Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Andalusia adalah sebuah negara yang pernah ditaklukkan oleh
islam untuk mengembangkan agama islam di negeri tersebut. Kondisi
Andalusia prakedatangan Islam sungguh memprihatinkan, terutama ketika
masa pemerintahan Raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya
dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan
tertekan dan menderita. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan
Ratu Adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka
saat itu. Kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika
kedatangan Islam di Andalusia.
Ketika Islam masuk ke Negeri Andalusia, negeri ini banyak
mengalami perkembangan peradaban yang pesat baik dari kebudayaan
maupun Pendidikan Islam, karena Andalusia didukung oleh negerinya
yang subur dengan penghasilan ekonomi yang cukup tinggi sehingga
menghasilkan para pemikir hebat. Andalusia mengalami perkembangan
pesat dalam kebudayaan dan Pendidikan Islam yang dimulai dengan
mempelajari ilmu agama dan sastra.
Kedatangan Islam di Andalusia telah membawa perubahan yang
sangat besar, terutama di bidang social dan ilmu pengetahuan serta
perkembangan kebudayaan. Perkembangan peradaban Andalusia Islam
terbentuk bukan hanya karena sentuhan dari tradisi Arab-Islam, akan tetapi
lebih dari itu karena akibat tidak terlepas dari kepiawaian dan dukungan
dari penguasa dalam memajukan ilmu pengetahuan dan tingginya motivasi
umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Sehingga dalam waktu singkat Andalusia berubah menjadi pusat
perkembangan ilmu pengetahuan Islam di belahan barat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Andalusia
2. Bagaimana sejarah perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
sejarah masuknya islam di Andalusia dan perkembangan Pendidikan Islam
di Andalusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Masuknya Islam di Andalusia
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan
wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya
dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa
Grit tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di
seberang selat sempit itu terletak di benua Eropa. Selat sempit itu
sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada
tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman
mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan
cara membunyikannya, bangsa Arab pada masa belakangan menyebut
semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Andalusia diduduki oleh umat Islam pada zaman khalifah Al-
Walid, salah seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Sebelum penaklukan Andalusia, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti
Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman
Khalifah Abdul Malik. Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin
Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu,
musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasannya dengan menduduki
Al-Jazair dan Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke
daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-
pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji akan
membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Andalusia ada 3 pahlawan Islam yang
memimpin pasukan kesana yakni Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan
Musa bin Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik
kedatangan Islam ke Andalusia adalah Thariq bin Ziyad. Ia yang telah
memimpin pasukan tentara menyebrangi lautan Gibraltar (Jabal Thariq)
menuju ke semenanjung Iberia. Musa bin Nushair pada tahun 711 M,
mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya
berjumlah 7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang memang
tak sebanding dengan tentara pasukan Gothik yang berkuatan 100.000
lengkap bersenjata. Namun, pada akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai
kemenangan, dengan mengalahkan Raja Foderick di Bakkah dan
menaklukkan kota-kota penting seperti Cordiva, Granada, Toledo dan
hingga akhirnya menguasai seluruh kota penting di Andalusia.

B. Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia


1. Mendirikan lembaga Pendidikan

2
Ketika umat Islam berkuasa di Andalusia telah mendirikan
madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang
pengembangan pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di
seluruh daerah kekuasaan Islam, antara lain: Qurthubah (Cordova),
Isybiliah (Seville), Thulaitihillah (Toledo), Garnathah (Garnada) dan
lain sebagainya.
Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, khalifah
Abdur Rahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan
Universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan. Universitas ini
mengambil tempat di sebuah masjid pada masa pemerintahan Al-
Hakam II, Universitas tersebut diperluas lokasinya, dan bahkan
mendatangkan para profersor (Al-Azhar dan Nizhamiyyah) sebagai
dosen undangan untuk memberikan perkuliahan disana. Langkah yang
diambil Al-Hakam II dalam memajukan Pendidikan di Andalusia Islam,
kemudia diikuti oleh penguasa sesudahnya.
Semangat (ghirah) tinggi yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam
menuntut ilmu tidak pernah mundur, meskipun untuk memperkuat
eksistensi lembaga Pendidikan para penguasa Andalusia Islam yang
memberlakukan peraturan yang berbeda dengan penguasa abbasiyah di
Baghdad. Peraturan tersebut dengan memungut biaya bagi para
siswanya. Hal ini dilakukan bagi terlaksananya penyelenggaraan
Pendidikan yang diinginkan. Semangat menuntu ilmu yang
diperkenalkan Andalusia islam, bukan hanya terbatas bagi para pelajar
muslim saja, akan tetapi juga terbuka kepada para pelajar nonmuslim.
Sikap toleran yang ditawarkan membuat para pelajar nonmuslim
berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Andalusia.
Dalam menunjang pendidikannya, Pendidikan Andalusia
memberlakukan kurikulum universan dan komprehensif. Artinya,
menawarkan materi Pendidikan agama dan umum secara integral pada
setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pada Pendidikan tinggi.
Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulum Andalusia waktu itu
boleh jadi ditentukan konsekuensi-konsekuensi pratikal yang
bermanfaat bagi keidupan manusia, sehingga pola kurikulum yang
diterapkan tidak bersifat fleksibel dan adaptik.
2. Pengembangan perpustakaan
Kelancaran proses Pendidikan sangat tergantung dari prasarana-
prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustkaan.
Untuk itulah khalifah-khalifah Umayyah di Andalusia telah berupaya
menyisikan dana dari kas negara untuk membangun berbagai sarana
pendukung tersebut secara intensif.
Ambisi untuk mendirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan
oleh para khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah diwakili
oleh setiap masyarakat Andalusia. Mereka mengoleksi berbagai buku
bukan untuk kepentingan dirinya saja. Besarnya perhatian umat Islam
di Andalusia dalam menyediakan sarana perpustkaan sangat luar biasa.

3
Ini dapat dilihat dengan berdirinya perpustakaan Khazanatul humist-
Tsani di Andalusia. Perpustakaan ini memiliki buku sebanyak 400.000
jilid. Di samping perpustakaan-perpustakaan lain yang didirikan oleh
perorangan untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka
berlomba-lomba untuk mendirikannya.
Fenomena ini menyulap daerah Andalusia menajdi negara yang
kaya dan Makmur, di samping kemerdekaan ilmiah yang
dikembangkan. Kondisi ini terlihat dari peraturan yang berlaku saat itu.
Ilmu pengetahuan hanya milik orang merdeka, tetapi juga merupakan
milik para budak. Hubungan yang harmonis ini menjadi daya
penggerak tersendiri bagi kemajuan Pendidikan yang diperkenalkan
Andalusia.
3. Factor Penunjang Pengembangan Pendidikan Islam di Andalusia
Ilmu pengetahuan Andalusia tidak terlepas dari berbagai factor,
baik factor internal maupun eksternal. Factor internal dalam hal ini
adalah factor jaran Islam sebagai motivasi, nilai dan doktrin merupakan
factor utama dalam memajukan Pendidikan Andalusia. Ini terlihat dari
gairah umat Islam dalam menyikapi dorongan tersebut. Mereka
menyikapi ilmu pengetahuan bukan untuk mencari kedudukan tertentu
dalam susunan pemerintah. Akan tetapi karena tuntunan ajaran islam.
Factor ekstrinsik merupakan factor yang berhubungan dengan
upaya kaum muslimin Andalusia dalam menciptakan kultur islam
dalam bentuk peradaban. Factor tersebut antara lain:
 Factor kekuasaan. Factor ini direflesikan dalam bentuk
kebijaksanaan penguasa Umayyah II dan penguasa lainnya,
memberi dukungan yang sangat kuat dalam perkembangan
Pendidikan.
 Factor akademis. Munculnya lembaga Pendidikan di
Andalusia memiliki saham yang cukup besar dalam
menstimulasi dan mendinamisir kaum muslim untuk
mengembangkan Pendidikan dan melakukan berbagai
rangkaian riset.
 Factor kompetisi posotif. Dimensi ini memberikan nuansa,
bahwa ketika mereka berlomba-lomba mengembangkan
ilmu pengetahuan akan tetapi mereka masih menjaga kode
etik dan harmonisasi hubungan pertransferan ilmu
 Factor toleransi dan stabilitas nasional. Kondisi kondusif ini
ikut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan
peradaban di Andalusia. Andalusia tidak mendeskriditkan
umat non islam, mereka diperlakukan sama dalam semua
aspek, kecuali agama.
4. Bias Pendidikan Andalusia bagi Perkembangan Dunia Modern
Andalusia mencapai zaman keemasan, dengan kebangkitan
dinamika intelektualitasnya dalam segala bidang ilmu pengetahuan
secara integral dan harmonis antara tahun 1050-1300 M. di sisi lain,

4
pada waktu bersamaan dunia belahan Eropa mengalami stagnasi ilmu
pengetahuan. Dogma gerejani yang melarang mempelajari dan
menganggap filsafat dan ilmu Yunani berbahaya bagi agama Kristen.
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak para ilmuan Eropa yang
haus akan ilmu pengetahuan, keluar dari negaranya. Perkenalan mereka
dengan dunia Islam menyebabkan mereka kagum dengan kebijaksanaan
pemerintah dan semangat umat Islam dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Mereka berupaya mentransfer ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia Islam ke dunia Eropa, dengan jalan
menerjemahkan sejumlah buku-buku. Bunga dasri pencerahan ilmu
pengetahuan inilah yang menstimuli timbulnya institusi baru ilmu
pengetahuan di eropa. Dari sinilah kemudian lahir beberapa lembaga
Pendidikan di Eropa.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eksistensi perkembangan ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh peradaban Spanyol Islam di segala bidang,
telah menjadikannya sebagai sebuah Negara adikuasa di
zamannya. Kehadirannya telah banyak mewarnai
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Pengembangan ilmu pengetahuan di Spanyol Islam dimulai
dengan mendirikannya mendirikan lembaga pendidikan, seperti
madrasah-madrasah dan Universitas Cordova sebagai pusat
ilmu pengetahuan. Selain itu, demi kelancaran proses
pendidikan, maka dibangunlah fasilitas perpustakaan.
Perpustakaan itu dibangun atas upaya Abdurrahman III juga
dilakukan oleh Al-Hakam II dengan membangun perpustakaan
terbesar di seluruh Eropa pada masa itu.
Namun demikian, perputaran jarum sejarah tidak selamanya
menunjukkan arahnya ke dunia Islam. Selang beberapa waktu
kemudian dunia Islam mengalami disintegrasi dan stagnasi roh
ilmiah intelektual.kondisi ini menjadikan umat antipasti
terhadap dinamika intelektual filosofis. Sementara itu
banyaklah para filsuf muslim yang harus “keluar” dari
negerinya yang sudah tak “bersahabat” lagi dengan ide-idenya
ke tempat yang lebih aman, yaitu Benua Eropa.
Selain itu, sejarah pendidikan Islam di Spanyol Islam dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Islam berkuasa di Spanyol kurang lebih delapan abad
lamanya, sedangkan di Sisilia kurang lebih empat abad,
sehingga membuat kedua wilayah tersebut menjadi terkenal di
dunia di bidang pendidikan dan peradaban.
2. Kedua daerah ini diselenggarakan pendidikan dengan kuttab
yang mempelajari pengetahuan dasar dan menengah (Al-
Qur’an, fikih, bahasa, kesenian dan lain-lain. Pada perguruan
tinggi telah mengarak pada disiplin ilmu khusus (agama, sains,
dan teknologi).
3. Keegoan faham agama telah merusak tatanan kehidupan
pendidikan Islam pada kedua daerah tersebut, ditambah dengan
keberhasilan bangsa Kristiani mengalahkan Islam, dan
mengakibatkan tenggelamnya daerah ini beberapa lama dari
peradaban dunia Islam.

6
B. Saran
Dari pembahasan makalah di atas, hendaknya intelektual
muslim dapat mengambil pelajaran berharga sejarah.
Kemegahan ummat islam masa lampau tidak untuk dijadikan
sebagai nostalgiah belaka, tapi diambil sisi positifnya sembari
memperbaiki kekeliruan di masa lampau. Dengan demikian
ummat islam akan kembali bangkit memimpin peradaban
dunia.

7
DAFTAR PUSTAKA
Harum, Maidir. 2001. Sejarah Pendidikan Islam. Padang: IAIN Imam
Bonjol.

Munir, Syamsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.


Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Syalabi, Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Thahir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta: PT. Grafindo Persada

Yatim, Badri. 1995. S


ejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai