitian, adalah penggunaan obat antitiroid; namun
demikian, kelas terapi lain, seperti beta-blocker, dapat digunakan dalam jangka waktu yang
terbatas. Kecuali dalam terapi medis, terapi yodium radioaktif merupakan kontraindikasi,
dan bedah tiroidektomi dikaitkan dengan komplikasi ibu dan janin dan harus dibatasi hanya
pada kasus-kasus perawatan medis yang tidak responsif. Jelas bahwa asupan yodium
memainkan peran penting dalam kehamilan dan harus ditingkatkan hingga 50% untuk
meningkatkan kebutuhan janin, terutama sejak trimester kedua.
18
19
BAB III
20
Metodologi Penelitian
4 Populasi penelitian Menjelaskan bagaimana
populasi ditentukan
21
11 Outcome dan Menjelaskan
estimasi penelitian outcome hasil
penelitian
Diskusi
12 Interpretasi Interpretasi hasil
a. Kelebihan penelitian
b. Kekurangan penelitian
22
DAFTAR PUSTAKA
23