net/publication/299485852
CITATIONS READS
2 1,882
1 author:
Andika Perbawa
King Abdullah University of Science and Technology
21 PUBLICATIONS 26 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Andika Perbawa on 30 March 2016.
Tugas Akhir
Oleh :
ANDIKA PERBAWA
123 05 029
i
HALAMAN JUDUL
PEMODELAN SINTETIK METODE GAYABERAT MIKRO
SELANG WAKTU LUBANG BOR
Tugas Akhir
Oleh :
ANDIKA PERBAWA
123 05 029
i
HALAMAN PENGESAHAN
PEMODELAN SINTETIK METODE GAYABERAT MIKRO
SELANG WAKTU LUBANG BOR
Tugas Akhir
Oleh :
ANDIKA PERBAWA
123 05 029
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat serta salam selalu tercurah
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya, para tabi’in dan umatnya hingga akhir zaman yang senantiasa
istiqomah dan berjuang di jalan-Nya.
Tugas akhir yang berjudul Pemodelan Sintetik Metode Gayaberat
Mikro Selang Waktu Lubang Bor ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam jenjang pendidikan sarjana di Program Studi Teknik Geofisika,
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Wawan Gunawan A.Kadir, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Susanti
Alawiyah, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan arahannya selama
penulis mengerjakan Tugas Akhir.
2. Dr. Darharta Dahrin, selaku Ketua Program Studi Teknik Geofisika dan
Setianingsih, M.T., selaku dosen wali penulis, yang telah memberikan
bimbingannya selama masa studi di ITB.
3. Mamah, Papah, Adik dan Nenekku tercinta, yang telah banyak memberikan
nasihat, motivasi dan do’a yang tiada hentinya kepada penulis, “Ya Allah
ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka, sebagaimana
mereka menyayangi kami sejak kecil”.
4. Seluruh dosen di lingkungan Program Studi Teknik Geofisika atas segala ilmu
pengetahuan yang diberikan selama perkuliahan.
5. Mbak Lilik, Bu Ning, staf Tata Usaha dan seluruh karyawan Program Studi
Teknik Geofisika ITB yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran
kepada penulis selama masa studi.
iii
6. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan do’a
kepada penulis.
7. Indah Hermansyah Putri, yang selalu menemani dan mendukung baik dalam
susah maupun senang, “Ya Allah semoga kami selalu dipertemukan dan
dijodohkan sampai akhir hayat. Amin”
8. Ana, Teh Asri, Ibin, Eko dan penghuni laboratorium Gravity yang telah banyak
berdiskusi, membantu dan menambah pengetahuan kepada saya khususnya
tentang metode gayaberat.
9. Sami dan Ilfan yang rumah/kostannya selalu diganggu oleh kehadiran saya
untuk mengerjakan Tugas Akhir ini, ”Thanks guys!!!”
10. Teman-teman TG 2005 atas kerjasama, pembelajaran, organisasi dan
kegembiraannya selama masa studi di Teknik Geofisika, ”maaf tidak bisa
disebutkan satu per satu, let’s freaking out together!”
11. Teman-teman HIMA TG ”TERRA” ITB, ”TERRA kan tetap JAYA...TERRA
TERRA TERRA...!!!”
12. Kang Andri yang sering nginep bareng dan telah banyak mengajarkan dan
memberi pengetahuan tentang komputasi, statistik dan software geofisika.
13. Sensei Huda, Sensei Anna dan teman-teman AIKIDO ITB,
14. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari
semua pihak untuk memperbaikinya. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang
tidak berkenan di hari pembaca. Kesalahan datang dari saya sendiri namun
kebenaran itu datang dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap agar tugas
akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
iv
ABSTRAK
Kata kunci: Gayaberat mikro selang waktu lubang bor, program pemodelan ke
depan gayaberat lubang bor, crossplot, rekomendasi survey.
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
vii
3.3.2. Input Dimensi ................................................................................. 20
3.3.3. Grid Size ........................................................................................ 21
3.3.4. Show Model ................................................................................... 21
3.3.5. Plot Surface Measurement .............................................................. 22
3.3.6. Measurement Parameter Coordinate................................................ 22
3.3.7. Plot BHGM .................................................................................... 23
3.3.8. Save Output .................................................................................... 24
3.4. Pengujian Program................................................................................. 24
BAB IV PEMODELAN SINTETIK, HASIL DAN ANALISIS ........................... 27
4.1. Pemodelan Sintetik Dengan Lubang Bor Menembus Bodi Anomali. ..... 27
4.1.1. Hasil dan analisis untuk model perlapisan ....................................... 27
4.1.2. Hasil dan analisis untuk model sesar ............................................... 32
4.2. Pemodelan Sintetik Dengan Lubang Bor Tidak Menembus Bodi
Anomali ................................................................................................... 35
4.2.1. Hasil pemodelan untuk 4 model silinder ......................................... 39
4.2.2. Analisis log dan crossplot ............................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 49
5.1. Kesimpulan............................................................................................ 49
5.2. Saran ..................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51
LAMPIRAN A .................................................................................................... 52
LAMPIRAN B ..................................................................................................... 57
LAMPIRAN C ..................................................................................................... 59
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.6. Log respon gayaberat yang diukur pada lubang bor nomor 3, 5, 7, 9
dan 11…………………………………………………………………………….33
Gambar 4.7. Penampang gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model
sesar………………………………………………………………………………34
Gambar 4.8. Penerapan teknik atribut amplitudo pada log gayaberat. (A)
menggunakan amplitudo absolut. (B) menggunakan energi amplitudo………….34
Gambar 4.9. Ilustrasi untuk distance, sudut α dan ∆h ditunjukkan oleh tulisan dan
anak panah berwarna ungu……………………………………………………….36
Gambar 4.10. Model silinder yang didekati oleh 68 buah prisma………………37
Gambar 4.11. Desain survey untuk model dengan lubang bor tidak menembus
bodi anomali……………………………………………………………………...38
Gambar 4.12. Log gayaberat lubang bor pada Model 1, 2 dan 3 serta diukur pada
koordinat (2000, 3250) dan (2000, 3500)………………………………………..39
Gambar 4.13. Sketsa log gayaberat pada kedalaman tertentu…………………..40
Gambar 4.14. Log gayaberat lubang bor pada jarak tertentu…………………...41
Gambar 4.15. Log gayaberat lubang bor dengan kontras densitas yang berbeda.41
Gambar 4.16. Crossplot antara amplitudo terhadap tebal bodi anomali untuk
model 1…………………………………………………………………………...42
Gambar 4.17. Crossplot antara amplitudo dengan distance untuk keempat model
dengan ketebalan 40 dan 60 meter……………………………………………….43
Gambar 4.18. Crossplot antara amplitudo terhadap diameter bodi dengan
ketebalan 20 m, 40 m, 60 m, dan 80 m pada distance 1250 m…………………..44
Gambar 4.19. Crossplot antara panjang gelombang vs tebal bodi anomali untuk
model 1…………………………………………………………………………...45
Gambar 4.20. Crossplot antara panjang gelombang vs distance………………..46
Gambar 4.21. Crossplot antara panjang gelombang vs diameter bodi anomali...47
Gambar 4.22. Crossplot antar distance terhadap sudut…………………………48
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam lubang bor sehingga diharapkan resolusi vertikal dan ketebalan area yang
terjadi perubahan densitas akan terpetakan lebih baik daripada pengukuran yang
dilakukan di permukaan.
Dalam tugas akhir ini penulis membatasi masalah mulai dari pembuatan
program pemodelan ke depan untuk menghitung respon gayaberat di lubang bor,
aplikasi program pada beberapa model sintetik untuk mengidentifikasi geometri
dan kedalaman dari bodi anomali. Selain itu, dilakukan pula analisis dari beberapa
crossplot untuk mengetahui hubungan antara parameter besar amplitudo dan
panjang gelombang dengan variabel jarak pengukuran, ketebalan dan besar
diameter bodi anomali yang berbeda-beda. Kemudian mengajukan rekomendasi
desain survey gayaberat lubang bor yang lebih baik.
2
1.4. Metodologi penelitian
3
DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN
4
1.5. Sistematika penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
5
BAB II
TEORI DASAR
6
hampir tidak memiliki akses pada lubang bor pertambangan. Disamping beberapa
keterbatasan, L&R BHGM telah terbukti sebagai alat yang berharga dalam
berbagai aplikasi. L&R memproduksi 16 buah instrumen BHGM dimana 13
diantaranya masih digunakan hingga sekarang.
Sejak 1970, sekitar 1100 sumur telah dan masih
di-logging oleh instrumen L&R, dan diprediksikan akan
meningkat terus (LaFehr, 1980, op cit. Nabighian et.al.,
2005) namun masih belum terjadi karena keterbatasan
secara fisik dari alat BGHM itu sendiri. Kesulitannya
yaitu mengurangi keterbatasan dalam hal temperatur,
ukuran lubang sumur dan deviasinya.
BHGM telah digunakan dalam eksplorasi,
evaluasi formasi, pengembangan lapangan baru dan tua,
EOR, dan deliniasi struktur (Chapin dan Ander, 1999a,
b, op cit. Nabighian et.al., 2005). Secara praktis,
perusahaan minyak mengunakan BHGM dalam beberapa
tahun dalam memonitoring produksi minyak pada selang
waktu tertentu (Schultz, 1989; Popta et al., 1990, op cit.
Nabighian et.al., 2005). BHGM pun menjadi alat yang
luar biasa dalam eksplorasi bypass minyak dan gas, serta
mengindikasikan kenampakan endapan terdahulu.
Sebagai tambahan, BHGM telah memainkan perannya
dalam studi kelayakan untuk pembuangan nuklir dan
memberikan konfirmasi yang menarik mengenai
penggunaan koreksi free-air (LaFehr dan Chan, 1986, op
Gambar 2.1. Instrumen
gravimeter lubang bor. cit. Nabighian et.al., 2005).
(Goodell, R. R., 1964). Namun BHGM yang dimaksudkan dalam Tugas
Akhir ini bukan seperti BHGM yang dijelaskan di atas persis. BHGM di sini
menangkap langsung sinyal anomali gayaberat dan tidak meng-convert-nya ke
densitas bulk. Proses mendapatkan densitas bulk didapatkan melalui inversi atau
pemodelan ke belakang namun pada Tugas Akhir ini hanya membatasi sampai
7
pemodelan ke depannya saja. Diharapkan dengan melakukan pemodelan ke depan
ini dapat menjadi penuntun atau guide bagi tim lapangan sebelum melakukan
akuisisi agar data yang diperoleh akan lebih berkualitas dan interpretable. Selain
itu, dengan melakukan pemodelan ke depan kita akan mendapatkan suatu pola
dari anomali gayaberat dalam lubang bor sehingga dapat disimpulkan secara kasar
mengenai gambaran anomali gayaberat di bawah permukaan bumi.
Teori dasar gaya tarik-menarik antara dua massa mengikuti hukum yang
dijabarkan oleh Sir Isaac Newton yaitu Universal Law of Gravitation dan Second
Law of Motion. Universal Law of Gravitation menyatakan bahwa gaya tarik-
menarik antara dua buah benda m2 ke m1 adalah sebanding dengan perkalian
kedua massa benda tersebut dikalikan dengan suatu konstanta gravitasi dan
berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara keduanya.
Gambar 2.2. Skema gaya tarik menarik antara dua buah benda.
8
Sedangkan Second Law of Motion menyatakan bahwa gaya yang dialami oleh
benda m2 adalah sebanding dengan massanya dan percepatan gravitasinya.
Dinyatakan pula oleh persamaan di bawah ini:
F m2 . g (2.2)
Sehingga dapat kita nyatakan bahwa percepatan gravitasi yang di alami oleh
benda m2 oleh benda m1 adalah sebagai berikut:
m1
g G r1 (2.3)
r2
dengan g dinyatakan dalam satuan m/s2. Untuk metoda gayaberat, satuan yang
digunakan adalah Gal dimana: 1 Gal = 1 cm/s2
Seperti yang disebutkan di atas bahwa gaya gravitasi adalah vektor dimana
berarah disepanjang lintasan antara dua titik pusat dua massa. Gravitasi
dipengaruhi oleh medan konservatif yang diturunkan dari potensial skalar fungsi
U(x,y,z), disebut potensial tiga dimensi. Persamaannya dinyatakan sebagai
berikut.
F(x, y, z)
U(x, y, z) g ( x, y , z ) (2.4)
m2
Gaya bekerja pada perpindahan unit massa dari jarak tak hingga menuju
titik dengan jarak r dari titik massa yang menghasilkan medan gravitasi. Dengan
menggunakan persamaan (2.4) dalam bentuk skalar, diperoleh persamaan.
r
1 m
U (r ) G m dr G (2.5)
r2 r
Dari persamaan (2.5), potensial yang disebabkan oleh elemen massa dm di
titik (x,y,z) dengan jarak r dari titik P(0,0,0) adalah.
dm dxdydz
dU G G (2.6)
r r
dimana ρ(x,y,z) adalah densitas , dan r 2 = x2 + y2 + z2 . Potensial dari total massa m
adalah.
9
U G dxdydz (2.7)
x y z
r
Karena gaya gravitasi ada pada arah z (nilai positif ke bawah), dan diasumsikan ρ
konstan, maka.
U z
g G dxdydz (2.8)
z x y z
r3
dengan
x1, y1, z1 adalah posisi titik pusat anomali dikurangi grid kotak.
x2, y2, z2 adalah posisi titik pusat anomali ditambah grid kotak.
10
Dengan menganggap gaya tarik ke arah pusat massa adalah positif dan
gaya tarik menjauhi pusat massa bumi adalah negatif maka dengan menggunakan
bahasa pemrograman matlab, persamaan (2.12) dapat diubah menjadi persamaan
di bawah ini (Plouff, 1976).
2 2 2
xi y i
g m , n ,o G m , n ,o i , j ,k Z k arctan xi log( Rijk xi ) y i log( Rijk yi )
i 1 j 1 k 1 z k Rijk
(2.13)
dengan
2 2 2
Rijk xi yj zk
ijk ( 1) i ( 1) j ( 1) k
∆ρm,n,o : kontras densitas pada bodi di koordinat m,n,o
Persamaan (2.13) inilah yang akan menjadi formula dalam perhitungan anomali
gayaberat dalam Tugas Akhir ini.
11
( , , , t )( z )
g ( x, y, z, t ) G 3/ 2
d d d (2.14)
2 2
0 (x ) (y ) (z )2
Gambar 2.3. Sketsa pengaruh gayaberat di titik P oleh suatu benda di titik Y.
(z )
K G 3/ 2
d d d (2.16)
0 (x )2 (y )2 (z )2
∆ρ : kontras densitas
Maka kita dapat nyatakan bahwa.
g ( x, y, z, t ) g ( x, y, z, t1 ) g ( x, y, z, t 0 ) (2.17)
Persamaan (2.15) menunjukkan bahwa anomali gayaberat berbanding
lurus dengan kontras densitas Δρ dan fungsi Green, sehingga bentuk, ukuran dan
jarak terhadap titik pengamatan dari benda anomali direpresentasikan dalam
fungsi Green. Berdasarkan hubungan ini, jika fungsi Green tidak mengalami
perubahan, maka anomali gayaberat yang diamati sepenuhnya tergantung pada
perubahan atau kontras densitas Δρ yang diakibatkan oleh perubahan material
yang mengisi volume pori sumber anomali pada selang waktu tersebut.
12
Rapat massa (ρ) merupakan perbandingan massa terhadap volume suatu
benda. Suatu batuan dengan pori-pori yang terisi oleh fluida (air, minyak dan gas)
dapat direpresentasikan oleh rapat massa dengan n komponen. Fraksi dan rapat
massa fraksi masing-masing Vi dan ρi dapat dinyatakan dengan persamaan
(Schön, 1995).
n
Vi
bulk i (2.18)
i 1 V
Bila terdapat dua bagian fraksi dalam satu tubuh yaitu fraksi matriks dan fraksi
fluida maka persamaan (2.18) dapat ditulis menjadi:
Vm Vf
bulk m f
(2.19)
V V
Jika saturasi fluida sama dengan rasio volume fluida Vf dengan volume
pori Vp dan porositas ф sama dengan rasio volume pori Vp dan volume total Vt
maka diperoleh persamaan:
bulk (1 ) m Sf f (2.20)
dengan ,
ρbulk : rapat massa reservoir
ρm : rapat massa matriks
ρf : rapat massa fluida
Sf : saturasi fluida, merupakan perbandingan antara volume fluida Vf dengan
volume pori Vp
Φ : porositas
Persamaan (2.20) menjelaskan perubahan rapat massa pada reservoir yang
dipengaruhi oleh perubahan saturasi fluida atau perubahan massa komponen-
komponennya, apabila rapat massa komponen pembentuknya tetap dan porositas
reservoir tidak berubah (tidak ada perubahan temperatur atau tekanan). Dengan
demikian perubahan rapat massa pada reservoir hanya dipengaruhi oleh
pergantian fluida yang terjadi selama rentang waktu tertentu. Pergantian fluida
yang dimaksudkan adalah sebagai akibat dari adanya proses injeksi atau produksi
yang dilakukan (ρ2) yang akan menyebabkan terjadinya pengurangan atau
13
penambahan fluida dari kondisi awal (ρ1) sebelum adanya proses injeksi ataupun
produksi.
Kontras rapat massa yang terjadi pada daerah penelitian selama rentang
waktu tertentu diberikan oleh persamaan sebagai berikut:
2 1 (2.21)
dimana
1 (1 ) m So o (2.22)
2 (1 ) m (S o o Sw w ) (2.23)
14
dapat dikatakan bahwa anomali gayaberat yang muncul hanya berasal dari
perubahan densitas di bawah permukaan bumi saja.
lubang bor
15
Model dari bodi anomali gayaberat adalah anomali selang waktu dimana
terjadi perubahan densitas pada zona target. Oleh karena itu, kita tidak perlu
memberikan nilai densitas pada setiap kedalaman di bawah permukaan, hanya
perubahan densitasnya saja yang dihitung. Dalam tugas akhir ini dibuat bodi
anomali sesederhana mungkin agar proses penyampaian informasi dalam studi ini
lebih mudah dipahami.
16
BAB III
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PROGRAM PEMODELAN
KE DEPAN GAYABERAT LUBANG BOR
3.1. Pendahuluan
17
3.2. GUI
18
3.3. Diagram alir program
19
3.3.1. Input model bodi anomali
Dengan menggunakan program ini, pemakai dapat melakukan
input dalam bentuk *.txt atau *.dat. Untuk input data terdiri dari 4 kolom
dengan rincian sebagai berikut:
Kolom 1: posisi koordinat-x titik pusat untuk 1 kotak bodi anomali.
Kolom 2: posisi koordinat-y titik pusat untuk 1 kotak bodi anomali.
Kolom 3: posisi koordinat-z titik pusat untuk 1 kotak bodi anomali.
Kolom 4: nilai Δρ untuk 1 kotak bodi anomali.
Untuk satu kotak bodi anomali, direpresentasikan dalam satu baris.
Bila terdapat dua baris artinya terdapat 2 bodi dan seterusnya. Ilustrasi
untuk input bodi dapat dilihat pada Gambar 3.3.
20
3.3.3. Grid Size
Grid size adalah ukuran lebar dari bodi anomali. Besar nilai yang
dimasukkan adalah setengah dari panjang sisi baik ke arah sumbu-x,
sumbu-y maupun sumbu-z. Grid size ini juga menunjukkan sampling
interval stasiun pengukuran gayaberat di permukaan. Ilustrasinya
ditunjukkan oleh Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Sketsa bodi anomali dengan panjang sisi sebesar 2G x,2Gy,2Gz.
21
3.3.5. Plot Surface Measurement
Setelah kita tahu posisi dari bodi anomali densitas berada dimana
maka untuk melihat respon gayaberatnya tinggal meng-klik tombol “plot
surface measurement”. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan di
permukaan ini adalah topografi permukaan yang datar. Untuk formula
perhitungan gayaberatnya digunakan rumus Plouff (1976). Display
disajikan dalam tampilan surf dan contour. Pada kedua tampilan ini, nilai
gayaberat yang lebih tinggi direpresentasikan dengan warna merah
sedangkan yang lebih rendah direpresentasikan dengan warna biru.
22
semakin smooth namun waktu yang diperlukan dalam perhitungan
semakin lama.
Ada keterbatasan program dalam melakukan perhitungan dimana
saat lubang bor harus menembus bodi. User harus menghapus satu atau
beberapa bodi yang menghalangi jalur pengukuran. Bila hal ini tidak
dilakukan maka hasil yang diperoleh akan memperoleh nilai tak hingga
atau hasilnya divergen. Hal ini realistis karena pada pengukuran
sebenarnya di lapangan, jalur pengukuran akan bebas dari segala jenis
batuan atau dapat dikatakan di dalam lubang bor tersebut kosong.
23
3.3.8. Save Output
User dapat menyimpan data log boreholenya di dalam suatu file
berformat *.txt yang isinya terdapat 2 kolom angka. Kolom pertama
merupakan posisi stasiun pengukuran dalam lubang bor (dalam satuan
meter) sedangkan kolom kedua merupakan nilai anomali gayaberatnya
(dalam satuan mGal). Untuk pengolahan data lebih lanjut, data yang sudah
disimpan tadi dapat dibuka lagi di Microsoft Excel.
Untuk menguji apakah program BHGM AP2009 sudah benar dan layak
digunakan atau tidak maka penulis membandingkannya dengan program yang
sudah popular digunakan saat ini yaitu Geomodel. Langkah pengujiannya yaitu
dengan membandingkan nilai gayaberat dalam satu lintasan sepanjang 4000
meter, dengan bodi berukuran panjang = 1000 meter, tebal = 200 meter dan strike
= 200 meter ditunjukkan oleh Gambar 3.9. Respon gayaberat yang terukur oleh
program BHGM AP2009 ditunjukkan oleh Gambar 3.10 sedangkan oleh program
Geomodel ditunjukkan oleh Gambar 3.11.
24
Gambar 3.9. Penampang bodi anomali dengan panjang = 1000 m, tebal 200 m,
dan strike ke arah y = 200 m.
25
Gambar 3.11. Penampang dan respon gayaberat menggunakan Geomodel.
Dari kedua respon diatas, dicuplik data anomali gayaberat setiap 50 meter
sepanjang penampang kemudian dihitung RMSerror-nya antara BHGM AP2009
dan Geomodel dan didapat error sebesar: 0,04 μGal. Dengan error yang sekecil itu
maka kita dapat meyakini bahwa program BHGM AP2009 ini layak digunakan
dan dapat dipercayai kebenaran perhitungannya. Untuk tabel perhitungan E RMS
dapat dilihat di Lampiran B.
26
BAB IV
PEMODELAN SINTETIK, HASIL DAN ANALISIS
Anomali.
Untuk model perlapisan, bodi yang dibuat berupa dua buah lapisan
yang horizontal dengan geometri panjang sebesar 400 m, lebar sebesar 100
m dan tebal dari 20 m hingga 160 m. Jarak antar kedua bodi pun berbeda –
beda. Lubang bor diposisikan di tengah-tengah bodi anomali sehingga
27
respon yang diukur adalah respon gayaberat yang maksimum. Ilustrasi
surveynya ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
Gambar 4.2. Log gayaberat lubang bor untuk model perlapisan. Untuk
jarak 80 m, separasi bodi berdasarkan respon anomali dapat dibedakan
dengan baik.
28
Gambar 4.3. Log gayaberat lubang bor untuk model perlapisan dengan jarak 20
m. Bentuk seperti di atas adalah batas minimum bahwa kedua perlapisan dapat
dipisahkan.
29
Tabel 4.1. Skema hasil pengukuran untuk model perlapisan.
Posisi bodi (m) Batas kedua bodi anomali
Tebal bodi
Jarak lapisan Bodi Top Bottom yang dapat dipisahkan
1 700 720
40 Jelas
2 760 780
20 m
1 700 720
20 kurang jelas
2 740 760
1 700 740
80 Jelas
2 820 860
1 700 740
60 Jelas
2 800 840
1 700 740
40 m 40 Jelas
2 780 820
1 700 740
20 Jelas
2 760 800
1 700 740
10 tidak jelas
2 750 790
1 700 780
20 Jelas
2 800 880
1 700 780
80 m 10 Jelas
2 790 870
1 700 780
5 tidak jelas
2 785 865
1 700 860
5 Jelas
2 865 1025
160 m
4 1 700 860
kurang jelas
2 864 1024
b. Analisa
30
Pada jarak tertentu batas antar kedua bodi anomali akan sulit
teridentifikasi yaitu pada saat jaraknya semakin pendek. Hal ini terjadi
karena kontribusi yang saling berlawanan antara kedua bodi anomali
relatif sama. Semakin tebal bodi anomali maka jarak minimum antar
keduanya semakin pendek. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan
bahwa batas paling minimum kedua bodi dapat dipisahkan yaitu sekitar 5
meter dengan ketebalan bodi sebesar 160 meter. Lihat Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Crossplot antara ketebalan bodi dengan jarak antar bodi.
31
4.1.2. Hasil dan analisis untuk model sesar
a. Hasil
Gambar 4.5. (a) Penampang horizontal, (b) Penampang vertikal. (c) Desain
pengukuran gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model sesar dengan
menggunakan 13 lubang bor yang sejajar.
32
Gambar 4.6. Log respon gayaberat yang diukur pada lubang bor nomor 3, 5, 7, 9
dan 11.
33
Gambar 4.7. Penampang gayaberat mikro selang waktu lubang bor untuk model
sesar.
Gambar 4.8. Penerapan teknik atribut amplitudo pada log gayaberat. (A)
menggunakan amplitudo absolut. (B) menggunakan energi amplitudo.
34
b. Analisis
Anomali
Dalam metode gayaberat lubang bor mikro selang waktu ini, ada
beberapa istilah yang penulis tetapkan. Istilah – istilah ini dibuat sebagai
penamaan identitas saja agar informasi dari penulis dapat tersampaikan
kepada pembaca dengan mudah. Beberapa istilah yang dibuat adalah:
35
a. Distance (d)
b. Sudut α
c. ∆h
Gambar 4.9. Ilustrasi untuk distance, sudut α dan ∆h ditunjukkan oleh tulisan dan
anak panah berwarna ungu.
36
Model pendekatan silinder oleh 68 buah prisma
Pada pemodelan sintetik dimana lubang bor tidak menembus bodi
dibuatlah 4 buah model silinder yang didekati oleh 68 buah prisma.
Koordinat pusat dari keempat model ini berada pada (2000 m, 2000 m).
Pemilihan model ini dimaksudkan agar seakan – akan pengukuran yang
dilakukan pada jarak antar bodi dengan lubang bor (distance) yang sama
akan menghasilkan respon gayaberat yang sama pula. Ilustrasi Bodinya
ditunjukkan oleh Gambar 4.10 sedangkan geometri untuk keempat bodi
anomalinya ditunjukkan oleh Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Geometri dan parameter densitas untuk keempat bodi anomali.
Parameter Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Diameter (m) 1000 1000 500 2000
∆ρ (gr/cc) 0.04 0.03 0.04 0.04
Kedalaman (m) 1000 1000 1000 1000
37
perubahan variabel distance, ∆h, dan sudut. Selain itu akan ditunjukkan
pula hubungan antar variabel itu sendiri. Parameter distance pada desain
survey ini untuk setiap bodi berbeda – beda, maka ditunjukkan pada Tabel
4.3
Gambar 4.11. Desain survey untuk model dengan lubang bor tidak menembus
bodi anomali.
Tabel 4.3. Parameter survey untuk keempat model yang tidak ditembus lubang
bor. (X dan Y adalah koordinat dari lubang bor dalam meter).
Lubang Bor Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
X Y X Y X Y X Y
1 2000 2600 2000 2600 2000 2350 2000 3100
2 2000 2750 2000 2750 2000 2500 2000 3250
3 2000 3000 2000 3000 2000 2750 2000 3400
4 2000 3250 2000 3250 2000 3000 2000 3550
5 2000 3500 2000 3500 2000 3250 2000 3700
6 2000 3750 2000 3750 2000 3500 2000 3850
38
4.2.1. Hasil pemodelan untuk 4 model silinder
Gambar 4.14 di bawah ini adalah sebagian dari hasil pengukuran
gayaberat di lubang bor. Untuk keseluruhan hasil pengukuran terlampir
pada LAMPIRAN C. Kurva yang amplitudonya paling kecil adalah model
dengan ketebalan 20 m sedangkan kurva yang amplitudonya paling besar
memiliki tebal 200 m. increment tiap kurva adalah 20 m.
Gambar 4.12. Log gayaberat lubang bor pada Model 1, 2 dan 3 serta diukur pada
koordinat (2000, 3250) dan (2000, 3500).
39
4.2.2. Analisis log dan crossplot
Secara kualitatif, analisis log gayaberat lubang bor ini dibagi
menjadi beberapa 4 poin yakni:
1. Respon gayaberat akan bernilai nol pada kedalaman dimana pusat
bodi anomali berada. Hal ini terjadi karena vektor gayaberat akan
berarah horizontal sehingga komponen di sumbu-z akan tidak ada. Hal
ini berlaku untuk bodi anomali tunggal dengan kontras densitas
homogen.
40
Gambar 4.14. Log gayaberat lubang bor pada jarak tertentu.
Gambar 4.15. Log gayaberat lubang bor dengan kontras densitas yang berbeda.
41
Amplitudo vs ketebalan bodi.
Crossplot (A)
Amplitudo vs Tebal Bodi Untuk Model 1
60
50
Amplitudo (μGal)
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250
Ketebalan bodi (m)
Gambar 4.16. Crossplot antara amplitudo terhadap tebal bodi anomali untuk
model 1.
42
Amplitudo vs distance.
Crossplot (B)
Amplitudo vs Distance
25.000
20.000
Amplitudo (μGal)
15.000
10.000
5.000
0.000
0 500 1000 1500 2000 2500
Distance (m)
Gambar 4.17. Crossplot antara amplitudo dengan distance untuk keempat model
dengan ketebalan 40 dan 60 meter.
43
Amplitudo vs diameter bodi anomali.
Crossplot (C)
Amplitudo vs Diameter Bodi Pada Distance 1250 m
20.000
Amplitudo (μGal)
15.000
10.000
5.000
0.000
0 500 1000 1500 2000 2500
Diameter bodi (m)
44
Panjang gelombang vs ketebalan.
Crossplot (D)
Panjang Gelombang vs Tebal Bodi Untuk Model 1
1200
Panjang gelombang (m)
1000
800
600
400
200
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Tebal bodi anomali (m)
Gambar 4.19. Crossplot antara panjang gelombang vs tebal bodi anomali untuk
model 1.
45
Panjang gelombang vs distance.
Crossplot (E)
Panjang Gelombang vs Distance
3000
Panjang gelombang (m)
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Distance (m)
46
Panjang gelombang vs diameter bodi anomali.
Crossplot (f)
Panjang Gelombang vs Diameter Anomali
2500
Panjang gelombang (m)
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Diameter bodi anomali (m)
47
Crossplot distance vs sudut.
Crossplot(G)
distance vs sudut
80.000
75.000
Sudut (derajat)
70.000
65.000
60.000
55.000
50.000
0 500 1000 1500 2000 2500
distance (meter)
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
49
(Crossplot (D)) dan diameter bodi (Crossplot (F)), namun akan
memanjang secara linier terhadap jarak pengukuran (Crossplot (E)),
9. Untuk ketebalan bodi di bawah 200 m, perubahan panjang gelombang
relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan ketebalan diatas 200 m.
10. Crossplot (G) dapat digunakan sebagai rekomendasi survey gayaberat
mikro selang waktu lubang bor dimana jarak antar lubang bor dengan bodi
anomali sebaiknya ditempatkan ≤ lebar diameter bodi anomali (distance ≤
lebar diameter target) atau pada saat sudutnya lebih dari 550.
5.2. Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
Goodell, R. R., dan C. H. Fay., 1964, Borehole Gravity Meter and Its Application:
Geophysics, 29, 774-782
Kadir, W.G.A., 1999, Survey Gayaberat 4 Dimensi dan Dinamika Sumber Bawah
Permukaan: Prosiding HAGI XXIV, Surabaya.
Plouff, D., 1976. Gravity and magnetic fields of polygonal prisms and application
to magnetic terrain correction: Geophysics, 41, 727-741
51
LAMPIRAN A
clear,clc
% Gridding size
x0=[bx:gx:ax];
y0=[by:gy:ay];
52
bb=input('masukkan kedalaman maksimal lubang bor= ');
ii=input('masukkan interval pengukuran di dalam lubang bor= ');
ii0=[ab:ii:bb];
nii=length(ii0);
53
% Plot lubang bor
vv = ab:ii:bb;
for lb = 1:length(vv)
ccc = plotcube([xx yy -vv(lb)],[0.5*gx 0.5*gy ii],[0 0 0],[0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
0.2 0.2],1,0);hold on;
end
subplot (2,1,2)
contourf(x0,y0,gsurface); hold on;
colormap jet
colorbar('location','southoutside')
title('Kontur Respon Gravity', 'fontweight', 'bold', 'fontsize', 18);
xlabel ('X');
ylabel ('Y');
hold on;
54
% Untuk fungsi perhitungan disimpan dalam file yang berbeda,
% Kecuali untuk GUI, fungsi ini dapat disimpan langsung dalam 1 file.
55
% fungsi untuk menghitung gayaberat di permukaan
function gp=kotaksurface(x0,y0,z0,xb,yb,zb,xa,ya,za,nx0,ny0,rho)
G=6.670e-8;
m2cm=1e2;
cgs2mig=1e3;
isign=[-1 1];
for n=1:ny0;
for m=1:nx0;
sum=0;
for i=1:2;
for j=1:2;
for k=1:2;
x(1)=x0(m)-xb; x(2)=x0(m)-xa;
y(1)=y0(n)-yb; y(2)=y0(n)-ya;
z(1)=z0-zb; z(2)=z0-za;
rijk=sqrt(x(i)^2+y(j)^2+z(k)^2);
ijk=isign(i)*isign(j)*isign(k);
arg1=atan2((x(i)*y(j)),(z(k)*rijk));
if lt(arg1,0.)
arg1=arg1+(2*pi);
end
if (y(j)==-rijk)
y(j) = rijk;
end
arg2=rijk+y(j);
arg2=log(arg2);
if (x(i)==-rijk)
x(i) = rijk;
end
arg3=rijk+x(i);
arg3=log(arg3);
sum = sum + ijk*((z(k)*arg1)-(x(i)*arg2)-(y(j)*arg3));
end
end
end
gp(n,m)=rho*G*sum*cgs2mig*m2cm;
end
end
56
LAMPIRAN B
Pengujian Program BHGM AP2009
Spasi (meter) BHGM AP2009 (μGal) geomodel (μGal) missfit2 (μGal)
0 13.2 13.18 0.0004
50 14.0 13.98 0.0004
100 14.8 14.85 0.0025
150 15.8 15.78 0.0004
200 16.8 16.78 0.0004
250 17.9 17.86 0.0016
300 19.0 19.02 0.0004
350 20.3 20.27 0.0009
400 21.6 21.62 0.0004
450 23.1 23.06 0.0016
500 24.6 24.62 0.0004
550 26.3 26.29 0.0001
600 28.1 28.08 0.0004
650 30.0 30.01 0.0001
700 32.1 32.07 0.0009
750 34.3 34.27 0.0009
800 36.6 36.63 0.0009
850 39.1 39.13 0.0009
900 41.8 41.78 0.0004
950 44.6 44.59 0.0001
1000 47.5 47.54 0.0016
1050 50.6 50.63 0.0009
1100 53.8 53.86 0.0036
1150 57.2 57.21 0.0001
1200 60.6 60.65 0.0025
1250 64.1 64.16 0.0036
1300 67.7 67.72 0.0004
1350 71.3 71.30 0.0000
1400 74.8 74.85 0.0025
1450 78.3 78.33 0.0009
1500 81.7 81.71 0.0001
1550 84.9 84.94 0.0016
1600 87.9 87.97 0.0049
1650 90.7 90.76 0.0036
1700 93.2 93.27 0.0049
1750 95.4 95.47 0.0049
1800 97.3 97.31 0.0001
1850 98.7 98.77 0.0049
1900 99.8 99.83 0.0009
1950 100.4 100.48 0.0064
2000 100.6 100.69 0.0081
2050 100.4 100.48 0.0064
2100 99.8 99.83 0.0009
2150 98.7 98.77 0.0049
2200 97.3 97.31 0.0001
2250 95.4 95.47 0.0049
2300 93.2 93.27 0.0049
2350 90.7 90.76 0.0036
2400 87.9 87.97 0.0049
2450 84.9 84.94 0.0016
2500 81.7 81.71 0.0001
2550 78.3 78.33 0.0009
2600 74.8 74.85 0.0025
2650 71.3 71.30 0.0000
57
2700 67.7 67.72 0.0004
2750 64.1 64.16 0.0036
2800 60.6 60.65 0.0025
2850 57.2 57.21 0.0001
2900 53.8 53.86 0.0036
2950 50.6 50.63 0.0009
3000 47.5 47.54 0.0016
3050 44.6 44.59 0.0001
3100 41.8 41.78 0.0004
3150 39.1 39.13 0.0009
3200 36.6 36.63 0.0009
3250 34.3 34.27 0.0009
3300 32.1 32.07 0.0009
3350 30.0 30.01 0.0001
3400 28.1 28.08 0.0004
3450 26.3 26.29 0.0001
3500 24.6 24.62 0.0004
3550 23.1 23.06 0.0016
3600 21.6 21.62 0.0004
3650 20.3 20.27 0.0009
3700 19.0 19.02 0.0004
3750 17.9 17.86 0.0016
3800 16.8 16.78 0.0004
3850 15.8 15.78 0.0004
3900 14.8 14.85 0.0025
3950 14.0 13.98 0.0004
4000 13.2 13.18 0.0004
RMS error = 0.0405
58
LAMPIRAN C
59
60
61
62