Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation; dalam bahasa
arab : al- Taqdir dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah value;
dalam bahasa Arab: al- Qiamah dalam bahasa Indonesia yaitu nilai. Dengan demikian
secara harfiah, evaluasi pendididkan (educational evaluation = al- Altaqdir al- Tarbawi
dapat diartikan sebagai: penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai
hal- hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Adapaun dari segi istilah,
sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) :. menurut
devinisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian :
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila devinisi
evaluasi yang di kemukakan oleh Edwind Wandt dan Geralad W. Brown itu untuk
memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat
diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan – ( yang dilaksanakan dengan
maksud untuk) – atau suatu proses – ( yang berlangsung dalam rangka) – menentukan
nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan
dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-
hasilnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa makna evaluasi pendidikan
b. Apa itu fungsi evaluasi pendidikan
c. Apa saja tujuan evaluasi pendidikan
d. Apa saja hadits tentang evaluasi pendidikan
e. Apa saja kegunaan evaluasi pendidikan
f. Klasifikasi evaluasi pendidikan
C. Tujuan
Agar mahasiswi memahami apa itu evaluasi pendidikan

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Evaluasi Pendidikan


Evaluasi dalam pendidikan secara etimologi dimaknai dengan berbagai istilah,
salah satunya apa yang diungkapkan oleh Anas Sujiono mengatakan bahwa, makna
evaluasi dalam kampus bahasa arab adalah al- Taqdir dan makna sesungguhnya adalah
berasal dari bahasa inggris “evaluation” dalam bahasa arab “ al- Taqdir”, yang berarti
dalam bahasa Indonesia memiliki makna penilaian. Dengan akar katanya value atau
dalam bahasa arab al- Qimah dan dalam bahasa Indonesia berarti “nilai” , dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan
adalah sebagai bentuk penilaian di bidang pendidikan atau penilaian yang berkaitan
dengan dunia pendidikan.
Secara umum terdapat tiga kata dalam penilaian yang kadang terjadi tumpang
tindih dalam penerapan berbahasa sehari-hari, ketiga kata tersebut adalah; pengukuran,
penilaian, dan evaluasi. Dalam dunia pendidikan ketiga istilah tersebut sesungguhnya
saling berhubungan satu sama lain dan bahkan terkadang tidak mudah untuk dibedakan
dan dipisahkan secara sendiri-sendiri. Untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih
rinci diantara ketiga kata tersebut, makna pengukuran dalam bahasa inggris disebut “
Measurenment” atau dalam bahasa arab dikenal dengan istilah”muqayasah”, yaitu
dapat dipahami sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu.
Sedangkan mengukur sesungguhnya adalah membandingkan sesuatu dengan setandar
ukuran tertentu. Sebagai contoh seorang dokter yang mengukur suhu badan pasiennya
untuk mengetahui kesehatannya dan seorang pelatih olah raga yang mengukur tinggi
badan atau berat badan atlitnya untuk mengetahui ketahanan tubuhnya dan sebagainya.
Gambaran contoh tersebut memberikan sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud
dengan pengukuran sifatnya lebih kepada kuantiataif.

2
3

Menurut Edwind Wandt dan Gerald w. brown: menunjukkan kepada atau


mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Sedangkan menurut Nna Sudjana : evaluasi pada dasarnya memberikan
pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut di
nyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas
secara spontan dan insdental, melainkan kegiatan untuk menilai suatu aktifitas secara
sepontal dan insdental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara
terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. Dalam UU No. 20
Tahun 2003 Bab I pasal 1, evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban
penyelenggaraan pendidikan.

B. Fungsi Evaluasi Pendidikan


Fungsi bagi pendidik, adalah: mengetahui kemajuan belajar peserta didik,
mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelopoknya,
mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar mengajar dalam PBM,
memperbaiki proses belajar-mengajar dan; menetukan kelulusan peserta didik.
Bagi peserta didik, berfungsi: mengetahui kemampuan hasil belajar. Memperbaiki
cara belajar, dan; menumbuhkan motifasi dalam belajar. Bagi sekolah, berfungsi:
mengukur mutu sekolah. Membuat keputusan kepada peserta didik, dan; mengadakan
perbaikan kurikulum.

1
Kultsum, umi. 2018. Pendidikan dalam kajian hadits tekstual dan kontekstual (upaya menelaah
hadits-hadits Rasulullah Saw). Tangerang Selatan. Cinta Buku Media.

2
Kultsum, umi. 2018. Pendidikan dalam kajian hadits tekstual dan kontekstual (upaya menelaah
hadits-hadits Rasulullah Saw). Tangerang Selatan. Cinta Buku Media.

3
4

Sementara itu yang dimaksud dengan penilaian adalah kegiatan mengambil


keputusan terhadap sesuatu berdasarkan ukuran baik atau buruk, cerdas atau belum
cerdas, sehat atau sakit dan lain sebagainya, jadi penilaia sifatnya kualitatif, sebagai
contoh seorang dokter yang telah mengukur suhu badan pasiennya dengan36 derajat,
maka dokter tersebut bisa menilai pasiennya adalah sehat atau normal.
Pelatih mengukur tinggi badan atlitnya yang mencapai 170 dengan berat badan 60
menghasilkan penilaian bahwa atlitnya adalah ideal atau seorang peserta didik yang
mengerjakan soal ujian hanya mampu menjawab 8 soal dari 10 soal yang diberikan
oleh seorang pendidik, maka peserta didik tersebut memperoleh angka 80 dan nilainya
bagus, artinya “sehat, ideal dan pintar” adalah contoh bentuk penilaian sedangkan
pengukuran yang berbentuk hasil angka-angka.
Sedangkan evaluaisi sifatnya lebih luas yaitu mencangkup pengukuran dan
penilaian, maka makkna evaluasi adalah suatu kegiatan atau proses untuk menilai
sesuatu, artinya untuk menentukan nilai dari sesuatu tersebut terlebih dahulu
dibutuhkan pengukuran dan bentuk dari pengukuran itu adalah dengan serangkaian
pengujian tersebut dalam dunia pendidikan biasanya dikenal dengan istilah test lisan.
Evaluasi sesunggunhnya merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari
bahkan sepanjang kehidupannya, karena disadari maupun tidak, manusia itu pada
hakikatnya sering melakukan evaluasi, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain bahkan terhadap lingkungan sekitarnya. Misalnya mengevaluasi fisiknya,
caranya bersikap, bergaul berkomunikasi dan lain sebagainya. Dalam dunia pendidikan
proses evalusi sangatlah penting dan memiliki beberapa fungsi diantaranya:
1. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah menguasai ketrampilan atau
kompetensi dasar tertentu, evaluasi ini lebih dikenal dengan istilah mastery
test.
2. Untuk mengetahu kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran, evaluasi ini lebih dikenal dengan istilah diagnostic test.
3. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, atau lebih dikenal dengan istilah
Achevement test.
4. Sebagai bentuk feedback antara peserta didik dengan pendidik.

4
5

Mengingat begitu pentingnya evaluasi bagi pencapaian keberhasilan dalam


pendidikan, maka evaluasi harus dilaksanakan secara bertahap, hal ini dimaksudkan
untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dalam berbagai tahapan, baik tahapan untuk
menentukan apakah peserta didik tersebut bisa diterima pada lembaga tertentu atau pada
tahapan jenjang tertentu, bahkan apakah peserta didik telah memahami atau menguasai
materi tertentu pada proses pembelajaran.
Ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi ; yaitu (1)
hasil evaluasi itu teryata menggebirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi
evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai yang direncanakan ;(2)
hasil evaluasi itu ternyata tidak mengembirakan atau mengkhawatirkan, dengan alasan
bahwa berdasarkan hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya penyimpangan-
penyimpangan, hambatan atau kendala sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap
waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang
telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanannya. Berdasar data hasil
evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan lebih
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Perubaahan membawa konsekuensi berupa
perencanaan ulang atau perencanaan baru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
evaluasi itu memiliki fungsi: menunjang penyusunan rencana.
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi
evaluator untuk membuat perkiraan, apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat
dicapai pada waktu yang telah ditentukan, atau tidak.

3
Kultsum, umi. 2018. Pendidikan dalam kajian hadits tekstual dan kontekstual (upaya menelaah
hadits-hadits Rasulullah Saw). Tangerang Selatan. Cinta Buku Media.

5
6

C. Tujuan Evaluasi Pendidikan


Secara sederhana tujuan evaluasi memiliki dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan
husus; tujuan umum sifatnya lebih luas dan mencakup kualitas secara kelembagaan,
sedangkan tujuan husus sifatnya lebih mengarah kepada kualitas para peserta didik, untuk
lebih jelas maka dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Tujuan umum
a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan
sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan
yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode
pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran
selama jangka waktu tertentu.
2. Tujuan khusus
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh
program pendidikan.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab
keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti
program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan
keluar atau cara-cara perbaikannya.
Pada masa Rassulullah saw. Evaluasi pendidikan tidak dirancang sebagaimana
pendidikan pada saat sekarang, akan tetapi baik secara tekstual maupun kontekstual,
evaluasi pendidikan sering dilakukan oleh Rasulullah saw. Dalam bentuk dialog dengan
para sahabat-sahabatnya ketika melakukan ta‟lim, artinya secara include sesungguhnya
evaluasi pendidikan telah ada pada masa Rasulullah, meskipun bentuk dan modelnya
belum dirancang dalam bentuk rencana pembelajaran (RPP), selain itu juga bukan berarti
bahwa pembelajaran pada masa Rasulullah saw.
Dianggap kurang berhasil, karena pada masa Rasulullah saw banyak melahirkan
manusia-manusia berkualitas, semisal sahabat Abu Bakar, Umar, Usman dan sahabat-
sahabat yang lainnya.

6
7

D. Evaluasi Pendidikan Dalam Hadits.


Evaluasi dalam beberapa hadits Rasulullah saw. Menggunakan banyak bentuk,
diantaranya ada yang dengan cara bertanya langgung tentang berbagai masalah hukum
maupun kehidupan sosial lainya dan dengan secara langsung pula Rasulullah
menjawabnya. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits riwayat Bukhari sebagai berikut:

Dalam konteks hadits Rasul tersebut tergambar bahwa dalam mengevaluasi


pemahaman para sahabat-sahabatnya, Rasulullah menggunakan bentuk dialog atau tanya
jawab untuk mengetahui sejauhmana pemahaman para sahabat tentang suatu masalah.
Begitu juga ketika Beliau menguji kemampuan dalam keahlian berperang salah satu
sahabat ketika beliau hendak memberikan izin untuk memperbolehkannya ikut dalam
medan pertempuran, sebagaiman yang terdapat dalam hadits di bawah ini:

7
8

Menceritakan kepadaku Muhammad Ibn „Abdullah Ibn Numair, menceritakan


kepada kami ayahku, menceritakan kepada kami „Abdullah dari Nafi‟ dari Ibn Umar
berkata; Rasulullah saw. Menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika
aku berusia empat belas tahun, lalu Beliau tidak mengizinkanku. Dan Beliau mengujiku
kembali pada hari perang Khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu Beliau
mengizinkan aku.-HR. Muslim.-

Konteks hadits yang kedua evaluasi yang digambarkan oleh Rasulullah saw. Adalah
kompetensi dalam ranah spikomotor yaitu sejauh mana ilmu perang diuji terlebih dahulu
agar dapat dipakai dalam dunia nyata, begitu juga dalam ilmu-ilmu yang lain dibutuhkan
skiil agar kemampuan yang diperoleh dalam dunia pendidikan dapat dimanfaatkan pada
masyarakat banyak secara maksimal.
Begitu juga di dapati dalam hadits-hadits fi‟liyah Rasulullah saw. Dalam menjalankan
misinya sebagai Rasul dan pendidik, Beliau juga sering mengevaluasi para sahabatnya
dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat alQur‟an dihadapannya dengan
membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang dianggap keliru. dan itu rutin dilakukan oleh
Rasulullah pada majlis-majlis ta‟limnya.
Rasulullah saw. Juga selalu melakukan evaluasi tentang sejauh mana kemampuan para
sahabatnya ketika di utus ke suatu daerah guna mengajarkan atau menyebarkan agama
islam. Sebagai contoh dialog yang terjadi antara Rasulullah saw.
Dengan sahabat Mu‟az bin Jabal pada saat Mu‟az hendak ditugaskan sebagai Ghadi di
negeri Yaman, maka terlebih dahulu Mu‟az di uji kemampuannya oleh Rasulullah yang
berkaitan dengan dasar atau referensi yang akan dijadikan pokok pikirannya apabila
ditemukan permasalahan di tengah-tengah masyarakat yang benar-benar membutuhkan
penyelesaian, kemudian Muaz menjawabnya dengan tiga referensi, yaitu al-Qur‟an, al-
Hadits dan apabila tidak ditemukan pada keduanya (al-Qur‟an dan al-Hadits), langkah
yang ketiga adalah dengan berijtihad.

8
9

kemudian Rasulullah tersenyum sambil menepuknepuk pundak mu‟az sebagai bentuk


persetujuan bahwa langkah berijtihad dijadikan sebagai landasan referensi yang ketiga
dalam memutuskan permasalahan yang terdapat di masyarakat. Hal ini dapat difhami
bahwa sesungguhnya islam bukanlah agama yang ajarannya bisa didefinisikan secara kaku
dan sempit sebagaimana tujuan utama islam sebagai agama yang “Rahmatal lil „Alamien”
bagi semua umat manusia di belahan bumi ini.

E. Kegunaan Evaluasi Pendidikan


Diantara kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah:
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang
hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya untuk dapat diketahuinya
relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan
yang hendak dicapai.
3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan,
penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih
berdaya dan berhasi, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai
dengan hasil yang sebaik-baiknya.
F. Klasifikasi Evaluasi Pendidikan
Klasifikasi atau pengolonggan evaluasi dalam bidang pendidikan sangat beragam.
Sangat beragam. Sangat beragamnya pengklasifikasian atau evaluasi pendidikan itu
disebabkan karena sudut pandang yang saling berbeda dalam melakukan pengklasifikasian
tersebut.
Salah satu cara pengklasifikasian terhadap evaluasi pendidikan itu adalah dengan
jalan membedakan evaluasi pendidikan tersebut atas tiga kategori, yaitu: (1) klasifikasi
evaluasi pendidikan yang didasarkan pada fungsi evaluasi dalam proses pendidikan : (2)

9
10

kalsifikasi evaluasi pendidikan yang yang didasarkan pada pemanfaatan informasi yang
bersumber dari kegiatan evaluasi itu sendiri; (3) klasifikasi evaluasi pendidikan yang
dilator belakangi oleh pertanyaan: dilaksanakan dalam rangka proses pendidikan.
1. Klasifikasi evaluasi pendidikan dengan mendasarkan diri pada fungsi yang
dimilki oleh evaluasi dalam proses pendidikan
Dilihat dari tiga fungsi yang dimiliki oleh evaluasi, maka evaluasi
pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: (a) evaluasi
pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhan psikologis; (b) evaluasi pendidikan yang dilaksanakan
dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan administrative.
4

a. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan-


kebutuhan psikologis
Setiap orang yang terlibat dalam usaha pendidikan, secara psikologis
akan selalu membutukan informasi yang dappat dijadikan sebagai kerangka
acuan (frame of reference) dalam menentukan: “di manakah dia sekarang
berada, dank e manakah dia seharusnya bergerak, menuju tujuan pendidikan
yang hendak dicapainnya”.
b. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan didaktik.
Secara psikologis, hasil-hasil evaluasi memiliki kegunaan yang besar
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan didaktik (pembelajaran). Misalnya:
untuk memberikan motivasi atau dorongan belajar kepada peserta didik,
untuk mengetahui cocok tidaknya bahan pelajaran yang diberikan kepada
para peserta didik, untuk mengetahui tepat tidaknya gaya mengajar dan cara
mengajar seorang guru, untuk mengetahui siswa mana yang memerlukan
tugas tambahan (karena mendapatkan kesulitan dalam belajar), dan siswa
mana yang memerlukan tugas tambahan (karena kemajuan belajarnya jauh
melebihi teman-temannya), dan sebagainya.

Sudijono, Anas. 2016. Pengantar evaluasi pendidikan. Depok, Jakarta. PT RajaGrafindo Persada
4

10
11

2. Klasifikasi evaluasi pendidikan yang didasrkan pada pemanfaatan informasi


yang bersumber dari kegiatan evaluasi untuk kepentingan pengambilan
keputusan pendidikan.
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pendidikan, evaluasi
dalam bidang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan,
yaitu: (a) evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada banyaknya oyang
terlibat dalam pengambilan keputusan pendidikan, (b) evaluasi pendidikan
yang mendasarkan diri pada jenis atau macamnya keputusan pendidikan

a. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada banyaknya orang yang


terlibat dalam pengambilan keputusan pendidikan
Evaluasi pendidikan yang didasarkan pada banyaknya orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan pendidikan, dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan pendidikan yang
bersifat individual
Yang dimaksud dengan keputusan-keputusan pendidikan yang bersifat
individual ialah keputusan pendidikan yang dibuat oleh individu-individu
yang secara langsung hanya menyangkut individu tertentu .
Contoh: keputusan seorang rector untuk membebaskan seorang
mahasiwsa dari kewajiban membayar uang sumbangan
pembinaan pendidikan (spp) karena mahasiswa tersebut
(setelah dievaluasi dari segi nilai hasil belajarnya, kecepatan
waktu studinya, kerajinan kuliahnya, akhlak dan
kepribadiannya, dan sebagainya) ternyata adalah mahasiswa
yang terbaik.
2. Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan pendidikan yang
bersifat institusional (kelembagaan)
Dimaksud dengan keputusan-keputusan pendidikan yang bersifat
institusional adalah keputusan-keputasan pendidikan yang dibuat atau

11
12

dikeluarkan oleh lembaga pendidikan tertentu, dan keputusan-keputusan


itu ditunjukan atau menyangkut orang banyak.
Contoh: keputusan rector yang berdasarkan persetujuan senat institute
telah menetapkan besarnya uang sumbangan pembinaan pendidikan (spp)
untuk tahun akademik 1995/1996 bagi mahasiswa baru (angkatan
1995/1996), dan para mahasiswa yang lama (angkatan 1994/1995, ankatan
1993/1994, angkatan 1992/1993, angkatan 1991/1992 dan seterusnya),
yang masing-masing berbeda besarnya.

b. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada jenis atau macamnya


keputusan pendidikan.
Berdasarkan klasifikasi ini, maka evaluasi pendidikan dapat dibedakan
menjadi empat golongan, yaitu:
1) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan keputusan
yang bersifat didaktik.
Dimaksud dengan keputusan-keputusan yang bersifat didaktik adalah
keputusan-keputusan yang diambil untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pengajaran.
Contoh: keputusan mengenai keharusan bagi murid kelas VI yang akan
mengikuti Ebtanas, untuk mengikuti Les (Tambahan pelajaran di luar
jam pelajaran yang bersifat regular) dalam mata pelajaran matematika
dan ilmu pengetahuan Alam; keputusan mana diambil setelah
memperhatikan hasil-hasil evaluasi belajar yang menunjukkan bahwa
untuk kedua mata pelajaran tersebut murid-murid kelas VI ternyata
kemampuannya masih rendah.
2) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan
keputusan-keputusan pendidikan yang bersifat bimbingan dan penyuluhan.
Dimaksud di sini adalah keputusan-keputusan yang diterbitkan dengan
mendasarkan diri pada hasil-hasil evaluasi; misalnya hasil evaluasi yang
menyatakan bahwa pemberian bimbingan psikologis dan penyuluhan agama

12
13

sangat diperlukan bagi para peserta didik sehubungan dengan kecendrungan


makin meningkatnya kenakalan dan perilaku.

Menyimpang lainnya di kalangan mereka; misalnya: keputusan untuk


menyelenggarakan ceramah-ceramah keagamaan secara rutin atau terjadwal,
penyelenggaraan ceramah-ceramah tentang kamtibmas, seperti: ceramah
mengenai pencegahan penyalahgunaan pemakaian obat-obat terlarang,
pemasyarakatan undang-undang pokok tentang lalu lintas jalan raya dan
sebagainya.

3) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka dalam mengambil


keputusan-keputusan yang bersifat administratif.
Dimaksud disini adalah evaluasi yang dilaksanakan sabagai bahan
pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan pendidikan
yang bersifat administrative; seperti: penentuan siswa yang dapat dinyatakan
tamat belajar dan berhak memperoleh STTB (surat tanda tamat belajar),
penentuan mengenai siswa yang dapat dinyatakan naik kelas atau tinggal
kelas dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai hasil belajar mereka yang
tercantum dalam buku rapor, dan sebagainya.
4) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian ilmiah (riset).
Sebuah contoh dapat dikemukakan di sini; misalnya pusat penelitian dan
pengembangan pendidikan pada sebuah perguruan tinggi menyelenggarakan
penelitian evaluasi dalam rangka mengetahui kualitas tes seleksi penerima
calon-calon mahasiswa baru, terutama dari segi validitas dan reliabilitasnya.
Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya digunakan untuk menetapkan atau
memutuskan langkah-langkah atau tindakan-tindakan apa yang perlu
dilakukan perguruan tinggi tersebut.
c. Evaluasi pendidkan yang dilatarbelakngi oleh pertanyaan: kapan, atau pada
bagian manakah evaluasi itu seharusnya dilaksanakan.
Dari segi ini evaluasi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:

13
14

1. Evaluasi formatif
Dimaksud dengan evaluasi formatif ialah evaluasi yang dilaksanakn di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan program peljaran atau pokok bahsan
dapat diselesaikan, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik “telah terbentuk”, sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan.

2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
program pelajaran selesai diberikan (berakhir); dengan kata lain: evaluasi
yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan. Adapun
tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan nilai yang
melambangkan keberhasilan peserta didik, setelah mereka menempuh
program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.

14
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
“evaluation” dalam bahasa arab “ al- Taqdir”, yang berarti dalam bahasa
Indonesia memiliki makna penilaian. Dengan akar katanya value atau dalam bahasa arab
al- Qimah dan dalam bahasa Indonesia berarti “nilai” , dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan adalah sebagai bentuk
penilaian di bidang pendidikan atau penilaian yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
Secara umum terdapat tiga kata dalam penilaian yang kadang terjadi tumpang
tindih dalam penerapan berbahasa sehari-hari, ketiga kata tersebut adalah; pengukuran,
penilaian, dan evaluasi. Dalam dunia pendidikan ketiga istilah tersebut sesungguhnya
saling berhubungan satu sama lain dan bahkan terkadang tidak mudah untuk dibedakan
dan dipisahkan secara sendiri-sendiri. Untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih rinci
diantara ketiga kata tersebut, makna pengukuran dalam bahasa inggris disebut “
Measurenment” atau dalam bahasa arab dikenal dengan istilah”muqayasah”, yaitu dapat
dipahami sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu.
B. Saran
Agar mahasiswi dapat memahai apa itu evaluasi pendidikan yang ada di dalam dunia
Pendidikan dan harapan kami dengan adanya makalah ini kami juga dapat mengetahui
pembelajaran hadis evaluasi pendidikan yang ada. dan semoga bisa menambah wawasan
bagi pembaca.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 2016. Pengantar evaluasi pendidikan. Depok, Jakarta. PT RajaGrafindo Persada
Kultsum, umi. 2018. Pendidikan dalam kajian hadits tekstual dan kontekstual (upaya menelaah
hadits-hadits Rasulullah Saw). Tangerang Selatan. Cinta Buku Media.

16

Anda mungkin juga menyukai