Anda di halaman 1dari 2

1.

Perbedaan istilah lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam wacana tindak tutur adalah :
Jawab:

Dalam lokusi itu maknanya sesuai dengan aslinya seperti yang dinyatakan dalam ujaran, atau makna
secara harfiah (makna yang apa adanya) atau kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. ( the act
saying something). Sebagai contoh adalah “Kim Taehyung bermain sepak bola”.

Lalu untuk ilokusi lebih mengarah kepada kalimat performative yang eksplisit (secara terus terang dan
tidak berbelit-belit) tindak tutur ini adalah biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan
terima kasih, menyuruh, menawarkan dan menjanjikan.(the act of doing something). Misalnya “Lisa
sudah seminar proposal skripsi pada pekan lalu”. Apabila kita ucapkan kepada lawan tuturnya seperti
mahasiswa semester VII di jurusan sama, maka bukan sekadar informasi. Ujaran tersebut
mengisyaratkan agar mitra tutur melakukan sesuatu yakni segera mengerjakan skripsinya apabila judul
yang ditentukan dalam proposalnya sudah diseminarkan.

Yang terakhir perlokusi ini berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan
perilaku nonlinguistik dari orang lain itu. Disini menumbuhkan pengaruh atau efek kepada pengaruh.
(the act of effecting someone). Sebagai contoh ini “Andrea dan Anna bebas SPP”. Jika ujaran tersebut
diucapkan oleh guru atau dosen kepada murid atau mahasiswanya, maka ilokusinya adalah meminta agar
teman-temannya tidak iri. Sementara itu, perlokusinya adalah agar teman-temannya memaklumi keadaan
ekonomi orangtua Andrea dan Anna.

2. Jelaskan secara singkat unsur internal dan eksternal wacana yang Bapak/ Ibu
ketahui! Jawab:
Unsur internal dan eksternal wacana adalah sebagai satuan bahasa terlengkap, wacana tersusun dari
untaian kalimat-kalimat yang berkesinambungan, erat, dan kompak sesuai dengan konteks situasi.
Artinya, dalam menganalisis wacana terlibat dua unsur pokok, yakni unsur internal (intralinguistik) yang
berkaitan dengan kaidah bahasa seperti sintaksis, morfologi, dan fonologi; Yang mana unsur internal
wacana terdiri atas topik dan kalimat.Sebagai contohnya ”saya lapar”.. kalimat itu dapat dipahami
pendengar atau pembaca karena diandalkan adanya unsur lain, seperti saya tidak lapar atau saya mau
makan. Teks merupakan hasil proses wacana. Di dalam proses tersebut, terdapat nilai-nilai, ideologi,
emosi, kepentingan-kepentingan , dan lain-lain. Dengan demikian memahami makna suatu teks itu, tidak
bisa dilepaskan dari hanya pemahaman tentang teks itu tersendiri, namun juga harus memahami tentang
konteks yang menyertai teks tersebut. Jika salah dalam menafsirkan konteksnya maka pemahaman
makna dan pesan teks akan terhambat. Perpaduan teks dan konteks disebut wacana. Artinya, sebuah teks
disebut wacana berkat adanya konteks pada pihak lain. Sedangkan unsur eksternal (ekstralinguistik),
yang berkaitan dengan konteks situasi. Dimana unsur eksternal itu sesuatu yang menjadi bagian wacana,
namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi
sebagai pelengkap keutuhan wacana. Serasi tidaknya kaidah bahasa dan konteks situasi dihubungkan
dengan alat kewacanaan atau unsur-unsur pragmatik seperti deiksis, praduga,implikatur.

3. Berdasarkan metode analisisnya, maka wacana dapat dianalisis secara sintagmatis dan
paradigmatis. Bamaimanakah perpedaan kedua metode tersebut dalam menganalisis
wacana? Jawab:
Perbedaan metode sintagmatis dan paradigmatik adalah
Sintagmatis sering disebut dengan hubungan linear ( horizontal) antara satuan – satuan bahasa atau unit-
unit bahasa. Sintagmatis memperlihatkan penggabungan kata dalam keseluruhan yang sama dan lebih
besar atau diperluaskan dan disamping itu pola hubungan ini berperan menentukan fungsi dan makna
antara satuan bahasa dalam suatu tataran tertentu Tapi berbeda dengan hubungan paradigmatis disebut
juga hubungan vertikal, dimana menyangkut suatu pendistribusian (mempertukarkan) konstituen tertnetu
dengan konsitituen lainnya dalam unit-unit bahasa. Yang mana menekankan pada pengelompokkan
bentuk-bentuk bahasa dalam satu paradigma dan penemuan bahwa kelompok yang sama akan
berdistribusi pada tempat yang sama. Jadi hubungan paradigamtis memiliki perspektif yang sebaliknya
dari hubungan sintagamtis namun tetap dalam satu rangkaian hubungan atau relasi.hubungan
paradigmatic merupakan hubungan yang menyangkut pergantian atau subtitusi yang sering disebut
hubungan in absensia, dalam pengelompokan satuan bahasa hubungan paradigmatis terpaut dengan satu
paradigma tertnetu dan diisyaratkan memiliki suatu kesesuaian secara sistematis yang terkait dengan
kategori tempat unusr-unsur bahasa tersebut dapat dibagikan dalam rangkaian bentuk yang bersifat
vertikal. Maka sintagmatis dan paradigmatis memperlihatkan hubungan berupa strukur yang tersekat
yang dalam lajur horizontal dan vertikal. Sehingga perbedaan terlihat jelas kalau sintagmatis
digambarkan dalam serangkaian prinsip ke dalam rangkaian lurus horizontal yang memberitahukan
bagaimana cara menggabungkan kombinasi morfrm terikat berupa prefix dan morfem bebas menjadi
kombinasi kata agar dapat diketahui tipe pembentukan kata sedangkan paradigmatic digambarkan dalam
serangkaian prinsip ke dalam rangkaian lurus vertikal bentukan kata yang merupakan gabungan dari
morfem terikat berupa prefiks dan morfem bebas yang patut diselidiki secara terpisah agar dapat
diterapkan secara lebih luas kepada bahan yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai